Sinopsis I Miss You Episode 2 Part 2
Han Tae Joon melempar kertas dan memarahi Asisten dan anak buahnya
karena kehilangan jejak Hyung Joon padahal mereka sebentar lagi akan
mendapatkannya. Ia membentak asistennya agar jangan menyuruh orang lain
mengerjakan ini tapi tangkap anak itu sendiri.
Asistennya menunduk tanda minta maaf dan memungut kertas yang berserakan. Han Tae Joon membentak menyuruh
mereka keluar. Suara keras Han Tae Joon terdengar hingga ke ruang tamu
dimana Jung Woo baru saja tiba. Jung Woo berpapasan dengan asisten dan
anak buah ayahnya.
Jung Woo masih berdiri di depan ruang kerja
ayahnya, ia ragu-ragu untuk masuk ke sana. Hwang Mi Ran keluar dari
kamar dan melihat kalau Jung Woo tengah mempertimbangkan akan masuk ke
ruang kerja ayahnya atau tidak.
Hwang Mi Ran berkata kalau
ayah Jung Woo sedang tak ingin bertemu dengan Jung Woo jadi berhenti
menunggu di depan pintu dan lebih baik pergi ke kamar saja. Mi Ran
melihat luka di telapak tangan Jung Woo. Ia mendekat dan memegang tangan
Jung Woo. Jung Woo merintih kesakitan. Mi Ran menghela nafas kesal, ia
meminta Jung Woo bertindak hati-hati supaya ia tak disalahkan oleh ayah
Jung Woo atas semua perilaku Jung Woo.
Mi Ran yang kesal akan
berlalu dari sana tapi Jung Woo bertanya apa ibu tirinya ini tak bisa
memberinya kesempatan. Mi Ran berbalik menatap Jung Woo. Jung Woo
berkata kalau ia dan ibu tirinya ini akan sering bertemu dan ia pun akan
mencoba untuk lebih baik. (hmm sepertinya berusaha untuk menerima Mi
Ran sebagai ibunya)
Mi Ran mendekat ke arah Jung Woo dan
bertanya kenapa Jung Woo sangat serakah. “Ayahmu bilang dia akan
memberikan segalanya padamu. Tapi apa kau menginginkanku juga? Jangan
salahkan aku karena ayahmu yang menyebabkan semua ini.” Mi Ran berlalu
dari hadapan Jung Woo.
Soo Yeon sampai di rumah ketika ibunya
sudah terlelap. Ia merapikan botol soju bekas minuman ibunya. Mendengar
kasak-kusuk ibu terbangun. Soo Yeon langsung meminta maaf pada ibunya
karena ia pulang terlambat. Ibu tak menanggapi ucapan Soo Yeon ia malah
berkata bukankah putrinya tak ingin hidup seperti ini lagi.
Ibu menyalakan lampu kamar dan mengambil tas besar. Ia menyuruh Soo Yeon mengemasi barang-barang Soo Yeon yang ingin dibawa.
Soo Yeon bingung memangnya mereka akan pergi kemana. Ibu berkata tak
peduli bagaimanapun ia memikirkannya, ini hanya satu-satunya jalan
keluar. Ibu bertanya bukankah Soo Yeon kenal dengan Detektif Kim, ibu
mengajak Soo Yeon tinggal bersama Detektif Kim.
Soo Yeon
terkejut dan menilai keputusan ibunya ini tak masuk akal. Bagaimana
mungkin ia dan ibunya tinggal dengan seseorang yang menangkap ayahnya.
Ibu membentak kalau begitu apa Soo Yeon yang akan memberinya makan. Ia
meminta Soo Yeon menghadapi kenyataan kalau keduanya hidup seperti ini
maka keduanya akan sakit dan mati pada usia dini. Ia mengingatkan
putrinya jangan coba-coba bertingkah seperti anak nakal saat berada di
rumah itu.
Ibu mulai membereskan pakaiannya. Soo Yeon berusaha
menahan kenapa ibunya tiba-tiba seperti ini apa yang ibunya rencanakan.
Ibu berkata kalau Detektif Kim tak mungkin mengusir kalau ia dan Soo
Yeon tiba-tiba datang ke rumahnya. “Kita tak akan bisa melarikan diri
dari lingkungan ini dengan penghasilanku sendiri. Kalau kau tak mau ikut
aku akan pergi sendiri.”
Ibu... Soo Yeon merengek menolak pergi.
Ibu berkata apa Soo Yeon tak sakit hati terus-menerus dipanggil anak
pembunuh karena kemana saja mereka akan pergi pasti ada tempat yang
lebih baik dari pada tempat ini. ibu menyuruh Soo Yeon cepat-cepat
mengemasi barang-barang.
Soo Yeon dan ibunya pun ke rumah
Detektif Kim. Tapi ada yang tak setuju Soo Yeon dan ibunya tinggal
disana, siapa. Putri Detektif Kim, Kim Eun Joo.
Eun Joo
mengancam ia yang akan pergi dari rumah kalau ayahnya menerima Soo Yeon
dan ibu Soo Yeon untuk tinggal dengannya. Eun Joo menatap Soo Yeon
dengan tatapan tak suka. Detektif Kim mencoba membujuk putrinya tapi Eun
Joo tetap tak setuju. Ibu berusaha bersikap baik pada Eun Joo dan
berkata kalau Eun Joo mungkin marah sebentar ia pun mengajak Eun Joo
sarapan bersama.
Eun Joo makin kesal dan berkata judes pada
ayahnya selamat makan. Eun Joo pergi dengan kemarahannya. Soo Yeon
merasa tak enak. Detektif Kim menyuruh Soo Yeon dan ibu masuk. Detektif
Kim akan menawarkan membawa barang-barang tapi ibu melarangnya. Ibu
menyuruh Soo Yeon masuk dan membereskan barang-barang karena ada yang
ingin ia bicarakan dengan Detektif Kim
Detektif Kim merasa
terkejut dengan kedatangan ibu Soo Yeon yang mendadak. Ia menilai paling
tidak ibu Soo Yeon menghubunginya dulu. (Hehe tapi ini kan memang
rencana ibu. Datang mendadak supaya detektif Kim tak tega menyuruhnya
pergi dan menerimanya di rumah Detektif Kim) Ibu bilang kalau ia
buru-buru datang kesini karena ia takut Detektif Kim berubah pikiran (oh
jadi yang pertama nawarin Detektif Kim toh)
ibu berkata kalau
orang meninggal tak akan mungkin kembali lagi kalau suamianya masih
hidup, ia dan putrinya tak akan aman. Suaminya pasti akan memukulinya
dan Soo Yeon setiap hari. Ibu berkata tentang pelaku pembunuh yang
sebenarnya cukup ia dan Detektif Kim saja yang tahu. Orang yang masih
hidup harus terus melanjutkan hidupnya. Detektif Kim berkata kalau ia
mengerti apa yang ibu Soo Yeon katakan tapi tetap saja ini terlalu
cepat. Secepatnya ia akan mencarikan tempat tinggal yang pantas untuk
Soo Yeon dan ibu.
Ibu : “Kau sungguh menyebalkan. Kau sudah
lihat bagaimana keluarga korban memperlakukan kami. Kami akan tinggal
disini sampai Soo Yeon dewasa dan aku akan mengurus putrimu.”
Detektif Kim mengatakan kalau putrinya tak tahu tentang semua ini. Ibu
berkata untuk apa memberi tahu Eun Joo tentang semua ini.
Detektif Kim menerima telepon dan ia terkejut mendengarnya, “Apa Eun Joo
melakukan itu?” Detektif Kim pun akan segera kesana. Sebelum Detektif
Kim pergi ibu mengingatkan agar jangan memberi tahu anak-anak tentang
hal ini. Apa yang dilakukan Eun Joo.
Detektif Kim terburu-buru
ke toko, disana ia melihat Eun Joo tengah makan roti seenaknya. Eun Joo
membuka bungkus roti dan mengginggitnya sekali gigitan terus sudah dan
membuka lagi bungkus roti yang lain dan ia pun menggigit dan
mengunyahnya sekali, dan membuka lagi.
Detektif Kim menyuruh Eun Joo berhenti dan berkata kalau ia tak punya uang sepeserpun untuk membayar roti yang dimakan Eun Joo.
Eun Joo : “Kenapa? Ayah punya banyak uang. Itu sebabnya ayah membiarkan keluarga asing pindah ke rumah kita.”
Detektif Kim berusaha menarik putrinya untuk pulang ke rumah, tapi Eun
Joo tak mau. Ia bertanya ayahnya akan menikahi wanita itu kan. Ibu
pemilik toko kaget, “Detektif Kim apa kau akan menikah lagi?” Detektif
Kim bilang kalau itu hal yang omong kosong, karena ibu Eun Joo sedang
mengawasinya dari surga.
Eun Joo kesal, “Itulah maksudku.” Eun
Joo merengek manja ke bibi pemilik toko ia mengatakan kalau ayahnya
membawa pulang seorang wanita bahkan wanita itu juga sudah punya anak.
Bibi pemilik toko kaget tak menyangka. Detektif Kim bilang tidak bukan
begitu.
Tapi Eun Joo bilang kalau ia memiliki motif, bukti dan
tempat kejaidan perkara jadi lebih baik ayahnya diam saja. Kalau
ayahnya merasa ini seperti tidak adil silakan panggil saja pengacara.
hahaha.
Ibu dan Soo Yeon membersihkan kamar yang akan mereka
tempati. Ibu bilang kalau mula hari ini ayah Soo Yeon itu seorang
Detektif kepolisian. Soo Yeon jelas kaget. Ibu bilang kalu ia sudah
bicara dengan Detektif Kim untuk bersedia mengatakan kalau Soo Yeon
adalah putri temannya. Jadi So Yeon hanya perlu melakukan apa yang ia
suruh salah satunya Soo YEon akan pindah sekolah besok.
Tapi
Soo Yeon tak mau pindah dari sekolahnya yang sekarang. Ibu menabok Soo
Yeon, “Memangnya siapa yang menunggumu Soo Yeon disana? Setelah cra
mereka memperlakukanmu bagaimana kau masih bisa berfikir seperti itu.
Nomor 27 nomor 27 apa kau masih ingin mendengar itu di sekolah.
Soo Yeon memberi tahu ia sudah memliki teman yang memanggil namanya.
Ibunya bilang kalau seseorang yang ingin menjadi teman Soo Yeon, Ibu
menyuruh Soo Yeon melupakannya. So Yeon masih menolak pindah sekolah.
Jung Woo berkunjung ke rumah Soo Yeon yang lama dan ia akhirnya tahu
kalau Soo Yeon dan ibunya sudah pindah. Ia pun bertanya pada ibu pemilik
kontrakan kemana Soo Yeon dan ibunya pergi. Ibu pemilik kontrakan tak
tahu karena keduanya pergi bahkan tanpa membayar uang sewa, keduanya
pergi begitu saja saat tengah malam.
Ibu pemilik kontrakan
kesal karena barang-barang yang ditinggalkan ibu Soo Yeon sama sekali
tak berharga. Ia pun ningung tak tahu harus diapakan barang-barang ini.
(ya jual aja bu ditukar sama piring haha)
Jung Woo terdiam ia
tak tahu kemana Soo Yeon pindah karena sebelumnya Soo Yeon tak
mengatakan apa-apa padanya Soo Yeon juga ga tahu kalau mau pindah rumah)
Ia pun teringat pada satu tempat yang sering dikunjungi Soo Yeon. Jung
Woo berlari menuju kesana, kemana?
Tentu saja ke taman bermain. Jung Woo sampai disana dengan nafas terengah-engah. Apa Soo Yeon ada disana.
Dugaan Jung Woo tepat, Soo Yeon ada di ayunan duduk sendirian menunggu
kedatangan Jung Woo sambil menyenandungkan sebuah lagu. Jung Woo
tersenyum senang apalagi Soo Yeon mengenakan jepit jemuran pemberiannya
(dapat nyolong kan hahaha) Soo Yeon menghentikan kakinya ke ember kecil
yang berisi air sambil bergumam, “Dia datang, dia tak datang.”
“Kenapa kau disini?” tiba-tiba Jung Woo menyapa. Jung Woo berkata kalau
ia berfikir Soo Yeon sudah pindah. Soo Yeon tersenyum Jung Woo datang.
Jung Woo heran dengan senyum Soo Yeon, “Apa kau tersenyum?” setelah ia
sendiri cemas karena Soo Yeon yang tiba-tiba pindah.
Jung Woo
duduk di ayunan sebelah, keduanya menggenjot perlahan ayunannya. Jung
Woo yang masih cemberut karena Soo Yeon pindah bertanya apa Soo Yeon
juga akan pindah ke sekolah lain. Soo Yeon malah balik bertanya haruskah
ia pindah sekolah.
Jung Woo makin sewot, “Lakukan apapun yang
kau inginkan.” hehe. Soo Yeon tersenyum dan berkata kalau tadi ia mampir
ke rumah anak kecil itu tapi dia sudah tak ada. Jung Woo kesal apa
sekarang itu yang menjadi permasalahan keduanya. Soo Yeon berkata Jung
Woo jangan marah karena ia akan memberi Jung Woo hadiah.
“Apa..” ucap Jung Woo masih cemberut. Soo Yeon bilang kalau Jung Woo
sudah memberinya hadiah jepitan. Jung Woo heran bagaimana jepitan itu
bisa disebut sebagai hadiah. Soo Yeon tanya memangnya kenapa ini adalah
hadiah pertama yang pernah ia terima.
“Kalau begitu aku akan
memberikanmu sesuatu yang lain.” Jung Woo akan mengambil jepitan dan
ingin mengganti hadiahnya. Tapi Soo Yeon bilang kalau ia menyukai hadiah
ini. Ia yakin karena ia adalah satu-satunya orang yang pernah menerima
hadiah seperti ini.
(haha ya iyalah kayaknya didunia ini belum
ada deh orang yang ngasih hadiah jepitan baju apalagi hasil ngambil dari
jemuran orang haha)
Jung Woo yang masih cemberut berkata
kalau Soo Yeon sedang mengejek dirinya karena memberikan hadiah jepit
baju. Soo Yeon bilang tidak, karena ia benar-benar menyukai hadiah dari
Jung Woo. Soo Yeon berjanji kalau ia akan memberi Jung Woo hadiah saat
hujan datang. Jung Woo heran kenapa saat hujan datang. Soo Yeon bilang
kalau ia hanya bisa memberi hadiahnya pada Jung Woo saat hujan datang
(haha saya tebak payung ya haha)
Jung Woo tanya kapan itu. Soo
Yeon tersenyum. (ya saat hujan datang lah) Jung Woo menengadahkan
wajahnya ke langit, “Kapan hujan akan datang?” Soo Yeon tetap tersenyum.
Jung Woo kembali bertanya kapan hujan akan datang. (Hmmm Jung Woo tak
sabar nih pengen cepet dapet hadiahnya)
Soo Yeon mengajak Jung
Woo melihat tempat tinggal barunya. Ia bilang kalau rumah yang sekarang
sedikit lebih besar. Jung Woo tanya apa keluarga baru Soo Yeon ini
baik. Soo Yeon mengangguk dan berkata kalau di rumah itu juga ada anak
perempuan yang berusia sama dengannya. Jung Woo bilang kalau itu bukan
kabar yang bagus, “Bagaimana kalau kau berhenti bertemu denganku karena
kau punya teman baru?”
Soo Yeon tertawa. Jung Woo menghela
nafas dan berkata kalau ia perlu istirahat sebentar sebelum pulang.
(haha bilang aja mau mampir)
Jung Woo duduk di tangga. Soo
Yeon menawarkan apa Jung Woo mau ia ambilkan air minum. Jung Woo tak
menjawab ia malah menatap kaki Soo Yeon dan memegangnya. “Kau dingin
sekali.” kata Jung Woo merasakan kaki Soo Yeon yang tak pakai kaos kaki.
Soo Yeon jelas kaget tiba-tiba Jung Woo menyentuh kakinya. Ia
pun duduk di sebelah Jung Woo dan menyingkirkan tangan Jung Woo dari
kakinya. Ia menarik kakinya dan berkata kalau ini memalukan. Soo Yeon
berkata kalau kakinya sudah membuat dirinya merasa malu.
Jung
Woo mengerti apa yang Soo Yeon katakan dan berkata kalau ia juga
seharusnya malu karena seluruh tubuhnya. Soo Yeon memandang tak
mengerti.
Jung Woo menunjukan bekas luka dengan 20 jahitan di
bahunya yang ia dapatkan ketika cidera sepak bola. Kemudian Jung Woo
menunjukan luka di kakinya yang ia dapatkan saat terjatuh dari tebing.
Dan masih ada luka lain di kepalanya karena terbentur.
Dan ada
satu lagi lukanya. Jung Woo akan melepas celanaya. Spontan Soo Yeon
langsung membuang wajahnya tak mau melihat hahaha.... tapi Jung Woo tak
membukanya kok haha.
Soo Yeon melepas sepatu kanannya. Ia mulai menceritakan asal muasal bekas luka yang ada di kakinya itu.
“Aku melarikan diri dari ayahku dan tidak melihat pecahan kaca di dalam
salju. Aku menginjaknya. Kakiku begitu kedinginan sampai aku tak
merasakan sakit. Tapi, anehnya setiap kali aku melihatnya, rasanya sakit
meskipun sekarang sudah sembuh.”
Jung Woo seolah merasakan apa yang Soo Yeon rasakan. Ia menutup menggenggam lembut kaki Soo Yeon.
“sekarang tidak sakit karena kau tak bisa melihatnya lagi.” ucap Jung Woo sambil menatap Soo Yeon.
Jung Woo menggenggamkan tangannya, suahhhh.... (kayak yang Cha Dong Joo bilang suahhhh hehe)
Jung Woo berkata kalau semua kenangan buruk Soo Yeon sekarang sudah
terhapus dan sekarang Soo Yeon bisa membuat kenangan yang baru, kenagan
yang menyenangkan.
Keduanya tersenyum sambil terus bertatapan.
Tiba-tiba ada yang memanggil Soo Yeon, siapa. Kim Eun Joo. Soo Yeon
langsung berdiri. Eun Joo memutar-mutar plastik belanjaannya bertanya
apa yang dilakukan Soo Yeon di depan rumahnya, “Kalian berdua terlihat
seperti akan berciuman.” Soo Yeon berkata kalau Eun Joo sudah salah
duga, bukan seperti itu. Eun Joo melihat seorang pemuda (Jung Woo) dan
bertanya kenapa bersembunyi seperti pengecut.
Jung Woo langsung berdiri di samping Soo Yeon dan itu membuat Eun Joo terdiam setelah melihat wajah Jung Woo.
Jung Woo : “Jadi kau adalah anak yang seumuran dengan kami.”
Eun Joo menatap Jung Woo tanpa berkedip. Ia bergumam dalam hati, “Dia
berbahaya bahkan suaranya membuatku ingin mati. Kumohon, jangan
tersenyum...”
Tapi Jung Woo tersenyum sangat indah dan
mengulurkan tangannya berkenalan, “Senang bertemu denganmu namaku Han
Jung Woo!” (aghhhhhh.. pingsan aku haha)
Eun Joo jadi grogi
dan tak tahu harus bagaimana. Ia mundur dan dalam hati kembali bergumam,
“Dia seperti tokoh utama dalam komik. Kalau aku tak segera pergi aku
bisa pingsan.” Eun Joo pun langsung kabur membuat Jung Woo dan Soo Yeon
terheran-heran.
Tiba-tiba ada yang jatuh menetes di kepala Soo
Yeon. Soo Yeon langsung berseru hujan. Tapi yang jatuh itu bukan air
hujan melainkan kotoran burung hehe (katanya kalau kejatuhan kotoran
burung kalau ga dapat rezeki ya dapet bencana gitu)
Jung Woo
tertawa, Soo Yeon menyentuh bagian kepalanya yang kejatuhan kotoran
burung ih.... hehe dan apa yang dilakukan Soo Yeon. Soo Yeon langsung
mengarahkan kotoran burung itu pada Jung Woo. Jung Woo jelas menghindar
tak mau kotoran burung itu menempel di baju atau tubuhnya, hihi... dan
Eun Joo masih berada di balik tembok pagar pintu rumahnya.
Han
Tae Joon dan asistennya meninjau rumah kontrakan perawat Jung Hye Mi
yang kemarin terbakar. Asistennya menduga kalau perawat Jung Hye Mi
mengurung Hyung Joon disini dan tanpa sengaja terjadi seperti ini.
Han Tae Joon berkata kalau dia bahkan bisa melarikan diri setelah
digigit oleh anjing. Ia ingin tahu siapa orang yang terakhir melihat
Hyung Joon. Asistennya menjawab kalau orang yang membawa Hyung Joon ke
rumah sakit setelah kebakaran adalah Han Jung Woo.
Han Tae Joon
kaget mendengarnya. Kemudian ia teringat ketika Jung Woo menelepon
memberi tahu kalau dia menyelamatkan seseorang dari kebakaran yang
kakinya terluka parah.
Han Tae Joon menahan marah dan bertanya
seberapa banyak yang diketahui Jung Woo tentang Hyung Joon. Asistennya
menjawab kalau menurut karyawan rumah sakit Jung Woo dan Hyung Joon
kelihatannya tak kenal satu sama lain. Ia pun bertanya apa ia perlu
menyelidiki ini lagi. Han Tae Joon bilang lupakan saja tak perlu
melakukan hal yang sia-sia.
Han Tae Joon mengamati isi ruangan
yang terbakar. Di salah satu sudut dinding ia melihat gambar seorang
ibu dan seorang anak yang tengah bergandengan tangan bahagia.
Si asisten menemui Kang Hyun Joo di rumah sakit dan berkata kalau ia
tahu perawat Jung Hye Mi membawa anak itu. Hyun Joo bilang kalau hal itu
melegakan, ia pun bersyukur. Asisten berkata kalau hal ini hanya
masalah waktu karena cepat atau lambat mereka akan tertangkap. Ia akan
memastikan semuanya dan bertanggung jawab membawa Hyun Joo dan Hyung
Joon ke tempat yang aman.
Hyun Joo tak yakin apa Direktur Nam
mampu melakukan itu ia merasa kalau hal itu tanpa seizin Han Tae Joon,
Dir Nam tak akan berani membual (ternyata namanya disebutin, awalnya aku
ga yakin kalau namanya Dir Nam)
Dir Nam bertanya apa Perawat
Jung Hye Mi sudah memberitahukan kondisi sebenarnya kaki Hyung Joon. Dir
Nam menduga kalau perawat Jung Hye Mi pasti sulit mengatakan hal ini
pada Hyun Joo bahwa kaki Hyung Joon harus diamputasi.
Hyun Joo
tak percaya, “Apa kau pikir aku akan goyah karena hal ini?” Dir Nam
berkata kalau mereka terus melarikan diri dan tak mendapatkan perawatan
terbaik hidup Hyung Joon akan dalam bahaya. Dir Nam menyarankan demi
Hyung Joon ia minta Hyun Joo menyerah saja. Hyun Joo mulai menangis
cemas, ia dilema antara mempertahankan uang atau keselamatan putranya.
Jung Hye Mi meletakan koper di sebuah loker. Ia terlihat tegang dan cemas.
Jung Hye Mi ke suatu tempat. Ia melihat sekeliling apakah aman atau
tidak. Ternyata itu tempat persembunyiannya bersama Hyung Joon. Hye Mi
melihat Hyung Joon dengan wajah menahan sakit yang teramat sangat. Ia
melihat di meja obat Hyung Joon sama sekali tak disentuh oleh anak itu.
Hye Mi membangunkan Hyung Joon dan berkata bukankah ia sudah bilang
agar Hyung Joon meminum obatnya. “Bukankah sudah kubilang kalau kau tak
minum obatnya kau tak akan bisa berjalan lagi.” Dengan suara yang berat
karena menahan sakit Hyung Joon berkata kalau ia ingin bertemu ibunya.
Hye Mi menyuruh Hyung Joon cepat minum obat. Hye Mi memasukan obat ke
mulut Hyung Joon. Ia membentak menyuruh Hyung Joon untuk menelan
obatnya.
Hye Mi memperingatkan Hyung Joon agar jangan
coba-coba melarikan diri lagi karena hidup Hyung Joon dan hidup ibu
Hyung Joon tidak lagi berada di tangan Han Tae Joon melainkan ada di
tangannya. Hyung Joon menatap Hye Mi dengan tatapan cemas, ia
mengganggam erat kalungnya.
Seseorang membuka loker yang tadi diisi koper oleh Jung Hye Mi. Orang itu membawa pergi kopernya.
Jung Woo dan Soo Yeon pulang sekolah bersama. Jung Woo berjalan di
samping Soo Yeon sambil menggumamkan perkalian tapi seperti biasanya Soo
Yeon hanya bisa berjalan menunduk. Jung Woo berkata kalau Soo Yeon
membaca mundur tabel perkalian selama 3 kali seperti yang ia lakukan Soo
Yeon akan cepat sampai di sekolah tanpa disadari. Jadi tak ada alasan
untuk Soo Yeon pindah sekolah hanya karena rumah yang sekarang lebih
jauh.
Soo Yeon mengerti tapi ia merasa kalau suara Jung Woo
terlalu keras dan Jung Woo membalas ucapan Soo Yeon dengan suara pelan.
Ia mengatakan kalau suara Soo Yeon sangat pelan. “Apa lebih baik
kupelankan suaraku seperti ini?” Soo Yeon diam saja. Jung Woo mengerti
mulai sekarang ia akan bicara pelan. Soo Yeon bilang tak perlu begitu.
Jung Woo tanya kenapa, apa Soo Yeon mau ia antarkan pulang. Hentikan
kata Soo Yeon tersenyum, berarti ga nolak diantar pulang hehe. Jung Woo
tersenyum dan berkata dengan suara pelan, “Lee Soo Yeon kita pulang
sama-sama.” hehe.
Terlihat seseorang di dalam mobil membawa
foto keluarga Han sambil menatap Jung Woo yang melintas di depan sekolah
(hmmm ini orang suruhannya perawat Jung kah? yang ingin menculik Jung
Woo atas suruhan Hyun Joo)
Soo Yeon dan Jung Woo naik bis
bersama. Keduanya duduk di kursi bagian belakang. Jung Woo melihat-lihat
sekeliling, sementara Soo Yeon tertidur dengan kepala terangguk-angguk
karena gerakan mobil.
Semenata Soo Yeon memejamkan mata Jung
Woo terus ngoceh. Dari pada kejatuhan kotoran burung ia berharap kalau
hari ini hujan. “Tapi kalau turun salju bagaimana? Hadiahnya apa tak
bisa kau berikan padaku sekarang?”
Jung Woo menoleh ke arah
Soo Yeon yang tertidur. Jung Woo tertawa dan berkata kalau karena inilah
Soo Yeon terlambat setiap hari. “Hei berikan hadiahku sekarang saja
ya!” kata Jung Woo mendekatkan wajahnya ke Soo Yeon yang masih terpejam.
“Bisa tidak kau berikan hadiahku sekarang?” Jung Woo terus merengek
meminta hadiahnya.
Jung Woo mendekatkan wajahnya di depan wajah Soo Yeon yang tetap terpejam, “Berikan hadiahku. Berikan hadiahku sekarang juga!”
Inilah yang terjadi, Soo Yeon yang terpejam dan mobil yang terus
bergerak hingga membuat Soo Yeon terangguk-angguk dan mendaratkan kepala
Soo Yeon ke wajah Jung Woo yang ada di depannya, dan kiss... yang tak
terduga pun terjadi.
Sumpah itu bibirnya nempel hahaha.... apa ini hadiahnya...
Saking kagetnya Jung Woo terdiam terpaku, Soo Yeon masih terpejam.
Soo Yeon membuka matanya perlahan melihat sekeliling. Jung Woo langsung duduk grogi tapi ia mencoba bersikap tenang.
Soo Yeon menatap terkejut. Jung Woo langsung menoleh dan bilang, “Bukan. Bukan aku yang melakukannya.”
“Kita sudah sampai. Ayo turun!” seru Soo Yeon setelah melihat halte bis tempat turun.
Keduanya jalan bersama tapi sikap Jung Woo lebih banyak diam. Soo Yeon
memandangnya heran dan bertanya apa Jung Woo sudah baikan. Jung Woo
hanya menjawab hmmm....
Soo Yeon : “Kenapa kau tak bilang kalau kau mabuk darat?” (jadi itu alasan yang dibuat Jung Woo hehe)
Soo Yeon menyarankan agar Jung Woo mengambil nafas dalam-dalam. Jung
Woo langsung grogi, tegang. Soo Yeon kembali bertanya apa Jung Woo mau
muntah, apa perlu ia menepuk punggung Jung Woo.
“Bukan
begitu!” kata Jung Woo pelan. Soo Yeon yang merasa heran dengan sikap
Jung Woo bertanya apa Jung Woo marah karena ia tertidur di bis dan Jung
Woo merasa bosan. “Sudah kubilang bukan begitu!” kata Jung Woo mencoba
bersikap tenang.
Soo Yeon langsung berdiri di depan Jung Woo
dan merentangkan tangannya, “Apa begini lebih baik?” Tanya Soo Yeon.
Jung Woo sangat terkejut Soo Yeon tiba-tiba di depannya, itu membuat
hatinya tak karuan.
Jung Woo berjalan menunduk tak berani
menatap Soo Yeon. Soo Yeon berkata kalau ia tahu ketika angin berhembus
itu akan membuat air mata Jung Woo keluar karena hembusan angis membuat
mata Jung Woo berair.
Jung Woo melihat tangan Soo Yeon yang
direntangkan dan disana Soo Yeon tersenyum menatapnya, senyum yang
sangat indah dan itu membuat hati Jung Woo semakin tak karuan hampir
pingsan.
Jung Woo tak tahan melihatnya ia langsung membalikan
tubuh Soo Yeon. Ia tak kuasa melihat wajah apalagi senyum Soo Yeon. “Kau
bisa jatuh!” Jung Woo beralasan Soo Yeon kan jatuh kalau berjalan
mundur.
Soo Yeon kembali berbalik menatap Jung Woo, “Kalau
begitu kau bisa memperhatikan aku.” Jung Woo kembali membalikan tubuh
Soo Yeon, “Di depanmu aku tak bisa melihat.”
Soo Yeon tak
mengerti kenapa tak bisa melihat jalan, bukankah ia lebih pendek dari
Jung Woo. Jung Woo bilang kalau ia masih tak bisa melihat.
Jung Woo membalikan paksa tubuh Soo Yeon dan mendorongnya, Soo Yeon
berteriak kalau ia akan jatuh jika didorong seperti ini hehe...
Byar.... tiba-tiba ada lampu yang menyala ketika keduanya melintas.
Keduanya berhenti menatap lampu itu. Soo Yeon menghitung mundur, “Lima,
empat, tiga, dua, satu. Mati.” Dan lampunya padam.
“Bagaimana?
Sedikit menyeramkan, bukan?” Soo Yeon merasa kalau lampu yang berkedip
itu lebih menakutkan daripada kegelapan. Lampunya pun menyala lagi.
Jung Woo tanya sudah berapa lama lampunya nyala mati seperti ini. Soo
Yeon menjawab kalau lampu itu sudah seperti itu sejak ia pindah kesini.
Tapi tak ada yang menggantinya dan ia tak bisa menggapainya. Lampunya
padam lagi.
Jung Woo merasa kalau ia bisa menggapainya. Jung
Woo mendekat dan mencoba jinjit tapi ia tak bisa menggapainya. Tangan
kanannya pun berpegangan pada bahu Soo Yeon sementara tangan kirinya
mencoba menggapai lampu untuk memperbaikinya.
Jung Woo hampir
menggapainya. Soo Yeon berdiri terpaku karena posisinya sangat dekat
dengan Jung Woo. Matanya beralih memandang Jung Woo yang tengah
memperbaiki lampu. Jung Woo berhasil menggapai dan memutar lampu untuk
membetulkannya. Lampu pun menyala terang. Jung Woo tertawa senang.
Jung Woo menoleh ke arah Soo Yeon tapi sejenak kemudian tawanya
menghilang karena ia melihat wajah Soo Yeon sangat dekat dengannya.
Lama keduanya bertatapan dengan tatapan mata yang lebih dalam.
Detektif Kim melihat dari kejauhan tapi ia salah mengartikannya. Ia
mengira Jung Woo melakukan hal yang tidak-tidak pada Soo Yeon (mencium
gitu) karena memang posisi Ditektif Kim ketika melihat keduanya seperti
posisi orang yang sedang berciuman. Apalagi ditambah dengan lampu yang
dipegang Jung Woo sekarang mati lagi.
Detektif Kim yang baru
pulang membeli sesuatu langsng menghampiri keduanya dan tanpa ampun
menjewer telinga Jung Woo. “Dasar anak nakal, apa yang kau lakukan
disini?” Detektif Kim menarik Jung Woo ke rumahnya masih tetap menjewer.
Jung Woo meringis kesakitan.
Pria yang mengawasi Jung Woo sejak keluar dari pintu sekolah ada disana. Ia tampak mencengkeram setir mobilnya.
Jung Woo duduk tegang menghadap meja makan. Di depannya ibu Soo Yeon terus memandanginya.
Detektif Kim muncul bersama dengan dua anak gadis yang memakai sweater
sama. Ibu melihat penampilan Eun Joo dan memuji kalau Eun Joo terlihat
cantik memakai baju apa saja. Seperti malaikat tanpa sayap, kata ibu.
Jung Woo hanya menatap diam.
Detektif Kim tanya apa kedua gadis
ini seperti anak kembar, mereka cantik kan. Tapi Eun Joo tak suka,
kenapa ia harus memakai baju yang sama seperti Soo Yeon. Eun Joo ingin
melepas sweaternya detektif Kim melarang dan berkata kalau ia sudah
mempertaruhkan hidupnya untuk membeli kedua pakaian ini. Ia pergi ke
Dongdaemon dan hampir mati diinjak-injak.
Eun Joo kesal karena
ini memalukan untuknya dan ia bisa mati karena malu. Eun Joo langsung
duduk di samping Jung Woo. Ia tersenyum senang bisa duduk di samping
Jung Woo. Sementara Soo Yeon duduk di samping ibunya di depan Eun Joo.
Detektif Kim terus berkata kalau kedua gadis ini sangat cantik. Jung
Woo memandang Soo Yeon tanpa menoleh sedikit pun, keduanya tersenyum.
Detektif Kim melihat kalau Jung Woo terus memperhatikan Soo Yeon,
“Dasar anak ini!” Jung Woo pun langsung mengalihkan pandangannya dan
meminum air yang ada di depannya. Detektif Kim berkata kalau ketika
usianya 20 tahun ia bahkan belum berani menatap seorang gadis tapi Jung
Woo dengan usia 15 tahun sudah melakukannya.
Eun Joo langusng
meralat ucapan ayahnya itu tidak benar, bukankah ayahnya bilang kalau
ayahnya bertemu dengan ibunya ketika masih SMP, bahkan ketika itu
ayahnya ini mencium ibunya.
Mendengar kata mencium Jung Woo
langsung tersedak dan batuk-batuk hehe. Soo Yeon memberikan minumannya
pada Jung Woo yang terus batuk-batuk.
Eun Joo berkata, “Aku
dengar kalau kau berciuman ketika salju pertama turun kau akan jatuh
cinta.” Eun Joo bertanya pada Jung Woo, “Apa kau pernah mencobanya?” dan
pertanyaan Eun Joo ini makin membuat Jung Woo terbatuk-batuk hehe. Eun
Joo akan meredakan batuk Jung Woo. Ia menggenggam tangan Jung Woo dan
menawarkan bantuan agar Jung Woo tak terbatuk-batuk lagi.
Detektif Kim meminta putrinya untuk menjaga harga diri di depan pria.
Eun Joo cemberut dan langsung melepas genggaman tangannya. Melihat Eun
Joo menggenggam tangan Jung Woo, Soo Yeon langsung menunduk.
Ibu Soo Yeon memuji akan bagus kalau ketiga anak ini bisa berteman. Ia
meminta semuanya untuk makan. Tapi Jung Woo tak makan, ia hanya minum
terus hehe.
Detektif Kim heran melihatnya, “Apa kau ini anak
ayam? Kenapa kau hanya minum air? Saat masih panas ambil sesuap yang
besar.” Jung Woo bilang kalau ia tak bisa memakannya kalau masih panas.
Detektif Kim akan memukul Jung Woo dengan sendok, “Kau ini. Kau harus
jadi laki-laki.” haha...
Ibu Soo Yeon menebak, apa orang itu
Jung Woo. Orang yang menulis gadis populer di payung. Jung Woo berkata
ya sambil melirik Soo Yeon dan tersenyum.
Eun Joo tak ingin
tahu payung apa. Soo Yeon tak mengatakannya ia hanya tersenyum. Ibu
bilang yang isinya seperti itulah keadaannya. Ia berkata tulisan tangan
Jung Woo bagus seperti tulisan perempuan haha. Ia minta Soo Yeon jangan
mempedulikan Jung Woo. Yang namanya laki-laki harus seperti laki laki
seperti Detektif Kim. Detektif Kim langsung geer hehe.
Eun Joo
berkata meskipun ayahnya terlihat dekit tapi dia masih gagah. Detektif
Kim protes dibilang dekil bukankah Eun Joo juga sama tidak menyikat gigi
tadi malam. Eun Joo bilang kalau ia akan menggosong gigi kalau ada yang
menciumnya.
Semantara itu dua anak muda yang kasmaran pun
tersenyum-senyum saling memandang. Soo Yeon langsung mengambil jept baju
di sakunya dan langsung menjepitkan ke rambut, keduanya kembali
tersenyum.
Detektif Kim makin kesal dengan Jung Woo yang terus
cengar-cengir, “Dasar anak ini. Anak nakal, mencur-curi kesempatan. Hei
ikut aku!” Kata detektif Kim sambil menjewer telinga Jung Woo. Ibu
berteriak kalau Jung Woo harus diberi makan dulu sebelum dipukul hheh.
Apa yang dilakukan Detektif Kim terhadap Jung Woo. Ia ingin mengajari
Jung Woo bersikap sebagai pria. Detektif Kim mengajarkan beberapa ucapan
yang tegas. Awalnya Jung Woo mengikutinya dengan nada lemah tak
bersemangat. Ia mencobanya lagi dengan nada lebih sangar hehe,,,
(wakakak lucu liat adegan ini)
Selanjutnya Detektif Kim akan mengajarkan bagaimana melawan musuh, di tangga Soo Yeon memperhatikan keduanya.
Eun Joo duduk di samping Soo Yeon sambil membawa payung kuning milik
Soo Yeon. Ia bertanya apa payung yang dimaksud. Soo Yeon langsung
mengambil payungnya dan bilang kalau Eun Joo tak boleh memiliki ini.
Eun Joo tersenyum girang menatap dan menunjuk Jung Woo, “Lalu bisakah aku memiliki Jung Woo saja?” Soo Yeon cemberut terdiam.
Eun Joo kesal, “ah yang benar saja. Aku tak mengerti sama sekali. Tokoh
utama dalam komik yang sempurna itu kenapa dia mau berhubungan dengan
orang sepertimu? Kau merayunya kan? Bagaimana bisa seseorang seperti dia
menyukai seseorang sepertimu."
Soo Yeon menunduk sedih. Eun Joo jadi tak enak hati sudah bicara yang tidak-tidak, maksudku...
Soo Yeon : “kau benar. Aku menyukainya. Jung Woo mungkin hanya...
merasa kasihan padaku.” Eun Joo : “Kenapa dia harus merasa kasihan
padamu? Hei.. percaya dirilah. Kita ini putri detektif.”
Ibu
datang membawa minuman dan menendegar perbincangan kedua gadis ini. Ibu
memanggil Eun Joo dan menyuruh Eun Joo memberikan minuman pada ayah Eun
Joo. Eun Joo menurut membawakan minuman itu dan memanggil Jung Woo
dengan suara manja, Soo Yeon menunduk sedih. Ibu duduk menghampirinya.
Ibu bilang kalau Soo Yeon sekarang jauh lebih baik. Soo Yeon
mendongakkan An wajahnya. Ibu bilang meskipun Soo Yeon dan Eun Joo
memakai baju yang sama tapi menurutnya soo yeon terlihat jah lebih
cantik dibandingkan Eun Joo. Karena tak punya uang aku tak bisa
mendandanimu dengan baik. “Tapi kau cantik persis seperti ibumu.”
Soo Yeon tersenyum mendengarnya. Ibu bilang kalau kemarin Soo Yeon
marah-marah tak mau datang kesini tapi sekarang apa Soo Yeon tidak
merasa senang. Soo Yeon bertanya bagaimana dengan ibunya, apa ibu juga
menyukai disini. Ibu tnya suka apa, ia paling menyukai uang.
Detektif Kim meminta semua menyerangnya sekaligus. Ok... ketiga anak
muda ini akan menyerang detektif kim sekaligus tapi detektif Kim
mengambil jepit milik soo yeon dan memakai di rambutnya hehe. “Jangan
itu punya-ku.” Soo Yeon berusaha merebut kembali jepit miliknya.
Detektif Kim bekerja sama dengan Eun Joo melempar-lempar jepit itu.
Sementara Jung Woo membantu Soo Yeon yang berusaha merebutnya. Ibu
tertawa melihat tingkah mereka. Mereka terlihat seperi keluarga bahagia
Soo Yeon duduk di tangga sendirian dan menuliskan sesuatu di tembok, I MISS YOU.
“Soo Yeon...” tiba-tiba ada yang memanggilnya. Soo Yeon menoleh dan tersenyum menatapnya, Siapa dia?
Han Jung Woo dewasa, kya Chunnie...
Jung Woo terlihat sedih, “Kau tersnyum? Aku hampir mati karena marah.
Saat aku marah, aku merasa akan gila. Hari ini, Aku hanya akan
menunggumu. hari ini saja. Hari ini saja.
Air mata Jung Woo menetes, “Aku benar-benar merasa menjadi gila...”
Jung Woo pun duduk di tangga sendirian sambil menatap pilu tulisan tangan Soo Yeon, I Miss You...
BERSAMBUNG...
Komentar :
Dua remaja yang mulai jatuh cinta, cie cie cie... hehe... saingan Soo Yeon dalam kisah asmaranya pun telah hadir, Kim Eun Joo.
Kita bisa tersenyum-senyum disini tapi diepisode 3 nanti kalau dilihat
dari spoiler bakalan ada yang berurai air mata deh, penculikan. malah
penculiknya udah kelihatan di episode ini.
Detektif Kim sepertinya dia bisa menjadi ayah yang baik untuk Soo Yeon dan sepertinya Eun Joo juga mulai menerima itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar