Sabtu, 23 Februari 2013
Bosan
Disuruh lagi buat skripsi aku mau nonton, dan baca komik. Jangan suruh aku untuk buat itu. Aku sungguh bosan banget, aku tahu aku mau lulus kuliah tapi jangan paksa aku donk. Aku pasti akan lulus, buat skripsi dan cari pekerjaan.
Minggu, 17 Februari 2013
Skripsi
Aduh pusing mikirin skripsi.... Sekarang harus di cari judul dan masalahnya. Udah di desak juga ama ortu makin pusing aja sekarang.
Jumat, 01 Februari 2013
Sinopsis I Miss You Episode 2 Part 2
Sinopsis I Miss You Episode 2 Part 2
Han Tae Joon melempar kertas dan memarahi Asisten dan anak buahnya karena kehilangan jejak Hyung Joon padahal mereka sebentar lagi akan mendapatkannya. Ia membentak asistennya agar jangan menyuruh orang lain mengerjakan ini tapi tangkap anak itu sendiri.
Asistennya menunduk tanda minta maaf dan memungut kertas yang berserakan. Han Tae Joon membentak menyuruh mereka keluar. Suara keras Han Tae Joon terdengar hingga ke ruang tamu dimana Jung Woo baru saja tiba. Jung Woo berpapasan dengan asisten dan anak buah ayahnya.
Jung Woo masih berdiri di depan ruang kerja ayahnya, ia ragu-ragu untuk masuk ke sana. Hwang Mi Ran keluar dari kamar dan melihat kalau Jung Woo tengah mempertimbangkan akan masuk ke ruang kerja ayahnya atau tidak.
Hwang Mi Ran berkata kalau ayah Jung Woo sedang tak ingin bertemu dengan Jung Woo jadi berhenti menunggu di depan pintu dan lebih baik pergi ke kamar saja. Mi Ran melihat luka di telapak tangan Jung Woo. Ia mendekat dan memegang tangan Jung Woo. Jung Woo merintih kesakitan. Mi Ran menghela nafas kesal, ia meminta Jung Woo bertindak hati-hati supaya ia tak disalahkan oleh ayah Jung Woo atas semua perilaku Jung Woo.
Mi Ran yang kesal akan berlalu dari sana tapi Jung Woo bertanya apa ibu tirinya ini tak bisa memberinya kesempatan. Mi Ran berbalik menatap Jung Woo. Jung Woo berkata kalau ia dan ibu tirinya ini akan sering bertemu dan ia pun akan mencoba untuk lebih baik. (hmm sepertinya berusaha untuk menerima Mi Ran sebagai ibunya)
Mi Ran mendekat ke arah Jung Woo dan bertanya kenapa Jung Woo sangat serakah. “Ayahmu bilang dia akan memberikan segalanya padamu. Tapi apa kau menginginkanku juga? Jangan salahkan aku karena ayahmu yang menyebabkan semua ini.” Mi Ran berlalu dari hadapan Jung Woo.
Soo Yeon sampai di rumah ketika ibunya sudah terlelap. Ia merapikan botol soju bekas minuman ibunya. Mendengar kasak-kusuk ibu terbangun. Soo Yeon langsung meminta maaf pada ibunya karena ia pulang terlambat. Ibu tak menanggapi ucapan Soo Yeon ia malah berkata bukankah putrinya tak ingin hidup seperti ini lagi.
Ibu menyalakan lampu kamar dan mengambil tas besar. Ia menyuruh Soo Yeon mengemasi barang-barang Soo Yeon yang ingin dibawa.
Soo Yeon bingung memangnya mereka akan pergi kemana. Ibu berkata tak peduli bagaimanapun ia memikirkannya, ini hanya satu-satunya jalan keluar. Ibu bertanya bukankah Soo Yeon kenal dengan Detektif Kim, ibu mengajak Soo Yeon tinggal bersama Detektif Kim.
Soo Yeon terkejut dan menilai keputusan ibunya ini tak masuk akal. Bagaimana mungkin ia dan ibunya tinggal dengan seseorang yang menangkap ayahnya. Ibu membentak kalau begitu apa Soo Yeon yang akan memberinya makan. Ia meminta Soo Yeon menghadapi kenyataan kalau keduanya hidup seperti ini maka keduanya akan sakit dan mati pada usia dini. Ia mengingatkan putrinya jangan coba-coba bertingkah seperti anak nakal saat berada di rumah itu.
Ibu mulai membereskan pakaiannya. Soo Yeon berusaha menahan kenapa ibunya tiba-tiba seperti ini apa yang ibunya rencanakan. Ibu berkata kalau Detektif Kim tak mungkin mengusir kalau ia dan Soo Yeon tiba-tiba datang ke rumahnya. “Kita tak akan bisa melarikan diri dari lingkungan ini dengan penghasilanku sendiri. Kalau kau tak mau ikut aku akan pergi sendiri.”
Ibu... Soo Yeon merengek menolak pergi.
Ibu berkata apa Soo Yeon tak sakit hati terus-menerus dipanggil anak pembunuh karena kemana saja mereka akan pergi pasti ada tempat yang lebih baik dari pada tempat ini. ibu menyuruh Soo Yeon cepat-cepat mengemasi barang-barang.
Soo Yeon dan ibunya pun ke rumah Detektif Kim. Tapi ada yang tak setuju Soo Yeon dan ibunya tinggal disana, siapa. Putri Detektif Kim, Kim Eun Joo.
Eun Joo mengancam ia yang akan pergi dari rumah kalau ayahnya menerima Soo Yeon dan ibu Soo Yeon untuk tinggal dengannya. Eun Joo menatap Soo Yeon dengan tatapan tak suka. Detektif Kim mencoba membujuk putrinya tapi Eun Joo tetap tak setuju. Ibu berusaha bersikap baik pada Eun Joo dan berkata kalau Eun Joo mungkin marah sebentar ia pun mengajak Eun Joo sarapan bersama.
Eun Joo makin kesal dan berkata judes pada ayahnya selamat makan. Eun Joo pergi dengan kemarahannya. Soo Yeon merasa tak enak. Detektif Kim menyuruh Soo Yeon dan ibu masuk. Detektif Kim akan menawarkan membawa barang-barang tapi ibu melarangnya. Ibu menyuruh Soo Yeon masuk dan membereskan barang-barang karena ada yang ingin ia bicarakan dengan Detektif Kim
Detektif Kim merasa terkejut dengan kedatangan ibu Soo Yeon yang mendadak. Ia menilai paling tidak ibu Soo Yeon menghubunginya dulu. (Hehe tapi ini kan memang rencana ibu. Datang mendadak supaya detektif Kim tak tega menyuruhnya pergi dan menerimanya di rumah Detektif Kim) Ibu bilang kalau ia buru-buru datang kesini karena ia takut Detektif Kim berubah pikiran (oh jadi yang pertama nawarin Detektif Kim toh)
ibu berkata kalau orang meninggal tak akan mungkin kembali lagi kalau suamianya masih hidup, ia dan putrinya tak akan aman. Suaminya pasti akan memukulinya dan Soo Yeon setiap hari. Ibu berkata tentang pelaku pembunuh yang sebenarnya cukup ia dan Detektif Kim saja yang tahu. Orang yang masih hidup harus terus melanjutkan hidupnya. Detektif Kim berkata kalau ia mengerti apa yang ibu Soo Yeon katakan tapi tetap saja ini terlalu cepat. Secepatnya ia akan mencarikan tempat tinggal yang pantas untuk Soo Yeon dan ibu.
Ibu : “Kau sungguh menyebalkan. Kau sudah lihat bagaimana keluarga korban memperlakukan kami. Kami akan tinggal disini sampai Soo Yeon dewasa dan aku akan mengurus putrimu.”
Detektif Kim mengatakan kalau putrinya tak tahu tentang semua ini. Ibu berkata untuk apa memberi tahu Eun Joo tentang semua ini.
Detektif Kim menerima telepon dan ia terkejut mendengarnya, “Apa Eun Joo melakukan itu?” Detektif Kim pun akan segera kesana. Sebelum Detektif Kim pergi ibu mengingatkan agar jangan memberi tahu anak-anak tentang hal ini. Apa yang dilakukan Eun Joo.
Detektif Kim terburu-buru ke toko, disana ia melihat Eun Joo tengah makan roti seenaknya. Eun Joo membuka bungkus roti dan mengginggitnya sekali gigitan terus sudah dan membuka lagi bungkus roti yang lain dan ia pun menggigit dan mengunyahnya sekali, dan membuka lagi.
Detektif Kim menyuruh Eun Joo berhenti dan berkata kalau ia tak punya uang sepeserpun untuk membayar roti yang dimakan Eun Joo.
Eun Joo : “Kenapa? Ayah punya banyak uang. Itu sebabnya ayah membiarkan keluarga asing pindah ke rumah kita.”
Detektif Kim berusaha menarik putrinya untuk pulang ke rumah, tapi Eun Joo tak mau. Ia bertanya ayahnya akan menikahi wanita itu kan. Ibu pemilik toko kaget, “Detektif Kim apa kau akan menikah lagi?” Detektif Kim bilang kalau itu hal yang omong kosong, karena ibu Eun Joo sedang mengawasinya dari surga.
Eun Joo kesal, “Itulah maksudku.” Eun Joo merengek manja ke bibi pemilik toko ia mengatakan kalau ayahnya membawa pulang seorang wanita bahkan wanita itu juga sudah punya anak. Bibi pemilik toko kaget tak menyangka. Detektif Kim bilang tidak bukan begitu.
Tapi Eun Joo bilang kalau ia memiliki motif, bukti dan tempat kejaidan perkara jadi lebih baik ayahnya diam saja. Kalau ayahnya merasa ini seperti tidak adil silakan panggil saja pengacara. hahaha.
Ibu dan Soo Yeon membersihkan kamar yang akan mereka tempati. Ibu bilang kalau mula hari ini ayah Soo Yeon itu seorang Detektif kepolisian. Soo Yeon jelas kaget. Ibu bilang kalu ia sudah bicara dengan Detektif Kim untuk bersedia mengatakan kalau Soo Yeon adalah putri temannya. Jadi So Yeon hanya perlu melakukan apa yang ia suruh salah satunya Soo YEon akan pindah sekolah besok.
Tapi Soo Yeon tak mau pindah dari sekolahnya yang sekarang. Ibu menabok Soo Yeon, “Memangnya siapa yang menunggumu Soo Yeon disana? Setelah cra mereka memperlakukanmu bagaimana kau masih bisa berfikir seperti itu. Nomor 27 nomor 27 apa kau masih ingin mendengar itu di sekolah.
Soo Yeon memberi tahu ia sudah memliki teman yang memanggil namanya. Ibunya bilang kalau seseorang yang ingin menjadi teman Soo Yeon, Ibu menyuruh Soo Yeon melupakannya. So Yeon masih menolak pindah sekolah.
Jung Woo berkunjung ke rumah Soo Yeon yang lama dan ia akhirnya tahu kalau Soo Yeon dan ibunya sudah pindah. Ia pun bertanya pada ibu pemilik kontrakan kemana Soo Yeon dan ibunya pergi. Ibu pemilik kontrakan tak tahu karena keduanya pergi bahkan tanpa membayar uang sewa, keduanya pergi begitu saja saat tengah malam.
Ibu pemilik kontrakan kesal karena barang-barang yang ditinggalkan ibu Soo Yeon sama sekali tak berharga. Ia pun ningung tak tahu harus diapakan barang-barang ini. (ya jual aja bu ditukar sama piring haha)
Jung Woo terdiam ia tak tahu kemana Soo Yeon pindah karena sebelumnya Soo Yeon tak mengatakan apa-apa padanya Soo Yeon juga ga tahu kalau mau pindah rumah) Ia pun teringat pada satu tempat yang sering dikunjungi Soo Yeon. Jung Woo berlari menuju kesana, kemana?
Tentu saja ke taman bermain. Jung Woo sampai disana dengan nafas terengah-engah. Apa Soo Yeon ada disana.
Dugaan Jung Woo tepat, Soo Yeon ada di ayunan duduk sendirian menunggu kedatangan Jung Woo sambil menyenandungkan sebuah lagu. Jung Woo tersenyum senang apalagi Soo Yeon mengenakan jepit jemuran pemberiannya (dapat nyolong kan hahaha) Soo Yeon menghentikan kakinya ke ember kecil yang berisi air sambil bergumam, “Dia datang, dia tak datang.”
“Kenapa kau disini?” tiba-tiba Jung Woo menyapa. Jung Woo berkata kalau ia berfikir Soo Yeon sudah pindah. Soo Yeon tersenyum Jung Woo datang. Jung Woo heran dengan senyum Soo Yeon, “Apa kau tersenyum?” setelah ia sendiri cemas karena Soo Yeon yang tiba-tiba pindah.
Jung Woo duduk di ayunan sebelah, keduanya menggenjot perlahan ayunannya. Jung Woo yang masih cemberut karena Soo Yeon pindah bertanya apa Soo Yeon juga akan pindah ke sekolah lain. Soo Yeon malah balik bertanya haruskah ia pindah sekolah.
Jung Woo makin sewot, “Lakukan apapun yang kau inginkan.” hehe. Soo Yeon tersenyum dan berkata kalau tadi ia mampir ke rumah anak kecil itu tapi dia sudah tak ada. Jung Woo kesal apa sekarang itu yang menjadi permasalahan keduanya. Soo Yeon berkata Jung Woo jangan marah karena ia akan memberi Jung Woo hadiah.
“Apa..” ucap Jung Woo masih cemberut. Soo Yeon bilang kalau Jung Woo sudah memberinya hadiah jepitan. Jung Woo heran bagaimana jepitan itu bisa disebut sebagai hadiah. Soo Yeon tanya memangnya kenapa ini adalah hadiah pertama yang pernah ia terima.
“Kalau begitu aku akan memberikanmu sesuatu yang lain.” Jung Woo akan mengambil jepitan dan ingin mengganti hadiahnya. Tapi Soo Yeon bilang kalau ia menyukai hadiah ini. Ia yakin karena ia adalah satu-satunya orang yang pernah menerima hadiah seperti ini.
(haha ya iyalah kayaknya didunia ini belum ada deh orang yang ngasih hadiah jepitan baju apalagi hasil ngambil dari jemuran orang haha)
Jung Woo yang masih cemberut berkata kalau Soo Yeon sedang mengejek dirinya karena memberikan hadiah jepit baju. Soo Yeon bilang tidak, karena ia benar-benar menyukai hadiah dari Jung Woo. Soo Yeon berjanji kalau ia akan memberi Jung Woo hadiah saat hujan datang. Jung Woo heran kenapa saat hujan datang. Soo Yeon bilang kalau ia hanya bisa memberi hadiahnya pada Jung Woo saat hujan datang (haha saya tebak payung ya haha)
Jung Woo tanya kapan itu. Soo Yeon tersenyum. (ya saat hujan datang lah) Jung Woo menengadahkan wajahnya ke langit, “Kapan hujan akan datang?” Soo Yeon tetap tersenyum. Jung Woo kembali bertanya kapan hujan akan datang. (Hmmm Jung Woo tak sabar nih pengen cepet dapet hadiahnya)
Soo Yeon mengajak Jung Woo melihat tempat tinggal barunya. Ia bilang kalau rumah yang sekarang sedikit lebih besar. Jung Woo tanya apa keluarga baru Soo Yeon ini baik. Soo Yeon mengangguk dan berkata kalau di rumah itu juga ada anak perempuan yang berusia sama dengannya. Jung Woo bilang kalau itu bukan kabar yang bagus, “Bagaimana kalau kau berhenti bertemu denganku karena kau punya teman baru?”
Soo Yeon tertawa. Jung Woo menghela nafas dan berkata kalau ia perlu istirahat sebentar sebelum pulang. (haha bilang aja mau mampir)
Jung Woo duduk di tangga. Soo Yeon menawarkan apa Jung Woo mau ia ambilkan air minum. Jung Woo tak menjawab ia malah menatap kaki Soo Yeon dan memegangnya. “Kau dingin sekali.” kata Jung Woo merasakan kaki Soo Yeon yang tak pakai kaos kaki.
Soo Yeon jelas kaget tiba-tiba Jung Woo menyentuh kakinya. Ia pun duduk di sebelah Jung Woo dan menyingkirkan tangan Jung Woo dari kakinya. Ia menarik kakinya dan berkata kalau ini memalukan. Soo Yeon berkata kalau kakinya sudah membuat dirinya merasa malu.
Jung Woo mengerti apa yang Soo Yeon katakan dan berkata kalau ia juga seharusnya malu karena seluruh tubuhnya. Soo Yeon memandang tak mengerti.
Jung Woo menunjukan bekas luka dengan 20 jahitan di bahunya yang ia dapatkan ketika cidera sepak bola. Kemudian Jung Woo menunjukan luka di kakinya yang ia dapatkan saat terjatuh dari tebing. Dan masih ada luka lain di kepalanya karena terbentur.
Dan ada satu lagi lukanya. Jung Woo akan melepas celanaya. Spontan Soo Yeon langsung membuang wajahnya tak mau melihat hahaha.... tapi Jung Woo tak membukanya kok haha.
Soo Yeon melepas sepatu kanannya. Ia mulai menceritakan asal muasal bekas luka yang ada di kakinya itu.
“Aku melarikan diri dari ayahku dan tidak melihat pecahan kaca di dalam salju. Aku menginjaknya. Kakiku begitu kedinginan sampai aku tak merasakan sakit. Tapi, anehnya setiap kali aku melihatnya, rasanya sakit meskipun sekarang sudah sembuh.”
Jung Woo seolah merasakan apa yang Soo Yeon rasakan. Ia menutup menggenggam lembut kaki Soo Yeon.
“sekarang tidak sakit karena kau tak bisa melihatnya lagi.” ucap Jung Woo sambil menatap Soo Yeon.
Jung Woo menggenggamkan tangannya, suahhhh.... (kayak yang Cha Dong Joo bilang suahhhh hehe)
Jung Woo berkata kalau semua kenangan buruk Soo Yeon sekarang sudah terhapus dan sekarang Soo Yeon bisa membuat kenangan yang baru, kenagan yang menyenangkan.
Keduanya tersenyum sambil terus bertatapan.
Tiba-tiba ada yang memanggil Soo Yeon, siapa. Kim Eun Joo. Soo Yeon langsung berdiri. Eun Joo memutar-mutar plastik belanjaannya bertanya apa yang dilakukan Soo Yeon di depan rumahnya, “Kalian berdua terlihat seperti akan berciuman.” Soo Yeon berkata kalau Eun Joo sudah salah duga, bukan seperti itu. Eun Joo melihat seorang pemuda (Jung Woo) dan bertanya kenapa bersembunyi seperti pengecut.
Jung Woo langsung berdiri di samping Soo Yeon dan itu membuat Eun Joo terdiam setelah melihat wajah Jung Woo.
Jung Woo : “Jadi kau adalah anak yang seumuran dengan kami.”
Eun Joo menatap Jung Woo tanpa berkedip. Ia bergumam dalam hati, “Dia berbahaya bahkan suaranya membuatku ingin mati. Kumohon, jangan tersenyum...”
Tapi Jung Woo tersenyum sangat indah dan mengulurkan tangannya berkenalan, “Senang bertemu denganmu namaku Han Jung Woo!” (aghhhhhh.. pingsan aku haha)
Eun Joo jadi grogi dan tak tahu harus bagaimana. Ia mundur dan dalam hati kembali bergumam, “Dia seperti tokoh utama dalam komik. Kalau aku tak segera pergi aku bisa pingsan.” Eun Joo pun langsung kabur membuat Jung Woo dan Soo Yeon terheran-heran.
Tiba-tiba ada yang jatuh menetes di kepala Soo Yeon. Soo Yeon langsung berseru hujan. Tapi yang jatuh itu bukan air hujan melainkan kotoran burung hehe (katanya kalau kejatuhan kotoran burung kalau ga dapat rezeki ya dapet bencana gitu)
Jung Woo tertawa, Soo Yeon menyentuh bagian kepalanya yang kejatuhan kotoran burung ih.... hehe dan apa yang dilakukan Soo Yeon. Soo Yeon langsung mengarahkan kotoran burung itu pada Jung Woo. Jung Woo jelas menghindar tak mau kotoran burung itu menempel di baju atau tubuhnya, hihi... dan Eun Joo masih berada di balik tembok pagar pintu rumahnya.
Han Tae Joon dan asistennya meninjau rumah kontrakan perawat Jung Hye Mi yang kemarin terbakar. Asistennya menduga kalau perawat Jung Hye Mi mengurung Hyung Joon disini dan tanpa sengaja terjadi seperti ini.
Han Tae Joon berkata kalau dia bahkan bisa melarikan diri setelah digigit oleh anjing. Ia ingin tahu siapa orang yang terakhir melihat Hyung Joon. Asistennya menjawab kalau orang yang membawa Hyung Joon ke rumah sakit setelah kebakaran adalah Han Jung Woo.
Han Tae Joon kaget mendengarnya. Kemudian ia teringat ketika Jung Woo menelepon memberi tahu kalau dia menyelamatkan seseorang dari kebakaran yang kakinya terluka parah.
Han Tae Joon menahan marah dan bertanya seberapa banyak yang diketahui Jung Woo tentang Hyung Joon. Asistennya menjawab kalau menurut karyawan rumah sakit Jung Woo dan Hyung Joon kelihatannya tak kenal satu sama lain. Ia pun bertanya apa ia perlu menyelidiki ini lagi. Han Tae Joon bilang lupakan saja tak perlu melakukan hal yang sia-sia.
Han Tae Joon mengamati isi ruangan yang terbakar. Di salah satu sudut dinding ia melihat gambar seorang ibu dan seorang anak yang tengah bergandengan tangan bahagia.
Si asisten menemui Kang Hyun Joo di rumah sakit dan berkata kalau ia tahu perawat Jung Hye Mi membawa anak itu. Hyun Joo bilang kalau hal itu melegakan, ia pun bersyukur. Asisten berkata kalau hal ini hanya masalah waktu karena cepat atau lambat mereka akan tertangkap. Ia akan memastikan semuanya dan bertanggung jawab membawa Hyun Joo dan Hyung Joon ke tempat yang aman.
Hyun Joo tak yakin apa Direktur Nam mampu melakukan itu ia merasa kalau hal itu tanpa seizin Han Tae Joon, Dir Nam tak akan berani membual (ternyata namanya disebutin, awalnya aku ga yakin kalau namanya Dir Nam)
Dir Nam bertanya apa Perawat Jung Hye Mi sudah memberitahukan kondisi sebenarnya kaki Hyung Joon. Dir Nam menduga kalau perawat Jung Hye Mi pasti sulit mengatakan hal ini pada Hyun Joo bahwa kaki Hyung Joon harus diamputasi.
Hyun Joo tak percaya, “Apa kau pikir aku akan goyah karena hal ini?” Dir Nam berkata kalau mereka terus melarikan diri dan tak mendapatkan perawatan terbaik hidup Hyung Joon akan dalam bahaya. Dir Nam menyarankan demi Hyung Joon ia minta Hyun Joo menyerah saja. Hyun Joo mulai menangis cemas, ia dilema antara mempertahankan uang atau keselamatan putranya.
Jung Hye Mi meletakan koper di sebuah loker. Ia terlihat tegang dan cemas.
Jung Hye Mi ke suatu tempat. Ia melihat sekeliling apakah aman atau tidak. Ternyata itu tempat persembunyiannya bersama Hyung Joon. Hye Mi melihat Hyung Joon dengan wajah menahan sakit yang teramat sangat. Ia melihat di meja obat Hyung Joon sama sekali tak disentuh oleh anak itu.
Hye Mi membangunkan Hyung Joon dan berkata bukankah ia sudah bilang agar Hyung Joon meminum obatnya. “Bukankah sudah kubilang kalau kau tak minum obatnya kau tak akan bisa berjalan lagi.” Dengan suara yang berat karena menahan sakit Hyung Joon berkata kalau ia ingin bertemu ibunya. Hye Mi menyuruh Hyung Joon cepat minum obat. Hye Mi memasukan obat ke mulut Hyung Joon. Ia membentak menyuruh Hyung Joon untuk menelan obatnya.
Hye Mi memperingatkan Hyung Joon agar jangan coba-coba melarikan diri lagi karena hidup Hyung Joon dan hidup ibu Hyung Joon tidak lagi berada di tangan Han Tae Joon melainkan ada di tangannya. Hyung Joon menatap Hye Mi dengan tatapan cemas, ia mengganggam erat kalungnya.
Seseorang membuka loker yang tadi diisi koper oleh Jung Hye Mi. Orang itu membawa pergi kopernya.
Jung Woo dan Soo Yeon pulang sekolah bersama. Jung Woo berjalan di samping Soo Yeon sambil menggumamkan perkalian tapi seperti biasanya Soo Yeon hanya bisa berjalan menunduk. Jung Woo berkata kalau Soo Yeon membaca mundur tabel perkalian selama 3 kali seperti yang ia lakukan Soo Yeon akan cepat sampai di sekolah tanpa disadari. Jadi tak ada alasan untuk Soo Yeon pindah sekolah hanya karena rumah yang sekarang lebih jauh.
Soo Yeon mengerti tapi ia merasa kalau suara Jung Woo terlalu keras dan Jung Woo membalas ucapan Soo Yeon dengan suara pelan. Ia mengatakan kalau suara Soo Yeon sangat pelan. “Apa lebih baik kupelankan suaraku seperti ini?” Soo Yeon diam saja. Jung Woo mengerti mulai sekarang ia akan bicara pelan. Soo Yeon bilang tak perlu begitu. Jung Woo tanya kenapa, apa Soo Yeon mau ia antarkan pulang. Hentikan kata Soo Yeon tersenyum, berarti ga nolak diantar pulang hehe. Jung Woo tersenyum dan berkata dengan suara pelan, “Lee Soo Yeon kita pulang sama-sama.” hehe.
Terlihat seseorang di dalam mobil membawa foto keluarga Han sambil menatap Jung Woo yang melintas di depan sekolah (hmmm ini orang suruhannya perawat Jung kah? yang ingin menculik Jung Woo atas suruhan Hyun Joo)
Soo Yeon dan Jung Woo naik bis bersama. Keduanya duduk di kursi bagian belakang. Jung Woo melihat-lihat sekeliling, sementara Soo Yeon tertidur dengan kepala terangguk-angguk karena gerakan mobil.
Semenata Soo Yeon memejamkan mata Jung Woo terus ngoceh. Dari pada kejatuhan kotoran burung ia berharap kalau hari ini hujan. “Tapi kalau turun salju bagaimana? Hadiahnya apa tak bisa kau berikan padaku sekarang?”
Jung Woo menoleh ke arah Soo Yeon yang tertidur. Jung Woo tertawa dan berkata kalau karena inilah Soo Yeon terlambat setiap hari. “Hei berikan hadiahku sekarang saja ya!” kata Jung Woo mendekatkan wajahnya ke Soo Yeon yang masih terpejam. “Bisa tidak kau berikan hadiahku sekarang?” Jung Woo terus merengek meminta hadiahnya.
Jung Woo mendekatkan wajahnya di depan wajah Soo Yeon yang tetap terpejam, “Berikan hadiahku. Berikan hadiahku sekarang juga!”
Inilah yang terjadi, Soo Yeon yang terpejam dan mobil yang terus bergerak hingga membuat Soo Yeon terangguk-angguk dan mendaratkan kepala Soo Yeon ke wajah Jung Woo yang ada di depannya, dan kiss... yang tak terduga pun terjadi.
Sumpah itu bibirnya nempel hahaha.... apa ini hadiahnya...
Saking kagetnya Jung Woo terdiam terpaku, Soo Yeon masih terpejam.
Soo Yeon membuka matanya perlahan melihat sekeliling. Jung Woo langsung duduk grogi tapi ia mencoba bersikap tenang.
Soo Yeon menatap terkejut. Jung Woo langsung menoleh dan bilang, “Bukan. Bukan aku yang melakukannya.”
“Kita sudah sampai. Ayo turun!” seru Soo Yeon setelah melihat halte bis tempat turun.
Keduanya jalan bersama tapi sikap Jung Woo lebih banyak diam. Soo Yeon memandangnya heran dan bertanya apa Jung Woo sudah baikan. Jung Woo hanya menjawab hmmm....
Soo Yeon : “Kenapa kau tak bilang kalau kau mabuk darat?” (jadi itu alasan yang dibuat Jung Woo hehe)
Soo Yeon menyarankan agar Jung Woo mengambil nafas dalam-dalam. Jung Woo langsung grogi, tegang. Soo Yeon kembali bertanya apa Jung Woo mau muntah, apa perlu ia menepuk punggung Jung Woo.
“Bukan begitu!” kata Jung Woo pelan. Soo Yeon yang merasa heran dengan sikap Jung Woo bertanya apa Jung Woo marah karena ia tertidur di bis dan Jung Woo merasa bosan. “Sudah kubilang bukan begitu!” kata Jung Woo mencoba bersikap tenang.
Soo Yeon langsung berdiri di depan Jung Woo dan merentangkan tangannya, “Apa begini lebih baik?” Tanya Soo Yeon. Jung Woo sangat terkejut Soo Yeon tiba-tiba di depannya, itu membuat hatinya tak karuan.
Jung Woo berjalan menunduk tak berani menatap Soo Yeon. Soo Yeon berkata kalau ia tahu ketika angin berhembus itu akan membuat air mata Jung Woo keluar karena hembusan angis membuat mata Jung Woo berair.
Jung Woo melihat tangan Soo Yeon yang direntangkan dan disana Soo Yeon tersenyum menatapnya, senyum yang sangat indah dan itu membuat hati Jung Woo semakin tak karuan hampir pingsan.
Jung Woo tak tahan melihatnya ia langsung membalikan tubuh Soo Yeon. Ia tak kuasa melihat wajah apalagi senyum Soo Yeon. “Kau bisa jatuh!” Jung Woo beralasan Soo Yeon kan jatuh kalau berjalan mundur.
Soo Yeon kembali berbalik menatap Jung Woo, “Kalau begitu kau bisa memperhatikan aku.” Jung Woo kembali membalikan tubuh Soo Yeon, “Di depanmu aku tak bisa melihat.”
Soo Yeon tak mengerti kenapa tak bisa melihat jalan, bukankah ia lebih pendek dari Jung Woo. Jung Woo bilang kalau ia masih tak bisa melihat.
Jung Woo membalikan paksa tubuh Soo Yeon dan mendorongnya, Soo Yeon berteriak kalau ia akan jatuh jika didorong seperti ini hehe...
Byar.... tiba-tiba ada lampu yang menyala ketika keduanya melintas. Keduanya berhenti menatap lampu itu. Soo Yeon menghitung mundur, “Lima, empat, tiga, dua, satu. Mati.” Dan lampunya padam.
“Bagaimana? Sedikit menyeramkan, bukan?” Soo Yeon merasa kalau lampu yang berkedip itu lebih menakutkan daripada kegelapan. Lampunya pun menyala lagi.
Jung Woo tanya sudah berapa lama lampunya nyala mati seperti ini. Soo Yeon menjawab kalau lampu itu sudah seperti itu sejak ia pindah kesini. Tapi tak ada yang menggantinya dan ia tak bisa menggapainya. Lampunya padam lagi.
Jung Woo merasa kalau ia bisa menggapainya. Jung Woo mendekat dan mencoba jinjit tapi ia tak bisa menggapainya. Tangan kanannya pun berpegangan pada bahu Soo Yeon sementara tangan kirinya mencoba menggapai lampu untuk memperbaikinya.
Jung Woo hampir menggapainya. Soo Yeon berdiri terpaku karena posisinya sangat dekat dengan Jung Woo. Matanya beralih memandang Jung Woo yang tengah memperbaiki lampu. Jung Woo berhasil menggapai dan memutar lampu untuk membetulkannya. Lampu pun menyala terang. Jung Woo tertawa senang.
Jung Woo menoleh ke arah Soo Yeon tapi sejenak kemudian tawanya menghilang karena ia melihat wajah Soo Yeon sangat dekat dengannya.
Lama keduanya bertatapan dengan tatapan mata yang lebih dalam.
Detektif Kim melihat dari kejauhan tapi ia salah mengartikannya. Ia mengira Jung Woo melakukan hal yang tidak-tidak pada Soo Yeon (mencium gitu) karena memang posisi Ditektif Kim ketika melihat keduanya seperti posisi orang yang sedang berciuman. Apalagi ditambah dengan lampu yang dipegang Jung Woo sekarang mati lagi.
Detektif Kim yang baru pulang membeli sesuatu langsng menghampiri keduanya dan tanpa ampun menjewer telinga Jung Woo. “Dasar anak nakal, apa yang kau lakukan disini?” Detektif Kim menarik Jung Woo ke rumahnya masih tetap menjewer. Jung Woo meringis kesakitan.
Pria yang mengawasi Jung Woo sejak keluar dari pintu sekolah ada disana. Ia tampak mencengkeram setir mobilnya.
Jung Woo duduk tegang menghadap meja makan. Di depannya ibu Soo Yeon terus memandanginya.
Detektif Kim muncul bersama dengan dua anak gadis yang memakai sweater sama. Ibu melihat penampilan Eun Joo dan memuji kalau Eun Joo terlihat cantik memakai baju apa saja. Seperti malaikat tanpa sayap, kata ibu. Jung Woo hanya menatap diam.
Detektif Kim tanya apa kedua gadis ini seperti anak kembar, mereka cantik kan. Tapi Eun Joo tak suka, kenapa ia harus memakai baju yang sama seperti Soo Yeon. Eun Joo ingin melepas sweaternya detektif Kim melarang dan berkata kalau ia sudah mempertaruhkan hidupnya untuk membeli kedua pakaian ini. Ia pergi ke Dongdaemon dan hampir mati diinjak-injak.
Eun Joo kesal karena ini memalukan untuknya dan ia bisa mati karena malu. Eun Joo langsung duduk di samping Jung Woo. Ia tersenyum senang bisa duduk di samping Jung Woo. Sementara Soo Yeon duduk di samping ibunya di depan Eun Joo.
Detektif Kim terus berkata kalau kedua gadis ini sangat cantik. Jung Woo memandang Soo Yeon tanpa menoleh sedikit pun, keduanya tersenyum.
Detektif Kim melihat kalau Jung Woo terus memperhatikan Soo Yeon, “Dasar anak ini!” Jung Woo pun langsung mengalihkan pandangannya dan meminum air yang ada di depannya. Detektif Kim berkata kalau ketika usianya 20 tahun ia bahkan belum berani menatap seorang gadis tapi Jung Woo dengan usia 15 tahun sudah melakukannya.
Eun Joo langusng meralat ucapan ayahnya itu tidak benar, bukankah ayahnya bilang kalau ayahnya bertemu dengan ibunya ketika masih SMP, bahkan ketika itu ayahnya ini mencium ibunya.
Mendengar kata mencium Jung Woo langsung tersedak dan batuk-batuk hehe. Soo Yeon memberikan minumannya pada Jung Woo yang terus batuk-batuk.
Eun Joo berkata, “Aku dengar kalau kau berciuman ketika salju pertama turun kau akan jatuh cinta.” Eun Joo bertanya pada Jung Woo, “Apa kau pernah mencobanya?” dan pertanyaan Eun Joo ini makin membuat Jung Woo terbatuk-batuk hehe. Eun Joo akan meredakan batuk Jung Woo. Ia menggenggam tangan Jung Woo dan menawarkan bantuan agar Jung Woo tak terbatuk-batuk lagi.
Detektif Kim meminta putrinya untuk menjaga harga diri di depan pria. Eun Joo cemberut dan langsung melepas genggaman tangannya. Melihat Eun Joo menggenggam tangan Jung Woo, Soo Yeon langsung menunduk.
Ibu Soo Yeon memuji akan bagus kalau ketiga anak ini bisa berteman. Ia meminta semuanya untuk makan. Tapi Jung Woo tak makan, ia hanya minum terus hehe.
Detektif Kim heran melihatnya, “Apa kau ini anak ayam? Kenapa kau hanya minum air? Saat masih panas ambil sesuap yang besar.” Jung Woo bilang kalau ia tak bisa memakannya kalau masih panas. Detektif Kim akan memukul Jung Woo dengan sendok, “Kau ini. Kau harus jadi laki-laki.” haha...
Ibu Soo Yeon menebak, apa orang itu Jung Woo. Orang yang menulis gadis populer di payung. Jung Woo berkata ya sambil melirik Soo Yeon dan tersenyum.
Eun Joo tak ingin tahu payung apa. Soo Yeon tak mengatakannya ia hanya tersenyum. Ibu bilang yang isinya seperti itulah keadaannya. Ia berkata tulisan tangan Jung Woo bagus seperti tulisan perempuan haha. Ia minta Soo Yeon jangan mempedulikan Jung Woo. Yang namanya laki-laki harus seperti laki laki seperti Detektif Kim. Detektif Kim langsung geer hehe.
Eun Joo berkata meskipun ayahnya terlihat dekit tapi dia masih gagah. Detektif Kim protes dibilang dekil bukankah Eun Joo juga sama tidak menyikat gigi tadi malam. Eun Joo bilang kalau ia akan menggosong gigi kalau ada yang menciumnya.
Semantara itu dua anak muda yang kasmaran pun tersenyum-senyum saling memandang. Soo Yeon langsung mengambil jept baju di sakunya dan langsung menjepitkan ke rambut, keduanya kembali tersenyum.
Detektif Kim makin kesal dengan Jung Woo yang terus cengar-cengir, “Dasar anak ini. Anak nakal, mencur-curi kesempatan. Hei ikut aku!” Kata detektif Kim sambil menjewer telinga Jung Woo. Ibu berteriak kalau Jung Woo harus diberi makan dulu sebelum dipukul hheh.
Apa yang dilakukan Detektif Kim terhadap Jung Woo. Ia ingin mengajari Jung Woo bersikap sebagai pria. Detektif Kim mengajarkan beberapa ucapan yang tegas. Awalnya Jung Woo mengikutinya dengan nada lemah tak bersemangat. Ia mencobanya lagi dengan nada lebih sangar hehe,,, (wakakak lucu liat adegan ini)
Selanjutnya Detektif Kim akan mengajarkan bagaimana melawan musuh, di tangga Soo Yeon memperhatikan keduanya.
Eun Joo duduk di samping Soo Yeon sambil membawa payung kuning milik Soo Yeon. Ia bertanya apa payung yang dimaksud. Soo Yeon langsung mengambil payungnya dan bilang kalau Eun Joo tak boleh memiliki ini.
Eun Joo tersenyum girang menatap dan menunjuk Jung Woo, “Lalu bisakah aku memiliki Jung Woo saja?” Soo Yeon cemberut terdiam.
Eun Joo kesal, “ah yang benar saja. Aku tak mengerti sama sekali. Tokoh utama dalam komik yang sempurna itu kenapa dia mau berhubungan dengan orang sepertimu? Kau merayunya kan? Bagaimana bisa seseorang seperti dia menyukai seseorang sepertimu."
Soo Yeon menunduk sedih. Eun Joo jadi tak enak hati sudah bicara yang tidak-tidak, maksudku...
Soo Yeon : “kau benar. Aku menyukainya. Jung Woo mungkin hanya... merasa kasihan padaku.” Eun Joo : “Kenapa dia harus merasa kasihan padamu? Hei.. percaya dirilah. Kita ini putri detektif.”
Ibu datang membawa minuman dan menendegar perbincangan kedua gadis ini. Ibu memanggil Eun Joo dan menyuruh Eun Joo memberikan minuman pada ayah Eun Joo. Eun Joo menurut membawakan minuman itu dan memanggil Jung Woo dengan suara manja, Soo Yeon menunduk sedih. Ibu duduk menghampirinya.
Ibu bilang kalau Soo Yeon sekarang jauh lebih baik. Soo Yeon mendongakkan An wajahnya. Ibu bilang meskipun Soo Yeon dan Eun Joo memakai baju yang sama tapi menurutnya soo yeon terlihat jah lebih cantik dibandingkan Eun Joo. Karena tak punya uang aku tak bisa mendandanimu dengan baik. “Tapi kau cantik persis seperti ibumu.”
Soo Yeon tersenyum mendengarnya. Ibu bilang kalau kemarin Soo Yeon marah-marah tak mau datang kesini tapi sekarang apa Soo Yeon tidak merasa senang. Soo Yeon bertanya bagaimana dengan ibunya, apa ibu juga menyukai disini. Ibu tnya suka apa, ia paling menyukai uang.
Detektif Kim meminta semua menyerangnya sekaligus. Ok... ketiga anak muda ini akan menyerang detektif kim sekaligus tapi detektif Kim mengambil jepit milik soo yeon dan memakai di rambutnya hehe. “Jangan itu punya-ku.” Soo Yeon berusaha merebut kembali jepit miliknya.
Detektif Kim bekerja sama dengan Eun Joo melempar-lempar jepit itu. Sementara Jung Woo membantu Soo Yeon yang berusaha merebutnya. Ibu tertawa melihat tingkah mereka. Mereka terlihat seperi keluarga bahagia
Soo Yeon duduk di tangga sendirian dan menuliskan sesuatu di tembok, I MISS YOU.
“Soo Yeon...” tiba-tiba ada yang memanggilnya. Soo Yeon menoleh dan tersenyum menatapnya, Siapa dia?
Han Jung Woo dewasa, kya Chunnie...
Jung Woo terlihat sedih, “Kau tersnyum? Aku hampir mati karena marah. Saat aku marah, aku merasa akan gila. Hari ini, Aku hanya akan menunggumu. hari ini saja. Hari ini saja.
Air mata Jung Woo menetes, “Aku benar-benar merasa menjadi gila...”
Jung Woo pun duduk di tangga sendirian sambil menatap pilu tulisan tangan Soo Yeon, I Miss You...
BERSAMBUNG...
Komentar :
Dua remaja yang mulai jatuh cinta, cie cie cie... hehe... saingan Soo Yeon dalam kisah asmaranya pun telah hadir, Kim Eun Joo.
Kita bisa tersenyum-senyum disini tapi diepisode 3 nanti kalau dilihat dari spoiler bakalan ada yang berurai air mata deh, penculikan. malah penculiknya udah kelihatan di episode ini.
Detektif Kim sepertinya dia bisa menjadi ayah yang baik untuk Soo Yeon dan sepertinya Eun Joo juga mulai menerima itu.
Han Tae Joon melempar kertas dan memarahi Asisten dan anak buahnya karena kehilangan jejak Hyung Joon padahal mereka sebentar lagi akan mendapatkannya. Ia membentak asistennya agar jangan menyuruh orang lain mengerjakan ini tapi tangkap anak itu sendiri.
Asistennya menunduk tanda minta maaf dan memungut kertas yang berserakan. Han Tae Joon membentak menyuruh mereka keluar. Suara keras Han Tae Joon terdengar hingga ke ruang tamu dimana Jung Woo baru saja tiba. Jung Woo berpapasan dengan asisten dan anak buah ayahnya.
Jung Woo masih berdiri di depan ruang kerja ayahnya, ia ragu-ragu untuk masuk ke sana. Hwang Mi Ran keluar dari kamar dan melihat kalau Jung Woo tengah mempertimbangkan akan masuk ke ruang kerja ayahnya atau tidak.
Hwang Mi Ran berkata kalau ayah Jung Woo sedang tak ingin bertemu dengan Jung Woo jadi berhenti menunggu di depan pintu dan lebih baik pergi ke kamar saja. Mi Ran melihat luka di telapak tangan Jung Woo. Ia mendekat dan memegang tangan Jung Woo. Jung Woo merintih kesakitan. Mi Ran menghela nafas kesal, ia meminta Jung Woo bertindak hati-hati supaya ia tak disalahkan oleh ayah Jung Woo atas semua perilaku Jung Woo.
Mi Ran yang kesal akan berlalu dari sana tapi Jung Woo bertanya apa ibu tirinya ini tak bisa memberinya kesempatan. Mi Ran berbalik menatap Jung Woo. Jung Woo berkata kalau ia dan ibu tirinya ini akan sering bertemu dan ia pun akan mencoba untuk lebih baik. (hmm sepertinya berusaha untuk menerima Mi Ran sebagai ibunya)
Mi Ran mendekat ke arah Jung Woo dan bertanya kenapa Jung Woo sangat serakah. “Ayahmu bilang dia akan memberikan segalanya padamu. Tapi apa kau menginginkanku juga? Jangan salahkan aku karena ayahmu yang menyebabkan semua ini.” Mi Ran berlalu dari hadapan Jung Woo.
Soo Yeon sampai di rumah ketika ibunya sudah terlelap. Ia merapikan botol soju bekas minuman ibunya. Mendengar kasak-kusuk ibu terbangun. Soo Yeon langsung meminta maaf pada ibunya karena ia pulang terlambat. Ibu tak menanggapi ucapan Soo Yeon ia malah berkata bukankah putrinya tak ingin hidup seperti ini lagi.
Ibu menyalakan lampu kamar dan mengambil tas besar. Ia menyuruh Soo Yeon mengemasi barang-barang Soo Yeon yang ingin dibawa.
Soo Yeon bingung memangnya mereka akan pergi kemana. Ibu berkata tak peduli bagaimanapun ia memikirkannya, ini hanya satu-satunya jalan keluar. Ibu bertanya bukankah Soo Yeon kenal dengan Detektif Kim, ibu mengajak Soo Yeon tinggal bersama Detektif Kim.
Soo Yeon terkejut dan menilai keputusan ibunya ini tak masuk akal. Bagaimana mungkin ia dan ibunya tinggal dengan seseorang yang menangkap ayahnya. Ibu membentak kalau begitu apa Soo Yeon yang akan memberinya makan. Ia meminta Soo Yeon menghadapi kenyataan kalau keduanya hidup seperti ini maka keduanya akan sakit dan mati pada usia dini. Ia mengingatkan putrinya jangan coba-coba bertingkah seperti anak nakal saat berada di rumah itu.
Ibu mulai membereskan pakaiannya. Soo Yeon berusaha menahan kenapa ibunya tiba-tiba seperti ini apa yang ibunya rencanakan. Ibu berkata kalau Detektif Kim tak mungkin mengusir kalau ia dan Soo Yeon tiba-tiba datang ke rumahnya. “Kita tak akan bisa melarikan diri dari lingkungan ini dengan penghasilanku sendiri. Kalau kau tak mau ikut aku akan pergi sendiri.”
Ibu... Soo Yeon merengek menolak pergi.
Ibu berkata apa Soo Yeon tak sakit hati terus-menerus dipanggil anak pembunuh karena kemana saja mereka akan pergi pasti ada tempat yang lebih baik dari pada tempat ini. ibu menyuruh Soo Yeon cepat-cepat mengemasi barang-barang.
Soo Yeon dan ibunya pun ke rumah Detektif Kim. Tapi ada yang tak setuju Soo Yeon dan ibunya tinggal disana, siapa. Putri Detektif Kim, Kim Eun Joo.
Eun Joo mengancam ia yang akan pergi dari rumah kalau ayahnya menerima Soo Yeon dan ibu Soo Yeon untuk tinggal dengannya. Eun Joo menatap Soo Yeon dengan tatapan tak suka. Detektif Kim mencoba membujuk putrinya tapi Eun Joo tetap tak setuju. Ibu berusaha bersikap baik pada Eun Joo dan berkata kalau Eun Joo mungkin marah sebentar ia pun mengajak Eun Joo sarapan bersama.
Eun Joo makin kesal dan berkata judes pada ayahnya selamat makan. Eun Joo pergi dengan kemarahannya. Soo Yeon merasa tak enak. Detektif Kim menyuruh Soo Yeon dan ibu masuk. Detektif Kim akan menawarkan membawa barang-barang tapi ibu melarangnya. Ibu menyuruh Soo Yeon masuk dan membereskan barang-barang karena ada yang ingin ia bicarakan dengan Detektif Kim
Detektif Kim merasa terkejut dengan kedatangan ibu Soo Yeon yang mendadak. Ia menilai paling tidak ibu Soo Yeon menghubunginya dulu. (Hehe tapi ini kan memang rencana ibu. Datang mendadak supaya detektif Kim tak tega menyuruhnya pergi dan menerimanya di rumah Detektif Kim) Ibu bilang kalau ia buru-buru datang kesini karena ia takut Detektif Kim berubah pikiran (oh jadi yang pertama nawarin Detektif Kim toh)
ibu berkata kalau orang meninggal tak akan mungkin kembali lagi kalau suamianya masih hidup, ia dan putrinya tak akan aman. Suaminya pasti akan memukulinya dan Soo Yeon setiap hari. Ibu berkata tentang pelaku pembunuh yang sebenarnya cukup ia dan Detektif Kim saja yang tahu. Orang yang masih hidup harus terus melanjutkan hidupnya. Detektif Kim berkata kalau ia mengerti apa yang ibu Soo Yeon katakan tapi tetap saja ini terlalu cepat. Secepatnya ia akan mencarikan tempat tinggal yang pantas untuk Soo Yeon dan ibu.
Ibu : “Kau sungguh menyebalkan. Kau sudah lihat bagaimana keluarga korban memperlakukan kami. Kami akan tinggal disini sampai Soo Yeon dewasa dan aku akan mengurus putrimu.”
Detektif Kim mengatakan kalau putrinya tak tahu tentang semua ini. Ibu berkata untuk apa memberi tahu Eun Joo tentang semua ini.
Detektif Kim menerima telepon dan ia terkejut mendengarnya, “Apa Eun Joo melakukan itu?” Detektif Kim pun akan segera kesana. Sebelum Detektif Kim pergi ibu mengingatkan agar jangan memberi tahu anak-anak tentang hal ini. Apa yang dilakukan Eun Joo.
Detektif Kim terburu-buru ke toko, disana ia melihat Eun Joo tengah makan roti seenaknya. Eun Joo membuka bungkus roti dan mengginggitnya sekali gigitan terus sudah dan membuka lagi bungkus roti yang lain dan ia pun menggigit dan mengunyahnya sekali, dan membuka lagi.
Detektif Kim menyuruh Eun Joo berhenti dan berkata kalau ia tak punya uang sepeserpun untuk membayar roti yang dimakan Eun Joo.
Eun Joo : “Kenapa? Ayah punya banyak uang. Itu sebabnya ayah membiarkan keluarga asing pindah ke rumah kita.”
Detektif Kim berusaha menarik putrinya untuk pulang ke rumah, tapi Eun Joo tak mau. Ia bertanya ayahnya akan menikahi wanita itu kan. Ibu pemilik toko kaget, “Detektif Kim apa kau akan menikah lagi?” Detektif Kim bilang kalau itu hal yang omong kosong, karena ibu Eun Joo sedang mengawasinya dari surga.
Eun Joo kesal, “Itulah maksudku.” Eun Joo merengek manja ke bibi pemilik toko ia mengatakan kalau ayahnya membawa pulang seorang wanita bahkan wanita itu juga sudah punya anak. Bibi pemilik toko kaget tak menyangka. Detektif Kim bilang tidak bukan begitu.
Tapi Eun Joo bilang kalau ia memiliki motif, bukti dan tempat kejaidan perkara jadi lebih baik ayahnya diam saja. Kalau ayahnya merasa ini seperti tidak adil silakan panggil saja pengacara. hahaha.
Ibu dan Soo Yeon membersihkan kamar yang akan mereka tempati. Ibu bilang kalau mula hari ini ayah Soo Yeon itu seorang Detektif kepolisian. Soo Yeon jelas kaget. Ibu bilang kalu ia sudah bicara dengan Detektif Kim untuk bersedia mengatakan kalau Soo Yeon adalah putri temannya. Jadi So Yeon hanya perlu melakukan apa yang ia suruh salah satunya Soo YEon akan pindah sekolah besok.
Tapi Soo Yeon tak mau pindah dari sekolahnya yang sekarang. Ibu menabok Soo Yeon, “Memangnya siapa yang menunggumu Soo Yeon disana? Setelah cra mereka memperlakukanmu bagaimana kau masih bisa berfikir seperti itu. Nomor 27 nomor 27 apa kau masih ingin mendengar itu di sekolah.
Soo Yeon memberi tahu ia sudah memliki teman yang memanggil namanya. Ibunya bilang kalau seseorang yang ingin menjadi teman Soo Yeon, Ibu menyuruh Soo Yeon melupakannya. So Yeon masih menolak pindah sekolah.
Jung Woo berkunjung ke rumah Soo Yeon yang lama dan ia akhirnya tahu kalau Soo Yeon dan ibunya sudah pindah. Ia pun bertanya pada ibu pemilik kontrakan kemana Soo Yeon dan ibunya pergi. Ibu pemilik kontrakan tak tahu karena keduanya pergi bahkan tanpa membayar uang sewa, keduanya pergi begitu saja saat tengah malam.
Ibu pemilik kontrakan kesal karena barang-barang yang ditinggalkan ibu Soo Yeon sama sekali tak berharga. Ia pun ningung tak tahu harus diapakan barang-barang ini. (ya jual aja bu ditukar sama piring haha)
Jung Woo terdiam ia tak tahu kemana Soo Yeon pindah karena sebelumnya Soo Yeon tak mengatakan apa-apa padanya Soo Yeon juga ga tahu kalau mau pindah rumah) Ia pun teringat pada satu tempat yang sering dikunjungi Soo Yeon. Jung Woo berlari menuju kesana, kemana?
Tentu saja ke taman bermain. Jung Woo sampai disana dengan nafas terengah-engah. Apa Soo Yeon ada disana.
Dugaan Jung Woo tepat, Soo Yeon ada di ayunan duduk sendirian menunggu kedatangan Jung Woo sambil menyenandungkan sebuah lagu. Jung Woo tersenyum senang apalagi Soo Yeon mengenakan jepit jemuran pemberiannya (dapat nyolong kan hahaha) Soo Yeon menghentikan kakinya ke ember kecil yang berisi air sambil bergumam, “Dia datang, dia tak datang.”
“Kenapa kau disini?” tiba-tiba Jung Woo menyapa. Jung Woo berkata kalau ia berfikir Soo Yeon sudah pindah. Soo Yeon tersenyum Jung Woo datang. Jung Woo heran dengan senyum Soo Yeon, “Apa kau tersenyum?” setelah ia sendiri cemas karena Soo Yeon yang tiba-tiba pindah.
Jung Woo duduk di ayunan sebelah, keduanya menggenjot perlahan ayunannya. Jung Woo yang masih cemberut karena Soo Yeon pindah bertanya apa Soo Yeon juga akan pindah ke sekolah lain. Soo Yeon malah balik bertanya haruskah ia pindah sekolah.
Jung Woo makin sewot, “Lakukan apapun yang kau inginkan.” hehe. Soo Yeon tersenyum dan berkata kalau tadi ia mampir ke rumah anak kecil itu tapi dia sudah tak ada. Jung Woo kesal apa sekarang itu yang menjadi permasalahan keduanya. Soo Yeon berkata Jung Woo jangan marah karena ia akan memberi Jung Woo hadiah.
“Apa..” ucap Jung Woo masih cemberut. Soo Yeon bilang kalau Jung Woo sudah memberinya hadiah jepitan. Jung Woo heran bagaimana jepitan itu bisa disebut sebagai hadiah. Soo Yeon tanya memangnya kenapa ini adalah hadiah pertama yang pernah ia terima.
“Kalau begitu aku akan memberikanmu sesuatu yang lain.” Jung Woo akan mengambil jepitan dan ingin mengganti hadiahnya. Tapi Soo Yeon bilang kalau ia menyukai hadiah ini. Ia yakin karena ia adalah satu-satunya orang yang pernah menerima hadiah seperti ini.
(haha ya iyalah kayaknya didunia ini belum ada deh orang yang ngasih hadiah jepitan baju apalagi hasil ngambil dari jemuran orang haha)
Jung Woo yang masih cemberut berkata kalau Soo Yeon sedang mengejek dirinya karena memberikan hadiah jepit baju. Soo Yeon bilang tidak, karena ia benar-benar menyukai hadiah dari Jung Woo. Soo Yeon berjanji kalau ia akan memberi Jung Woo hadiah saat hujan datang. Jung Woo heran kenapa saat hujan datang. Soo Yeon bilang kalau ia hanya bisa memberi hadiahnya pada Jung Woo saat hujan datang (haha saya tebak payung ya haha)
Jung Woo tanya kapan itu. Soo Yeon tersenyum. (ya saat hujan datang lah) Jung Woo menengadahkan wajahnya ke langit, “Kapan hujan akan datang?” Soo Yeon tetap tersenyum. Jung Woo kembali bertanya kapan hujan akan datang. (Hmmm Jung Woo tak sabar nih pengen cepet dapet hadiahnya)
Soo Yeon mengajak Jung Woo melihat tempat tinggal barunya. Ia bilang kalau rumah yang sekarang sedikit lebih besar. Jung Woo tanya apa keluarga baru Soo Yeon ini baik. Soo Yeon mengangguk dan berkata kalau di rumah itu juga ada anak perempuan yang berusia sama dengannya. Jung Woo bilang kalau itu bukan kabar yang bagus, “Bagaimana kalau kau berhenti bertemu denganku karena kau punya teman baru?”
Soo Yeon tertawa. Jung Woo menghela nafas dan berkata kalau ia perlu istirahat sebentar sebelum pulang. (haha bilang aja mau mampir)
Jung Woo duduk di tangga. Soo Yeon menawarkan apa Jung Woo mau ia ambilkan air minum. Jung Woo tak menjawab ia malah menatap kaki Soo Yeon dan memegangnya. “Kau dingin sekali.” kata Jung Woo merasakan kaki Soo Yeon yang tak pakai kaos kaki.
Soo Yeon jelas kaget tiba-tiba Jung Woo menyentuh kakinya. Ia pun duduk di sebelah Jung Woo dan menyingkirkan tangan Jung Woo dari kakinya. Ia menarik kakinya dan berkata kalau ini memalukan. Soo Yeon berkata kalau kakinya sudah membuat dirinya merasa malu.
Jung Woo mengerti apa yang Soo Yeon katakan dan berkata kalau ia juga seharusnya malu karena seluruh tubuhnya. Soo Yeon memandang tak mengerti.
Jung Woo menunjukan bekas luka dengan 20 jahitan di bahunya yang ia dapatkan ketika cidera sepak bola. Kemudian Jung Woo menunjukan luka di kakinya yang ia dapatkan saat terjatuh dari tebing. Dan masih ada luka lain di kepalanya karena terbentur.
Dan ada satu lagi lukanya. Jung Woo akan melepas celanaya. Spontan Soo Yeon langsung membuang wajahnya tak mau melihat hahaha.... tapi Jung Woo tak membukanya kok haha.
Soo Yeon melepas sepatu kanannya. Ia mulai menceritakan asal muasal bekas luka yang ada di kakinya itu.
“Aku melarikan diri dari ayahku dan tidak melihat pecahan kaca di dalam salju. Aku menginjaknya. Kakiku begitu kedinginan sampai aku tak merasakan sakit. Tapi, anehnya setiap kali aku melihatnya, rasanya sakit meskipun sekarang sudah sembuh.”
Jung Woo seolah merasakan apa yang Soo Yeon rasakan. Ia menutup menggenggam lembut kaki Soo Yeon.
“sekarang tidak sakit karena kau tak bisa melihatnya lagi.” ucap Jung Woo sambil menatap Soo Yeon.
Jung Woo menggenggamkan tangannya, suahhhh.... (kayak yang Cha Dong Joo bilang suahhhh hehe)
Jung Woo berkata kalau semua kenangan buruk Soo Yeon sekarang sudah terhapus dan sekarang Soo Yeon bisa membuat kenangan yang baru, kenagan yang menyenangkan.
Keduanya tersenyum sambil terus bertatapan.
Tiba-tiba ada yang memanggil Soo Yeon, siapa. Kim Eun Joo. Soo Yeon langsung berdiri. Eun Joo memutar-mutar plastik belanjaannya bertanya apa yang dilakukan Soo Yeon di depan rumahnya, “Kalian berdua terlihat seperti akan berciuman.” Soo Yeon berkata kalau Eun Joo sudah salah duga, bukan seperti itu. Eun Joo melihat seorang pemuda (Jung Woo) dan bertanya kenapa bersembunyi seperti pengecut.
Jung Woo langsung berdiri di samping Soo Yeon dan itu membuat Eun Joo terdiam setelah melihat wajah Jung Woo.
Jung Woo : “Jadi kau adalah anak yang seumuran dengan kami.”
Eun Joo menatap Jung Woo tanpa berkedip. Ia bergumam dalam hati, “Dia berbahaya bahkan suaranya membuatku ingin mati. Kumohon, jangan tersenyum...”
Tapi Jung Woo tersenyum sangat indah dan mengulurkan tangannya berkenalan, “Senang bertemu denganmu namaku Han Jung Woo!” (aghhhhhh.. pingsan aku haha)
Eun Joo jadi grogi dan tak tahu harus bagaimana. Ia mundur dan dalam hati kembali bergumam, “Dia seperti tokoh utama dalam komik. Kalau aku tak segera pergi aku bisa pingsan.” Eun Joo pun langsung kabur membuat Jung Woo dan Soo Yeon terheran-heran.
Tiba-tiba ada yang jatuh menetes di kepala Soo Yeon. Soo Yeon langsung berseru hujan. Tapi yang jatuh itu bukan air hujan melainkan kotoran burung hehe (katanya kalau kejatuhan kotoran burung kalau ga dapat rezeki ya dapet bencana gitu)
Jung Woo tertawa, Soo Yeon menyentuh bagian kepalanya yang kejatuhan kotoran burung ih.... hehe dan apa yang dilakukan Soo Yeon. Soo Yeon langsung mengarahkan kotoran burung itu pada Jung Woo. Jung Woo jelas menghindar tak mau kotoran burung itu menempel di baju atau tubuhnya, hihi... dan Eun Joo masih berada di balik tembok pagar pintu rumahnya.
Han Tae Joon dan asistennya meninjau rumah kontrakan perawat Jung Hye Mi yang kemarin terbakar. Asistennya menduga kalau perawat Jung Hye Mi mengurung Hyung Joon disini dan tanpa sengaja terjadi seperti ini.
Han Tae Joon berkata kalau dia bahkan bisa melarikan diri setelah digigit oleh anjing. Ia ingin tahu siapa orang yang terakhir melihat Hyung Joon. Asistennya menjawab kalau orang yang membawa Hyung Joon ke rumah sakit setelah kebakaran adalah Han Jung Woo.
Han Tae Joon kaget mendengarnya. Kemudian ia teringat ketika Jung Woo menelepon memberi tahu kalau dia menyelamatkan seseorang dari kebakaran yang kakinya terluka parah.
Han Tae Joon menahan marah dan bertanya seberapa banyak yang diketahui Jung Woo tentang Hyung Joon. Asistennya menjawab kalau menurut karyawan rumah sakit Jung Woo dan Hyung Joon kelihatannya tak kenal satu sama lain. Ia pun bertanya apa ia perlu menyelidiki ini lagi. Han Tae Joon bilang lupakan saja tak perlu melakukan hal yang sia-sia.
Han Tae Joon mengamati isi ruangan yang terbakar. Di salah satu sudut dinding ia melihat gambar seorang ibu dan seorang anak yang tengah bergandengan tangan bahagia.
Si asisten menemui Kang Hyun Joo di rumah sakit dan berkata kalau ia tahu perawat Jung Hye Mi membawa anak itu. Hyun Joo bilang kalau hal itu melegakan, ia pun bersyukur. Asisten berkata kalau hal ini hanya masalah waktu karena cepat atau lambat mereka akan tertangkap. Ia akan memastikan semuanya dan bertanggung jawab membawa Hyun Joo dan Hyung Joon ke tempat yang aman.
Hyun Joo tak yakin apa Direktur Nam mampu melakukan itu ia merasa kalau hal itu tanpa seizin Han Tae Joon, Dir Nam tak akan berani membual (ternyata namanya disebutin, awalnya aku ga yakin kalau namanya Dir Nam)
Dir Nam bertanya apa Perawat Jung Hye Mi sudah memberitahukan kondisi sebenarnya kaki Hyung Joon. Dir Nam menduga kalau perawat Jung Hye Mi pasti sulit mengatakan hal ini pada Hyun Joo bahwa kaki Hyung Joon harus diamputasi.
Hyun Joo tak percaya, “Apa kau pikir aku akan goyah karena hal ini?” Dir Nam berkata kalau mereka terus melarikan diri dan tak mendapatkan perawatan terbaik hidup Hyung Joon akan dalam bahaya. Dir Nam menyarankan demi Hyung Joon ia minta Hyun Joo menyerah saja. Hyun Joo mulai menangis cemas, ia dilema antara mempertahankan uang atau keselamatan putranya.
Jung Hye Mi meletakan koper di sebuah loker. Ia terlihat tegang dan cemas.
Jung Hye Mi ke suatu tempat. Ia melihat sekeliling apakah aman atau tidak. Ternyata itu tempat persembunyiannya bersama Hyung Joon. Hye Mi melihat Hyung Joon dengan wajah menahan sakit yang teramat sangat. Ia melihat di meja obat Hyung Joon sama sekali tak disentuh oleh anak itu.
Hye Mi membangunkan Hyung Joon dan berkata bukankah ia sudah bilang agar Hyung Joon meminum obatnya. “Bukankah sudah kubilang kalau kau tak minum obatnya kau tak akan bisa berjalan lagi.” Dengan suara yang berat karena menahan sakit Hyung Joon berkata kalau ia ingin bertemu ibunya. Hye Mi menyuruh Hyung Joon cepat minum obat. Hye Mi memasukan obat ke mulut Hyung Joon. Ia membentak menyuruh Hyung Joon untuk menelan obatnya.
Hye Mi memperingatkan Hyung Joon agar jangan coba-coba melarikan diri lagi karena hidup Hyung Joon dan hidup ibu Hyung Joon tidak lagi berada di tangan Han Tae Joon melainkan ada di tangannya. Hyung Joon menatap Hye Mi dengan tatapan cemas, ia mengganggam erat kalungnya.
Seseorang membuka loker yang tadi diisi koper oleh Jung Hye Mi. Orang itu membawa pergi kopernya.
Jung Woo dan Soo Yeon pulang sekolah bersama. Jung Woo berjalan di samping Soo Yeon sambil menggumamkan perkalian tapi seperti biasanya Soo Yeon hanya bisa berjalan menunduk. Jung Woo berkata kalau Soo Yeon membaca mundur tabel perkalian selama 3 kali seperti yang ia lakukan Soo Yeon akan cepat sampai di sekolah tanpa disadari. Jadi tak ada alasan untuk Soo Yeon pindah sekolah hanya karena rumah yang sekarang lebih jauh.
Soo Yeon mengerti tapi ia merasa kalau suara Jung Woo terlalu keras dan Jung Woo membalas ucapan Soo Yeon dengan suara pelan. Ia mengatakan kalau suara Soo Yeon sangat pelan. “Apa lebih baik kupelankan suaraku seperti ini?” Soo Yeon diam saja. Jung Woo mengerti mulai sekarang ia akan bicara pelan. Soo Yeon bilang tak perlu begitu. Jung Woo tanya kenapa, apa Soo Yeon mau ia antarkan pulang. Hentikan kata Soo Yeon tersenyum, berarti ga nolak diantar pulang hehe. Jung Woo tersenyum dan berkata dengan suara pelan, “Lee Soo Yeon kita pulang sama-sama.” hehe.
Terlihat seseorang di dalam mobil membawa foto keluarga Han sambil menatap Jung Woo yang melintas di depan sekolah (hmmm ini orang suruhannya perawat Jung kah? yang ingin menculik Jung Woo atas suruhan Hyun Joo)
Soo Yeon dan Jung Woo naik bis bersama. Keduanya duduk di kursi bagian belakang. Jung Woo melihat-lihat sekeliling, sementara Soo Yeon tertidur dengan kepala terangguk-angguk karena gerakan mobil.
Semenata Soo Yeon memejamkan mata Jung Woo terus ngoceh. Dari pada kejatuhan kotoran burung ia berharap kalau hari ini hujan. “Tapi kalau turun salju bagaimana? Hadiahnya apa tak bisa kau berikan padaku sekarang?”
Jung Woo menoleh ke arah Soo Yeon yang tertidur. Jung Woo tertawa dan berkata kalau karena inilah Soo Yeon terlambat setiap hari. “Hei berikan hadiahku sekarang saja ya!” kata Jung Woo mendekatkan wajahnya ke Soo Yeon yang masih terpejam. “Bisa tidak kau berikan hadiahku sekarang?” Jung Woo terus merengek meminta hadiahnya.
Jung Woo mendekatkan wajahnya di depan wajah Soo Yeon yang tetap terpejam, “Berikan hadiahku. Berikan hadiahku sekarang juga!”
Inilah yang terjadi, Soo Yeon yang terpejam dan mobil yang terus bergerak hingga membuat Soo Yeon terangguk-angguk dan mendaratkan kepala Soo Yeon ke wajah Jung Woo yang ada di depannya, dan kiss... yang tak terduga pun terjadi.
Sumpah itu bibirnya nempel hahaha.... apa ini hadiahnya...
Saking kagetnya Jung Woo terdiam terpaku, Soo Yeon masih terpejam.
Soo Yeon membuka matanya perlahan melihat sekeliling. Jung Woo langsung duduk grogi tapi ia mencoba bersikap tenang.
Soo Yeon menatap terkejut. Jung Woo langsung menoleh dan bilang, “Bukan. Bukan aku yang melakukannya.”
“Kita sudah sampai. Ayo turun!” seru Soo Yeon setelah melihat halte bis tempat turun.
Keduanya jalan bersama tapi sikap Jung Woo lebih banyak diam. Soo Yeon memandangnya heran dan bertanya apa Jung Woo sudah baikan. Jung Woo hanya menjawab hmmm....
Soo Yeon : “Kenapa kau tak bilang kalau kau mabuk darat?” (jadi itu alasan yang dibuat Jung Woo hehe)
Soo Yeon menyarankan agar Jung Woo mengambil nafas dalam-dalam. Jung Woo langsung grogi, tegang. Soo Yeon kembali bertanya apa Jung Woo mau muntah, apa perlu ia menepuk punggung Jung Woo.
“Bukan begitu!” kata Jung Woo pelan. Soo Yeon yang merasa heran dengan sikap Jung Woo bertanya apa Jung Woo marah karena ia tertidur di bis dan Jung Woo merasa bosan. “Sudah kubilang bukan begitu!” kata Jung Woo mencoba bersikap tenang.
Soo Yeon langsung berdiri di depan Jung Woo dan merentangkan tangannya, “Apa begini lebih baik?” Tanya Soo Yeon. Jung Woo sangat terkejut Soo Yeon tiba-tiba di depannya, itu membuat hatinya tak karuan.
Jung Woo berjalan menunduk tak berani menatap Soo Yeon. Soo Yeon berkata kalau ia tahu ketika angin berhembus itu akan membuat air mata Jung Woo keluar karena hembusan angis membuat mata Jung Woo berair.
Jung Woo melihat tangan Soo Yeon yang direntangkan dan disana Soo Yeon tersenyum menatapnya, senyum yang sangat indah dan itu membuat hati Jung Woo semakin tak karuan hampir pingsan.
Jung Woo tak tahan melihatnya ia langsung membalikan tubuh Soo Yeon. Ia tak kuasa melihat wajah apalagi senyum Soo Yeon. “Kau bisa jatuh!” Jung Woo beralasan Soo Yeon kan jatuh kalau berjalan mundur.
Soo Yeon kembali berbalik menatap Jung Woo, “Kalau begitu kau bisa memperhatikan aku.” Jung Woo kembali membalikan tubuh Soo Yeon, “Di depanmu aku tak bisa melihat.”
Soo Yeon tak mengerti kenapa tak bisa melihat jalan, bukankah ia lebih pendek dari Jung Woo. Jung Woo bilang kalau ia masih tak bisa melihat.
Jung Woo membalikan paksa tubuh Soo Yeon dan mendorongnya, Soo Yeon berteriak kalau ia akan jatuh jika didorong seperti ini hehe...
Byar.... tiba-tiba ada lampu yang menyala ketika keduanya melintas. Keduanya berhenti menatap lampu itu. Soo Yeon menghitung mundur, “Lima, empat, tiga, dua, satu. Mati.” Dan lampunya padam.
“Bagaimana? Sedikit menyeramkan, bukan?” Soo Yeon merasa kalau lampu yang berkedip itu lebih menakutkan daripada kegelapan. Lampunya pun menyala lagi.
Jung Woo tanya sudah berapa lama lampunya nyala mati seperti ini. Soo Yeon menjawab kalau lampu itu sudah seperti itu sejak ia pindah kesini. Tapi tak ada yang menggantinya dan ia tak bisa menggapainya. Lampunya padam lagi.
Jung Woo merasa kalau ia bisa menggapainya. Jung Woo mendekat dan mencoba jinjit tapi ia tak bisa menggapainya. Tangan kanannya pun berpegangan pada bahu Soo Yeon sementara tangan kirinya mencoba menggapai lampu untuk memperbaikinya.
Jung Woo hampir menggapainya. Soo Yeon berdiri terpaku karena posisinya sangat dekat dengan Jung Woo. Matanya beralih memandang Jung Woo yang tengah memperbaiki lampu. Jung Woo berhasil menggapai dan memutar lampu untuk membetulkannya. Lampu pun menyala terang. Jung Woo tertawa senang.
Jung Woo menoleh ke arah Soo Yeon tapi sejenak kemudian tawanya menghilang karena ia melihat wajah Soo Yeon sangat dekat dengannya.
Lama keduanya bertatapan dengan tatapan mata yang lebih dalam.
Detektif Kim melihat dari kejauhan tapi ia salah mengartikannya. Ia mengira Jung Woo melakukan hal yang tidak-tidak pada Soo Yeon (mencium gitu) karena memang posisi Ditektif Kim ketika melihat keduanya seperti posisi orang yang sedang berciuman. Apalagi ditambah dengan lampu yang dipegang Jung Woo sekarang mati lagi.
Detektif Kim yang baru pulang membeli sesuatu langsng menghampiri keduanya dan tanpa ampun menjewer telinga Jung Woo. “Dasar anak nakal, apa yang kau lakukan disini?” Detektif Kim menarik Jung Woo ke rumahnya masih tetap menjewer. Jung Woo meringis kesakitan.
Pria yang mengawasi Jung Woo sejak keluar dari pintu sekolah ada disana. Ia tampak mencengkeram setir mobilnya.
Jung Woo duduk tegang menghadap meja makan. Di depannya ibu Soo Yeon terus memandanginya.
Detektif Kim muncul bersama dengan dua anak gadis yang memakai sweater sama. Ibu melihat penampilan Eun Joo dan memuji kalau Eun Joo terlihat cantik memakai baju apa saja. Seperti malaikat tanpa sayap, kata ibu. Jung Woo hanya menatap diam.
Detektif Kim tanya apa kedua gadis ini seperti anak kembar, mereka cantik kan. Tapi Eun Joo tak suka, kenapa ia harus memakai baju yang sama seperti Soo Yeon. Eun Joo ingin melepas sweaternya detektif Kim melarang dan berkata kalau ia sudah mempertaruhkan hidupnya untuk membeli kedua pakaian ini. Ia pergi ke Dongdaemon dan hampir mati diinjak-injak.
Eun Joo kesal karena ini memalukan untuknya dan ia bisa mati karena malu. Eun Joo langsung duduk di samping Jung Woo. Ia tersenyum senang bisa duduk di samping Jung Woo. Sementara Soo Yeon duduk di samping ibunya di depan Eun Joo.
Detektif Kim terus berkata kalau kedua gadis ini sangat cantik. Jung Woo memandang Soo Yeon tanpa menoleh sedikit pun, keduanya tersenyum.
Detektif Kim melihat kalau Jung Woo terus memperhatikan Soo Yeon, “Dasar anak ini!” Jung Woo pun langsung mengalihkan pandangannya dan meminum air yang ada di depannya. Detektif Kim berkata kalau ketika usianya 20 tahun ia bahkan belum berani menatap seorang gadis tapi Jung Woo dengan usia 15 tahun sudah melakukannya.
Eun Joo langusng meralat ucapan ayahnya itu tidak benar, bukankah ayahnya bilang kalau ayahnya bertemu dengan ibunya ketika masih SMP, bahkan ketika itu ayahnya ini mencium ibunya.
Mendengar kata mencium Jung Woo langsung tersedak dan batuk-batuk hehe. Soo Yeon memberikan minumannya pada Jung Woo yang terus batuk-batuk.
Eun Joo berkata, “Aku dengar kalau kau berciuman ketika salju pertama turun kau akan jatuh cinta.” Eun Joo bertanya pada Jung Woo, “Apa kau pernah mencobanya?” dan pertanyaan Eun Joo ini makin membuat Jung Woo terbatuk-batuk hehe. Eun Joo akan meredakan batuk Jung Woo. Ia menggenggam tangan Jung Woo dan menawarkan bantuan agar Jung Woo tak terbatuk-batuk lagi.
Detektif Kim meminta putrinya untuk menjaga harga diri di depan pria. Eun Joo cemberut dan langsung melepas genggaman tangannya. Melihat Eun Joo menggenggam tangan Jung Woo, Soo Yeon langsung menunduk.
Ibu Soo Yeon memuji akan bagus kalau ketiga anak ini bisa berteman. Ia meminta semuanya untuk makan. Tapi Jung Woo tak makan, ia hanya minum terus hehe.
Detektif Kim heran melihatnya, “Apa kau ini anak ayam? Kenapa kau hanya minum air? Saat masih panas ambil sesuap yang besar.” Jung Woo bilang kalau ia tak bisa memakannya kalau masih panas. Detektif Kim akan memukul Jung Woo dengan sendok, “Kau ini. Kau harus jadi laki-laki.” haha...
Ibu Soo Yeon menebak, apa orang itu Jung Woo. Orang yang menulis gadis populer di payung. Jung Woo berkata ya sambil melirik Soo Yeon dan tersenyum.
Eun Joo tak ingin tahu payung apa. Soo Yeon tak mengatakannya ia hanya tersenyum. Ibu bilang yang isinya seperti itulah keadaannya. Ia berkata tulisan tangan Jung Woo bagus seperti tulisan perempuan haha. Ia minta Soo Yeon jangan mempedulikan Jung Woo. Yang namanya laki-laki harus seperti laki laki seperti Detektif Kim. Detektif Kim langsung geer hehe.
Eun Joo berkata meskipun ayahnya terlihat dekit tapi dia masih gagah. Detektif Kim protes dibilang dekil bukankah Eun Joo juga sama tidak menyikat gigi tadi malam. Eun Joo bilang kalau ia akan menggosong gigi kalau ada yang menciumnya.
Semantara itu dua anak muda yang kasmaran pun tersenyum-senyum saling memandang. Soo Yeon langsung mengambil jept baju di sakunya dan langsung menjepitkan ke rambut, keduanya kembali tersenyum.
Detektif Kim makin kesal dengan Jung Woo yang terus cengar-cengir, “Dasar anak ini. Anak nakal, mencur-curi kesempatan. Hei ikut aku!” Kata detektif Kim sambil menjewer telinga Jung Woo. Ibu berteriak kalau Jung Woo harus diberi makan dulu sebelum dipukul hheh.
Apa yang dilakukan Detektif Kim terhadap Jung Woo. Ia ingin mengajari Jung Woo bersikap sebagai pria. Detektif Kim mengajarkan beberapa ucapan yang tegas. Awalnya Jung Woo mengikutinya dengan nada lemah tak bersemangat. Ia mencobanya lagi dengan nada lebih sangar hehe,,, (wakakak lucu liat adegan ini)
Selanjutnya Detektif Kim akan mengajarkan bagaimana melawan musuh, di tangga Soo Yeon memperhatikan keduanya.
Eun Joo duduk di samping Soo Yeon sambil membawa payung kuning milik Soo Yeon. Ia bertanya apa payung yang dimaksud. Soo Yeon langsung mengambil payungnya dan bilang kalau Eun Joo tak boleh memiliki ini.
Eun Joo tersenyum girang menatap dan menunjuk Jung Woo, “Lalu bisakah aku memiliki Jung Woo saja?” Soo Yeon cemberut terdiam.
Eun Joo kesal, “ah yang benar saja. Aku tak mengerti sama sekali. Tokoh utama dalam komik yang sempurna itu kenapa dia mau berhubungan dengan orang sepertimu? Kau merayunya kan? Bagaimana bisa seseorang seperti dia menyukai seseorang sepertimu."
Soo Yeon menunduk sedih. Eun Joo jadi tak enak hati sudah bicara yang tidak-tidak, maksudku...
Soo Yeon : “kau benar. Aku menyukainya. Jung Woo mungkin hanya... merasa kasihan padaku.” Eun Joo : “Kenapa dia harus merasa kasihan padamu? Hei.. percaya dirilah. Kita ini putri detektif.”
Ibu datang membawa minuman dan menendegar perbincangan kedua gadis ini. Ibu memanggil Eun Joo dan menyuruh Eun Joo memberikan minuman pada ayah Eun Joo. Eun Joo menurut membawakan minuman itu dan memanggil Jung Woo dengan suara manja, Soo Yeon menunduk sedih. Ibu duduk menghampirinya.
Ibu bilang kalau Soo Yeon sekarang jauh lebih baik. Soo Yeon mendongakkan An wajahnya. Ibu bilang meskipun Soo Yeon dan Eun Joo memakai baju yang sama tapi menurutnya soo yeon terlihat jah lebih cantik dibandingkan Eun Joo. Karena tak punya uang aku tak bisa mendandanimu dengan baik. “Tapi kau cantik persis seperti ibumu.”
Soo Yeon tersenyum mendengarnya. Ibu bilang kalau kemarin Soo Yeon marah-marah tak mau datang kesini tapi sekarang apa Soo Yeon tidak merasa senang. Soo Yeon bertanya bagaimana dengan ibunya, apa ibu juga menyukai disini. Ibu tnya suka apa, ia paling menyukai uang.
Detektif Kim meminta semua menyerangnya sekaligus. Ok... ketiga anak muda ini akan menyerang detektif kim sekaligus tapi detektif Kim mengambil jepit milik soo yeon dan memakai di rambutnya hehe. “Jangan itu punya-ku.” Soo Yeon berusaha merebut kembali jepit miliknya.
Detektif Kim bekerja sama dengan Eun Joo melempar-lempar jepit itu. Sementara Jung Woo membantu Soo Yeon yang berusaha merebutnya. Ibu tertawa melihat tingkah mereka. Mereka terlihat seperi keluarga bahagia
Soo Yeon duduk di tangga sendirian dan menuliskan sesuatu di tembok, I MISS YOU.
“Soo Yeon...” tiba-tiba ada yang memanggilnya. Soo Yeon menoleh dan tersenyum menatapnya, Siapa dia?
Han Jung Woo dewasa, kya Chunnie...
Jung Woo terlihat sedih, “Kau tersnyum? Aku hampir mati karena marah. Saat aku marah, aku merasa akan gila. Hari ini, Aku hanya akan menunggumu. hari ini saja. Hari ini saja.
Air mata Jung Woo menetes, “Aku benar-benar merasa menjadi gila...”
Jung Woo pun duduk di tangga sendirian sambil menatap pilu tulisan tangan Soo Yeon, I Miss You...
BERSAMBUNG...
Komentar :
Dua remaja yang mulai jatuh cinta, cie cie cie... hehe... saingan Soo Yeon dalam kisah asmaranya pun telah hadir, Kim Eun Joo.
Kita bisa tersenyum-senyum disini tapi diepisode 3 nanti kalau dilihat dari spoiler bakalan ada yang berurai air mata deh, penculikan. malah penculiknya udah kelihatan di episode ini.
Detektif Kim sepertinya dia bisa menjadi ayah yang baik untuk Soo Yeon dan sepertinya Eun Joo juga mulai menerima itu.
Sinopsis I Miss You Episode 2 Part 1
Sinopsis I Miss You Episode 2 Part 1
Jung Woo menemukan Soo Yeon bersembunyi di balik perosotan. Soo Yeon yang terkejut langsung menyembunyikan wajahnya.
Ketika Jung Woo menyinggung tentang Soo Yeon yang menyambunyikan wajah, Soo Yeon malah menarik menyembunyikan kakinya dan ketika Jung Woo menyinggung tentang kaki Soo Yeon yang disembunyikan Soo Yeon malah menarik menyembunyikan tangannya. Kali ini Jung Woo menyabut ‘gaun bunga’ yang dikenakan Soo Yeon. Soo Yeon mencengkeram bajunya sambil tetap menunduk.
“Gadis populer!” panggil Jung Woo. mendengar panggilan Jung Woo, Soo Yeon sedikit mengangkat wajahnya.
“Lee Soo Yeon!” Jung Woo memanggil nama Soo Yeon. Soo Yeon terdiam.
“Lee Soo Yeon!” Jung Woo memanggil lagi. Soo Yeon mengangkat wajahnya menatap Jung Woo.
“Putri seorang pembunuh Lee Soo Yeon. Ayo kita berteman!” pinta Jung Woo tulus.
Soo Yeon terkejut dengan ajakan berteman yang disampaikan Jung Woo. Ia tetap jongkok sambil menatap Jung Woo. Dengan suara terbata-bata Soo Yeon bertanya kenapa Jung Woo ingin berteman dengannya.
Jung Woo balik bertanya apa Soo Yeon tak mau berteman dengannya. Soo Yeon langsung berdiri dan berkata bukan begitu tapi kemudian soo yeon kembali menunduk, Ia tak berani menatap Jung Woo.
Jung Woo melihat penampilan Soo Yeon dari kepala sampai kaki. Rambut panjang yang selalu menutupi wajah karena Soo Yeon selalu menunduk dan kaki sebelah yang tak bersepatu dimana bekas luka Soo Yeon terlihat. Jung Woo langsung lari meninggalkan Soo Yeon. Soo Yeon mengambil sepatunya dan mengejar Jung Woo.
Jung Woo mengambil jepit jemuran milik orang. Soo Yeon tak mengerti kenapa Jung Woo tiba-tiba lari. Ia bertanya apa Jung Woo marah. Jung Woo langsung menjepit rambut Soo Yeon dengan jepit jemuran.
(ya ampun ga ada jepit rambut lain ya-apakah gaya jepit rambut ini akan menjadi tren, siapa yang mau coba haha)
Soo Yeon menatap tak mengerti apa yang dilakukan Jung Woo. Jung Woo memandang wajah Soo Yeon lebih dekat, “Oh jadi begini rupamu.” Katanya sambil tersenyum.
Jung Woo : “Lee Soo yeon lakukan itu mulai dari sekarang.”
Soo Yeon menatap bingung. Jung Woo berkata kalau ia tak akan pernah mengabaikan Soo Yeon lagi. Ia minta maaf. Soo Yeon masih terdiam menatap Jung Woo tiba-tiba angin bertiup membuat rambut Soo Teon bergerak kesana-kemari.
Jung Woo langsung merentangkan tangannya menutupi Soo Yeon agar tak terkena angin. Dalam hati ia berkata, “Jangan menangis. Kau akan menangis karena angin bertiup kan? Angin yang membuatmu menangis.”
Jung Woo tersenyum menatap Soo Yeon dan Soo Yeon pun membalas senyum Jung Woo.
Sambil berjalan Soo Yeon memakai sepatunya. Jung Woo berkata kalau yang ia butuhkan adalah seorang teman yang meminjankan payung saat hujan. Ia pun bertanya bagaimana dengan Soo Yeon. Soo Yeon diam saja.
Jung Woo berjalan di depan Soo Yeon. Soo Yeon berusaha mengimbangi langkah Jung Woo. Tapi ketika Soo Yeon sudah berjalan di samping Jung Woo, Jung Woo malah berjalan cepat mendahului Soo Yeon. Soo Yeon kembali mengimbangi langkah Jung Woo dan dengan isengnya Jung Woo berjalan lebih cepat. Soo Yeon kembali mengimbangi langkah Jung Woo dan kali ini dengan jail-nya Jung Woo lari. Soo Yeon pun ikut lari mengejar Jung Woo. (haha lucu deh liat scene ini)
Detektif Kim menemui ibu Soo Yeon. Ibu Soo Yeon bertanya kenapa, apa Detektif Kim ingin memenjarakannya juga. Ibu memberi tahu kalau orang-orang itu yang memukulnya lebih dulu. Ketika ia hampir melupakan kejadian buruk itu mereka malah muncul lagi dan mengacaukan rumahnya. Kalau Detektif Kim tak percaya tanya saja pada tetangga.
Meskipun ia yakin tak ada orang yang akan berpihak padanya, bukankah Detektif Kim juga tahu keadannya. Orang-orang itu seharusnya tak melakukan ini padanya. Ia sudah mencoba menutup mulut agar mereka tak memanggilnya dengan sebutan wanita yang mengerikan. Tapi binatang buas itu, aku... aku melakukannya. Dada ibu terasa sesak dan menangis, aku melakukan hal yang sama dengan tangan ini.
Detektif Kim ikut sedih mendengarnya, ia merasa bersalah. “Maafkan aku!” ucap Detektif Kim. Ibu menyuruh Detektif Kim pergi, orang berdosalah yang bersalah. Perbuatan salah apa yang Detektif Kim perbuat kenapa minta maaf.
Dengan suara berat Detektif Kim mengungkapkan kalau pelaku yang sebenarnya telah tertangkap. Ibu terdiam menatap bingung, ia tak menegrti apa maksud perkataan Detektif Kim. Detektif Kim berlutut di depan ibu, “Maafkan aku.” Air mata Detektif Kim tak tertahankan lagi, ia merasa bersalah dan terus-menerus mengatakan maaf. (ah benar kan ayah Soo Yeon ga salah)
Hyung Joon mengintip di jendela, sepertinya ia ingin keluar dari rumah itu. Ia membuka sedikit jendela dan menyiapkan mangkuk untuk ia lemparkan ke luar.
Soo Yeon menunjukan pada Jung Woo dimana rumahnya. Hyung Joon akan melempar mangkuk itu sebagai tanda pada Soo Yeon tapi niat itu ia urungkan ketika ia tahu bahwa Soo Yeon tak lewat sendiri. Hyung Joo langsung sembunyi. Tapi Hyung Joon penasaran dan mengintip.
Soo Yeon berkata pada Jung Woo bukankah rumahnya sangat kecil. Jung Woo melihat-lihat dan menyahut ya sangat kecil sedangkan rumahnya sangat besar. Soo Yeon mengucapkan salam perpisahan dan akan masuk ke rumahnya.
Tapi Jung Woo tetap berdiri di tempatnya, “Rumahku sangat besar. Sampai angin dingin juga bertiup di dalam rumah dan itu membuatku menangis.” Soo Yeon berbalik menatap Jung Woo. Kemudian Jung Woo tersenyum dan berkata kalau hal ini bukan karena ia sedih tapi angin yang membuat matanya menangis.
Soo Yeon tak mengerti kenapa Jung Woo mengatakan ucapan seperti yang ia katakan. Hyung Joon mengintip dari jendela dan melihat Jung Woo. (kira-kira keduanya udah saling mengenal belum ya)
Asisten minta maaf pada Han Tae Joon karena ia tak mendapatkan informasi apapun dari Hyun Joo karena Hyun Joo tak mau bicara. Untuk mencari tahu keberadaan Hyung Joon ia berjanji akan menyelidikinya lebih lanjut. Kalau Hyun Joo terus menolak kesabaran Hyun Joo pasti tak akan bertahan lama. Han Tae Joon tanya dimana perawat Jung Hye Mi.
Jung Hye Mi mengendap-endap ke rumah yang tadinya ditempati oleh Hyun Joo. Ia sembunyi ketika melihat penjaga yang membawa anjing.
Hye Mi berada di sebuah ruangan. Ia mengambil tas besar yang disembunyikan. Terngiang suara Hyun Joo berpesan padanya, ‘Dengan uang itu kau bisa bertahan hidup sementara waktu. Sampai kita bisa meninggalkan negara ini.’ Hye Mi membuka tas dan isinya berupa tumpukan uang yang jumlahnya sangat banyak. Di tas itu juga ada foto keluarga Han Tae Joon bersama Hwang Mi Ran, Jung Woo dan Ah Reum.
Kembali terngiang suara Hyun Joo, ‘Kau harus melakukan seperti yang kukatakan. Anak Han Tae Joon, kau harus menculiknya. Hanya sampai kita bisa meninggalkan tempat ini kau harus mendapatkan uang Presdir. Bukankah sudah kubilang, kalau uang itu akan mengubah hidup kita.’
Katika itu Hye Mi menggeleng menolak melakukannya tapi Hyun Joo memohon dan menatap tajam Hye Mi, ‘Kalau dia tahu kau membawa Hyung Joon, Han Tae Joon akan langsung membunuhmu. Ada beberapa milyar dolar yang disimpan di bank Swiss. Karena ini dana pribadi presdir, Han Tae Joo tak bisa melaporkannya ke polisi.’
Hye Mi keluar dari rumah dengan membawa tas besar berisi uang. Ia akan keluar menggunakan tangga tapi tak jadi. Ia berbalik arah dan ada dua orang yang mencegatnya, mata Hye Mi melebar terkejut bukan main.
Hye Mi dibawa menghadap Han Tae Joon. Tangannya gemetaran sambil membawa tas besar yang berisi uang. Han Tae Joon berkata kalau ia sudah lama tak melihat Hye Mi di rumah. Ia bertanya apa Hye Mi baru kembali dari suatu tempat karena ia melihat Hye Mi membawa tas besar.
(hmm sepertinya Han Tae Joon ga curiga dengan tas itu. Ia mengira kalau tas itu berisi pakaian)
Dengan tangan gemetaran Hye Mi meletakan tas itu di lantai dan berkata kalau ia mengikuti suatu perjalanan. Ia mengatakan kalau ia kembali dari Hae Nam.
Han Tae Joon berkata kalau wanita itu (Hyun Joo) telah mencuri uangnya. Ia mengatakan kalau uang itu miliknya, uang itu terlalu banyak untuk Hyun Joo seorang sendiri. Ia bertanya apa Hye Mi punya ide, ia tahu kalau Hye Mi ini cukup dekat dengan Hyun Joo.
Hye Mi berkata kalau ia tak begitu dekat dengan Hyun Joo, yang ia lakukan hanyalah merawat Presdir seperti yang diperintahkan padanya. “Nyonya... maksudku wanita itu dan aku bahkan tak banyak bicara.” kata Hye Mi mencoba bersikap tenang di depan Han Tae Joon.
Han Tae Joon meyakini kalau hal itulah yang terjadi karena Hye Mi sudah bekerja dengannya selama 10 tahun. Ia yakin Hye Mi tahu betul orang seperti apa dirinya. “Kau kenal banyak orang di rumah sakit kan? Temukan Hyung Joon!”
Han Tae Joon mengingatkan kalau Hye Mi lebih baik bergegas melaksanakan perintahnya sebelum wanita itu meninggal. “Apa menurutmu tidak lebih baik kita membiarkannya melihat wajah anaknya sekali lagi?” Han Tae Joon meninggalkan Hye Mi sendirian yang masih gemetaran.
Han Tae Joon menyuruh asistennya untuk mengawasi perawat Jung Hye Mi. “Kalau dia menyembunyikan anak itu, dia pasti akan melakukan sesuatu.”
Soo Yeon lari-lari menyusul ibunya ke sebuah rumah makan. Disana ibu Soo Yeon minum-minum. Tapi pemilik rumah makan mengusirnya karena ibu Soo Yeon membuat pelanggan lainnya tak jadi makan karena ibu Soo Yeon istri seorang pembunuh.
Pemilik rumah makan itu marah-marah, kalau ia jadi ibu Soo Yeon ia pasti sudah bunuh diri. Ibu Soo Yeon ikut marah dan menarik ibu pemilik warung, “Baik kalau begitu kita berdua sama-sama mati!” kata ibu yang sudah mabuk.
Soo Yeon berusaha menarik mengajak ibunya pulang. ibu pemilik warung langsung menutup pintu rumah makannya. Ibu Soo Yeon meronta. Soo Yeon dan ibunya pun terjatuh bersama. Soo Yeon mencemaskan ibunya dan bertanya apa ibunya baik-baik saja.
Ibu yang sudah mabuk membentak tapi bukan membentak pada Soo Yeon, “Apa yang kalian tahu? Apa yang kalian tahu.” Kemudian ibu menangis, “Apa kalian tahu bagaimana perasaanku? Apa kalian tahu bagaimana perasaanku?”
Soo Yeon ikut menangis melihat keadaan ibunya yang seperti ini. Ia berjanji pada ibunya ia akan bersikap lebih baik lagi. Ia mengulang beberapa kali janji itu pada ibunya bahwa ia akan bersikap lebih baik lagi jadi ia harap ibunya jangan menangis lagi.
Jung Woo mengobati luka di wajahnya, ia meringis kesakitan. Jung Woo melihat sesuatu di depannya. Ia mengambillnya.
Jung Woo merebahkan tubuhnya ke tempat tidur dan menjepitkan benda yang ia ambil tadi ke rambutnya hehe. Ia tersenyum lebar.
Keesokan harinya Jung Woo lari ke sekolah dengan semangat. Ia bahkan mengambil jalan pintas dengan melewati taman. Padahal sepertinya mungkin dilarang menginjak rumput di taman itu. Tapi Jung Woo ingin segera sampai ke kelas.
Tiba di kelas Jung Woo dikejutkan dengan tindakan teman sekelasnya yang mengecat meja Soo Yeon dan menempelkan lem di kursi Soo Yeon. “Kau sudah datang!” teman Jung Woo menyapa.
Teman Jung Woo menyuruh Jung Woo untuk mengawasi kalau si nomor 27 datang. Jung Woo menatap marah. Temannya berkata kalau pantat yang duduk di kursi ini harus benar-benar menempel agar terlihat lucu. Soo Yeon tiba di kelasnya dan melihat teman sekelasnya menempelkan lem dan mengecat meja kursinya.
Jung Woo yang marah langsung menendang meja kursi hingga membuat temannya jatuh terjengkang. Soo Yeon kaget melihatnya.
Teman Jung Woo jelas marah atas tindakan Jung Woo. Jung Woo bertanya apa menurut temannya ini tidak lucu. Bukankah begitu kata Jung Woo meminta pendapat teman sekelasnya. Kalau ia telah membuat temannya jatuh terjengkang. “Bukankah melihat orang lain berkelahi lebih menyenangkan?” Bentak Jung Woo.
Teman Jung Woo yang terjengkang tadi jelas marah atas tindakan berani Jung Woo terhadapnya. Ia memukul keras Jung Woo. “Apa perkelahian kemarin belum cukup?
Jung Woo menantang, “Sebagai manusia kau seharusnya tahu malu. Apa kau tak punya kegiatan lain?” Bentak Jung Woo sambil memukul teman yang tadi memukulnya.
“Ibu guru datang!” seru salah satu siswa dan semuanya langsung bersiap di tempat duduk masing-masing duduk rapi.
“Kau mati hari ini!” kata siswa yang tadi dipukul oleh Jung Woo. Tapi dengan cepat Soo Yeon berhampur memeluk siswa yang memukul jung woo. Entah memeluk, entah mencegah supaya tak terjadi keributan, yang pasti apa yang dilakukan Soo Yeon ini membuat Jung Woo dan teman sekelasnya terbengong-bengong dengan mulut menganga haha.
Bahkan siswa yang dipeluk Soo Yeon pun kaget. Bu guru masuk ke kelas dan melihat semuanya, “Apa yang kalian lakukan?”
Soo Yeon langsung melepas pelukannya, “Maaf aku melakukannya tanpa menyadarinya.” ucap Soo Yeon. Dan memang sepertinya Soo Yeon sengaja melakukan ini supaya tak terjadi keributan yang lebih besar antara Jung Woo dan siswa tadi. Soo Yeon menunduk menuju bangkunya. Ia menutupi permukaan kursi yang sudah diolesi lem dengan buku agar ia bisa duduk di atasnya.
Bu Guru memarahi siswa yang memukul Jung Woo. Bu Guru bilang kalau ia melihat semuanya, “Apa kau pacaran?” tanya Bu Guru sambil memukul siswa itu dengan pulpen. Siswa itu menyangkal ia tak pacaran dengan Soo Yeon amit-amit katanya haha.
Selama kegiatan belajar mengajar Soo Yeon mencuri pandang ke arah Jung Woo yang duduk beberapa baris di depannya. Pikiran Jung Woo pun tak foku, ia menggigit pulpennya dan menoleh ke arah Soo Yeon tapi dengan cepat Soo Yeon memalingkan wajah menutupinya dengan bukunya yang pura-pura dibacanya.
Jung Woo beberapa kali menoleh ke arah Soo Yeon tapi dengan cepat Soo Yeon menyembunyikan wajahnya supaya tak ketahuan kalau ia tengah memperhatikan Jung Woo.
Gosip Soo Yeon pacaran dengan siswa itu pun merebak ke penjuru sekolah. Soo Yeon jadi bahan tertawaan. Tapi Soo Yeon berusaha mengabaikannya. Tiba-tiba ada seseorang yang menariknya keluar. Jung Woo.
Soo Yeon jelas kaget bagaimana kalau ada orang yang melihat. Jung Woo menatap tajam, Soo Yeon langsung menunduk tak berani menatap Jung Woo. Jung Woo tanya apa yang Soo Yeon lakukan tadi, apa Soo Yeon sudah lupa bukankah keduanya memutuskan untuk berteman.
Soo Yeon menggeleng menandakan kalau ia tak lupa tentang itu. Jung Woo kembali bertanya kalau begitu apa Soo Yeon harus bersikap seperti ini karena ia pernah mengabaikan Soo Yeon kemarin, bukankah ia sudah minta maaf.
Soo Yeon meminta Jung Woo mengabaikannya saja ketika kedua berada di sekolah, jangan sampai ada siswa lain yang tahu kalau keduanya berteman. Soo Yeon ingin menyebut Jung Woo sebagai ‘teman rahasia’ Tapi Jung Woo tak mau ia tak suka dengan yang namanya rahasia.
Jung Woo yang kesal akan meninggalkan Soo Yeon tapi Soo Yeon menahan tangan Jung Woo. Soo Yeon bilang bukan hanya siswa yang tadi tapi semua anak-anak di sekolah ini membencinya. Selain itu semua orang di lingkungannya juga begitu, “Semua orang yang tahu siapa ayahku pasti membenciku.” Soo Yeon memohon Jung Woo jangan lagi berkelahi karenanya.
Jung Woo tak mengerti apa ia harus duduk dan menonton mereka menyiksa Soo Yeon. Soo Yeon bilang kalau ia akan mengurusnya, ia akan melawan. “Kau orang pertama yang mau menjadi temanku dan aku mungkin tak akan pernah lagi mempunyai orang seperti itu. Aku akan melindungimu.” Kata Soo Yeon membuat Jung Woo hanya bisa menghela nafas.
Ketika jam makan siang semua siswa memakan bekal mereka. Siswa yang dipeluk Soo Yeon melempar kotak susu ke tempat sampah yang ada di belakang Soo Yeon tapi sepertinya lemparan itu sengaja ditujukan kepada Soo Yeon.
Siswa itu bergumam sial karena lemparannya tak masuk ke kotak sampah. Temannya berkata kalau siswa itu tak seharusnya melakukan itu pada gadis yang disukai dan siswa lain pun mulai melempari Soo Yeon lagi dengan kotak susu dengan alasan kalau mereka akan membuang kotak susu ke tempat sampah.
Bukan hanya satu siswa tapi beberapa siswa mengikuti melempar kotak susu ke arah Soo Yeon. Jung Woo menoleh menatap Soo Yeon yang diam saja.
Siswa itu membuat sayembara barang siapa yang berhasil memasukan kotak susu ke tempat sampah ia akan memberikan uang sebesar 1000 won. Semua siswa berminat, mereka ikut melempar kotak susu ke tempat sampah yang ada di belakang Soo Yeon. Tapi lemparan mereka bukan ke tempat sampah melainkan ke arah Soo Yeon. Mereka sengaja melakukannya, Soo yeon diam menerima lemparan itu.
Jung Woo tak tahan melihatnya, ia akan melawan tapi Soo Yeon lebih dulu berdiri membuat teman-teman yang lain terdiam.
Soo Yeon mengambil tempat sampah dan memunguti kotak susu yang berserakan. Semua siswa pun kembali menikmati makan siang mereka. Jung Woo menatap heran kenapa Soo Yeon tak melawan.
Soo Yeon mengambil kotak susu dan meletakannya di meja salah satu temannya. Ketika sampai di depan siswa yang ia peluk, ia meletakan kotak susu itu dengan kasar sampai air susunya muncrat.
Soo Yeon berdiri di depan kelas dan meletakan kotak sampah di meja. Jung Woo tersenyum melihat keberanian Soo Yeon.
Jung Woo mengerti ia mengambil kotak susunya dan melempar ke arah kotak sampah yang disiapkan Soo Yeon. Pluk... lemparan Jung Woo tepat sasaran. Kotak susunya masuk ke tampat sampah.
Jung Woo bersorak, ia pun mengambil uang 1000 won yang tadi dijadikan hadiah sayembara. Siswa itu kesal akan melempar Jung Woo dengan kotak susu. Tapi Soo Yeon menggertakan kotak sampah di meja membuat siswa itu terdiam, apalagi Soo Yeon menatapnya dengan tatapan tajam.
Jung Woo akan keluar kelas, ia memanggil Soo Yeon dan bertanya apa Soo Yeon tak ikut dengannya. Jung Woo manunjukan uang 1000 won yang didapatnya tadi dan mengajak Soo Yeon membeli makanan kecil dengan uang itu.
Tentu saja kebersamaan Jung Woo dan Soo Yeon menjadi pemandangan yang heboh untuk siswa disana. Mereka ramai-ramai melihat kedekatan mereka berdua. Mereka melihat keduanya dari jendela kelas, mereka tak percaya kalau keduanya terlihat bersama.
Jung Woo duduk santai sambil menikmati es-nya. Soo Yeon berdiri tak mengerti kenapa Jung Woo melakukan ini. Jung Woo dengan santainya bertanya melakukan apa. Soo Yeon berkata bukankah ia sudah bilang kalau keduanya lebih baik menjadi teman rahasia. Tapi Jung Woo bilang bukankah ia tak mau.
Soo Yeon berkata bukankah Jung Woo bisa melihatnya bagaimana sikap siswa yang lain terhadapnya dan sekarang mereka juga akan mengganggu Jung Woo. Tapi Jung Woo tak peduli, “Hei.. apa kau pernah melihat orang yang punya teman di-bully?”
Jung Woo menarik tangan Soo Yeon supaya duduk di sampingnya. Siswa yang lain makin heboh melihatnya dan apa yang terjadi setelahnya.
Keduanya mendapat lemparan sampah dari lantai 2. Soo Yeon menunduk terdiam. Jung Woo meminta Soo Yeon mengangkat tegak kepala.
“Sudah kubilang yang kau butuhkan hanya satu teman, kalau hanya seperti ini tak akan membuatku takut. Kalau aku mulai benar-benar merasa takut saat itulah aku akan mengabaikanmu.” Kata Jung Woo.
Soo Yeon mengangkat kepalanya. Jung Woo tersenyum, “Benar kan? Jadi angkat kepalamu sekarang.” Jung Woo kembali menikmati es-nya. Soo Yeon pun demikian ia juga menikmatinya.
Keduanya saling memandang dan tertawa bersama.
Soo Yeon pulang sekolah dengan wajah cemberut. Jung Woo tanya apa Soo Yeon marah bukankah sekarang ia lebih populer daripada Soo Yeon. Soo Yeon menyahut kesal kalau Jung Woo itu sombong sekali, apa yang akan Jung Woo lakukan sekarang.
Jung Woo berjalan di depan Soo Yeon, “Kenapa kau tak mulai dengan menarik ini dariku?” Jung Woo menunjukan tulisan yang tertempel di punggungnya.
‘Nomor 27 dan nomor 41-pergilah. Pacar anak pembunuh!’
‘Menjijikan. Dia mengencani anak seorang pembunuh!’
Soo Yeon mencabut kertas ini dengan kesal, kenapa Jung Woo tak mendengarkan sarannya. Ia memukul punggung Jung Woo. Jung Woo meringis memegangi punggungnya. Tapi sesaat kemudian Jung Woo tertawa dan berkata kalau Soo Yeon ini terdengar seperti seorang ahjumma. Soo Yeon tak mengerti kenapa Jung Woo masih bisa tertawa.
Tiba-tiba terdengar suara benda yang pecah. Jung Woo dan Soo Yeon menoleh ke sumber suara dan ternyata selain suara pecah keduanya juga melihat ada kobaran api. Rumah tempat Hyung Joon dikurung.
Soo Yeon akan menolong tapi Jung Woo menariknya untuk menjauh karena itu berbahaya. Tapi Soo Yeon tetap berusaha membuka pintu yang tergembok. Jung Woo celingukan mencari sesuatu untuk membuka gembok itu. Ia menamukan batu bata. Jung Woo meminta Soo Yeon menyingkir. Ia memukulkan bata merah itu ke kunci gembok. Terdengar teriakan dari dalam. Jung Woo menyuruh Soo Yeon mencari seseorang untuk membantu. Soo Yeon mengerti, ia pun bergegas mencari bantuan.
Jung Woo sekuat tenaga mencoba membuka kunci gembok tapi apa yang terjadi tangannya terluka dan mengeluarkan darah. Soo Yeon berbalik melihatnya dan cemas. Soo Yeon mengambil batu bata itu dan akan menggantikan Jung Woo. Tapi Jung Woo bilang kalau ia tak apa-apa, lebih baik Soo Yeon memberi tahu seseorang.
(ah jadi ingat adegan Episode 29 Can You Hear My Heart nih, dimana Joon Ha berusaha membuka kunci gembok buat nyelametin Dong Joo dan akibatnya Joon Ha juga terluka)
Jung Woo berhasil membuka pintunya, Hyung Joon langsung berhampur keluar dan terjatuh menindih Jung Woo. Beberapa ibu-ibu datang membantu memadamkan api.
Jung Woo tanya apa Hyung Joo baik-baik saja. Hyung Joo tak menjawab ia akan segera kabur. Tapi Jung Woo menahan dengan memegang kaki Hyung Joon. Hyung Joon berteriak kesakitan karena yang Jung Woo pegang itu lukanya.
Hyung Joon meronta Jung Woo berusaha menahan tubuh Hyung Joon dan tanpa sengaja kalung yang dikenakan Hyung Joon lepas dan patah jadi dua. Hyung Joon kabur. Soo Yeon datang ia mencemaskan luka Jung Woo. Jung Woo memberi tahu kalau anak itu terluka ia menyuruh Soo Yeon cepat mengejarnya.
Soo Yeon segera mengejar Hyung Joon. Jung Woo memungut kalung milik Hyung Joon yang bandulnya patah jadi dua.
Hyung Joon berjalan tertatih menyeret kaki kanannya yang terluka. Karena tak bisa lari cepat Hyung Joon pun berhasil dikejar oleh Soo Yeon. Tapi Hyung Joon tak mau lagi berada disini, ia ingin segera pergi. “Adik kecil kau mau kemana? Katakan padaku. Katakan padaku kau mau kemana aku akan mengantarmu kesana.”
Soo Yeon mencoba membantu menenangkan Hyung Joon. Hyung Joon merasakan sakit yang amat sangat di kakinya. Ia terduduk menahan sakit. Lukanya mengeluarkan darah yang banyak. Soo Yeon akan melihatnya tapi Hyung Joon menolak. Soo Yeon bersikeras akan memeriksanya.
Jung Woo menghampiri keduanya. Ia menyimpan kalung milik Hyung Joon di sakunya. Soo Yeon berkata apa Hyung Joon pikir bisa pergi dengan luka di kaki seperti ini. Jung Woo membopong Hyung Joon, tapi Hyung Joon meronta menolak. Jung Woo meminta Hyung Joon diam, ia bertanya pada Soo Yeon dimana rumah sakit terdekat.
Perawat Jung Hye Mi menerima telepon dari ibu pemilik kontrakan. Ibu itu marah-marah bagiaman bisa Hye Mi membakar rumahnya seperti ini. Hye Mi kaget bukan main apalagi ibu pemilik kontrakan mengatakan kalau seluruh rumahnya habis terbakar.
Hye Mi cemas bagaimana dengan anak yang ada di rumahnya. Ibu pemilik kontrakan mengatakan kalau anak pembunuh itu membawanya ke rumah sakit. Hye Mi makin cemas dan gemetaran ia harus segera menemui Hyung Joon ia pun melihat keluar jendela, apakah aman untuknya pergi keluar.
Jung Woo menggenggam kalung milik Hyung Joon sambil menelepon Ibu tirinya, ia bertanya bisakah ibu tirinya ini datang menemuinya. Ia mengatakan kalau bukan dirinya yang terluka. Jung Woo berkata kalau ceritanya panjang. Sepertinya Jung Woo mendapat omelan. Jung Woo mencoba menjelaskan kalau ia sedang di rumah temannya dan tiba-tiba terjadi kebakaran.
Hyung Joon yang tengah mendapatkan perawatan medis menjerit kesakitan karena lukanya. Dokter bertanya pada Soo Yeon apa yang Soo Yeon pikirkan membawa Hyung Joon kesini dengan kondisi seprti ini. Dokter menyuruh Soo Yeon memanggil orang tua Hyung Joon agar anak ini dibawa ke rumah sakit besar. Dokter berkata kalau mereka tak hati-hati, mereka mungkin harus mengamputasi kaki Hyung Joon (ya ampun lukanya parah banget) Hyung Joon berteriak kesakitan.
Jung Woo masih menelepon dan memohon ibunya untuk datang karena kalau tidak segera dioperasi anak itu akan berada dalam masalah besar. Hwang Mi Ran tak peduli dan berkata itu sebabnya ia menyuruh Jung Woo pulang. Kalau terjadi sesuatu pada anak itu karena Jung Woo ikut campur apa Jung Woo mau bertanggung jawab. “Apa kau pikir keluarga kita perlu mengkhawatirkan masalah seperti itu sekarang?”
Han Tae Joon sampai di rumah dan melihat istrinya tengah menerima telepon dari Jung Woo. Ia pun merebut teleponnya dan bicara dengan Jung Woo, “Apa ini?” tanya Han Tae Joon.
Jung Woo terkejut karena tiba-tiba ia mendengar suara ayahnya. Han Tae Joon mendengar suara jerit anak kecil. Soo Yeon menatap Jung Woo dengan tatapan khawatir.
Jung Woo bicara menjauh ia keluar ruangan. Ia menjelaskan pada ayahnya apa yang terjadi, “Terjadi kebakaran di rumah temanku dan kaki anak kecil terluka serius.” Han Tae Joon meminta putranya menunggu disana karena ia akan mengirim seseorang. Han Tae Joon pun menutup teleponnya.
Hwang Mi Ran mengatakan kalau Jung Woo bilang padana bahwa Jung Woo tak terluka. Kalau Jung Woo yang terluka biar ia sendiri yang pergi kesana. Han Tae Joon berkata apa istrinya berfikir kalau Jung Woo akan baik-baik saja setelah terjadi kebakaran. Mi Ran berkata kalau Jung Woo seharusnya lebih berhati-hati apalagi di rumah ini sedang dalam keadaan kacau.
Han Tae Joon : “Apa kau lupa alasanku membawamu ke rumah ini? jangan berfikir kalau kau bisa bertindak seperti istriku. Cukup besarkan Jung Woo dengan benar!” Han Tae Joon berlalu dari hadapan Mi Ran. Hal ini jelas membuat Mi Ran kesal.
(Ya ampun ternyata Mi Ran sama sekali ga dianggap istri nih sama Han Tae Joon)
Perawat Jung Hye Mi keluar dari rumahnya mengenakan jaket dan topi untuk menyamarkan penampilannya. Ia melihat keadaan sekeliling, ternyata di pinggir jalan anak buah Han Tae Joon mengawasi rumahnya. Hye Mi pun mencari akal untuk menghindari mereka.
Hye Mi akan turun menggunakan tangga sambil membawa tas berisi uang. Tapi di bawah tangga ada anak buah Han Tae Joon. Ia pun tak jadi keluar lewat sana. Hye Mi mencoba mencari jalan lain.
Tapi jalan lain pun dijaga oleh anak buah Han Tae Joon. Hye Mi kebingungan ia harus lewat mana.
Hye Mi pun memutuskan untuk melompati pagar, pertama-tama ia melemparkan tasnya terlebih dahulu kemudian giliran ia yang melompat. Hye Mi pun berhasil keluar dari sana.
Jung Hye Mi sampai di depan klinik HyungJjoon mendapatkan perawatan medis. Ia keluar dari taksi dan meminta supir taksi menunggu sebentar. Hye Mi terkejut melihat ada orang di depan klinik. Ia pun berusaha untuk tak berpapasan dengan orang itu yang tak lain adalah Jung Woo.
Hye Mi sembunyi dibalik tembok. Jung Woo sendiri tengah menunggu orang suruhan ayahnya. Hye Mi ingat pernah melihat wajah Jung Woo, dimana. Di foto. Ia teringat pesan yang disampaikan Hyun Joo bahwa ia harus menculik anak Han Tae Joon yang tak lain adalah Jung Woo.
Soo Yeon keluar menghampiri Jung Woo. Jung Woo tanya bagaimana keadaan anak itu. Soo Yeon mengatakan kalau Hyung Joon sedang tertidur. Soo Yeon menyuruh Jung Woo masuk ke klinik karena luka Jung Woo juga perlu diobati. Jung Woo bilang kalau ia baik-baik saja dan seseorang sedang dalam perjalanan akan menjemputnya.
Jung Woo menitipkan kalung milik Hyung Joon. Ia meminta tolong pada Soo Yeon agar menyerahkan kalung itu pada Hyung Joon. Ia menebak kalau kalung itu pasti dari ibu Hyung Joon bahkan ada tulisan di bagian belakang bandulnya. Soo Yeon melihat tulisan yang ada dibalik bandul kalung Hyung Joon.
Hye Mi mencoba mengingat ucapan Hyun Joo sambil melihat kalung yang dipegang Soo Yeon. Ternyata kalung itu ada kuncinya. “Uangnya disimpan di bank Swiss’ (kunci apa ya itu)
Hyung Joon membuka matanya perlahan, “Ibu..” gumamnya. Hyung Joon melihat kalau di sebelahnya ada Soo Yeon. Soo Yeon tersenyum lega karena Hyung Joon sudah sadar. Ia meminta Hyung Joon jangan khawatir karena ia akan tetap bersama Hyung Joon. Hyung Joon menyadari sesuatu dan meraba lehernya. Ia terkejut tak mendapati kalung miliknya. “Ibu...” Hyung Joon cemas.
“Apa kau mencari ini?” Soo Yeon menunjukan kalung milik Hyung Joon. Hyung Joon langsung merebut dan menggenggamnya erat.
“Kau belum tahu nama Unnie kan?” Tanya Soo Yeon. (Soo Yeon mengira Hyung Joon ini perempuan) Namaku Lee Soo Yeon.
“Bodoh. Aku bukan anak perempuan.” ucap Hyung Joon. Tapi Soo Yeon tak mendengar Hyung Joon bicara, “Apa? Kau bilang apa?” Hyung Joon memalingkan wajahnya. “Bodoh!” ucap Hyung Joon lagi.
Soo Yeon mendekat ingin tahu apa yang dikatakan Hyung Joon, “Apa aku tak bisa mendengarmu. Katakan lebih keras apa yang kau katakan?” pinta Soo Yeon. “Bodoh!” Hyung Joon mengucapkannya lebih keras. Soo Yeon tersenyum, Hyung Joon pun membalas senyumnya.
Tapi tiba-tiba ada yang mendorong Soo Yeon agar menyingkir dari Hyung Joon, siapa lagi kalau bukan perawat Jung Hye Mi. Hye Mi membangunkan Hyung Joon dan akan segera membawanya. Soo Yeon melarang karena Hyung Joon sedang sakit dan berkata kalau ia akan memanggilkan dokter. Tapi Hye Mi mendorong Soo Yeon dan menggendong Hyung Joo.
Jung Hye Mi keluar dari klinik sambil menggendong Hyung Joo dan melihat kalau Jung Woo tengah menelepon seseorang. Jung Woo memberi tahu letak klinik yang ia datangi pada seseorang yang meneleponnya. Jung Woo tak melihat Hye Mi membawa Hyung Joon pergi.
Soo Yeon mengejar keluar dan berteriak tunggu sebentar pada Hye Mi. Tapi terlambat taksi sudah pergi. Soo Yeon berusaha mengejarnya, Jung Woo yang tengah menelepon pun menutup teleponnya dan mengejar Soo Yeon.
Hye Mi cemas Soo Yeon terus mengikuti taksi yang dinaikinya. Hyung Joon dengan kaki yang masih sakit merintih berkata kalau ia ingin bertemu ibunya. Ia minta Hye Mi mengantarkan dirinya untuk bertemun dengan ibunya.
Tapi Hye Mi malah menepiskan tangan Hyung Joon meminta agar Hyung Joon jangan keras kepala, “Apa kau tahu apa yang sudah kau lakukan? Anak laki-laki yang bersamamu, dia itu anak Han Tae Joon. Dia itu Han Jung Woo, anak dari orang yang melakukan ini pada kakimu.”
Mata Hyung Joon membesar terkejut. Ia berusaha untuk bangun dan melihat kembali wajah Han Jung Woo, si putra Han Tae Joon.
Bersambung di part 2...
Komentar :
Ah tuh kan apa sangat jelas kemungkinan kalau luka di kaki Hyung Joon ini yang membuatnya memakai tongkat. Yang masih membuatku bertanya-tanya Parawat Jung Hye Mi ini berada dipihak mana dia, Han Tae Joon apa Kang Hyun Joo. Dia masih meragukan nih peran jahat apa bukan ya.
Keren Jung Woo menunjukan pada teman-teman di sekolahnya kalau ia tak masalah berteman dengan Soo Yeon walaupun akibatnya dia di-bully oleh teman-teman sekolahnya.
Tuh kan benar, Detektif Kim salah menangkap tersangka dan dia merasa bersalah karena ayah Soo Yeon sudah dieksekusi.
Jung Woo menemukan Soo Yeon bersembunyi di balik perosotan. Soo Yeon yang terkejut langsung menyembunyikan wajahnya.
Ketika Jung Woo menyinggung tentang Soo Yeon yang menyambunyikan wajah, Soo Yeon malah menarik menyembunyikan kakinya dan ketika Jung Woo menyinggung tentang kaki Soo Yeon yang disembunyikan Soo Yeon malah menarik menyembunyikan tangannya. Kali ini Jung Woo menyabut ‘gaun bunga’ yang dikenakan Soo Yeon. Soo Yeon mencengkeram bajunya sambil tetap menunduk.
“Gadis populer!” panggil Jung Woo. mendengar panggilan Jung Woo, Soo Yeon sedikit mengangkat wajahnya.
“Lee Soo Yeon!” Jung Woo memanggil nama Soo Yeon. Soo Yeon terdiam.
“Lee Soo Yeon!” Jung Woo memanggil lagi. Soo Yeon mengangkat wajahnya menatap Jung Woo.
“Putri seorang pembunuh Lee Soo Yeon. Ayo kita berteman!” pinta Jung Woo tulus.
Soo Yeon terkejut dengan ajakan berteman yang disampaikan Jung Woo. Ia tetap jongkok sambil menatap Jung Woo. Dengan suara terbata-bata Soo Yeon bertanya kenapa Jung Woo ingin berteman dengannya.
Jung Woo balik bertanya apa Soo Yeon tak mau berteman dengannya. Soo Yeon langsung berdiri dan berkata bukan begitu tapi kemudian soo yeon kembali menunduk, Ia tak berani menatap Jung Woo.
Jung Woo melihat penampilan Soo Yeon dari kepala sampai kaki. Rambut panjang yang selalu menutupi wajah karena Soo Yeon selalu menunduk dan kaki sebelah yang tak bersepatu dimana bekas luka Soo Yeon terlihat. Jung Woo langsung lari meninggalkan Soo Yeon. Soo Yeon mengambil sepatunya dan mengejar Jung Woo.
Jung Woo mengambil jepit jemuran milik orang. Soo Yeon tak mengerti kenapa Jung Woo tiba-tiba lari. Ia bertanya apa Jung Woo marah. Jung Woo langsung menjepit rambut Soo Yeon dengan jepit jemuran.
(ya ampun ga ada jepit rambut lain ya-apakah gaya jepit rambut ini akan menjadi tren, siapa yang mau coba haha)
Soo Yeon menatap tak mengerti apa yang dilakukan Jung Woo. Jung Woo memandang wajah Soo Yeon lebih dekat, “Oh jadi begini rupamu.” Katanya sambil tersenyum.
Jung Woo : “Lee Soo yeon lakukan itu mulai dari sekarang.”
Soo Yeon menatap bingung. Jung Woo berkata kalau ia tak akan pernah mengabaikan Soo Yeon lagi. Ia minta maaf. Soo Yeon masih terdiam menatap Jung Woo tiba-tiba angin bertiup membuat rambut Soo Teon bergerak kesana-kemari.
Jung Woo langsung merentangkan tangannya menutupi Soo Yeon agar tak terkena angin. Dalam hati ia berkata, “Jangan menangis. Kau akan menangis karena angin bertiup kan? Angin yang membuatmu menangis.”
Jung Woo tersenyum menatap Soo Yeon dan Soo Yeon pun membalas senyum Jung Woo.
Sambil berjalan Soo Yeon memakai sepatunya. Jung Woo berkata kalau yang ia butuhkan adalah seorang teman yang meminjankan payung saat hujan. Ia pun bertanya bagaimana dengan Soo Yeon. Soo Yeon diam saja.
Jung Woo berjalan di depan Soo Yeon. Soo Yeon berusaha mengimbangi langkah Jung Woo. Tapi ketika Soo Yeon sudah berjalan di samping Jung Woo, Jung Woo malah berjalan cepat mendahului Soo Yeon. Soo Yeon kembali mengimbangi langkah Jung Woo dan dengan isengnya Jung Woo berjalan lebih cepat. Soo Yeon kembali mengimbangi langkah Jung Woo dan kali ini dengan jail-nya Jung Woo lari. Soo Yeon pun ikut lari mengejar Jung Woo. (haha lucu deh liat scene ini)
Detektif Kim menemui ibu Soo Yeon. Ibu Soo Yeon bertanya kenapa, apa Detektif Kim ingin memenjarakannya juga. Ibu memberi tahu kalau orang-orang itu yang memukulnya lebih dulu. Ketika ia hampir melupakan kejadian buruk itu mereka malah muncul lagi dan mengacaukan rumahnya. Kalau Detektif Kim tak percaya tanya saja pada tetangga.
Meskipun ia yakin tak ada orang yang akan berpihak padanya, bukankah Detektif Kim juga tahu keadannya. Orang-orang itu seharusnya tak melakukan ini padanya. Ia sudah mencoba menutup mulut agar mereka tak memanggilnya dengan sebutan wanita yang mengerikan. Tapi binatang buas itu, aku... aku melakukannya. Dada ibu terasa sesak dan menangis, aku melakukan hal yang sama dengan tangan ini.
Detektif Kim ikut sedih mendengarnya, ia merasa bersalah. “Maafkan aku!” ucap Detektif Kim. Ibu menyuruh Detektif Kim pergi, orang berdosalah yang bersalah. Perbuatan salah apa yang Detektif Kim perbuat kenapa minta maaf.
Dengan suara berat Detektif Kim mengungkapkan kalau pelaku yang sebenarnya telah tertangkap. Ibu terdiam menatap bingung, ia tak menegrti apa maksud perkataan Detektif Kim. Detektif Kim berlutut di depan ibu, “Maafkan aku.” Air mata Detektif Kim tak tertahankan lagi, ia merasa bersalah dan terus-menerus mengatakan maaf. (ah benar kan ayah Soo Yeon ga salah)
Hyung Joon mengintip di jendela, sepertinya ia ingin keluar dari rumah itu. Ia membuka sedikit jendela dan menyiapkan mangkuk untuk ia lemparkan ke luar.
Soo Yeon menunjukan pada Jung Woo dimana rumahnya. Hyung Joon akan melempar mangkuk itu sebagai tanda pada Soo Yeon tapi niat itu ia urungkan ketika ia tahu bahwa Soo Yeon tak lewat sendiri. Hyung Joo langsung sembunyi. Tapi Hyung Joon penasaran dan mengintip.
Soo Yeon berkata pada Jung Woo bukankah rumahnya sangat kecil. Jung Woo melihat-lihat dan menyahut ya sangat kecil sedangkan rumahnya sangat besar. Soo Yeon mengucapkan salam perpisahan dan akan masuk ke rumahnya.
Tapi Jung Woo tetap berdiri di tempatnya, “Rumahku sangat besar. Sampai angin dingin juga bertiup di dalam rumah dan itu membuatku menangis.” Soo Yeon berbalik menatap Jung Woo. Kemudian Jung Woo tersenyum dan berkata kalau hal ini bukan karena ia sedih tapi angin yang membuat matanya menangis.
Soo Yeon tak mengerti kenapa Jung Woo mengatakan ucapan seperti yang ia katakan. Hyung Joon mengintip dari jendela dan melihat Jung Woo. (kira-kira keduanya udah saling mengenal belum ya)
Asisten minta maaf pada Han Tae Joon karena ia tak mendapatkan informasi apapun dari Hyun Joo karena Hyun Joo tak mau bicara. Untuk mencari tahu keberadaan Hyung Joon ia berjanji akan menyelidikinya lebih lanjut. Kalau Hyun Joo terus menolak kesabaran Hyun Joo pasti tak akan bertahan lama. Han Tae Joon tanya dimana perawat Jung Hye Mi.
Jung Hye Mi mengendap-endap ke rumah yang tadinya ditempati oleh Hyun Joo. Ia sembunyi ketika melihat penjaga yang membawa anjing.
Hye Mi berada di sebuah ruangan. Ia mengambil tas besar yang disembunyikan. Terngiang suara Hyun Joo berpesan padanya, ‘Dengan uang itu kau bisa bertahan hidup sementara waktu. Sampai kita bisa meninggalkan negara ini.’ Hye Mi membuka tas dan isinya berupa tumpukan uang yang jumlahnya sangat banyak. Di tas itu juga ada foto keluarga Han Tae Joon bersama Hwang Mi Ran, Jung Woo dan Ah Reum.
Kembali terngiang suara Hyun Joo, ‘Kau harus melakukan seperti yang kukatakan. Anak Han Tae Joon, kau harus menculiknya. Hanya sampai kita bisa meninggalkan tempat ini kau harus mendapatkan uang Presdir. Bukankah sudah kubilang, kalau uang itu akan mengubah hidup kita.’
Katika itu Hye Mi menggeleng menolak melakukannya tapi Hyun Joo memohon dan menatap tajam Hye Mi, ‘Kalau dia tahu kau membawa Hyung Joon, Han Tae Joon akan langsung membunuhmu. Ada beberapa milyar dolar yang disimpan di bank Swiss. Karena ini dana pribadi presdir, Han Tae Joo tak bisa melaporkannya ke polisi.’
Hye Mi keluar dari rumah dengan membawa tas besar berisi uang. Ia akan keluar menggunakan tangga tapi tak jadi. Ia berbalik arah dan ada dua orang yang mencegatnya, mata Hye Mi melebar terkejut bukan main.
Hye Mi dibawa menghadap Han Tae Joon. Tangannya gemetaran sambil membawa tas besar yang berisi uang. Han Tae Joon berkata kalau ia sudah lama tak melihat Hye Mi di rumah. Ia bertanya apa Hye Mi baru kembali dari suatu tempat karena ia melihat Hye Mi membawa tas besar.
(hmm sepertinya Han Tae Joon ga curiga dengan tas itu. Ia mengira kalau tas itu berisi pakaian)
Dengan tangan gemetaran Hye Mi meletakan tas itu di lantai dan berkata kalau ia mengikuti suatu perjalanan. Ia mengatakan kalau ia kembali dari Hae Nam.
Han Tae Joon berkata kalau wanita itu (Hyun Joo) telah mencuri uangnya. Ia mengatakan kalau uang itu miliknya, uang itu terlalu banyak untuk Hyun Joo seorang sendiri. Ia bertanya apa Hye Mi punya ide, ia tahu kalau Hye Mi ini cukup dekat dengan Hyun Joo.
Hye Mi berkata kalau ia tak begitu dekat dengan Hyun Joo, yang ia lakukan hanyalah merawat Presdir seperti yang diperintahkan padanya. “Nyonya... maksudku wanita itu dan aku bahkan tak banyak bicara.” kata Hye Mi mencoba bersikap tenang di depan Han Tae Joon.
Han Tae Joon meyakini kalau hal itulah yang terjadi karena Hye Mi sudah bekerja dengannya selama 10 tahun. Ia yakin Hye Mi tahu betul orang seperti apa dirinya. “Kau kenal banyak orang di rumah sakit kan? Temukan Hyung Joon!”
Han Tae Joon mengingatkan kalau Hye Mi lebih baik bergegas melaksanakan perintahnya sebelum wanita itu meninggal. “Apa menurutmu tidak lebih baik kita membiarkannya melihat wajah anaknya sekali lagi?” Han Tae Joon meninggalkan Hye Mi sendirian yang masih gemetaran.
Han Tae Joon menyuruh asistennya untuk mengawasi perawat Jung Hye Mi. “Kalau dia menyembunyikan anak itu, dia pasti akan melakukan sesuatu.”
Soo Yeon lari-lari menyusul ibunya ke sebuah rumah makan. Disana ibu Soo Yeon minum-minum. Tapi pemilik rumah makan mengusirnya karena ibu Soo Yeon membuat pelanggan lainnya tak jadi makan karena ibu Soo Yeon istri seorang pembunuh.
Pemilik rumah makan itu marah-marah, kalau ia jadi ibu Soo Yeon ia pasti sudah bunuh diri. Ibu Soo Yeon ikut marah dan menarik ibu pemilik warung, “Baik kalau begitu kita berdua sama-sama mati!” kata ibu yang sudah mabuk.
Soo Yeon berusaha menarik mengajak ibunya pulang. ibu pemilik warung langsung menutup pintu rumah makannya. Ibu Soo Yeon meronta. Soo Yeon dan ibunya pun terjatuh bersama. Soo Yeon mencemaskan ibunya dan bertanya apa ibunya baik-baik saja.
Ibu yang sudah mabuk membentak tapi bukan membentak pada Soo Yeon, “Apa yang kalian tahu? Apa yang kalian tahu.” Kemudian ibu menangis, “Apa kalian tahu bagaimana perasaanku? Apa kalian tahu bagaimana perasaanku?”
Soo Yeon ikut menangis melihat keadaan ibunya yang seperti ini. Ia berjanji pada ibunya ia akan bersikap lebih baik lagi. Ia mengulang beberapa kali janji itu pada ibunya bahwa ia akan bersikap lebih baik lagi jadi ia harap ibunya jangan menangis lagi.
Jung Woo mengobati luka di wajahnya, ia meringis kesakitan. Jung Woo melihat sesuatu di depannya. Ia mengambillnya.
Jung Woo merebahkan tubuhnya ke tempat tidur dan menjepitkan benda yang ia ambil tadi ke rambutnya hehe. Ia tersenyum lebar.
Keesokan harinya Jung Woo lari ke sekolah dengan semangat. Ia bahkan mengambil jalan pintas dengan melewati taman. Padahal sepertinya mungkin dilarang menginjak rumput di taman itu. Tapi Jung Woo ingin segera sampai ke kelas.
Tiba di kelas Jung Woo dikejutkan dengan tindakan teman sekelasnya yang mengecat meja Soo Yeon dan menempelkan lem di kursi Soo Yeon. “Kau sudah datang!” teman Jung Woo menyapa.
Teman Jung Woo menyuruh Jung Woo untuk mengawasi kalau si nomor 27 datang. Jung Woo menatap marah. Temannya berkata kalau pantat yang duduk di kursi ini harus benar-benar menempel agar terlihat lucu. Soo Yeon tiba di kelasnya dan melihat teman sekelasnya menempelkan lem dan mengecat meja kursinya.
Jung Woo yang marah langsung menendang meja kursi hingga membuat temannya jatuh terjengkang. Soo Yeon kaget melihatnya.
Teman Jung Woo jelas marah atas tindakan Jung Woo. Jung Woo bertanya apa menurut temannya ini tidak lucu. Bukankah begitu kata Jung Woo meminta pendapat teman sekelasnya. Kalau ia telah membuat temannya jatuh terjengkang. “Bukankah melihat orang lain berkelahi lebih menyenangkan?” Bentak Jung Woo.
Teman Jung Woo yang terjengkang tadi jelas marah atas tindakan berani Jung Woo terhadapnya. Ia memukul keras Jung Woo. “Apa perkelahian kemarin belum cukup?
Jung Woo menantang, “Sebagai manusia kau seharusnya tahu malu. Apa kau tak punya kegiatan lain?” Bentak Jung Woo sambil memukul teman yang tadi memukulnya.
“Ibu guru datang!” seru salah satu siswa dan semuanya langsung bersiap di tempat duduk masing-masing duduk rapi.
“Kau mati hari ini!” kata siswa yang tadi dipukul oleh Jung Woo. Tapi dengan cepat Soo Yeon berhampur memeluk siswa yang memukul jung woo. Entah memeluk, entah mencegah supaya tak terjadi keributan, yang pasti apa yang dilakukan Soo Yeon ini membuat Jung Woo dan teman sekelasnya terbengong-bengong dengan mulut menganga haha.
Bahkan siswa yang dipeluk Soo Yeon pun kaget. Bu guru masuk ke kelas dan melihat semuanya, “Apa yang kalian lakukan?”
Soo Yeon langsung melepas pelukannya, “Maaf aku melakukannya tanpa menyadarinya.” ucap Soo Yeon. Dan memang sepertinya Soo Yeon sengaja melakukan ini supaya tak terjadi keributan yang lebih besar antara Jung Woo dan siswa tadi. Soo Yeon menunduk menuju bangkunya. Ia menutupi permukaan kursi yang sudah diolesi lem dengan buku agar ia bisa duduk di atasnya.
Bu Guru memarahi siswa yang memukul Jung Woo. Bu Guru bilang kalau ia melihat semuanya, “Apa kau pacaran?” tanya Bu Guru sambil memukul siswa itu dengan pulpen. Siswa itu menyangkal ia tak pacaran dengan Soo Yeon amit-amit katanya haha.
Selama kegiatan belajar mengajar Soo Yeon mencuri pandang ke arah Jung Woo yang duduk beberapa baris di depannya. Pikiran Jung Woo pun tak foku, ia menggigit pulpennya dan menoleh ke arah Soo Yeon tapi dengan cepat Soo Yeon memalingkan wajah menutupinya dengan bukunya yang pura-pura dibacanya.
Jung Woo beberapa kali menoleh ke arah Soo Yeon tapi dengan cepat Soo Yeon menyembunyikan wajahnya supaya tak ketahuan kalau ia tengah memperhatikan Jung Woo.
Gosip Soo Yeon pacaran dengan siswa itu pun merebak ke penjuru sekolah. Soo Yeon jadi bahan tertawaan. Tapi Soo Yeon berusaha mengabaikannya. Tiba-tiba ada seseorang yang menariknya keluar. Jung Woo.
Soo Yeon jelas kaget bagaimana kalau ada orang yang melihat. Jung Woo menatap tajam, Soo Yeon langsung menunduk tak berani menatap Jung Woo. Jung Woo tanya apa yang Soo Yeon lakukan tadi, apa Soo Yeon sudah lupa bukankah keduanya memutuskan untuk berteman.
Soo Yeon menggeleng menandakan kalau ia tak lupa tentang itu. Jung Woo kembali bertanya kalau begitu apa Soo Yeon harus bersikap seperti ini karena ia pernah mengabaikan Soo Yeon kemarin, bukankah ia sudah minta maaf.
Soo Yeon meminta Jung Woo mengabaikannya saja ketika kedua berada di sekolah, jangan sampai ada siswa lain yang tahu kalau keduanya berteman. Soo Yeon ingin menyebut Jung Woo sebagai ‘teman rahasia’ Tapi Jung Woo tak mau ia tak suka dengan yang namanya rahasia.
Jung Woo yang kesal akan meninggalkan Soo Yeon tapi Soo Yeon menahan tangan Jung Woo. Soo Yeon bilang bukan hanya siswa yang tadi tapi semua anak-anak di sekolah ini membencinya. Selain itu semua orang di lingkungannya juga begitu, “Semua orang yang tahu siapa ayahku pasti membenciku.” Soo Yeon memohon Jung Woo jangan lagi berkelahi karenanya.
Jung Woo tak mengerti apa ia harus duduk dan menonton mereka menyiksa Soo Yeon. Soo Yeon bilang kalau ia akan mengurusnya, ia akan melawan. “Kau orang pertama yang mau menjadi temanku dan aku mungkin tak akan pernah lagi mempunyai orang seperti itu. Aku akan melindungimu.” Kata Soo Yeon membuat Jung Woo hanya bisa menghela nafas.
Ketika jam makan siang semua siswa memakan bekal mereka. Siswa yang dipeluk Soo Yeon melempar kotak susu ke tempat sampah yang ada di belakang Soo Yeon tapi sepertinya lemparan itu sengaja ditujukan kepada Soo Yeon.
Siswa itu bergumam sial karena lemparannya tak masuk ke kotak sampah. Temannya berkata kalau siswa itu tak seharusnya melakukan itu pada gadis yang disukai dan siswa lain pun mulai melempari Soo Yeon lagi dengan kotak susu dengan alasan kalau mereka akan membuang kotak susu ke tempat sampah.
Bukan hanya satu siswa tapi beberapa siswa mengikuti melempar kotak susu ke arah Soo Yeon. Jung Woo menoleh menatap Soo Yeon yang diam saja.
Siswa itu membuat sayembara barang siapa yang berhasil memasukan kotak susu ke tempat sampah ia akan memberikan uang sebesar 1000 won. Semua siswa berminat, mereka ikut melempar kotak susu ke tempat sampah yang ada di belakang Soo Yeon. Tapi lemparan mereka bukan ke tempat sampah melainkan ke arah Soo Yeon. Mereka sengaja melakukannya, Soo yeon diam menerima lemparan itu.
Jung Woo tak tahan melihatnya, ia akan melawan tapi Soo Yeon lebih dulu berdiri membuat teman-teman yang lain terdiam.
Soo Yeon mengambil tempat sampah dan memunguti kotak susu yang berserakan. Semua siswa pun kembali menikmati makan siang mereka. Jung Woo menatap heran kenapa Soo Yeon tak melawan.
Soo Yeon mengambil kotak susu dan meletakannya di meja salah satu temannya. Ketika sampai di depan siswa yang ia peluk, ia meletakan kotak susu itu dengan kasar sampai air susunya muncrat.
Soo Yeon berdiri di depan kelas dan meletakan kotak sampah di meja. Jung Woo tersenyum melihat keberanian Soo Yeon.
Jung Woo mengerti ia mengambil kotak susunya dan melempar ke arah kotak sampah yang disiapkan Soo Yeon. Pluk... lemparan Jung Woo tepat sasaran. Kotak susunya masuk ke tampat sampah.
Jung Woo bersorak, ia pun mengambil uang 1000 won yang tadi dijadikan hadiah sayembara. Siswa itu kesal akan melempar Jung Woo dengan kotak susu. Tapi Soo Yeon menggertakan kotak sampah di meja membuat siswa itu terdiam, apalagi Soo Yeon menatapnya dengan tatapan tajam.
Jung Woo akan keluar kelas, ia memanggil Soo Yeon dan bertanya apa Soo Yeon tak ikut dengannya. Jung Woo manunjukan uang 1000 won yang didapatnya tadi dan mengajak Soo Yeon membeli makanan kecil dengan uang itu.
Tentu saja kebersamaan Jung Woo dan Soo Yeon menjadi pemandangan yang heboh untuk siswa disana. Mereka ramai-ramai melihat kedekatan mereka berdua. Mereka melihat keduanya dari jendela kelas, mereka tak percaya kalau keduanya terlihat bersama.
Jung Woo duduk santai sambil menikmati es-nya. Soo Yeon berdiri tak mengerti kenapa Jung Woo melakukan ini. Jung Woo dengan santainya bertanya melakukan apa. Soo Yeon berkata bukankah ia sudah bilang kalau keduanya lebih baik menjadi teman rahasia. Tapi Jung Woo bilang bukankah ia tak mau.
Soo Yeon berkata bukankah Jung Woo bisa melihatnya bagaimana sikap siswa yang lain terhadapnya dan sekarang mereka juga akan mengganggu Jung Woo. Tapi Jung Woo tak peduli, “Hei.. apa kau pernah melihat orang yang punya teman di-bully?”
Jung Woo menarik tangan Soo Yeon supaya duduk di sampingnya. Siswa yang lain makin heboh melihatnya dan apa yang terjadi setelahnya.
Keduanya mendapat lemparan sampah dari lantai 2. Soo Yeon menunduk terdiam. Jung Woo meminta Soo Yeon mengangkat tegak kepala.
“Sudah kubilang yang kau butuhkan hanya satu teman, kalau hanya seperti ini tak akan membuatku takut. Kalau aku mulai benar-benar merasa takut saat itulah aku akan mengabaikanmu.” Kata Jung Woo.
Soo Yeon mengangkat kepalanya. Jung Woo tersenyum, “Benar kan? Jadi angkat kepalamu sekarang.” Jung Woo kembali menikmati es-nya. Soo Yeon pun demikian ia juga menikmatinya.
Keduanya saling memandang dan tertawa bersama.
Soo Yeon pulang sekolah dengan wajah cemberut. Jung Woo tanya apa Soo Yeon marah bukankah sekarang ia lebih populer daripada Soo Yeon. Soo Yeon menyahut kesal kalau Jung Woo itu sombong sekali, apa yang akan Jung Woo lakukan sekarang.
Jung Woo berjalan di depan Soo Yeon, “Kenapa kau tak mulai dengan menarik ini dariku?” Jung Woo menunjukan tulisan yang tertempel di punggungnya.
‘Nomor 27 dan nomor 41-pergilah. Pacar anak pembunuh!’
‘Menjijikan. Dia mengencani anak seorang pembunuh!’
Soo Yeon mencabut kertas ini dengan kesal, kenapa Jung Woo tak mendengarkan sarannya. Ia memukul punggung Jung Woo. Jung Woo meringis memegangi punggungnya. Tapi sesaat kemudian Jung Woo tertawa dan berkata kalau Soo Yeon ini terdengar seperti seorang ahjumma. Soo Yeon tak mengerti kenapa Jung Woo masih bisa tertawa.
Tiba-tiba terdengar suara benda yang pecah. Jung Woo dan Soo Yeon menoleh ke sumber suara dan ternyata selain suara pecah keduanya juga melihat ada kobaran api. Rumah tempat Hyung Joon dikurung.
Soo Yeon akan menolong tapi Jung Woo menariknya untuk menjauh karena itu berbahaya. Tapi Soo Yeon tetap berusaha membuka pintu yang tergembok. Jung Woo celingukan mencari sesuatu untuk membuka gembok itu. Ia menamukan batu bata. Jung Woo meminta Soo Yeon menyingkir. Ia memukulkan bata merah itu ke kunci gembok. Terdengar teriakan dari dalam. Jung Woo menyuruh Soo Yeon mencari seseorang untuk membantu. Soo Yeon mengerti, ia pun bergegas mencari bantuan.
Jung Woo sekuat tenaga mencoba membuka kunci gembok tapi apa yang terjadi tangannya terluka dan mengeluarkan darah. Soo Yeon berbalik melihatnya dan cemas. Soo Yeon mengambil batu bata itu dan akan menggantikan Jung Woo. Tapi Jung Woo bilang kalau ia tak apa-apa, lebih baik Soo Yeon memberi tahu seseorang.
(ah jadi ingat adegan Episode 29 Can You Hear My Heart nih, dimana Joon Ha berusaha membuka kunci gembok buat nyelametin Dong Joo dan akibatnya Joon Ha juga terluka)
Jung Woo berhasil membuka pintunya, Hyung Joon langsung berhampur keluar dan terjatuh menindih Jung Woo. Beberapa ibu-ibu datang membantu memadamkan api.
Jung Woo tanya apa Hyung Joo baik-baik saja. Hyung Joo tak menjawab ia akan segera kabur. Tapi Jung Woo menahan dengan memegang kaki Hyung Joon. Hyung Joon berteriak kesakitan karena yang Jung Woo pegang itu lukanya.
Hyung Joon meronta Jung Woo berusaha menahan tubuh Hyung Joon dan tanpa sengaja kalung yang dikenakan Hyung Joon lepas dan patah jadi dua. Hyung Joon kabur. Soo Yeon datang ia mencemaskan luka Jung Woo. Jung Woo memberi tahu kalau anak itu terluka ia menyuruh Soo Yeon cepat mengejarnya.
Soo Yeon segera mengejar Hyung Joon. Jung Woo memungut kalung milik Hyung Joon yang bandulnya patah jadi dua.
Hyung Joon berjalan tertatih menyeret kaki kanannya yang terluka. Karena tak bisa lari cepat Hyung Joon pun berhasil dikejar oleh Soo Yeon. Tapi Hyung Joon tak mau lagi berada disini, ia ingin segera pergi. “Adik kecil kau mau kemana? Katakan padaku. Katakan padaku kau mau kemana aku akan mengantarmu kesana.”
Soo Yeon mencoba membantu menenangkan Hyung Joon. Hyung Joon merasakan sakit yang amat sangat di kakinya. Ia terduduk menahan sakit. Lukanya mengeluarkan darah yang banyak. Soo Yeon akan melihatnya tapi Hyung Joon menolak. Soo Yeon bersikeras akan memeriksanya.
Jung Woo menghampiri keduanya. Ia menyimpan kalung milik Hyung Joon di sakunya. Soo Yeon berkata apa Hyung Joon pikir bisa pergi dengan luka di kaki seperti ini. Jung Woo membopong Hyung Joon, tapi Hyung Joon meronta menolak. Jung Woo meminta Hyung Joon diam, ia bertanya pada Soo Yeon dimana rumah sakit terdekat.
Perawat Jung Hye Mi menerima telepon dari ibu pemilik kontrakan. Ibu itu marah-marah bagiaman bisa Hye Mi membakar rumahnya seperti ini. Hye Mi kaget bukan main apalagi ibu pemilik kontrakan mengatakan kalau seluruh rumahnya habis terbakar.
Hye Mi cemas bagaimana dengan anak yang ada di rumahnya. Ibu pemilik kontrakan mengatakan kalau anak pembunuh itu membawanya ke rumah sakit. Hye Mi makin cemas dan gemetaran ia harus segera menemui Hyung Joon ia pun melihat keluar jendela, apakah aman untuknya pergi keluar.
Jung Woo menggenggam kalung milik Hyung Joon sambil menelepon Ibu tirinya, ia bertanya bisakah ibu tirinya ini datang menemuinya. Ia mengatakan kalau bukan dirinya yang terluka. Jung Woo berkata kalau ceritanya panjang. Sepertinya Jung Woo mendapat omelan. Jung Woo mencoba menjelaskan kalau ia sedang di rumah temannya dan tiba-tiba terjadi kebakaran.
Hyung Joon yang tengah mendapatkan perawatan medis menjerit kesakitan karena lukanya. Dokter bertanya pada Soo Yeon apa yang Soo Yeon pikirkan membawa Hyung Joon kesini dengan kondisi seprti ini. Dokter menyuruh Soo Yeon memanggil orang tua Hyung Joon agar anak ini dibawa ke rumah sakit besar. Dokter berkata kalau mereka tak hati-hati, mereka mungkin harus mengamputasi kaki Hyung Joon (ya ampun lukanya parah banget) Hyung Joon berteriak kesakitan.
Jung Woo masih menelepon dan memohon ibunya untuk datang karena kalau tidak segera dioperasi anak itu akan berada dalam masalah besar. Hwang Mi Ran tak peduli dan berkata itu sebabnya ia menyuruh Jung Woo pulang. Kalau terjadi sesuatu pada anak itu karena Jung Woo ikut campur apa Jung Woo mau bertanggung jawab. “Apa kau pikir keluarga kita perlu mengkhawatirkan masalah seperti itu sekarang?”
Han Tae Joon sampai di rumah dan melihat istrinya tengah menerima telepon dari Jung Woo. Ia pun merebut teleponnya dan bicara dengan Jung Woo, “Apa ini?” tanya Han Tae Joon.
Jung Woo terkejut karena tiba-tiba ia mendengar suara ayahnya. Han Tae Joon mendengar suara jerit anak kecil. Soo Yeon menatap Jung Woo dengan tatapan khawatir.
Jung Woo bicara menjauh ia keluar ruangan. Ia menjelaskan pada ayahnya apa yang terjadi, “Terjadi kebakaran di rumah temanku dan kaki anak kecil terluka serius.” Han Tae Joon meminta putranya menunggu disana karena ia akan mengirim seseorang. Han Tae Joon pun menutup teleponnya.
Hwang Mi Ran mengatakan kalau Jung Woo bilang padana bahwa Jung Woo tak terluka. Kalau Jung Woo yang terluka biar ia sendiri yang pergi kesana. Han Tae Joon berkata apa istrinya berfikir kalau Jung Woo akan baik-baik saja setelah terjadi kebakaran. Mi Ran berkata kalau Jung Woo seharusnya lebih berhati-hati apalagi di rumah ini sedang dalam keadaan kacau.
Han Tae Joon : “Apa kau lupa alasanku membawamu ke rumah ini? jangan berfikir kalau kau bisa bertindak seperti istriku. Cukup besarkan Jung Woo dengan benar!” Han Tae Joon berlalu dari hadapan Mi Ran. Hal ini jelas membuat Mi Ran kesal.
(Ya ampun ternyata Mi Ran sama sekali ga dianggap istri nih sama Han Tae Joon)
Perawat Jung Hye Mi keluar dari rumahnya mengenakan jaket dan topi untuk menyamarkan penampilannya. Ia melihat keadaan sekeliling, ternyata di pinggir jalan anak buah Han Tae Joon mengawasi rumahnya. Hye Mi pun mencari akal untuk menghindari mereka.
Hye Mi akan turun menggunakan tangga sambil membawa tas berisi uang. Tapi di bawah tangga ada anak buah Han Tae Joon. Ia pun tak jadi keluar lewat sana. Hye Mi mencoba mencari jalan lain.
Tapi jalan lain pun dijaga oleh anak buah Han Tae Joon. Hye Mi kebingungan ia harus lewat mana.
Hye Mi pun memutuskan untuk melompati pagar, pertama-tama ia melemparkan tasnya terlebih dahulu kemudian giliran ia yang melompat. Hye Mi pun berhasil keluar dari sana.
Jung Hye Mi sampai di depan klinik HyungJjoon mendapatkan perawatan medis. Ia keluar dari taksi dan meminta supir taksi menunggu sebentar. Hye Mi terkejut melihat ada orang di depan klinik. Ia pun berusaha untuk tak berpapasan dengan orang itu yang tak lain adalah Jung Woo.
Hye Mi sembunyi dibalik tembok. Jung Woo sendiri tengah menunggu orang suruhan ayahnya. Hye Mi ingat pernah melihat wajah Jung Woo, dimana. Di foto. Ia teringat pesan yang disampaikan Hyun Joo bahwa ia harus menculik anak Han Tae Joon yang tak lain adalah Jung Woo.
Soo Yeon keluar menghampiri Jung Woo. Jung Woo tanya bagaimana keadaan anak itu. Soo Yeon mengatakan kalau Hyung Joon sedang tertidur. Soo Yeon menyuruh Jung Woo masuk ke klinik karena luka Jung Woo juga perlu diobati. Jung Woo bilang kalau ia baik-baik saja dan seseorang sedang dalam perjalanan akan menjemputnya.
Jung Woo menitipkan kalung milik Hyung Joon. Ia meminta tolong pada Soo Yeon agar menyerahkan kalung itu pada Hyung Joon. Ia menebak kalau kalung itu pasti dari ibu Hyung Joon bahkan ada tulisan di bagian belakang bandulnya. Soo Yeon melihat tulisan yang ada dibalik bandul kalung Hyung Joon.
Hye Mi mencoba mengingat ucapan Hyun Joo sambil melihat kalung yang dipegang Soo Yeon. Ternyata kalung itu ada kuncinya. “Uangnya disimpan di bank Swiss’ (kunci apa ya itu)
Hyung Joon membuka matanya perlahan, “Ibu..” gumamnya. Hyung Joon melihat kalau di sebelahnya ada Soo Yeon. Soo Yeon tersenyum lega karena Hyung Joon sudah sadar. Ia meminta Hyung Joon jangan khawatir karena ia akan tetap bersama Hyung Joon. Hyung Joon menyadari sesuatu dan meraba lehernya. Ia terkejut tak mendapati kalung miliknya. “Ibu...” Hyung Joon cemas.
“Apa kau mencari ini?” Soo Yeon menunjukan kalung milik Hyung Joon. Hyung Joon langsung merebut dan menggenggamnya erat.
“Kau belum tahu nama Unnie kan?” Tanya Soo Yeon. (Soo Yeon mengira Hyung Joon ini perempuan) Namaku Lee Soo Yeon.
“Bodoh. Aku bukan anak perempuan.” ucap Hyung Joon. Tapi Soo Yeon tak mendengar Hyung Joon bicara, “Apa? Kau bilang apa?” Hyung Joon memalingkan wajahnya. “Bodoh!” ucap Hyung Joon lagi.
Soo Yeon mendekat ingin tahu apa yang dikatakan Hyung Joon, “Apa aku tak bisa mendengarmu. Katakan lebih keras apa yang kau katakan?” pinta Soo Yeon. “Bodoh!” Hyung Joon mengucapkannya lebih keras. Soo Yeon tersenyum, Hyung Joon pun membalas senyumnya.
Tapi tiba-tiba ada yang mendorong Soo Yeon agar menyingkir dari Hyung Joon, siapa lagi kalau bukan perawat Jung Hye Mi. Hye Mi membangunkan Hyung Joon dan akan segera membawanya. Soo Yeon melarang karena Hyung Joon sedang sakit dan berkata kalau ia akan memanggilkan dokter. Tapi Hye Mi mendorong Soo Yeon dan menggendong Hyung Joo.
Jung Hye Mi keluar dari klinik sambil menggendong Hyung Joo dan melihat kalau Jung Woo tengah menelepon seseorang. Jung Woo memberi tahu letak klinik yang ia datangi pada seseorang yang meneleponnya. Jung Woo tak melihat Hye Mi membawa Hyung Joon pergi.
Soo Yeon mengejar keluar dan berteriak tunggu sebentar pada Hye Mi. Tapi terlambat taksi sudah pergi. Soo Yeon berusaha mengejarnya, Jung Woo yang tengah menelepon pun menutup teleponnya dan mengejar Soo Yeon.
Hye Mi cemas Soo Yeon terus mengikuti taksi yang dinaikinya. Hyung Joon dengan kaki yang masih sakit merintih berkata kalau ia ingin bertemu ibunya. Ia minta Hye Mi mengantarkan dirinya untuk bertemun dengan ibunya.
Tapi Hye Mi malah menepiskan tangan Hyung Joon meminta agar Hyung Joon jangan keras kepala, “Apa kau tahu apa yang sudah kau lakukan? Anak laki-laki yang bersamamu, dia itu anak Han Tae Joon. Dia itu Han Jung Woo, anak dari orang yang melakukan ini pada kakimu.”
Mata Hyung Joon membesar terkejut. Ia berusaha untuk bangun dan melihat kembali wajah Han Jung Woo, si putra Han Tae Joon.
Bersambung di part 2...
Komentar :
Ah tuh kan apa sangat jelas kemungkinan kalau luka di kaki Hyung Joon ini yang membuatnya memakai tongkat. Yang masih membuatku bertanya-tanya Parawat Jung Hye Mi ini berada dipihak mana dia, Han Tae Joon apa Kang Hyun Joo. Dia masih meragukan nih peran jahat apa bukan ya.
Keren Jung Woo menunjukan pada teman-teman di sekolahnya kalau ia tak masalah berteman dengan Soo Yeon walaupun akibatnya dia di-bully oleh teman-teman sekolahnya.
Tuh kan benar, Detektif Kim salah menangkap tersangka dan dia merasa bersalah karena ayah Soo Yeon sudah dieksekusi.
Sinopsis Flower Boy Next Door Episode 1 Part 1
Sinopsis Flower Boy Next Door Episode 1 Part 1
Judul lain : I-Oos-Jib Kkot-Mi-Nam
Genre: Romance, comedy
Episodes: 16
Broadcast network: tvN
Broadcast period: 2013-Jan-07 to 2013-Feb-26
Air time: Monday & Tuesday 23:00
Production Company: CJ E&M
Producer: Jo Moon Joo
Director: Jung Jung Hwa
Original writing: Webtoon ‘I Watch Him Every Day‘ by Yoo Hyun Sook
Screenwriter: Kim Eun Jung
Cast
Park Shin Hye as Go Dok Mi
Yoon Shi Yoon as Enrique Geum
Kim Ji Hoon as Oh Jin Rok
Park Soo Jin as Cha Do Hwi
Kim Yoon Hye as Enrique’s first love
Go Kyung Pyo as Oh Dong Hoon
Kim Jung San as Han Tae Joon
Mizuta Kouki as Watanabe
Episode 1
Dok Mi terbangun karena bunyi alarm dari ponselnya. Ia tinggal dalam sebuah apartemen kecil. Berpot-pot tanaman tumbuh subur di balkon. Di dinding berbaris tempelan kertas post-it. Buku-buku berserakan di atas meja. Dok Mi adalah seorang editor atau pengoreksi naskah/buku.
Mungkin karena pekerjaannya itulah Dok Mi terbangun bukan di kasurnya, melainkan di lantai di dalam kantung tidur setelah semalaman membaca buku. Untuk menghangatkan diri, ia semalaman tidur memeluk botol minum berisi air hangat. Sekarang air dalam botol itu telah menjadi dingin.
Dok Mi menuangkan air dari botol itu ke dalam gelas, lalu menyikat giginya. Sepertinya ia sudah lama tidak membuang sampahnya karena di dalam dus bertumpuk gelas-gelas plastik dan botol-botol air minum yang telah kosong. Walau begitu semua cangkir itu dalam keadaan bersih.
Dok Mi membuka pintu apartemennya sedikit, lalu mengulurkan tangannya keluar untuk meraih kotak susu yang terletak di luar apartemennya. Di kotak susu itu tertempel kertas bertuliskan: Semoga harimu baik. Kemudian ia membuka tirai apartemennya.
Di apartemen seberang, yang jelas lebih bagus dari apartemen Dok Mi, tampak seorang pria menggeliatkan tubuhnya tanda ia baru bangun tidur. Dok Mi tersenyum lembut. “Apa kau tidur dengan nyenyak?” tanyanya pada pria itu. Pria itu Han Tae Joon.
Tae Joon jelas tidak tahu ada seorang gadis sedang memperhatikannya dari seberang. Ia menyalakan TV-nya lalu mulai berolahraga. Dengan segera Dok Mi mengikuti setiap gerak-gerik Tae Joon. Ia ikut menyalakan TV-nya.
Tae Joon berlari di treadmill, Dok Mi berlari-lari kecil bolak balik di dekat jendela sambil terus memperhatikannya.
Tae Joon sarapan dengan roti dan jus jeruk, Dok Mi duduk dekat jendela sambil memakan sarapannya, roti dan susu. Tae Joon membersihkan apartemennya dengan vacuum cleaner sementara Dok Mi menyapu apartemennya dengan sapu. Entah bersih atau tidak karena Dok Mi selalu berada tak jauh dari jendela.
Akhirnya Tae Joon berangkat kerja. Dok Mi tersenyum lalu melambaikan tangannya seperti seorang istri mengantar suaminya bekerja. “Semoga kau mengalami hari yang baik,” gumamnya.
Di pesawat, seorang pria sibuk mengerjakan sesuatu. Tempat duduknya sangat berantakan, banyak barang berserakan. Pramugari yang mengantarkan minuman mengernyit sebal melihat kekacauan itu. Tapi begitu pria itu mengangkat wajahnya melihat sang pramugari dan tersenyum, dengan segera wajah pramugari itu menjadi cerah dan tersenyum manis pada pria itu.
Terdengar suara tangis anak kecil dari pesawat bagian belakang. Pria itu berjalan menuju tempat duduk si anak kecil, melewati deretan para penumpang wanita yang tidak bisa tidak menoleh kagum melihatnya. Yup, Enrique Geum (baca: enrike, seperti e dalam buket) memiliki kemampuan membuat semua wanita terpesona.
Bagaimana dengan anak kecil? Anak kecil yang sedang menangis itu berhasil ditenangkan oleh Enrique dengan robot-robotan dari kertas yang tadi dibuatnya sepanjang perjalanan. Anak kecil itu senang saat Enrique memberikan robot-robotan itu untuknya. Tampaknya Enrique memiliki kepribadian periang (selain tampan) dan juga kreatif.
Saat melewati pabean, lagi-lagi Enrique berhasil membuat seorang gadis tersenyum. Gadis itu sepertinya pegawai baru yang sedang menjalani training dan mengantuk karena bosan. Enrique mengarahkan kameranya pada gadis itu namun petugas pabean menegurnya. Tidak boleh menggunakan kamera di situ (seakan untuk meyakinkan, di meja pabean tertempel gambar kamera dicoret).
Enrique menyerahkan paspornya sambil tetap tersenyum, tak terpengaruh dengan teguran tadi. Petugas pabean membaca paspor Enrique lalu mengomel dengan bahasa banmal (bahasa informal). Ia mengira Enrique menghindari wajib militer hingga memiliki dua kewarganegaraan (Korea dan Spanyol). Ia bertanya dengan keras apakah Enrique bisa berbahasa Korea.
Enrique menjawab dengan ceria, ia berkata ia merasa sudah berteman dengan petugas itu karena petugas itu telah berbicara dengan bahasa banmal padanya
“Aku berbahasa Korea dengan baik, bukan? Aku pindah ke negara lain saat aku berusia 9 tahun dan terbiasa disebut jenius di sekolah. Kebanyakan orang dengan dua kewarganegaraan di sana tidak bisa berbahasa Korea.
Tapi ayahku tidak pernah mengijinkan aku berbahasa Spanyol di rumah,” celoteh Enrique. Walau ia hanya berdehem, ayahnya akan langsung memukul belakang kepalanya. Saat itulah ia tahu kepalan tangan lebih berguna dalam mendisiplinkan anak daripada uang. Enrique berbicara dengan lucu hingga si gadis kembali tertawa.
Petugas pabean bertanya mengapa Enrique datang ke Korea. “Baak! Untuk menembakkan panah asmara,” jawab Enrique sambil pura-pura memanah si petugas.
Ternyata Enrique orang yang cukup dikenal. Banyak orang dan wartawan yang sudah menanti kedatangannya. Para wanita bahkan berteriak histeris. Enrique melambaikan tangan dan berpose bak seorang selebritis.
Wartawan bertanya pada Enrique mengenai animasi yang dibuat Enrique. Mereka ingin tahun apakah Enrique mendapat tawaran bekerja di Pixar Disney.
Sebuah perusahaan di Korea telah menawarkan pekerjaan dengan gaji tinggi, apakah ia akan keluar dari Sola Studio (tempat bekerja Enrique sekarang)? Enrique tidak menjawab pertanyaan itu. Matanya menangkap seorang gadis yang berjalan ke arahnya. Ia tak menghiraukan lagi para wartawan dan tersenyum pada gadis itu.
Gadis itu adalah Yoon Seo Young. Seo Young tersenyum pada Enrique. Keduanya jelas saling mengenal.
Di tempat lain, dua orang pria juga menarik perhatian para wanita yang berpapasan dengan mereka, Oh Jin Rak dan Yoon Dong Hoon. Keduanya berpakaian stylish, lengkap dengan kacamata hitam. Mereka berjalan dengan cool bagai dalam iklan film action.
Tapi tidak semua wanita luluh dengan penampilan mereka. Wanita yang mereka temui tidak senang kedua pria itu tiba-tiba datang menemuinya.
“Begini…hari ini mereka membuat keputusan mengenai webtoon…” kata Jin Rak menjelaskan.
“Kau orang pertama yang kulihat mengenakan jas ke tempat ini,” kata sang editor galak bermata panda, menatap jas yang dikenakan Jin Rak. “Mengapa kau berpakaian seperti ini ke sini?”
Dong Hoon berusaha menyembunyikan senyumnya. Editor itu berkata pakaian Dong Hoon sedikit lebih baik. Dong Hoon protes, hanya sedikit?? (Dong Hoon ini terobsesi dengan penampilan sepertinya^^)
Jin Rak berkata mereka berpakaian formal karena akan bertemu Direktur dan ingin menghormatinya. Dong Hoon menebak editor itu sedang mengikuti demo. Ia berkata mereka juga pendemo. Sikap editor itu berubah. Ia menyalami Jin Rak dengan hangat dan mempersilakan mereka duduk.
Sayangnya editor itu menyampaikan berita buruk. Webtoon “Zombie Soccer” buatan Jin Rak dan Dong Hoon tidak akan diterbitkan.
“Kenapa?” tanya Jin Rak tak percaya.
“Zombie Soccer adalah plagiat dari karya Enrique,” jawab si editor.
Dong Hoon berkata Enrique membuat game sedangkan mereka membuat webtoon, tidak ada kaitannya. Editor itu berkata mereka tidak bisa mengacau dengan para gamer, terutama Enrique.
“Sejujurnya, kita tidak akan bisa bersaing dengan orang yang ada di Spanyol, kan?” kata Dong Hoon membela diri.
“Enrique ada di Korea,” kata si editor. Ia menunjukkan video kedatangan Enrique di bandara. Dong Hoon dan Jin Rak tak bisa berkata apa-apa lagi. Jin Rak sepertinya mulai kesal karena dituduh meniru Enrique.
“Jika kau berhasil membuat yang baru, hubungi aku. Fighting..” Si editor langsung menyandarkan kepalanya di meja. Tidur.
Dong Hoon tak mengira pembuat game bisa berpenampilan seperti Enrique. Ia merasa tersaingi.
“Kak, apa kau akan menyerah mengenai “Zombie Soccer”?” tanyanya pada Jin Rak. Ia mengusulkan menunjukkan gambar lain pada si editor. Ia melihat gambar-gambar di tabletnya dan berhenti pada sketsa seorang gadis. Dong Hoon tidak merasa pernah menggambarnya. Ia bertanya apakah Jin Rak yang membuat gambar seperti itu (kebanyakan gambar mereka adalah gambar alien dan monster >,<).
Jin Rak menghela nafas melihat gambar itu, lalu membangunkan si editor. Ia menunjukkan sketsa gadis itu.
“Tokoh utamanya adalah wanita yang hidup bersembunyi di apartemen pinggiran kota. Seperti kisah Grimm Bersaudara.”
“Gadis itu zombie, kan? Lalu bagaimana dengan prianya? Vampire?” sindir editor itu. Ia kembali tidur di meja. Tak tertarik sama sekali.
“Bukan, bukan seperti itu. Judulnya: Flower Boy Next Door. Artinya tetangga gadis itu adalah seorang pretty boy (ehemmm…cowo cantik??). Ini sebuah melodrama. Melodrama dalam kehidupan.”
“Melodrama dalam kehidupan?” sang editor tiba-tiba tertarik. “Sudah lama sekali sejak aku mendengar konsep yang begitu fresh. Tokoh utama dalam apartemennya…”
Hmmm…sepertinya Jin Rak dan Dong Hoon sudah mendapatkan proyek webtoon mereka berikutnya.
Di luar bandara, Seo Young bersin-bersin karena kedinginan. Bagaimana tidak? Ia hanya mengenakan gaun putih tipis dan pendek, tanpa mengenakan jaket atau stoking (brrr…padahal di Korea kan lagi dingin banget tuh).
“Apa kau tidak merasakan apapun padahal ini pertama kalinya kita bertemu setelah setahun. Wah, kau ini benar-benar beda,” omel Enrique.
“Perasaan apanya?” Seo Young mengambil lolipop dari mulut Enrique. “Kukira aku akan membeku kedinginan menunggumu selesai diwawancara.” Ia memasukkan lolipop itu ke dalam mulutnya.
“Ah kau berdandan untuk menemuiku. Wah, kau terlihat cantik.”
Seo Young berkata ia mendadak ingin mengenak rok musim panasnya jadi itulah yang ia pakai. Enrique sudah mengenal Seo Young dengan baik, seorang yang akan melakukan apapun yang diinginkannya tanpa peduli apapun. Ia mengeluarkan jaket tebal lalu memakaikannya pada Seo Young.
Enrique berlutut untuk menarik resleting jaket Seo Young. Ia menarik retsleting ke atas dan berdiri sangat dekat dengan Seo Young. Pelan-pelan Enrique mendekatkan wajahnya ke wajah Seo Young. Lalu….Hap! Ia mencaplok lolipop yang dipegang Seo Young (well, technically itu memang lolipop Enrique. Tapi eeww…kok bisa ya makan lolipop sama-sama >,<).
Dong Hoon dan Jin Rak berjalan pulang. Dong Hoon heran bagaimana bisa Jin Rak langsung menawarkan ide baru begitu mendapat penolakan. Apakah itu tidak melukai harga diri Jin Rak? Jin Rak berkata tidak ada gunanya berpegang pada harga diri. Apakah marah karena ditolak dan pergi begitu saja bisa disebut menjaga harga diri?
Dong Hoon tak mau berdebat lagi. “Tapi ada apa dengan Flower Boy Next Door? Apa ada cerita di balik ide itu?”
Jin Rak berkata ia sekarang perlu membuat cerita itu. Dong Hoon meminta Jin Rak melihatnya. Dialah flower boy dari ujung rambut hingga ujung kaki. Untuk membuat cerita flower boy kan diperlukan penelitian mengenai flower boy sungguhan.
Dok Mi sedang bekerja di apartemennya. Ia mendapat telepon dari atasannya, Yoo Ha Na. Dok Mi berjanji akan mengirim hasil pekerjaannya setelah makan siang. Ia meminta bagian selanjutnya yang harus ia edit dikirimkan melalui pos.
Sepertinya atasannya menawarkan diri untuk mengantar ke apartemen Dok Mi. Dok Mi buru-buru berkata apartemennya sangat dekat dengan kantor pos hingga ia bisa mengambilnya sendiri.
Dok Mi berusaha mengumpulkan keberanian untuk meminta uang kontraknya di muka. Tapi ia tak sanggup.
Bersambung Part 2 …
Judul lain : I-Oos-Jib Kkot-Mi-Nam
Genre: Romance, comedy
Episodes: 16
Broadcast network: tvN
Broadcast period: 2013-Jan-07 to 2013-Feb-26
Air time: Monday & Tuesday 23:00
Production Company: CJ E&M
Producer: Jo Moon Joo
Director: Jung Jung Hwa
Original writing: Webtoon ‘I Watch Him Every Day‘ by Yoo Hyun Sook
Screenwriter: Kim Eun Jung
Cast
Park Shin Hye as Go Dok Mi
Yoon Shi Yoon as Enrique Geum
Kim Ji Hoon as Oh Jin Rok
Park Soo Jin as Cha Do Hwi
Kim Yoon Hye as Enrique’s first love
Go Kyung Pyo as Oh Dong Hoon
Kim Jung San as Han Tae Joon
Mizuta Kouki as Watanabe
Episode 1
Dok Mi terbangun karena bunyi alarm dari ponselnya. Ia tinggal dalam sebuah apartemen kecil. Berpot-pot tanaman tumbuh subur di balkon. Di dinding berbaris tempelan kertas post-it. Buku-buku berserakan di atas meja. Dok Mi adalah seorang editor atau pengoreksi naskah/buku.
Mungkin karena pekerjaannya itulah Dok Mi terbangun bukan di kasurnya, melainkan di lantai di dalam kantung tidur setelah semalaman membaca buku. Untuk menghangatkan diri, ia semalaman tidur memeluk botol minum berisi air hangat. Sekarang air dalam botol itu telah menjadi dingin.
Dok Mi menuangkan air dari botol itu ke dalam gelas, lalu menyikat giginya. Sepertinya ia sudah lama tidak membuang sampahnya karena di dalam dus bertumpuk gelas-gelas plastik dan botol-botol air minum yang telah kosong. Walau begitu semua cangkir itu dalam keadaan bersih.
Dok Mi membuka pintu apartemennya sedikit, lalu mengulurkan tangannya keluar untuk meraih kotak susu yang terletak di luar apartemennya. Di kotak susu itu tertempel kertas bertuliskan: Semoga harimu baik. Kemudian ia membuka tirai apartemennya.
Di apartemen seberang, yang jelas lebih bagus dari apartemen Dok Mi, tampak seorang pria menggeliatkan tubuhnya tanda ia baru bangun tidur. Dok Mi tersenyum lembut. “Apa kau tidur dengan nyenyak?” tanyanya pada pria itu. Pria itu Han Tae Joon.
Tae Joon jelas tidak tahu ada seorang gadis sedang memperhatikannya dari seberang. Ia menyalakan TV-nya lalu mulai berolahraga. Dengan segera Dok Mi mengikuti setiap gerak-gerik Tae Joon. Ia ikut menyalakan TV-nya.
Tae Joon berlari di treadmill, Dok Mi berlari-lari kecil bolak balik di dekat jendela sambil terus memperhatikannya.
Tae Joon sarapan dengan roti dan jus jeruk, Dok Mi duduk dekat jendela sambil memakan sarapannya, roti dan susu. Tae Joon membersihkan apartemennya dengan vacuum cleaner sementara Dok Mi menyapu apartemennya dengan sapu. Entah bersih atau tidak karena Dok Mi selalu berada tak jauh dari jendela.
Akhirnya Tae Joon berangkat kerja. Dok Mi tersenyum lalu melambaikan tangannya seperti seorang istri mengantar suaminya bekerja. “Semoga kau mengalami hari yang baik,” gumamnya.
Di pesawat, seorang pria sibuk mengerjakan sesuatu. Tempat duduknya sangat berantakan, banyak barang berserakan. Pramugari yang mengantarkan minuman mengernyit sebal melihat kekacauan itu. Tapi begitu pria itu mengangkat wajahnya melihat sang pramugari dan tersenyum, dengan segera wajah pramugari itu menjadi cerah dan tersenyum manis pada pria itu.
Terdengar suara tangis anak kecil dari pesawat bagian belakang. Pria itu berjalan menuju tempat duduk si anak kecil, melewati deretan para penumpang wanita yang tidak bisa tidak menoleh kagum melihatnya. Yup, Enrique Geum (baca: enrike, seperti e dalam buket) memiliki kemampuan membuat semua wanita terpesona.
Bagaimana dengan anak kecil? Anak kecil yang sedang menangis itu berhasil ditenangkan oleh Enrique dengan robot-robotan dari kertas yang tadi dibuatnya sepanjang perjalanan. Anak kecil itu senang saat Enrique memberikan robot-robotan itu untuknya. Tampaknya Enrique memiliki kepribadian periang (selain tampan) dan juga kreatif.
Saat melewati pabean, lagi-lagi Enrique berhasil membuat seorang gadis tersenyum. Gadis itu sepertinya pegawai baru yang sedang menjalani training dan mengantuk karena bosan. Enrique mengarahkan kameranya pada gadis itu namun petugas pabean menegurnya. Tidak boleh menggunakan kamera di situ (seakan untuk meyakinkan, di meja pabean tertempel gambar kamera dicoret).
Enrique menyerahkan paspornya sambil tetap tersenyum, tak terpengaruh dengan teguran tadi. Petugas pabean membaca paspor Enrique lalu mengomel dengan bahasa banmal (bahasa informal). Ia mengira Enrique menghindari wajib militer hingga memiliki dua kewarganegaraan (Korea dan Spanyol). Ia bertanya dengan keras apakah Enrique bisa berbahasa Korea.
Enrique menjawab dengan ceria, ia berkata ia merasa sudah berteman dengan petugas itu karena petugas itu telah berbicara dengan bahasa banmal padanya
“Aku berbahasa Korea dengan baik, bukan? Aku pindah ke negara lain saat aku berusia 9 tahun dan terbiasa disebut jenius di sekolah. Kebanyakan orang dengan dua kewarganegaraan di sana tidak bisa berbahasa Korea.
Tapi ayahku tidak pernah mengijinkan aku berbahasa Spanyol di rumah,” celoteh Enrique. Walau ia hanya berdehem, ayahnya akan langsung memukul belakang kepalanya. Saat itulah ia tahu kepalan tangan lebih berguna dalam mendisiplinkan anak daripada uang. Enrique berbicara dengan lucu hingga si gadis kembali tertawa.
Petugas pabean bertanya mengapa Enrique datang ke Korea. “Baak! Untuk menembakkan panah asmara,” jawab Enrique sambil pura-pura memanah si petugas.
Ternyata Enrique orang yang cukup dikenal. Banyak orang dan wartawan yang sudah menanti kedatangannya. Para wanita bahkan berteriak histeris. Enrique melambaikan tangan dan berpose bak seorang selebritis.
Wartawan bertanya pada Enrique mengenai animasi yang dibuat Enrique. Mereka ingin tahun apakah Enrique mendapat tawaran bekerja di Pixar Disney.
Sebuah perusahaan di Korea telah menawarkan pekerjaan dengan gaji tinggi, apakah ia akan keluar dari Sola Studio (tempat bekerja Enrique sekarang)? Enrique tidak menjawab pertanyaan itu. Matanya menangkap seorang gadis yang berjalan ke arahnya. Ia tak menghiraukan lagi para wartawan dan tersenyum pada gadis itu.
Gadis itu adalah Yoon Seo Young. Seo Young tersenyum pada Enrique. Keduanya jelas saling mengenal.
Di tempat lain, dua orang pria juga menarik perhatian para wanita yang berpapasan dengan mereka, Oh Jin Rak dan Yoon Dong Hoon. Keduanya berpakaian stylish, lengkap dengan kacamata hitam. Mereka berjalan dengan cool bagai dalam iklan film action.
Tapi tidak semua wanita luluh dengan penampilan mereka. Wanita yang mereka temui tidak senang kedua pria itu tiba-tiba datang menemuinya.
“Begini…hari ini mereka membuat keputusan mengenai webtoon…” kata Jin Rak menjelaskan.
“Kau orang pertama yang kulihat mengenakan jas ke tempat ini,” kata sang editor galak bermata panda, menatap jas yang dikenakan Jin Rak. “Mengapa kau berpakaian seperti ini ke sini?”
Dong Hoon berusaha menyembunyikan senyumnya. Editor itu berkata pakaian Dong Hoon sedikit lebih baik. Dong Hoon protes, hanya sedikit?? (Dong Hoon ini terobsesi dengan penampilan sepertinya^^)
Jin Rak berkata mereka berpakaian formal karena akan bertemu Direktur dan ingin menghormatinya. Dong Hoon menebak editor itu sedang mengikuti demo. Ia berkata mereka juga pendemo. Sikap editor itu berubah. Ia menyalami Jin Rak dengan hangat dan mempersilakan mereka duduk.
Sayangnya editor itu menyampaikan berita buruk. Webtoon “Zombie Soccer” buatan Jin Rak dan Dong Hoon tidak akan diterbitkan.
“Kenapa?” tanya Jin Rak tak percaya.
“Zombie Soccer adalah plagiat dari karya Enrique,” jawab si editor.
Dong Hoon berkata Enrique membuat game sedangkan mereka membuat webtoon, tidak ada kaitannya. Editor itu berkata mereka tidak bisa mengacau dengan para gamer, terutama Enrique.
“Sejujurnya, kita tidak akan bisa bersaing dengan orang yang ada di Spanyol, kan?” kata Dong Hoon membela diri.
“Enrique ada di Korea,” kata si editor. Ia menunjukkan video kedatangan Enrique di bandara. Dong Hoon dan Jin Rak tak bisa berkata apa-apa lagi. Jin Rak sepertinya mulai kesal karena dituduh meniru Enrique.
“Jika kau berhasil membuat yang baru, hubungi aku. Fighting..” Si editor langsung menyandarkan kepalanya di meja. Tidur.
Dong Hoon tak mengira pembuat game bisa berpenampilan seperti Enrique. Ia merasa tersaingi.
“Kak, apa kau akan menyerah mengenai “Zombie Soccer”?” tanyanya pada Jin Rak. Ia mengusulkan menunjukkan gambar lain pada si editor. Ia melihat gambar-gambar di tabletnya dan berhenti pada sketsa seorang gadis. Dong Hoon tidak merasa pernah menggambarnya. Ia bertanya apakah Jin Rak yang membuat gambar seperti itu (kebanyakan gambar mereka adalah gambar alien dan monster >,<).
Jin Rak menghela nafas melihat gambar itu, lalu membangunkan si editor. Ia menunjukkan sketsa gadis itu.
“Tokoh utamanya adalah wanita yang hidup bersembunyi di apartemen pinggiran kota. Seperti kisah Grimm Bersaudara.”
“Gadis itu zombie, kan? Lalu bagaimana dengan prianya? Vampire?” sindir editor itu. Ia kembali tidur di meja. Tak tertarik sama sekali.
“Bukan, bukan seperti itu. Judulnya: Flower Boy Next Door. Artinya tetangga gadis itu adalah seorang pretty boy (ehemmm…cowo cantik??). Ini sebuah melodrama. Melodrama dalam kehidupan.”
“Melodrama dalam kehidupan?” sang editor tiba-tiba tertarik. “Sudah lama sekali sejak aku mendengar konsep yang begitu fresh. Tokoh utama dalam apartemennya…”
Hmmm…sepertinya Jin Rak dan Dong Hoon sudah mendapatkan proyek webtoon mereka berikutnya.
Di luar bandara, Seo Young bersin-bersin karena kedinginan. Bagaimana tidak? Ia hanya mengenakan gaun putih tipis dan pendek, tanpa mengenakan jaket atau stoking (brrr…padahal di Korea kan lagi dingin banget tuh).
“Apa kau tidak merasakan apapun padahal ini pertama kalinya kita bertemu setelah setahun. Wah, kau ini benar-benar beda,” omel Enrique.
“Perasaan apanya?” Seo Young mengambil lolipop dari mulut Enrique. “Kukira aku akan membeku kedinginan menunggumu selesai diwawancara.” Ia memasukkan lolipop itu ke dalam mulutnya.
“Ah kau berdandan untuk menemuiku. Wah, kau terlihat cantik.”
Seo Young berkata ia mendadak ingin mengenak rok musim panasnya jadi itulah yang ia pakai. Enrique sudah mengenal Seo Young dengan baik, seorang yang akan melakukan apapun yang diinginkannya tanpa peduli apapun. Ia mengeluarkan jaket tebal lalu memakaikannya pada Seo Young.
Enrique berlutut untuk menarik resleting jaket Seo Young. Ia menarik retsleting ke atas dan berdiri sangat dekat dengan Seo Young. Pelan-pelan Enrique mendekatkan wajahnya ke wajah Seo Young. Lalu….Hap! Ia mencaplok lolipop yang dipegang Seo Young (well, technically itu memang lolipop Enrique. Tapi eeww…kok bisa ya makan lolipop sama-sama >,<).
Dong Hoon dan Jin Rak berjalan pulang. Dong Hoon heran bagaimana bisa Jin Rak langsung menawarkan ide baru begitu mendapat penolakan. Apakah itu tidak melukai harga diri Jin Rak? Jin Rak berkata tidak ada gunanya berpegang pada harga diri. Apakah marah karena ditolak dan pergi begitu saja bisa disebut menjaga harga diri?
Dong Hoon tak mau berdebat lagi. “Tapi ada apa dengan Flower Boy Next Door? Apa ada cerita di balik ide itu?”
Jin Rak berkata ia sekarang perlu membuat cerita itu. Dong Hoon meminta Jin Rak melihatnya. Dialah flower boy dari ujung rambut hingga ujung kaki. Untuk membuat cerita flower boy kan diperlukan penelitian mengenai flower boy sungguhan.
Dok Mi sedang bekerja di apartemennya. Ia mendapat telepon dari atasannya, Yoo Ha Na. Dok Mi berjanji akan mengirim hasil pekerjaannya setelah makan siang. Ia meminta bagian selanjutnya yang harus ia edit dikirimkan melalui pos.
Sepertinya atasannya menawarkan diri untuk mengantar ke apartemen Dok Mi. Dok Mi buru-buru berkata apartemennya sangat dekat dengan kantor pos hingga ia bisa mengambilnya sendiri.
Dok Mi berusaha mengumpulkan keberanian untuk meminta uang kontraknya di muka. Tapi ia tak sanggup.
Bersambung Part 2 …
Sinopsis I Miss You Episode 1 Part 2
Sinopsis I Miss You Episode 1 Part 2
Jung Woo terkejut mendengar kabar meninggalnya kakek. Hwang Mi Ran bertanya Kenapa Jung Woo begitu terkejut, bukankah Jung Woo belum pernah sekalipun bertemu dengan kakek.
Hwang Mi Ran meminta Ah Reum tetap di rumah dan bermain saja dengan boneka beruang. Ah Reum menjawab ya sambil cemberut... (ah Park Ha/ Bo Young kecil nih)
Soo Yeon sampai di taman bermain tempat ia janjian bertemu dengan Jung Woo. Tapi ia belum melihat Jung Woo, Ia pun duduk berpindah-pindah sambil menunggu Jung Woo.
Lama Soo Yeon menunggu tapi Jung Woo tak kunjung datang. Ia pun duduk di bangku ayunan sambil mengeja nama Jung Woo, “Han Jung Woo.” ucapnya sambil memainkan genangan air menggunakan kakinya. “Dia datang, tidak datang, dia datang, tidak datang.” Soo Yeon kembali memainkan genangan air menerka apakah Jung Woo akan datang menemuinya atau tidak.
Jung Woo berada di rumah duka. Ia mewakili keluarganya menerima ucapan belasungkawa dari para tamu (Lho mana Han Tae Joon selaku anaknya kakek Han kok ga ada)
Hwang Mi Ran menerima telepon dari suaminya, ia berkata bukankah ia sudah bilang kalau dia (Hyun Joo) tidak akan bicara dengan mudah. Apa sebaiknya ia yang menemui Hyun Joo. Kalau ia mencoba meyakinkan antara wanita dengan wanita ia yakin bisa mengatasinya. Ia meminta suaminya tak perlu mengkahwatirkan keadaan di rumah duka. Ia berpesan pada suaminya agar jangan memaksakan diri.
Hwang Mi Ran selesai bicara dengan suaminya di telepon. Ia berbalik dan terkejut Jung Woo ada di belakangnya. Jung Woo tak mengerti bukankah tadi Hwang Mi Ran bilang kalau ayahnya pingsan. “Apa dia tak berada di rumah sakit?”
Hwang Mi Ran tak menjawab pertanyaan Jung Woo ia malah menyuruh Jung Woo tetap di tempat menerima ucapan belasungkawa dari tamu. Hwang Mi Ran mencoba bersikap baik pada Jung Woo dengan membetulkan letak dasi Jung Woo da berkata, “Ibu juga akan segera kesana.”
Jung Woo menyingkirkan tangan Hwang Mi Ran, “Bisakah kau berhenti berpura-pura menjadi ibuku saat ayahku tak ada disini? Dimana ayahku?” (hmm Mi Ran ibu tirinya Jung Woo donk ya)
Hwang Mi Ran berkata kalau ayah Jung Woo sekarang tak berada disini. Jung Woo kembali bertanya itulah sebabnya ia menanyakan alasannya kenapa ayahnya tak berada disini.
Mi Ran : “Apa kau bertanya karena kau benar-benar tak tahu? Menurutmu kenapa dia pergi ke panjara? Itu untuk melindungi uangnya.. uangnya. Hanya itu yang diketahui ayahmu."
Jung Woo meminta ibu tirinya ini jangan membicarakan ayahnya seperti itu. Hwang Mi Ran heran kenapa Jung Woo marah padahal yang ia lakukan hanya menjawab pertanyaan Jung Woo. Itu sebabnya ia tak bisa mengatakan apa-apa pada Jung Woo.
Mi Ran akan pergi dari hadapan Jung Woo tapi ia ingat satu hal, “Kalau kau tak menyukai aku menyebut diriku ibumu cepatlah pulang ke Amerika. Aku juga ingin menjalani hidupku tanpa harus melihatmu.”
Han Tae Joon mengunjungi Kang Hyun Joo di rumah sakit (sepertinya rumah sakit jiwa nih). Hyun Joo diam sambil memainkan selang infus. Han Tae Joon melihat kalau Hyun Joo ini tak terkejut mendengar meninggalnya Presdir (kakek). Ia mendengar kalau ayahnya memanggil nama Hyun Joo bahkan saat nafas terakhirnya. “Tapi kurasa kau masih tak memahami situasinya. Tak ada lagi yang bisa kau percaya apa kau ingin membusuk disini selama sisa hidupmu?”
Hyun Joo diam saja terus memainkan selang infus. Tae Joon menatap Hyun Joo dan bertanya apa Hyun Joo tak ingin melihat anak Hyun Joo lagi.
Hyun Joo tertawa, “Tak peduli sebarapa banyak kau membenci ayahmu. Melihat bagaimana kau terburu-buru kesini bukannya menghadiri pemakamannya kau pasti benar-benar putus asa. Hyung Joon-ku, kau tak tahu dimana dia kan? Han Tae Joon kalau kau ingin uangmu bawa kembali anakku!”
Han Tae Joon mengingatkan bukankah ia sudah bilang jangan pernah membuatnya marah. Hyun Joo menyela kalau ancaman itu tak mempan untuknya. Han Tae Joon tertawa remeh dan berkata kalau ia tak punya pilihan lain. Kalau ia tak bisa memiliki uangnya maka tak ada orang lain yang bisa memilikinya.
Han Tae Joon pun akan keluar dari ruang perawatan Hyun Joo. Hyun Joo berkata Presdir memberikan uang itu padanya. Han Tae Joon tak jadi keluar ruangan, Hyun Joo bilang kalau ia tak mencuri uang itu Presdir sendiri yang memberikan itu padanya. Itu terjadi karena Presdir tahu bagaimana kejamnya Han Tae Joon, Presdir memberikan uang itu padanya untuk melindungi Hyung Joon. “Kalau terjadi sesuatu pada Hyung Joon kau tak akan melihat uang itu sepeserpun.” Han Tae Joon menatap marah.
Han Tae Joon keluar dari ruangan diikuti oleh asistennya. Han Tae Joon berkata kalau anak itu (Hyung Joon) memiliki uangnya. Jadi ia harap asistennya mengerahkan segala cara untuk menemukan Hyung Joon. Asistennya mengerti.
Ada seorang perawat yang masuk ke ruang perawatan Hyun Joo. Perawat itu Jung Hye Mi yang sepertinya menyamar menjadi perawat rumah sakit.
Perawat Jung Hye Mi dan penjaga masuk. Hye Mi dengan sembunyi-sembunyi menyiramkan cairan ke tubuh Hyun Joo agar terkesan kalau Hyun Joo buang air kecil di tempat. Perawat Jung meminta izin pada penjagga agar meninggalkan ruangan sebentar karena ia harus mengganti pakaian Hyun Joo yang basah terkena air seni. Penjaga itu melihat untuk memastikan. Keduanya pun segera keluar.
Hyun Joo tahu kalau yang datang itu perawat Jung Hye Mi. Ia bertanya dimana Hyung Joon. Hye Mi mengatakan kalau Hyung Joon ada bersamanya. Hyun Joo bernafas lega setelah mendengarnya.
Hye Mi mengatakan kalau kaki Hyung Joon terluka, Hyun Joo terkejut mendengar putranya terluka. Hye Mi mengatakan kalau ia sudah melakukan apa yang ia bisa. Hyun Joo sangat mencemaskan putranya dan bertanya apa Hyung Joon masih hidup. Hye Mi menjawab ya, tapi ia tak tahu harus berbuat apa kalau Hyun Joo memberikan uang itu pada Han Tae Joon.
Hyun Joo memberi tahu Hye Mi kalau Presdir sudah meninggal jadi satu-satunya yang bisa mereka andalkan adalah uang itu. Kalau uang itu direbut oleh Han Tae Joon makan Han Tae Joon akan membunuhnya, Hyung Joon dan juga Hye Mi. Kita semua akan mati.
Hye Mi ketakutan ia tak tahu apa yang harus dilakukannya. Hyun Joo meminta Hye Mi melakukan apa yang ia katakan. Hye Mi menangis ketakutan apa yang bisa ia lakukan. Hyun Joo menyuruh Hye Mi untuk menculik putra Han Tae Joon.
Jung Woo kelelahan menerima ucapan belasungkawa dari tamu ia pun tertidur terduduk. Han Tae Joon datang dan melihat putranya tertidur karena kelelahan. Penjaga menyapa Han Tae Joon. Jung Woo yang mendengar langsung terbangun. Han Tae Joon menyuruh anak buahnya untuk membersihkan tempat ini.
Jung Woo bicara berdua dengan ayahnya. Han Tae Joon mengingatkan putranya agar jangan pernah melakukan apa yang Jung Woo inginkan tanpa izin darinya. Jung Woo tak mengerti maksud ayahnya. Han Tae Joon menjelaskan kalau Jung Woo jangan berhenti sekolah dan datang kesini hanya karena emosi sesaat Jung Woo.
Jung Woo minta maaf. Han Tae Joon berkata kalau Jung Woo hanya akan dimaafkan sekali saja. Jadi ia minta putranya mengingat itu. Jung Woo mengerti ia akan melakukannya. Han Tae Joon melihat ada yang aneh dengan sikap putranya ia bertanya apa ada masalah. Jung Woo bilang tak ada, ia baik-baik saja setelah melihat ayahnya. Ia bertanya apa ia boleh datang lagi selama liburan sekolah.
Han Tae Joon malah berkata kalau putranya tak ingin pergi lebih baik jangan pergi. Jung Woo kaget tapi ia senang mendengarnya. Ia bertanya apa ia bisa melakukan itu. Han Tae Joon berkata kalau ia ini berbeda dengan Kakek Jung Woo, ia tak percaya siapapun di sekitarnya. “Putraku Han Jung Woo, kau satu-satunya yang kupercaya.”
Ternyata Hwang Mi Ran (si ibu tiri Jung Woo) mendengar perbincangan ini. Ia menguping di depan pintu, terdengar suara Han Tae Joon berkata kalau Han Jung Woo dilahirkan sebagai putra Han Tae Joon adalah suatu berkah jadi ia berharap Jung Woo jangan mengecewakannya. Hwang Mi Ran sepertinya kecewa dengan keputusan suaminya ini.
Jung Woo melepas lelah dikamarnya ia melihat payung kuning milik Soo Yeon dan teringat janjiannya dengan Soo Yeon. Ia melihat jam tangannya, waktu sudah menunjukan pukul 10 malam lebih.
Soo Yeon pulang ke rumah dengan perasaan kecewa karena Jung Woo tak datang. Ia pulang dengan wajah tertunduk. Soo Yeon menoleh ke belakang siapa tahu Jung Woo melintas tapi ia kembali kecewa karena ia tak melihat siapapun.
Soo Yeon menginjak pecahan kaca ia pun penasaran dengan anak yang dikurung di rumah itu. Soo Yeon melongokan kepalanya untuk melihat melalui jendela. “Hei..” panggil Soo Yeon, anak itu tidur menyembunyikan wajahnya dibalik selimut.
“Apa kau sedang tidur?” tanya Soo Yeon. Anak itu yang kemungkinan adalah Hyung Joon diam saja. Tapi tidak diam saja Hyung Joon sepertinya terserang demam, wajahnya pucat dan tubuhnya sedikit menggigil.
“Apa kau sakit?” tanya Soo Yeon. Hyung Joon perlahan membuka matanya. Soo Yeon terus bertanya apa Hyung Joon baik-baik saja. “Kalau kau baik-baik saja lihat aku.” pinta Soo Yeon. “Kalau kau sedang tak tidur lihat aku!”
Hyung Joon menahan sakit, perlahan ia membalikan tubuhnya untuk melihat Soo Yeon. Soo Yeon terus bertanya apa Hyung Joon sudah makan.
Tiba-tiba ada yang menarik Soo Yeon, dia Jung Hye Mi. Hye Mi bertanya apa yang Soo Yeon lakukan. Soo Yeon berkata kalau ada anak di dalam rumah. Hye Mi memperingatkan agar Soo Yeon jangan ikut campur.
Hye Mi membuka gembok pintu, Soo Yeon berkata kalau anak itu sepertinya sedang kesakitan. Hye Mi menatap tajam, Soo Yeon langsung terdiam takut. Soo Yeon melihat kalau Hye Mi membawa makanan dan obat, ia pun permisi.
Detektif Kim protes pada atasannya kenapa atasannya mengatakan tidak bisa membuka kembali kasus investigasi itu. Atasannya bertanya apa gunanya Detektif Kim melihat sesuatu yang sudah berakhir. Detektif Kim berkata bukankah atasannya ini bilang kalau sudah mendapat pengakuan dari pelaku yang sebenarnya bukankah ia yang menempatkan tersangka itu disana. Ia tak bisa membiarkannya, kalau ia melakukan kesalahan ia ingin bertanggung jawab. Atasannya berkata apa Detektif Kim pikir ini sesuatu yang bisa diselesaikan dengan mencoba bertanggung jawab. Karena media pasti akan memberitakannya, “Apa kau ingin melihat ini dibahas disemua berita?”
Detektif Kim berkata kalau ia bisa mengerjakan kasus ini secara diam-diam dan menyelesaikannya. Bukankah setidaknya kita harus memberi tahu korban, pelaku dan keluarganya.
Atasannya bertanya bagaimana seandainya ada seseorang yang buka mulut, “Apa kau pikir aku melakukan ini hanya untuk menyelamatkan diriku sendiri? Lee Tae Soo (ayah Soo Yeon) adalah seorang kriminal. Kalau kau memiliki waktu merasa bersalah atas orang itu lebih baik gunakan waktumu untuk mengerjakan kasus lain.”
“Kapten?” Detektif Kim tak sependapat tapi atasannya meminta Detektif Kim untuk berhenti bersikap seperti itu dan membuat kantor repot. Ini jelas membuat Detektif Kim kesal. (hmmm apa ada kesalahan penangkapan tersangka? Tapi kalau terjadi kesalahan, tersangkanya kan udah dieksekusi)
Seperti biasa Soo Yeon berangkat sekolah, ia berangkat sendiri tak punya teman. Ia berjalan menunduk menyembunyikan wajahnya.
Detektif Kim berada di mobilnya di depan sekolah Soo Yeon. Ia melihat Soo Yeon masuk melalui pintu gerbang. Detektif Kim kesal dengan dirinya sendiri. (wow apa yang terjadi)
Han Tae Joon benar-benar mempertahankan putranya untuk tetap berada di Korea. Ia pun memasukan putranya ke sekolah yang ada di kKrea dan tebak di sekolah mana tentu saja satu sekolah dengan Soo Yeon. Jung Woo ke sekolah sambil membawa payung kuning milik Soo Yeon, ia berkeliling tiap kelas untuk mencari Soo Yeon.
“Apa kau sedang mencari seseorang?” tanya salah satu siswi. Jung Woo membenarkan. Ia pun bertanya apa mereka kenal dengan Lee Soo Yeon.
“Siapa? Lee Soo Yeon siapa?” Tanya siswa itu.
“Orang itu. Dia yang nomor 27.” jawab siswi yang berkacamata. Temannya kaget dan ketakutan, keduanya segera pergi. Jung Woo memandang bingung.
Terdengar bel sekolah masuk berbunyi. Di depan kelas tata boga (pake celemek sih jadi aku nebak ini kelas tata boga) para siswa tak mau masuk ke kelas. Jung Woo melintas dan melihatnya aneh. Salah satu siswi bertanya pada temannya apa si nomor 27 itu tidak akan pindah ke sekolah lain. Temannya berkata kalau si nomor 27 itu tak tahu malu.
Siapakah si nomor 27 itu, Lee Soo Yeon. Soo Yeon sendirian berada di dalam ruangan memasak. Teman sekelasnya tak ada yang mau sekelas dengannya.
Jung Woo melihat Soo Yeon dengan tatapan bingung. Ibu guru datang dan bertanya kenapa semua siswa belum masuk. Salah satu siswa mengatakan kalau ini karena si nomor 27. Beberapa murid menginginkan Soo Yeon untuk pindah ke sekolah lain. Kenapa.
“Dia menakutkan,”
“Dia memalukan,”
“Anak-anak dari sekolah lain mengejekku karena aku satu sekolah dengan anak seorang pembunuh.”
Bu guru berkata bijak kalau siswanya tak boleh seperti itu. Jung Woo jelas terkejut mendengar latar belakang keluarga Soo Yeon. Ia menatap Soo Yeon yang berdiri diam di ruangan. Guru menyuruh murid-muridnya masuk tapi mereka tak mau, “Dia memegang pisau. Bagaimana kalau dia nanti menusukku?”
Soo Yeon sadar kehadirannya hanya akan membuat proses belajar terhambat. Ia pun keluar meminta izin pada guru kalau perutnya sakit, ia ingin pergi ke klinik. Teman-temannya menyingkir tak ingin dekat-dekat dengan Soo Yeon. Bu guru membolehkannya dan menyuruh murid yang lain untuk segera masuk.
Jung Woo masih berdiri disana dengan membawa payung milik Soo Yeon. Soo Yeon akan pergi tapi ia terkejut melihat Jung Woo ada disana. Soo Yeon kembali menundukan wajah. Ia melihat payungnya ada di tangan Jung Woo yang gemetaran.
“Han Jung Woo...” sapa Soo Yeon mengegetkan Jung Woo membuat Jung Woo mundur satu langkah.
Soo Yeon maju mendekat tapi Jung Woo kembali mundur dan menyembunyikan payung yang dibawanya. Soo Yeon menatap sedih ia mengerti akhirnya Jung Woo pun tahu latar belakang keluarganya. Sama seperti teman-temannya yang lain, ternyata Jung Woo pun tak ingin dekat dengannya, ia menatap sedih. Soo Yeon kembali menunduk dan berlalu dari hadapan Jung Woo.
Di dalam kelas Jung Woo langsung berteman akrab dengan beberapa siswa. Salah satu temannya bertanya berasal dari kota di Amerika yang manakah Jung Woo. Ia juga ingin sekolah ke luar negeri karena ujian disini benar-banar sulit. Mereka mendengar kalau anak-anak di Amerika buruk dalam pelajaran matematika. Mereka bertanya apa Jung Woo benar-benar populer disana.
Jung Woo bingung menanggapi pertanyaan teman-teman barunya. Ia menatap bangku kosong yang ada di belakang. Temannya memberi tahu kalau tempat duduk itu milik si nomor 27, “Ayahnya seorang pembunuh. Ayahnya sudah membunuh dua orang. Dia membantu ayahnya bersembunyi agar bisa melarikan diri. Semua orang disekitar sini hampir mati karenanya. Kau harus berhati-hati dengannya.”
Jung Woo kesal dengan ocehan teman-teman barunya, ia berdiri menatap keluar kelas. Hujan turun dengan derasnya. Terdengar suara teman-temannya bertanya bagaimana Jung Woo bisa kenal dengan si nomor 27. Jung Woo kembali menatap kursi kosong tempat duduk Soo Yeon.
Saatnya jam pelajaran olahraga. Mereka berada di lapangan basket. Jung Woo memamerkan kebolehannya dalam bermain basket. Dengan mudah beberapa lawan ia lewati dan memasukan bola ke dalam keranjang. Teman-temannya yang jadi penonton bersorak.
Lee Soo Yeon berada disana tapi ia duduk menyendiri. Ia diam saja tak ada yang mau dekat-dekat dengannya. Sesekali Soo Yeon melihat permainan basket Jung Woo. Jung Woo mendapat pengawalan ketat dari lawan tapi dengan mudah Jung Woo lolos. Hal ini membuat sang lawan kesal dan melakukan pelanggaran terhadap Jung Woo. Dengan kemampuannya Jung Woo beberapa kali mencetak angka untuk timnya.
Usai pertandingan Jung Woo mendapat perlakukan kasar dari lawan mainnya tadi, “Apa yang kalian lakukan?” tanya Jung Woo.
Mereka bilang kalau Jung Woo hampir membunuh mereka saat bermain basket tadi. “Kupikir bahuku akan patah.” Sahut salah satu dari mereka.
Jung Woo menatap tajam ketiga siswa ini. Mereka marah dan melempar bola agar Jung Woo tetap menunduk jangan menatapnya. Jung Woo berdiri dan berkata kalau ia tak ingin berkelahi, lebih baik gunakan-kata kata saja. Tapi mereka mencibir, mereka harus bagaimana karena mereka tak tahu bahasa Inggris.
Dan buk, salah satu dari mereka memukul wajah Jung Woo. mereka memperingatkan agar jung woo menjaga sikap. Mereka pergi, tapi jung woo tak terima diperlakukan kasar begitu. Ia pun melawan, terjadilah perkelahian diantara mereka 1 lawan 3. Jung Woo yang sendirian jelas kalah. Mereka memukuli dan menginjak-injak Jung Woo hingga membuat wajah dan tubuhnya terluka.
Tiba-tiba ada beberapa bola yang datang. Tidak hanya satu atau dua bola melainkan beberapa bola. Siapa yang sengaja melakukannya, Lee Soo Yeon. Soo Yeon menarik keranjang bola sambil menundukan wajahnya. 3 siswa ini mundur ketakutan melihat kedatangan Soo Yeon.
Soo Yeon minta maaf karena ia sedang bersih-bersih katanya sambil tetap menunduk menyembunyikan wajahnya. Soo Yeon mengambil bola dan memasukannya ke keranjang.
Soo Yeon jongkok dan berkata pelan pada Jung Woo. Ia menyuruh Jung Woo tetap menunduk karena mereka akan bosan dan berhenti memukuli Jung Woo. Soo
Yeon mengambil bola yang ada didekat ketiga siswa itu, ketiganya mundur ketika Soo Yeon mendekat ke arahnya. Soo Yeon mengambil bola dan bertanya apa mereka bertiga mau membantunya.
Mereka jelas tak mau, apa mereka sudah gila kenapa mereka harus membantu Soo Yeon. Mereka pun kembali mengingatkan Jung Woo agar menjaga sikap. Mereka bertiga akan berlalu meninggalkan Jung Woo dan Soo Yeon.
Soo Yeon menghampiri Jung Woo yang masih tergeletak terluka. Ia bertanya apa Jung Woo baik-baik saja. Jung Woo mencoba berdiri, ia mengambil bola dan melemparkannya ke arah ketiga siswa tadi. Duk, lemparan Jung Woo tepat mengenai kepala salah satu dari mereka.
Jung Woo menantang kenapa mereka bertiga berhenti memukulinya. Jung Woo membentak kalau ini baru saja dimulai. Jung Woo berlari ke arah ketiganya ia kembali melawan mereka.
Dan sekali lagi Jung Woo kalah. Ia kembali dipukuli ditendang dan diinjak. Soo Yeon menatapnya cemas. Luka-luka di tubuh dan wajah Jung Woo bertambah.
Soo Yeon takut melihatnya karena ini mengingatkan pada kejadian dimana ia dipukuli dan diinjank-injak oleh ayahnya. Soo Yeon menutup telinganya, ia menangis melihat Jung Woo dipukuli dan diinjak. Ia hanya bisa terdiam menunduk ketakutan. Trauma masa lalunya belum hilang.
Soo Yeon berdiri di depan loker. Disana ada payung miliknya yang sengaja diletakkan oleh Jung Woo. Soo Yeon membawa pulang payung miliknya.
Di depan pintu masuk sekolah Soo Yeon melihat Jung Woo berdiri menunggu hujan reda. Wajah Jung Woo penuh dengan luka. Soo Seon berjalan menghampiri Jung Woo.
“Han Jung Woo!” sapa Soo Yeon. Jung Woo menoleh, Soo Yeon langsung menunduk dan menyodorkan payung miliknya agar bisa digunakan oleh Jung Woo. Jung Woo terkejut melihatnya, ia ragu apa ia akan menerima pinjaman payung Soo Yeon lagi atau tidak.
Soo Yeon menitikan air mata, “Aku. Aku tidak seperti itu.” Soo Yeon mencoba menjelaskan kalau ia bukanlah seorang anak yang seperti dikatakan teman-temannya. “Aku tidak akan membunuh siapapun.”
Soo Yeon meminta Jung Woo memakai payungnya saat pulang karena luka yang Jung Woo alami akan terasa lebih sakit kalau terkena hujan. Tapi Jung Woo tak mau menerima pinjaman payung ia berjalan mundur menghindari Soo Yeon. Soo Yeon menatapnya sedih. Jung Woo terus bergerak mundur hingga tubuhnya basah kuyup karena hujan.
Soo Yeon : “Han Jung Woo?”
Jung Woo membentak, “Kau, kenapa kau bersikap seperti ini padaku? Kenapa kau terus bersikap seperti ini padaku? Kalau aku tak mempedulikanmu seharusnya kau mengerti dan pergi. Aku ingin mengembalikan payungmu, kita tak ada urusan lagi.”
Soo Yeon tertunduk menangis dan berkata kalau Jung Woo basah kuyup karena dirinya. Soo Yeon minta maaf dan mengatakan kalau ia tidak apa-apa. “Aku tak ingin menangis karena sedih, tapi karena angin. Angin yang membuat mataku berair.”
Jung Woo terdiam, Soo Yeon berlalu meninggalkan Jung Woo. Terngiang dalam benak Jung Woo semua ucapan Soo Yeon tadi, bahwa Soo Yeon bukan seperti yang Jung Woo pikirkan, bahwa Soo Yeon tak akan membunuh siapapun. ‘Aku tidak menangis karena sedih, tapi karena angin. Angin yang membuat mataku berair.’
Soo Yeon berjalan menuju rumahnya tanpa menggunakan payung. Padahal hujan turun sangat deras dan ia membawa payung miliknya. Terdengar dalam ingatannya suara Jung Woo memanggilnya ketika malam itu, ‘Seragam merah. Gadis populer, Lee Soo Yeon.’ Soo Yeon berada di taman bermain tempat ia bertemu dengan Jung Woo.
Tak berapa lama kemudian setelah Soo Yeon tak ada Jung Woo duduk di ayunan sendirian dibawah guyuran hujan. Terngiang dalam ingatannya Soo Yeon menuruhnya memakai payung. Jung Woo mengenjot ayunan perlahan-lahan dan semakin lama semakin cepat. Ia menghentakan kakinya agar ayunannya semakin kencang dan tinggi. Ia melakukannya untuk melampiaskan rasa frustasinya.
Soo Yeon berjalan perlahan menuju rumahnya. Tiba-tiba langkahnya terhenti karena ia mendengar sesuatu, “Joon kumohon. Kalau kita tak pergi sekarang dan tertangkap semuanya akan berakhir. Apa kau tak ingin bertemu ibumu?” Terdengar suara perawat Jung Hye Mi.
Soo Yeon penasaran dan memutuskan untuk mengintip melalui jendela. Perawat Jung Hye Mi melihat Soo Yeon yang mengintip di jendela, “Siapa kau tutup jendelanya!”
Soo Yeon kaget dan segera menutup jendela. Ibunya datang dan bertanya apa yang Soo Yeon lakukan. ibu yang menggunakan plastik untuk melindungi kepalanya segera mengambil payung yang dibawa putrinya, “Kenapa kau berjalan di tengah hujan seperti anjing gila. Padahal kau membawa payung.”
Ibu membuka payung dan di payung itu ada pesan yang ditulis oleh Jung Woo. Keduanya membaca tulisan itu. ‘Ini milik gadis paling terkenal Lee Soo Yeon’
Soo Yeon tahu siapa yang menulis itu, ibu yang tak tahu apa-apa menilai kalau Soo Yeon sombong sekali kenapa Soo Yeon menulis ini di payung, kenapa tak sekalian menulis nama ayah Soo Yeon disini. Kau pasti senang karena kau begitu terkenal. Ibu bergegas ke rumah. Soo Yeon mengejar meminta ibunya mengembalikan payung itu padanya.
Jung Woo masih berada di ayunan dengan genjotan ayunan yang semakin kencang, ia kesal dengan dirinya sendiri ketika mengingat kebersamaannya dengan Soo Yeon beberapa waktu lalu. Jung Woo pun meloncat dari ayunan dan berlari kencang. Ia mencari rumah Soo Yeon.
Di tengah jalan ia bertanya pada ahjumma yang berpapasan dengnnya, apa ahjumma itu tahu dimana rumah Soo Yeon. Ahjumma itu bilang kalau ia tak tahu. Jung Woo kembali bertanya kalau ia mendengar Soo Yeon tinggal disekitar sini, tapi ahjumma itu bilang kalau ia tak tahu.
Jung Woo bertanya pada ahjumma pemilik warung, disana Detektif Kim tengah berbelanja buah.
Soo Yeon di kamarnya menulis surat untuk Jung Woo.
Walaupun aku tak akan memberikan surat ini tapi aku tetap ingin mengucapkan terima kasih. Kalau aku bukan anak seorang pembunuh mungkinkah kau dan aku bisa bersahabat? Soo Yeon mencoret kata yang ia tulis (hmm kata apa ya yang dicoret)
Ibu masuk membawakan makanan untuk Soo Yeon. Ibu menyingkirkan payung kuning, Soo Yeon langsung overprotect pada payungnya. Ibunya heran apa Soo Yeon akan membuka payung itu saat keduanya makan. Ibu minta Soo Yeon menyingkirkan payung itu. Tiba-tiba terdengar pintu diketuk keras, ibu dan anak ini berpandangan.
Jung Woo sampai disekitar rumah Soo Yeon (hmm kayaknya Detektif Kim ngasih tahu Jung Woo dimana rumah Soo Yeon)
Jung Woo melihat ibu-ibu di depan rumah seseorang, salah ibu itu ternyata ibu dari korban pembunuhan yang masih tak terima keluarganya meninggal dengan cara seperti ini.
Ibu Soo Yeon berteriak, “Sampai kapan kau akan seperti ini? apa yang harus kulakukan denganmu? kenapa muncul disini setiap dua minggu?” Soo Yeon memohon ibunya agar berhenti.
Ibu : “Apa aku yang membunuh suamimu? Apa aku yang membunuh anakmu? Dia sudah menerima hukumannya, seharusnya semua sudah berakhir. Apa yang kau inginkan dariku?”
Jung Woo menatap sedih keributan ini.
Si ibu yang suami dan anaknya meninggal berkata, “Anakmu masih hidup bagaimana dengan anakku? Kembalikan anakku. Kembalikan anakku.”
Ibu mendorong Soo Yeon ke arah si ibu itu, “Bawa dia. Bawa saja dan bunuh dia, lakukan apapun yang ingin kau lakukan padanya.”
Soo Yeon menangis, ibu mendorongnya hingga terjatuh. Jung Woo ikut melihat ini. Apa lagi Soo Yeon memohon-mohon sambil menangis memeluk kaki ibunya.
Ibu mendorong kepala Soo Yeon, “Dia bilang semuanya akan berakhir kalau kau juga mati.”
Detektif Kim sampai disana. Soo Yeon memohon pada ibu itu. Ia mengaku kalau ia yang salah sambil menangis.
Ibu Soo Yeon malah memukuli Soo Yeon, “Dasar bodoh apa salahmu? Apa gunanya kita hidup seperti ini. Baiklah, kita berdua saja mati hari ini. kita mati saja.” Ibu mengguncang-guncangkan tubuh Soo Yeon, “Daripada hidup seperti ini lebih baik mati.”
Soo Yeon meronta ia tak mau mati begitu saja. Ia melepaskan diri dari cengkeraman ibunya yang menangis. Dan Soo Yeon pun melihat kalau disana ada Jung Woo yang menatapnya iba.
Soo Yeon menangis, ia langsung lari tak mau bertemu dengan Jung Woo dalam keadaan yang menyedihkan seperti ini. Sepatu kanannya lepas. Ia berlari menggunakan sepatu yang hanya sebelah. Jung Woo mengejarnya, tak lupa ia membawa sepatu Soo Yeon yang sebelah.
Soo Yeon terus berlari dengan tangisan mengabaikan panggilan Jung Woo yang mengejarnya. Jung Woo mengambil jalan pintas untuk mengejar Soo Yeon tapi sia-sia, ia tak menemukan gadis ini. Soo Yeon mendengar panggilan Jung Woo memanggil namanya, tapi Soo Yeon terus berlari walau hanya dengan sepatu sebelah.
Jung Woo merasakan sakit di badannya luka-lukanya yang belum sembuh terasa nyeri karena ia terus berlari. Ia berhenti sejenak untuk mengatur nafas dan tiba-tiba ia mendengar sesuatu, suara dernyit ayunan.
Jung Woo pun segera berlari menuju taman bermain, ketika sampai disana Jung Woo tak melihat siapapun. Ia kecewa. Tapi ia teringat dengan satu tempat disana. Di tempat perosotan. Jung Woo mendekat ke arah perosotan.
Dugaan Jung Woo tepat, Soo Yeon duduk sembunyi di bawah perosotan. Jung Woo tersenyum karena ia berhasil menemukan Soo Yeon. Perlahan ia pun menghampiri Soo Yeon. Soo Yeon tertunduk menangis. Jung Woo melemparkan sepatu Soo Yeon.
“Aku menemukanmu!” seru Jung Woo berdiri di depan Soo Yeon. Soo Yeon terkejut menatap Jung Woo tapi dengan cepat ia menyembunyikan wajahnya.
Jung Woo : “Apa kau pikir menyembunyikan wajahmu adalah segalanya?”
Soo Yeon menarik kaki kanannya dan lihat kaki kananya ada bekas luka yang sangat panjang. Soo Yeon menyembunyikan kakinya.
Jung Woo : “Apa kau pikir menyembunyikan kakimu adalah segalanya?”
Soo Yeon tetap menunduk kali ini ia menarik tangannya.
Jung Woo : “Gaun bunga.”
Soo Yeon mencengkeram bajunya yang bermotif bunga.
“Gadis populer...” panggil Jung Woo.
“Lee Soo Yeon...” panggil Jung Woo lagi. “Lee Soo Yeon.”
Soo Yeon mengangkat wajahnya memandang Jung Woo.
Jung Woo : “Anak seorang pembunuh Lee Soo Yeon, ayo kita berteman.”
Soo Yeon terkejut mendengar ajakan pertemanan dari Jung Woo.
BERSAMBUNG...
Komentar :
Ah, episode 1 udah greget nih apa Detektif Kim salah menangkap tersangka dan ia menyesal karena tersangka itu sudah dieksekusi. Kalau benar, ayah Soo Yeon tidak bersalah donk ya. Kalau memang benar, siapa tersangka sesungguhnya. Penasaran sama kalung yang dipakai Hyung Joon, kira-kira menyimpan kode apa ya.
Jung Woo terkejut mendengar kabar meninggalnya kakek. Hwang Mi Ran bertanya Kenapa Jung Woo begitu terkejut, bukankah Jung Woo belum pernah sekalipun bertemu dengan kakek.
Hwang Mi Ran meminta Ah Reum tetap di rumah dan bermain saja dengan boneka beruang. Ah Reum menjawab ya sambil cemberut... (ah Park Ha/ Bo Young kecil nih)
Soo Yeon sampai di taman bermain tempat ia janjian bertemu dengan Jung Woo. Tapi ia belum melihat Jung Woo, Ia pun duduk berpindah-pindah sambil menunggu Jung Woo.
Lama Soo Yeon menunggu tapi Jung Woo tak kunjung datang. Ia pun duduk di bangku ayunan sambil mengeja nama Jung Woo, “Han Jung Woo.” ucapnya sambil memainkan genangan air menggunakan kakinya. “Dia datang, tidak datang, dia datang, tidak datang.” Soo Yeon kembali memainkan genangan air menerka apakah Jung Woo akan datang menemuinya atau tidak.
Jung Woo berada di rumah duka. Ia mewakili keluarganya menerima ucapan belasungkawa dari para tamu (Lho mana Han Tae Joon selaku anaknya kakek Han kok ga ada)
Hwang Mi Ran menerima telepon dari suaminya, ia berkata bukankah ia sudah bilang kalau dia (Hyun Joo) tidak akan bicara dengan mudah. Apa sebaiknya ia yang menemui Hyun Joo. Kalau ia mencoba meyakinkan antara wanita dengan wanita ia yakin bisa mengatasinya. Ia meminta suaminya tak perlu mengkahwatirkan keadaan di rumah duka. Ia berpesan pada suaminya agar jangan memaksakan diri.
Hwang Mi Ran selesai bicara dengan suaminya di telepon. Ia berbalik dan terkejut Jung Woo ada di belakangnya. Jung Woo tak mengerti bukankah tadi Hwang Mi Ran bilang kalau ayahnya pingsan. “Apa dia tak berada di rumah sakit?”
Hwang Mi Ran tak menjawab pertanyaan Jung Woo ia malah menyuruh Jung Woo tetap di tempat menerima ucapan belasungkawa dari tamu. Hwang Mi Ran mencoba bersikap baik pada Jung Woo dengan membetulkan letak dasi Jung Woo da berkata, “Ibu juga akan segera kesana.”
Jung Woo menyingkirkan tangan Hwang Mi Ran, “Bisakah kau berhenti berpura-pura menjadi ibuku saat ayahku tak ada disini? Dimana ayahku?” (hmm Mi Ran ibu tirinya Jung Woo donk ya)
Hwang Mi Ran berkata kalau ayah Jung Woo sekarang tak berada disini. Jung Woo kembali bertanya itulah sebabnya ia menanyakan alasannya kenapa ayahnya tak berada disini.
Mi Ran : “Apa kau bertanya karena kau benar-benar tak tahu? Menurutmu kenapa dia pergi ke panjara? Itu untuk melindungi uangnya.. uangnya. Hanya itu yang diketahui ayahmu."
Jung Woo meminta ibu tirinya ini jangan membicarakan ayahnya seperti itu. Hwang Mi Ran heran kenapa Jung Woo marah padahal yang ia lakukan hanya menjawab pertanyaan Jung Woo. Itu sebabnya ia tak bisa mengatakan apa-apa pada Jung Woo.
Mi Ran akan pergi dari hadapan Jung Woo tapi ia ingat satu hal, “Kalau kau tak menyukai aku menyebut diriku ibumu cepatlah pulang ke Amerika. Aku juga ingin menjalani hidupku tanpa harus melihatmu.”
Han Tae Joon mengunjungi Kang Hyun Joo di rumah sakit (sepertinya rumah sakit jiwa nih). Hyun Joo diam sambil memainkan selang infus. Han Tae Joon melihat kalau Hyun Joo ini tak terkejut mendengar meninggalnya Presdir (kakek). Ia mendengar kalau ayahnya memanggil nama Hyun Joo bahkan saat nafas terakhirnya. “Tapi kurasa kau masih tak memahami situasinya. Tak ada lagi yang bisa kau percaya apa kau ingin membusuk disini selama sisa hidupmu?”
Hyun Joo diam saja terus memainkan selang infus. Tae Joon menatap Hyun Joo dan bertanya apa Hyun Joo tak ingin melihat anak Hyun Joo lagi.
Hyun Joo tertawa, “Tak peduli sebarapa banyak kau membenci ayahmu. Melihat bagaimana kau terburu-buru kesini bukannya menghadiri pemakamannya kau pasti benar-benar putus asa. Hyung Joon-ku, kau tak tahu dimana dia kan? Han Tae Joon kalau kau ingin uangmu bawa kembali anakku!”
Han Tae Joon mengingatkan bukankah ia sudah bilang jangan pernah membuatnya marah. Hyun Joo menyela kalau ancaman itu tak mempan untuknya. Han Tae Joon tertawa remeh dan berkata kalau ia tak punya pilihan lain. Kalau ia tak bisa memiliki uangnya maka tak ada orang lain yang bisa memilikinya.
Han Tae Joon pun akan keluar dari ruang perawatan Hyun Joo. Hyun Joo berkata Presdir memberikan uang itu padanya. Han Tae Joon tak jadi keluar ruangan, Hyun Joo bilang kalau ia tak mencuri uang itu Presdir sendiri yang memberikan itu padanya. Itu terjadi karena Presdir tahu bagaimana kejamnya Han Tae Joon, Presdir memberikan uang itu padanya untuk melindungi Hyung Joon. “Kalau terjadi sesuatu pada Hyung Joon kau tak akan melihat uang itu sepeserpun.” Han Tae Joon menatap marah.
Han Tae Joon keluar dari ruangan diikuti oleh asistennya. Han Tae Joon berkata kalau anak itu (Hyung Joon) memiliki uangnya. Jadi ia harap asistennya mengerahkan segala cara untuk menemukan Hyung Joon. Asistennya mengerti.
Ada seorang perawat yang masuk ke ruang perawatan Hyun Joo. Perawat itu Jung Hye Mi yang sepertinya menyamar menjadi perawat rumah sakit.
Perawat Jung Hye Mi dan penjaga masuk. Hye Mi dengan sembunyi-sembunyi menyiramkan cairan ke tubuh Hyun Joo agar terkesan kalau Hyun Joo buang air kecil di tempat. Perawat Jung meminta izin pada penjagga agar meninggalkan ruangan sebentar karena ia harus mengganti pakaian Hyun Joo yang basah terkena air seni. Penjaga itu melihat untuk memastikan. Keduanya pun segera keluar.
Hyun Joo tahu kalau yang datang itu perawat Jung Hye Mi. Ia bertanya dimana Hyung Joon. Hye Mi mengatakan kalau Hyung Joon ada bersamanya. Hyun Joo bernafas lega setelah mendengarnya.
Hye Mi mengatakan kalau kaki Hyung Joon terluka, Hyun Joo terkejut mendengar putranya terluka. Hye Mi mengatakan kalau ia sudah melakukan apa yang ia bisa. Hyun Joo sangat mencemaskan putranya dan bertanya apa Hyung Joon masih hidup. Hye Mi menjawab ya, tapi ia tak tahu harus berbuat apa kalau Hyun Joo memberikan uang itu pada Han Tae Joon.
Hyun Joo memberi tahu Hye Mi kalau Presdir sudah meninggal jadi satu-satunya yang bisa mereka andalkan adalah uang itu. Kalau uang itu direbut oleh Han Tae Joon makan Han Tae Joon akan membunuhnya, Hyung Joon dan juga Hye Mi. Kita semua akan mati.
Hye Mi ketakutan ia tak tahu apa yang harus dilakukannya. Hyun Joo meminta Hye Mi melakukan apa yang ia katakan. Hye Mi menangis ketakutan apa yang bisa ia lakukan. Hyun Joo menyuruh Hye Mi untuk menculik putra Han Tae Joon.
Jung Woo kelelahan menerima ucapan belasungkawa dari tamu ia pun tertidur terduduk. Han Tae Joon datang dan melihat putranya tertidur karena kelelahan. Penjaga menyapa Han Tae Joon. Jung Woo yang mendengar langsung terbangun. Han Tae Joon menyuruh anak buahnya untuk membersihkan tempat ini.
Jung Woo bicara berdua dengan ayahnya. Han Tae Joon mengingatkan putranya agar jangan pernah melakukan apa yang Jung Woo inginkan tanpa izin darinya. Jung Woo tak mengerti maksud ayahnya. Han Tae Joon menjelaskan kalau Jung Woo jangan berhenti sekolah dan datang kesini hanya karena emosi sesaat Jung Woo.
Jung Woo minta maaf. Han Tae Joon berkata kalau Jung Woo hanya akan dimaafkan sekali saja. Jadi ia minta putranya mengingat itu. Jung Woo mengerti ia akan melakukannya. Han Tae Joon melihat ada yang aneh dengan sikap putranya ia bertanya apa ada masalah. Jung Woo bilang tak ada, ia baik-baik saja setelah melihat ayahnya. Ia bertanya apa ia boleh datang lagi selama liburan sekolah.
Han Tae Joon malah berkata kalau putranya tak ingin pergi lebih baik jangan pergi. Jung Woo kaget tapi ia senang mendengarnya. Ia bertanya apa ia bisa melakukan itu. Han Tae Joon berkata kalau ia ini berbeda dengan Kakek Jung Woo, ia tak percaya siapapun di sekitarnya. “Putraku Han Jung Woo, kau satu-satunya yang kupercaya.”
Ternyata Hwang Mi Ran (si ibu tiri Jung Woo) mendengar perbincangan ini. Ia menguping di depan pintu, terdengar suara Han Tae Joon berkata kalau Han Jung Woo dilahirkan sebagai putra Han Tae Joon adalah suatu berkah jadi ia berharap Jung Woo jangan mengecewakannya. Hwang Mi Ran sepertinya kecewa dengan keputusan suaminya ini.
Jung Woo melepas lelah dikamarnya ia melihat payung kuning milik Soo Yeon dan teringat janjiannya dengan Soo Yeon. Ia melihat jam tangannya, waktu sudah menunjukan pukul 10 malam lebih.
Soo Yeon pulang ke rumah dengan perasaan kecewa karena Jung Woo tak datang. Ia pulang dengan wajah tertunduk. Soo Yeon menoleh ke belakang siapa tahu Jung Woo melintas tapi ia kembali kecewa karena ia tak melihat siapapun.
Soo Yeon menginjak pecahan kaca ia pun penasaran dengan anak yang dikurung di rumah itu. Soo Yeon melongokan kepalanya untuk melihat melalui jendela. “Hei..” panggil Soo Yeon, anak itu tidur menyembunyikan wajahnya dibalik selimut.
“Apa kau sedang tidur?” tanya Soo Yeon. Anak itu yang kemungkinan adalah Hyung Joon diam saja. Tapi tidak diam saja Hyung Joon sepertinya terserang demam, wajahnya pucat dan tubuhnya sedikit menggigil.
“Apa kau sakit?” tanya Soo Yeon. Hyung Joon perlahan membuka matanya. Soo Yeon terus bertanya apa Hyung Joon baik-baik saja. “Kalau kau baik-baik saja lihat aku.” pinta Soo Yeon. “Kalau kau sedang tak tidur lihat aku!”
Hyung Joon menahan sakit, perlahan ia membalikan tubuhnya untuk melihat Soo Yeon. Soo Yeon terus bertanya apa Hyung Joon sudah makan.
Tiba-tiba ada yang menarik Soo Yeon, dia Jung Hye Mi. Hye Mi bertanya apa yang Soo Yeon lakukan. Soo Yeon berkata kalau ada anak di dalam rumah. Hye Mi memperingatkan agar Soo Yeon jangan ikut campur.
Hye Mi membuka gembok pintu, Soo Yeon berkata kalau anak itu sepertinya sedang kesakitan. Hye Mi menatap tajam, Soo Yeon langsung terdiam takut. Soo Yeon melihat kalau Hye Mi membawa makanan dan obat, ia pun permisi.
Detektif Kim protes pada atasannya kenapa atasannya mengatakan tidak bisa membuka kembali kasus investigasi itu. Atasannya bertanya apa gunanya Detektif Kim melihat sesuatu yang sudah berakhir. Detektif Kim berkata bukankah atasannya ini bilang kalau sudah mendapat pengakuan dari pelaku yang sebenarnya bukankah ia yang menempatkan tersangka itu disana. Ia tak bisa membiarkannya, kalau ia melakukan kesalahan ia ingin bertanggung jawab. Atasannya berkata apa Detektif Kim pikir ini sesuatu yang bisa diselesaikan dengan mencoba bertanggung jawab. Karena media pasti akan memberitakannya, “Apa kau ingin melihat ini dibahas disemua berita?”
Detektif Kim berkata kalau ia bisa mengerjakan kasus ini secara diam-diam dan menyelesaikannya. Bukankah setidaknya kita harus memberi tahu korban, pelaku dan keluarganya.
Atasannya bertanya bagaimana seandainya ada seseorang yang buka mulut, “Apa kau pikir aku melakukan ini hanya untuk menyelamatkan diriku sendiri? Lee Tae Soo (ayah Soo Yeon) adalah seorang kriminal. Kalau kau memiliki waktu merasa bersalah atas orang itu lebih baik gunakan waktumu untuk mengerjakan kasus lain.”
“Kapten?” Detektif Kim tak sependapat tapi atasannya meminta Detektif Kim untuk berhenti bersikap seperti itu dan membuat kantor repot. Ini jelas membuat Detektif Kim kesal. (hmmm apa ada kesalahan penangkapan tersangka? Tapi kalau terjadi kesalahan, tersangkanya kan udah dieksekusi)
Seperti biasa Soo Yeon berangkat sekolah, ia berangkat sendiri tak punya teman. Ia berjalan menunduk menyembunyikan wajahnya.
Detektif Kim berada di mobilnya di depan sekolah Soo Yeon. Ia melihat Soo Yeon masuk melalui pintu gerbang. Detektif Kim kesal dengan dirinya sendiri. (wow apa yang terjadi)
Han Tae Joon benar-benar mempertahankan putranya untuk tetap berada di Korea. Ia pun memasukan putranya ke sekolah yang ada di kKrea dan tebak di sekolah mana tentu saja satu sekolah dengan Soo Yeon. Jung Woo ke sekolah sambil membawa payung kuning milik Soo Yeon, ia berkeliling tiap kelas untuk mencari Soo Yeon.
“Apa kau sedang mencari seseorang?” tanya salah satu siswi. Jung Woo membenarkan. Ia pun bertanya apa mereka kenal dengan Lee Soo Yeon.
“Siapa? Lee Soo Yeon siapa?” Tanya siswa itu.
“Orang itu. Dia yang nomor 27.” jawab siswi yang berkacamata. Temannya kaget dan ketakutan, keduanya segera pergi. Jung Woo memandang bingung.
Terdengar bel sekolah masuk berbunyi. Di depan kelas tata boga (pake celemek sih jadi aku nebak ini kelas tata boga) para siswa tak mau masuk ke kelas. Jung Woo melintas dan melihatnya aneh. Salah satu siswi bertanya pada temannya apa si nomor 27 itu tidak akan pindah ke sekolah lain. Temannya berkata kalau si nomor 27 itu tak tahu malu.
Siapakah si nomor 27 itu, Lee Soo Yeon. Soo Yeon sendirian berada di dalam ruangan memasak. Teman sekelasnya tak ada yang mau sekelas dengannya.
Jung Woo melihat Soo Yeon dengan tatapan bingung. Ibu guru datang dan bertanya kenapa semua siswa belum masuk. Salah satu siswa mengatakan kalau ini karena si nomor 27. Beberapa murid menginginkan Soo Yeon untuk pindah ke sekolah lain. Kenapa.
“Dia menakutkan,”
“Dia memalukan,”
“Anak-anak dari sekolah lain mengejekku karena aku satu sekolah dengan anak seorang pembunuh.”
Bu guru berkata bijak kalau siswanya tak boleh seperti itu. Jung Woo jelas terkejut mendengar latar belakang keluarga Soo Yeon. Ia menatap Soo Yeon yang berdiri diam di ruangan. Guru menyuruh murid-muridnya masuk tapi mereka tak mau, “Dia memegang pisau. Bagaimana kalau dia nanti menusukku?”
Soo Yeon sadar kehadirannya hanya akan membuat proses belajar terhambat. Ia pun keluar meminta izin pada guru kalau perutnya sakit, ia ingin pergi ke klinik. Teman-temannya menyingkir tak ingin dekat-dekat dengan Soo Yeon. Bu guru membolehkannya dan menyuruh murid yang lain untuk segera masuk.
Jung Woo masih berdiri disana dengan membawa payung milik Soo Yeon. Soo Yeon akan pergi tapi ia terkejut melihat Jung Woo ada disana. Soo Yeon kembali menundukan wajah. Ia melihat payungnya ada di tangan Jung Woo yang gemetaran.
“Han Jung Woo...” sapa Soo Yeon mengegetkan Jung Woo membuat Jung Woo mundur satu langkah.
Soo Yeon maju mendekat tapi Jung Woo kembali mundur dan menyembunyikan payung yang dibawanya. Soo Yeon menatap sedih ia mengerti akhirnya Jung Woo pun tahu latar belakang keluarganya. Sama seperti teman-temannya yang lain, ternyata Jung Woo pun tak ingin dekat dengannya, ia menatap sedih. Soo Yeon kembali menunduk dan berlalu dari hadapan Jung Woo.
Di dalam kelas Jung Woo langsung berteman akrab dengan beberapa siswa. Salah satu temannya bertanya berasal dari kota di Amerika yang manakah Jung Woo. Ia juga ingin sekolah ke luar negeri karena ujian disini benar-banar sulit. Mereka mendengar kalau anak-anak di Amerika buruk dalam pelajaran matematika. Mereka bertanya apa Jung Woo benar-benar populer disana.
Jung Woo bingung menanggapi pertanyaan teman-teman barunya. Ia menatap bangku kosong yang ada di belakang. Temannya memberi tahu kalau tempat duduk itu milik si nomor 27, “Ayahnya seorang pembunuh. Ayahnya sudah membunuh dua orang. Dia membantu ayahnya bersembunyi agar bisa melarikan diri. Semua orang disekitar sini hampir mati karenanya. Kau harus berhati-hati dengannya.”
Jung Woo kesal dengan ocehan teman-teman barunya, ia berdiri menatap keluar kelas. Hujan turun dengan derasnya. Terdengar suara teman-temannya bertanya bagaimana Jung Woo bisa kenal dengan si nomor 27. Jung Woo kembali menatap kursi kosong tempat duduk Soo Yeon.
Saatnya jam pelajaran olahraga. Mereka berada di lapangan basket. Jung Woo memamerkan kebolehannya dalam bermain basket. Dengan mudah beberapa lawan ia lewati dan memasukan bola ke dalam keranjang. Teman-temannya yang jadi penonton bersorak.
Lee Soo Yeon berada disana tapi ia duduk menyendiri. Ia diam saja tak ada yang mau dekat-dekat dengannya. Sesekali Soo Yeon melihat permainan basket Jung Woo. Jung Woo mendapat pengawalan ketat dari lawan tapi dengan mudah Jung Woo lolos. Hal ini membuat sang lawan kesal dan melakukan pelanggaran terhadap Jung Woo. Dengan kemampuannya Jung Woo beberapa kali mencetak angka untuk timnya.
Usai pertandingan Jung Woo mendapat perlakukan kasar dari lawan mainnya tadi, “Apa yang kalian lakukan?” tanya Jung Woo.
Mereka bilang kalau Jung Woo hampir membunuh mereka saat bermain basket tadi. “Kupikir bahuku akan patah.” Sahut salah satu dari mereka.
Jung Woo menatap tajam ketiga siswa ini. Mereka marah dan melempar bola agar Jung Woo tetap menunduk jangan menatapnya. Jung Woo berdiri dan berkata kalau ia tak ingin berkelahi, lebih baik gunakan-kata kata saja. Tapi mereka mencibir, mereka harus bagaimana karena mereka tak tahu bahasa Inggris.
Dan buk, salah satu dari mereka memukul wajah Jung Woo. mereka memperingatkan agar jung woo menjaga sikap. Mereka pergi, tapi jung woo tak terima diperlakukan kasar begitu. Ia pun melawan, terjadilah perkelahian diantara mereka 1 lawan 3. Jung Woo yang sendirian jelas kalah. Mereka memukuli dan menginjak-injak Jung Woo hingga membuat wajah dan tubuhnya terluka.
Tiba-tiba ada beberapa bola yang datang. Tidak hanya satu atau dua bola melainkan beberapa bola. Siapa yang sengaja melakukannya, Lee Soo Yeon. Soo Yeon menarik keranjang bola sambil menundukan wajahnya. 3 siswa ini mundur ketakutan melihat kedatangan Soo Yeon.
Soo Yeon minta maaf karena ia sedang bersih-bersih katanya sambil tetap menunduk menyembunyikan wajahnya. Soo Yeon mengambil bola dan memasukannya ke keranjang.
Soo Yeon jongkok dan berkata pelan pada Jung Woo. Ia menyuruh Jung Woo tetap menunduk karena mereka akan bosan dan berhenti memukuli Jung Woo. Soo
Yeon mengambil bola yang ada didekat ketiga siswa itu, ketiganya mundur ketika Soo Yeon mendekat ke arahnya. Soo Yeon mengambil bola dan bertanya apa mereka bertiga mau membantunya.
Mereka jelas tak mau, apa mereka sudah gila kenapa mereka harus membantu Soo Yeon. Mereka pun kembali mengingatkan Jung Woo agar menjaga sikap. Mereka bertiga akan berlalu meninggalkan Jung Woo dan Soo Yeon.
Soo Yeon menghampiri Jung Woo yang masih tergeletak terluka. Ia bertanya apa Jung Woo baik-baik saja. Jung Woo mencoba berdiri, ia mengambil bola dan melemparkannya ke arah ketiga siswa tadi. Duk, lemparan Jung Woo tepat mengenai kepala salah satu dari mereka.
Jung Woo menantang kenapa mereka bertiga berhenti memukulinya. Jung Woo membentak kalau ini baru saja dimulai. Jung Woo berlari ke arah ketiganya ia kembali melawan mereka.
Dan sekali lagi Jung Woo kalah. Ia kembali dipukuli ditendang dan diinjak. Soo Yeon menatapnya cemas. Luka-luka di tubuh dan wajah Jung Woo bertambah.
Soo Yeon takut melihatnya karena ini mengingatkan pada kejadian dimana ia dipukuli dan diinjank-injak oleh ayahnya. Soo Yeon menutup telinganya, ia menangis melihat Jung Woo dipukuli dan diinjak. Ia hanya bisa terdiam menunduk ketakutan. Trauma masa lalunya belum hilang.
Soo Yeon berdiri di depan loker. Disana ada payung miliknya yang sengaja diletakkan oleh Jung Woo. Soo Yeon membawa pulang payung miliknya.
Di depan pintu masuk sekolah Soo Yeon melihat Jung Woo berdiri menunggu hujan reda. Wajah Jung Woo penuh dengan luka. Soo Seon berjalan menghampiri Jung Woo.
“Han Jung Woo!” sapa Soo Yeon. Jung Woo menoleh, Soo Yeon langsung menunduk dan menyodorkan payung miliknya agar bisa digunakan oleh Jung Woo. Jung Woo terkejut melihatnya, ia ragu apa ia akan menerima pinjaman payung Soo Yeon lagi atau tidak.
Soo Yeon menitikan air mata, “Aku. Aku tidak seperti itu.” Soo Yeon mencoba menjelaskan kalau ia bukanlah seorang anak yang seperti dikatakan teman-temannya. “Aku tidak akan membunuh siapapun.”
Soo Yeon meminta Jung Woo memakai payungnya saat pulang karena luka yang Jung Woo alami akan terasa lebih sakit kalau terkena hujan. Tapi Jung Woo tak mau menerima pinjaman payung ia berjalan mundur menghindari Soo Yeon. Soo Yeon menatapnya sedih. Jung Woo terus bergerak mundur hingga tubuhnya basah kuyup karena hujan.
Soo Yeon : “Han Jung Woo?”
Jung Woo membentak, “Kau, kenapa kau bersikap seperti ini padaku? Kenapa kau terus bersikap seperti ini padaku? Kalau aku tak mempedulikanmu seharusnya kau mengerti dan pergi. Aku ingin mengembalikan payungmu, kita tak ada urusan lagi.”
Soo Yeon tertunduk menangis dan berkata kalau Jung Woo basah kuyup karena dirinya. Soo Yeon minta maaf dan mengatakan kalau ia tidak apa-apa. “Aku tak ingin menangis karena sedih, tapi karena angin. Angin yang membuat mataku berair.”
Jung Woo terdiam, Soo Yeon berlalu meninggalkan Jung Woo. Terngiang dalam benak Jung Woo semua ucapan Soo Yeon tadi, bahwa Soo Yeon bukan seperti yang Jung Woo pikirkan, bahwa Soo Yeon tak akan membunuh siapapun. ‘Aku tidak menangis karena sedih, tapi karena angin. Angin yang membuat mataku berair.’
Soo Yeon berjalan menuju rumahnya tanpa menggunakan payung. Padahal hujan turun sangat deras dan ia membawa payung miliknya. Terdengar dalam ingatannya suara Jung Woo memanggilnya ketika malam itu, ‘Seragam merah. Gadis populer, Lee Soo Yeon.’ Soo Yeon berada di taman bermain tempat ia bertemu dengan Jung Woo.
Tak berapa lama kemudian setelah Soo Yeon tak ada Jung Woo duduk di ayunan sendirian dibawah guyuran hujan. Terngiang dalam ingatannya Soo Yeon menuruhnya memakai payung. Jung Woo mengenjot ayunan perlahan-lahan dan semakin lama semakin cepat. Ia menghentakan kakinya agar ayunannya semakin kencang dan tinggi. Ia melakukannya untuk melampiaskan rasa frustasinya.
Soo Yeon berjalan perlahan menuju rumahnya. Tiba-tiba langkahnya terhenti karena ia mendengar sesuatu, “Joon kumohon. Kalau kita tak pergi sekarang dan tertangkap semuanya akan berakhir. Apa kau tak ingin bertemu ibumu?” Terdengar suara perawat Jung Hye Mi.
Soo Yeon penasaran dan memutuskan untuk mengintip melalui jendela. Perawat Jung Hye Mi melihat Soo Yeon yang mengintip di jendela, “Siapa kau tutup jendelanya!”
Soo Yeon kaget dan segera menutup jendela. Ibunya datang dan bertanya apa yang Soo Yeon lakukan. ibu yang menggunakan plastik untuk melindungi kepalanya segera mengambil payung yang dibawa putrinya, “Kenapa kau berjalan di tengah hujan seperti anjing gila. Padahal kau membawa payung.”
Ibu membuka payung dan di payung itu ada pesan yang ditulis oleh Jung Woo. Keduanya membaca tulisan itu. ‘Ini milik gadis paling terkenal Lee Soo Yeon’
Soo Yeon tahu siapa yang menulis itu, ibu yang tak tahu apa-apa menilai kalau Soo Yeon sombong sekali kenapa Soo Yeon menulis ini di payung, kenapa tak sekalian menulis nama ayah Soo Yeon disini. Kau pasti senang karena kau begitu terkenal. Ibu bergegas ke rumah. Soo Yeon mengejar meminta ibunya mengembalikan payung itu padanya.
Jung Woo masih berada di ayunan dengan genjotan ayunan yang semakin kencang, ia kesal dengan dirinya sendiri ketika mengingat kebersamaannya dengan Soo Yeon beberapa waktu lalu. Jung Woo pun meloncat dari ayunan dan berlari kencang. Ia mencari rumah Soo Yeon.
Di tengah jalan ia bertanya pada ahjumma yang berpapasan dengnnya, apa ahjumma itu tahu dimana rumah Soo Yeon. Ahjumma itu bilang kalau ia tak tahu. Jung Woo kembali bertanya kalau ia mendengar Soo Yeon tinggal disekitar sini, tapi ahjumma itu bilang kalau ia tak tahu.
Jung Woo bertanya pada ahjumma pemilik warung, disana Detektif Kim tengah berbelanja buah.
Soo Yeon di kamarnya menulis surat untuk Jung Woo.
Walaupun aku tak akan memberikan surat ini tapi aku tetap ingin mengucapkan terima kasih. Kalau aku bukan anak seorang pembunuh mungkinkah kau dan aku bisa bersahabat? Soo Yeon mencoret kata yang ia tulis (hmm kata apa ya yang dicoret)
Ibu masuk membawakan makanan untuk Soo Yeon. Ibu menyingkirkan payung kuning, Soo Yeon langsung overprotect pada payungnya. Ibunya heran apa Soo Yeon akan membuka payung itu saat keduanya makan. Ibu minta Soo Yeon menyingkirkan payung itu. Tiba-tiba terdengar pintu diketuk keras, ibu dan anak ini berpandangan.
Jung Woo sampai disekitar rumah Soo Yeon (hmm kayaknya Detektif Kim ngasih tahu Jung Woo dimana rumah Soo Yeon)
Jung Woo melihat ibu-ibu di depan rumah seseorang, salah ibu itu ternyata ibu dari korban pembunuhan yang masih tak terima keluarganya meninggal dengan cara seperti ini.
Ibu Soo Yeon berteriak, “Sampai kapan kau akan seperti ini? apa yang harus kulakukan denganmu? kenapa muncul disini setiap dua minggu?” Soo Yeon memohon ibunya agar berhenti.
Ibu : “Apa aku yang membunuh suamimu? Apa aku yang membunuh anakmu? Dia sudah menerima hukumannya, seharusnya semua sudah berakhir. Apa yang kau inginkan dariku?”
Jung Woo menatap sedih keributan ini.
Si ibu yang suami dan anaknya meninggal berkata, “Anakmu masih hidup bagaimana dengan anakku? Kembalikan anakku. Kembalikan anakku.”
Ibu mendorong Soo Yeon ke arah si ibu itu, “Bawa dia. Bawa saja dan bunuh dia, lakukan apapun yang ingin kau lakukan padanya.”
Soo Yeon menangis, ibu mendorongnya hingga terjatuh. Jung Woo ikut melihat ini. Apa lagi Soo Yeon memohon-mohon sambil menangis memeluk kaki ibunya.
Ibu mendorong kepala Soo Yeon, “Dia bilang semuanya akan berakhir kalau kau juga mati.”
Detektif Kim sampai disana. Soo Yeon memohon pada ibu itu. Ia mengaku kalau ia yang salah sambil menangis.
Ibu Soo Yeon malah memukuli Soo Yeon, “Dasar bodoh apa salahmu? Apa gunanya kita hidup seperti ini. Baiklah, kita berdua saja mati hari ini. kita mati saja.” Ibu mengguncang-guncangkan tubuh Soo Yeon, “Daripada hidup seperti ini lebih baik mati.”
Soo Yeon meronta ia tak mau mati begitu saja. Ia melepaskan diri dari cengkeraman ibunya yang menangis. Dan Soo Yeon pun melihat kalau disana ada Jung Woo yang menatapnya iba.
Soo Yeon menangis, ia langsung lari tak mau bertemu dengan Jung Woo dalam keadaan yang menyedihkan seperti ini. Sepatu kanannya lepas. Ia berlari menggunakan sepatu yang hanya sebelah. Jung Woo mengejarnya, tak lupa ia membawa sepatu Soo Yeon yang sebelah.
Soo Yeon terus berlari dengan tangisan mengabaikan panggilan Jung Woo yang mengejarnya. Jung Woo mengambil jalan pintas untuk mengejar Soo Yeon tapi sia-sia, ia tak menemukan gadis ini. Soo Yeon mendengar panggilan Jung Woo memanggil namanya, tapi Soo Yeon terus berlari walau hanya dengan sepatu sebelah.
Jung Woo merasakan sakit di badannya luka-lukanya yang belum sembuh terasa nyeri karena ia terus berlari. Ia berhenti sejenak untuk mengatur nafas dan tiba-tiba ia mendengar sesuatu, suara dernyit ayunan.
Jung Woo pun segera berlari menuju taman bermain, ketika sampai disana Jung Woo tak melihat siapapun. Ia kecewa. Tapi ia teringat dengan satu tempat disana. Di tempat perosotan. Jung Woo mendekat ke arah perosotan.
Dugaan Jung Woo tepat, Soo Yeon duduk sembunyi di bawah perosotan. Jung Woo tersenyum karena ia berhasil menemukan Soo Yeon. Perlahan ia pun menghampiri Soo Yeon. Soo Yeon tertunduk menangis. Jung Woo melemparkan sepatu Soo Yeon.
“Aku menemukanmu!” seru Jung Woo berdiri di depan Soo Yeon. Soo Yeon terkejut menatap Jung Woo tapi dengan cepat ia menyembunyikan wajahnya.
Jung Woo : “Apa kau pikir menyembunyikan wajahmu adalah segalanya?”
Soo Yeon menarik kaki kanannya dan lihat kaki kananya ada bekas luka yang sangat panjang. Soo Yeon menyembunyikan kakinya.
Jung Woo : “Apa kau pikir menyembunyikan kakimu adalah segalanya?”
Soo Yeon tetap menunduk kali ini ia menarik tangannya.
Jung Woo : “Gaun bunga.”
Soo Yeon mencengkeram bajunya yang bermotif bunga.
“Gadis populer...” panggil Jung Woo.
“Lee Soo Yeon...” panggil Jung Woo lagi. “Lee Soo Yeon.”
Soo Yeon mengangkat wajahnya memandang Jung Woo.
Jung Woo : “Anak seorang pembunuh Lee Soo Yeon, ayo kita berteman.”
Soo Yeon terkejut mendengar ajakan pertemanan dari Jung Woo.
BERSAMBUNG...
Komentar :
Ah, episode 1 udah greget nih apa Detektif Kim salah menangkap tersangka dan ia menyesal karena tersangka itu sudah dieksekusi. Kalau benar, ayah Soo Yeon tidak bersalah donk ya. Kalau memang benar, siapa tersangka sesungguhnya. Penasaran sama kalung yang dipakai Hyung Joon, kira-kira menyimpan kode apa ya.
Langganan:
Postingan (Atom)