Seo Hwa mengadakan perjanjian
dengan Tae Soo. Ia minta peta yang dicuri dan sebagai gantinya Tae Soo meminta
agar Seo Hwa membunuh Jo Gwan Woong. Seo Hwa menyanggupi. Jo Gwan Woong akan mati hari ini. Asisten Seo
Hwa kaget mendengar rencana ini.
Malam itu, orang berbaju hitam
suruhan Seo Hwa menyerang Jo Gwan Woong. Namun sebelum pedang menggorok leher
Jo Gwan Woong, ninja itu ditebas hingga Jo Gwan Woong terkena cipratan darah.
Oleh pengawal Seo. Ya ampun..
masih hidup?
Pengawal Seo meminta maaf karena
ia datang terlambat. Lama tak bersua dengan anak buahnya, bukannya bersyukur,
Jo Gwan Woong malah menghardik pengawal Seo, “Kemana saja kau selama ini sampai
kau baru muncul sekarang?!”
Pengawal Seo sepertinya sudah biasa
dengan perlakuan majikannya dan hanya mengatakan kalau ceritanya sangat panjang
dan sekarang mereka dalam situasi yang berbahaya dan meminta Jo Gwan Woong
untuk segera pergi dari tempat ini.
Mereka pun keluar dan Jo Gwan
Woong mendapat jawaban mengapa pengawal
Seo terburu-buru. Di depan ada beberapa anak buah Seo Hwa yang tewas
dengan wajah gosong. Wol Ryung ada di sekitar mereka.
Untuk membunuh Jo Gwan Woong?
Like, like, like!
Angin bertiup kencang dan saat
mereda, Wol Ryung telah berdiri di hadapan mereka. Sementara para penjaga
mencabut pedang mereka dengan was-was, Jo Gwan Woong tak percaya pada sosok yang berdiri di
hadapannya, “Apakah kau..”
Pertanyaan itu membuat si iblis
Wol Ryung penasaran, “Apa kau mengenalku?”
Di Moo Hyung Do, Guru Dam meminta
Kang Chi untuk melepas gelangnya dan menerima serangannya. Kang Chi tentu saja
menolaknya, tapi Guru Dam bersikeras untuk menyerangnya, dengan ataupun tanpa
gelang, “Jika kau tak ingin terluka, lepaskan gelang itu. Lepaskan!”
Jo Gwan Woong tak percaya melihat Wol Ryung
hidup kembali, “Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri kalau kau ditebas
sampai mati. Jadi bagaimana mungkin..?“
“Kau melihatku mati, jadi kau
yang membuatku seperti ini. Kau yang memanggilku kemari?” geram Wol Ryung.
Pengawal Seo meminta tuannya
untuk segera meninggalkan tempat ini dan menyuruh anak buahnya untuk menerang
Wol Ryung. Tapi dengan mudah Wol Ryung mengalahkannya.
Hanya tinggal pengawal Seo yang
akhirnya juga menyerang. Tapi hanya dengan satu tangan, Wol Ryung menangkap
Pengawal Seo dengan mudah dan mencekiknya, “Nyawa manusia itu sangat lemah.
Lebih lemah daripada angin.”
Jo Gwan Woong marah dan menyuruh
Wol Ryung berhenti. Tapi Wol Ryung tak akan melepaskan hingga Jo Gwan Woong
mengatakan apa yang terjadi pada dirinya dulu, “Apakah kau yang membuatku
seperti ini?”
“Bukan aku! Orang itu adalah Seo
Hwa. Yoon Seo Hwa,” jawab Jo Gwan Woong. Tapi nama itu seperti tak pernah
melekat di ingatan Wol Ryung. Ia pun bertanya siapakah Seo Hwa itu, membuat Jo
Gwan Woong berkata lagi, “Dia yang membuatmu seperti ini.”
Wol Ryung melepaskan Pengawal Seo
dan secepat kilat menghampiri Jo Gwan Woong. Dan sepertinya ini pertama kali Jo
Gwan Woong terpaku ketakutan melihat Wol Ryung mendekatinya. Tapi pandangan
ketakutannya langsung berbinar saat Wol Ryung menuntut untuk dijelaskan siapa
Seo Hwa itu.
Uhh.. pasti Jo Gwan Woong
memutarbalikkan fakta, deh.. Cuman iblis yang bisa mengelabuhi iblis.
Yeo Wool ternyata pergi untuk
menemui Seo Hwa. Setelah menjelaskan hubungannya dengan Kang Chi (teman satu
sekolah beladiri), Yeo Wool memberitahukan alasan kedatangannya, “Tak dapatkah
Anda kembali pada Kang Chi?”
Seo Hwa terkejut mendengar
permintaan Yeo Wool yang melanjutkan, “Anda adalah ibunya. Walau saya tak tahu
apa alasan Anda meninggalkan Kang Chi di hutan, tapi bisakah Anda menjadi
ibunya mulai sekarang?”
Seo Hwa berusaha memasang wajah setenang
mungkin saat mendengar alasan Yeo Wool yang berkata kalau selama ini luka Kang
Chi terluka tanpa seorang ibu, “Dapatkah Anda memeluk dan menyayanginya? Kebersamaan
yang tak pernah didapat selama ini, dapatkah Anda mulai dari sekarang? Ya?”
Kang Chi tetap menolak melawan
Guru Dam dengan pedang yang sebenarnya dan meminta Guru Dam menjelaskan
alasannya terlebih dahulu. Tapi Guru Dam tak menjawab, malah langsung menebasnya.
Kang Chi tak sempat berkedip, dan sabuknya telah ditebas oleh Guru Dam. Ini
adalah peringatan kalau Guru Dam tak main-main.
Kang Chi semakin terkejut karena
setelah itu Guru Dam terus menyerangnya. Ia segera memungut tongkat yang
tergeletak di tanah dan mulai bertahan akan serangan Guru Dam.
Gon tetap mengawasi pertempuran
ini dari samping arena. Hanya beberapa jurus, Guru Dam dapat membuat Kang Chi
jatuh. Ia menghunus pedang ke leher Kang Chi, “Kalahkanlah aku. Jika kau tak
dapat mengalahkanku, aku yang akan menikammu.”
Dari percakapan Guru Gong Dal dan
Sung, kita mengetahui kalau ini adalah jenis latihan Guru Dam yang tak akan
berhenti hingga pedang rusak. Sung terkejut mendengar latihan yang sangat
ekstrim itu karena berarti salah seorang harus terluka parah atau mati. Apa itu
berarti Guru Dam ingin membunuh Kang Chi?
Guru Gong Dal mengkoreksi dengan
bertanya apa arti latihan itu? Sung menjawab, “Sesuatu yang kita pelajari dan
kita latih.” Guru Gong Dal pun bertanya apa tujuan dari latihan? “Untuk melatih
siswa.. agar menjadi kuat.” Sung terkejut dengan jawabannya sendiri, “Jika
begitu.. berarti.. Guru Dam..”
Guru Gong Dal membenarkan dugaan
Sung, “Untuk menjadikan Kang Chi lebih kuat, beliau mengorbankan nyawanya. Dan
jika dilihat lebih dalam lagi, jenis latihan ini hanya akan diberikan sekali
seumur hidup.”
Ya ampun.. Guru Dam, masa iya sih Kang Chi harus
membunuh calon mertua agar lebih kuat?
Yang tak setuju ternyata tak
hanya saya, tapi juga Gon yang mempertanyakan alasan Guru Dam melatih Kang Chi
seperti itu. Pada Gon, Guru Dam memberitahukan alasannya, “Karena hanya dia
yang bisa mengalahkan iblis 1000 tahun. Untuknya yang memiliki takdir membunuh
ayahnya sendiri. Hanya ini yang bisa kulakukan.”
Gon masih belum bisa menerima
alasan gurunya, tapi Guru Dam mengatakan kalau ialah yang membuat ayah Kang Chi
berubah menjadi iblis, “Ini adalah kewajiban yang harus kulakukan. Maafkan aku
jika kau tak setuju. Juga aku tak memberikan latihan terakhirku ini padamu.
Sekarang bawalah Kang Chi kemari.”
Sayangnya, semua ini tak
diketahui oleh Kang Chi yang merasa bingung dan terluka karena mengira Guru Dam
masih marah padanya. Apalagi Guru Dam tiba-tiba menyayat lengannya, membuat
Kang Chi berdiri dan bertekad, “Jika itu yang Anda inginkan, aku akan melakukannya.
Mulailah.”
Kang Chi pun melepas gelangnya
dan melemparkannya pada Gon. Guru Dam pun memasang kuda-kuda saat mata Kang Chi
berubah warna.
Seo Hwa pun merasakannya.
Sepertinya ia selalu merasakan jika Kang Chi dan Wol Ryung berubah wujud.
Seo Hwa memasang wajah dinginnya
saat mendengar asistennya (namanya Pil Mo!) masuk. Pil Mo bertanya apakah Seo
Hwa yang menyerang Jo Gwan Woong semalam? Seo Hwa membenarkan hal itu karena
itulah perjanjiannya dengan Tae Soo.
Separuh menceramahi, Pil Mo
mengatakan kalau mereka belum bisa mempercayai Tae Soo sepenuhnya dan dari segi
koneksi informasi dan pengaruh, Tae Soo baru bisa menyamai Jo Gwan Woong dalam
10 tahun mendatang.
Tapi Seo Hwa pun juga ingin
melihat Jo Gwan Woong menjadi mayat. Pil Mo menghela nafas dan meminta
majikannya untuk keluar sebentar.
Seo Hwa terkejut melihat Jo Gwan
Woong berdiri di hadapannya dan tersenyum menyapanya. Ia melihat mayat anak
buahnya tergeletak dan ia pun menuduh Jo Gwan Woong yang membunuh mereka.
Jo Gwan Woong membalikkan tuduhan
itu kalau Seo Hwa-lah yang berniat membunuhnya. Seo Hwa tersenyum sinis dan
bertanya, “Jika itu yang terjadi, memang apa yang akan kau lakukan?”
Pil Mo mencoba mengingatkan Seo
Hwa. Tapi Seo Hwa malah memanggil anak buahnya (kagemusha) untuk mengepung Jo
Gwan Woong.
Melihat Pil Mo dan kepala samurai
saling mengangguk, membuat perasaan saya tak tenang.
Tapi Seo Hwa tak melihat kode
itu. Saat Jo Gwan Woong bertanya apa yang akan ia lakukan, Seo Hwa menjawab,
“Menghentikan nafasmu. Bau nafasmu sangat tak tertahankan. Aku tak tahan lagi.
Mati sajalah!”
Jo Gwan Woong marah, tapi Seo Hwa
lebih marah lagi dan menyuruh anak buahnya membunuh Jo Gwa Woong.
Seo Hwa tersenyum mendengar suara
pedang terhunus. Tapi senyumnya memudar saat merasakan kalau pedang itu tak
terhunus pada Jo Gwan Woong, melainkan kepadanya.
Dan Pil Mo pun berjalan ke sisi
Jo Gwan Woong, membuat Seo Hwa marah. Tapi Pil Mo yang juga bernama Jae Ryung berkata kalau
ia tak akan mengikuti perintah Seo Hwa yang tak berkaitan dengan tugas Seo Hwa
sebagai pemimpin bisnis Gung Bon, “Karena itu, tarik kembali perintah yang
berhubungan dengan perasaan Anda.”
Seo Hwa terdiam marah, merasa
terkhianati. Jo Gwan Woong tersenyum sinis, menang.
Dari kejauhan, Tae Soo melihat
semua yang terjadi ini dan melaporkan pada Soo Ryun. Soo Ryun membaca pesan Tae
Soo dan memberitahu Chung Jo kalau tindakan pedagang Jepang di penginapan
sangatlah mencurigakan dan Tae Soo menduga terjadi pemberontakan.
Chung Jo pun bertanya cemas, apa
itu berarti terjadi sesuatu yang buruk pada pemimpin Gung Bon? Soo Ryun tak
menjawabnya, tapi wajahnya menunjukkan kecemasan yang sama.
Yeo Wool mengendap-endap, berjingkat-jingkat
seperti kelinci masuk ke dalam ruangannya. Tapi begitu masuk, ia hampir
terjengkang karena terkejut melihat Gonita sudah berdiri di hadapannya dengan
marah,
“Nona..!” |
“Gonita-nim, kau menakutiku..Apa
yang sedang kau lakukan di sini?” Yeo Wool mencoba bersikap tenang saat
ditanyai kemana saja ia pergi, “Aku hanya keluar untuk menghirup udara segar.”
“Udara segar?!!” bentak Gonita-nim,
mengagetkan Yeo Wool. Hilang sudah sopan santun Gonita, “ Jadi kau pergi
semalaman?!”
“Eihh.. apa maksudmu semalaman?
Bagaimana mungkin kau bisa berkata seperti itu?” bujuk Yeo Wool manis.
Ha. Dan Gonita-nim hanya cemberut
seperti anak kecil. Yeo Wool pun bertanya apakah gurunya itu memberitahu
ayahnya? Gonita mengatakan kalau ia tadinya berniat begitu, tapi urung karena
sejak semalam Guru Dam terus melatih muridnya tanpa sedikitpun beristirahat.
Yeo Wool terkejut mendengar hal
ini. Ia pun segera ke halaman dan diberitahu kalau latihan ini sudah
berlangsung sejak tadi malam dan belum berhenti. Ia maju untuk menghentikan
ayahnya, tapi Guru Gong Dal menghentikannya.
Yeo Wool bertanya mengapa ayahnya
melakukan latihan pedang ekstrim ini pada Kang Chi? Guru Gong Dal menjawab, “Ini
adalah keputusan ayahmu.”
Yeo Wool menyaksikan pertempuran
ini dengan cemas. Tapi ternyata yang dilakukan Kang Chi semalaman hanyalah
menghindar dan menghindar dari serangan pedang Guru Dam. Guru Dam memarahi Kang
Chi yang tak menggunakan kekuatannya dan mengatainya pengecut dengan menghindar
dan melarikan diri.
Tapi bagi Kang Chi, ia
bersembunyi bukan karena ia pengecut, “Saya bersembunyi karena tak mau
bertempur melawan Guru.”
“Jika kau tak bisa melawanku,”
hardik Guru Dam, “Bagaimana kau bisa bertempur melawan ayahmu? Ayahmu, yang
telah menjadi iblis, membunuh banyak orang dan yang bisa mengalahkannya
hanyalah dirimu. Tapi jika hatimu selemah ini, bagaimana mungkin kau bisa
mengalahkannya?
Kang Chi terperangah mendengar alasan
Guru Dam yang sebenarnya. Guru Dam menyuruh Kang Chi untuk melawannya,
seolah-olah melawan Wol Ryung, “Jika kau tak bisa mengalahkanku, kau tak akan
pernah bisa mengalahkan ayahmu.”
Gon memberi semangat pada Kang
Chi untuk melakukan yang terbaik, “Jujur, tak ada yang tahu batas kemampuanmu.
Mengeluarkan kemampuanmu itu tergantung akan kemauan dan pikiranmu. Guru ingin
kau mengeluarkannya. Kau menghina beliau jika kau tak melakukan yang terbaikmu,
Kang Chi.”
Gon keren! Mendapat suntikan
semangat dari Gon, Kang Chi pun melawan dengan lebih bersemangat, lebih gesit
dan lebih lincah. Tapi tetap saja Kang Chi bisa dipukul jatuh.
“Dengan kondisi seperti ini, kau
tak mungkin bertahan. Kau terlalu lemah!” seru Guru Dam. “Ingat saat-saat
dimana kau pernah mengumpulkan kekuatanmu yang paling kuat!”
Dan Kang Chi pun teringat saat
Yeo Wool ditangkap oleh Wol Ryung, dan ayahnya diinjak-injak oleh pengawal Jo
Gwan Woong. Guru Dam melihat perubahan itu dan bersiap-siap. Kang Chi mengaum
dan menyerang Guru Dam.
Kali ini pertempuran lebih
seimbang. Bahkan di suatu titik, Kang Chi berhasil mendapatkan killing moment
yang dapat melukai bahkan membunuh Guru Dam.
Tapi Kang Chi ragu dan
menghentikan serangannya. Guru Dam menyadarinya dan menusuk pinggang Kang Chi.
Semua terkejut melihatnya. Tapi
tusukan itu ternyata tak mematikan. Guru Dam mengatakan jika Kang Chi memutuskan
untuk menyerang, jangan pernah ragu karena hal itu akan membunuhnya. Dan yang
mati tak hanya Kang Chi, tapi semua orang yang akan Kang Chi lindungi juga akan
mati,
Guru Dam meminta agar Kang Chi
datang berlatih kembali pada pukul 3 sore nanti.
Yeo Wool dan Sung segera
menghampiri Kang Chi. Begitu pula Gon yang meminta Kang Chi untuk segera
memahami apa yang telah diajarkan oleh Guru Dam.
Jika selama ini kita mengira
kalau Guru Dam tak merasakan apapun setelah bertempur dengan Kang Chi, ternyata
salah. Karena tangan Guru Dam ternyata berdarah karena menggenggam pedang lebih
kuat untuk menahan dan menyerang Kang Chi.
Pil Mo menghadap Jo Gwan Woong
dan memberikan hadiah sebagai permintaan maaf atas kejadian sebelumnya. Jo Gwan
Woong terkejut dan girang melihat hadiah itu yang ternyata adalah senapan. Jo
Gwan Woong pun membalas dengan memberi hadiah pada Pil Mo.
Hadiah itu adalah gambar denah
perahu besi dari Angkatan Laut Joseon.
Namun ternyata perahu yang dibuat
bukanlah sesuai dengan denah itu, karena mereka memiliki desain kapal baru,
yang dinamakan kapal kura-kura. Dan yang menyertai kapal itu adalah meriam
dengan berbagai ukuran.
Jika jaman sekarang ada uji coba
rudal, maka di jaman Joseon pun mereka melakukan uji coba meriam. Ada meriam
langit, meriam yang paling kuat dan meriam bumi. Lee Soon Shin memeriksa hasil
uji coba ini. Dan ia juga memeriksa denah kapal AL yang terbaru dan berbeda.
Pil Mo menyangsikan apakah kapal
ini benar-benar akan diproduksi. Jo Gwan Woong menenangkan, “Jikapun memang
benar mereka akan membuatnya, aku akan yakinkan agar mereka semua dapat musnah.”
Dan Jo Gwan Woong mengangkat
senapan, seolah-olah ia menjadi dewa dengan hanya membawa senapan itu. Hmm..
senapan dengan meriam, menang siapa, ya?
Di kamar, Kang Chi masih
terngiang ucapan Guru Dam yang mirip dengan ucapan Gon di malam sebelumnya. Ia
terpekur lesu.
Yeo Wool muncul dan membawakan
baju bersih untuknya. Yeo Wool juga menanyakan kondisi luka Kang Chi. Kang Chi
menenangkannya kalau lukanya sudah membaik.
Tapi Yeo Wool tak percaya. Tanpa
peringatan sedikitpun, Yeo Wool langsung menarik ikat baju Kang Chi dan membukanya.
Ha. Kang Chi bengong melihat Yeo
Wool membuka bajunya dengan semena-mena. Ia merasa canggung dengan perlakuan
Yeo Wool. Tapi tidak dengan Yeo Wool, yang memeriksa bekas luka itu dengan
serius, “Walau begitu, pasti rasanya sakit sekali. Benar, kan?”
Kang Chi tergagap-gagap saat
menjawabnya. Dan jawabannya hanya , “Ohh.. ehmm… ya..”
Yeo Wool heran dengan sikap Kang
Chi yang aneh. Apalagi saat Kang Chi menutup bajunya lagi, “Kau kan seharusnya
ganti baju, kenapa juga kau memakai baju itu lagi?”
LOL. Yeo Wool mungkin sudah
terbiasa melihat pria ganti baju karena murid Moo Hyung Do semuanya pria. Tapi
tidak dengan Kang Chi. Ia hanya dapat tersenyum canggung dan ragu-ragu. Yeo
Wool tetap memandanginya dengan polos, membuat Kang Chi semakin salah tingkah.
Ia pun akhirnya berbalik, tapi
Yeo Wool tetap memandanginya. Kang Chi mencoba
menunda waktu dengan meregangkan tangannya, tapi Yeo Wool tetap tak bergerak.
Berkedip pun juga tidak. Haha..
Kang Chi senyum-senyum nggak
jelas, membuat Yeo Wool heran. Dengan tangannya, akhirnya Kang Chi
mengisyaratkan agar Yeo Wool berbalik.
Yeo Wool pun mengerti, dan mereka
berpunggung-punggungan. Kang Chi pun berani membuka baju. Namun ada satu
masalah lagi. Bajunya masih ada di dekat Yeo Wool. Tanpa melihat, ia pun
meraba-raba lantai mencari baju ganti.
Menyadari Kang Chi mencari baju, tanpa
melihat, ia pun menyodorkan baju itu.
Dan tanpa sengaja, tangan mereka
bersentuhan. Aww… mereka terkejut, dan sama-sama berbalik, saling menatap.
Kemudian mata Yeo Wool turun
menatap badan Kang Chi, membuat Kang Chi malu dan segera memakai bajunya yang
malah membuatnya gerah.
Yeo Wool baru menyadari kalau
Kang Chi sangat malu, dan ia pun cekikikan tak dapat menyembunyikan rasa
gelinya.
Mendengar suara tawa Yeo Wool,
Kang Chi pun berbalik dan bertanya, “Apakah kau segembira itu melihat tubuh
pria yang telanjang?”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar