Jung Woo menemukan Soo Yeon bersembunyi di balik perosotan. Soo Yeon yang terkejut langsung menyembunyikan wajahnya.
Ketika Jung Woo menyinggung tentang Soo Yeon yang menyambunyikan wajah, Soo Yeon malah menarik menyembunyikan kakinya dan ketika Jung Woo menyinggung tentang kaki Soo Yeon yang disembunyikan Soo Yeon malah menarik menyembunyikan tangannya. Kali ini Jung Woo menyabut ‘gaun bunga’ yang dikenakan Soo Yeon. Soo Yeon mencengkeram bajunya sambil tetap menunduk.
“Gadis populer!” panggil Jung Woo. mendengar panggilan Jung Woo, Soo Yeon sedikit mengangkat wajahnya.
“Lee Soo Yeon!” Jung Woo memanggil nama Soo Yeon. Soo Yeon terdiam.
“Lee Soo Yeon!” Jung Woo memanggil lagi. Soo Yeon mengangkat wajahnya menatap Jung Woo.
“Putri seorang pembunuh Lee Soo Yeon. Ayo kita berteman!” pinta Jung Woo tulus.
Soo Yeon terkejut dengan ajakan berteman yang disampaikan Jung Woo. Ia tetap jongkok sambil menatap Jung Woo. Dengan suara terbata-bata Soo Yeon bertanya kenapa Jung Woo ingin berteman dengannya.
Jung Woo balik bertanya apa Soo Yeon tak mau berteman dengannya. Soo Yeon langsung berdiri dan berkata bukan begitu tapi kemudian soo yeon kembali menunduk, Ia tak berani menatap Jung Woo.
Jung Woo melihat penampilan Soo Yeon dari kepala sampai kaki. Rambut panjang yang selalu menutupi wajah karena Soo Yeon selalu menunduk dan kaki sebelah yang tak bersepatu dimana bekas luka Soo Yeon terlihat. Jung Woo langsung lari meninggalkan Soo Yeon. Soo Yeon mengambil sepatunya dan mengejar Jung Woo.
Jung Woo mengambil jepit jemuran milik orang. Soo Yeon tak mengerti kenapa Jung Woo tiba-tiba lari. Ia bertanya apa Jung Woo marah. Jung Woo langsung menjepit rambut Soo Yeon dengan jepit jemuran.
(ya ampun ga ada jepit rambut lain ya-apakah gaya jepit rambut ini akan menjadi tren, siapa yang mau coba haha)
Soo Yeon menatap tak mengerti apa yang dilakukan Jung Woo. Jung Woo memandang wajah Soo Yeon lebih dekat, “Oh jadi begini rupamu.” Katanya sambil tersenyum.
Jung Woo : “Lee Soo yeon lakukan itu mulai dari sekarang.”
Soo Yeon menatap bingung. Jung Woo berkata kalau ia tak akan pernah mengabaikan Soo Yeon lagi. Ia minta maaf. Soo Yeon masih terdiam menatap Jung Woo tiba-tiba angin bertiup membuat rambut Soo Teon bergerak kesana-kemari.
Jung Woo langsung merentangkan tangannya menutupi Soo Yeon agar tak terkena angin. Dalam hati ia berkata, “Jangan menangis. Kau akan menangis karena angin bertiup kan? Angin yang membuatmu menangis.”
Jung Woo tersenyum menatap Soo Yeon dan Soo Yeon pun membalas senyum Jung Woo.
Sambil berjalan Soo Yeon memakai sepatunya. Jung Woo berkata kalau yang ia butuhkan adalah seorang teman yang meminjankan payung saat hujan. Ia pun bertanya bagaimana dengan Soo Yeon. Soo Yeon diam saja.
Jung Woo berjalan di depan Soo Yeon. Soo Yeon berusaha mengimbangi langkah Jung Woo. Tapi ketika Soo Yeon sudah berjalan di samping Jung Woo, Jung Woo malah berjalan cepat mendahului Soo Yeon. Soo Yeon kembali mengimbangi langkah Jung Woo dan dengan isengnya Jung Woo berjalan lebih cepat. Soo Yeon kembali mengimbangi langkah Jung Woo dan kali ini dengan jail-nya Jung Woo lari. Soo Yeon pun ikut lari mengejar Jung Woo. (haha lucu deh liat scene ini)
Detektif Kim menemui ibu Soo Yeon. Ibu Soo Yeon bertanya kenapa, apa Detektif Kim ingin memenjarakannya juga. Ibu memberi tahu kalau orang-orang itu yang memukulnya lebih dulu. Ketika ia hampir melupakan kejadian buruk itu mereka malah muncul lagi dan mengacaukan rumahnya. Kalau Detektif Kim tak percaya tanya saja pada tetangga.
Meskipun ia yakin tak ada orang yang akan berpihak padanya, bukankah Detektif Kim juga tahu keadannya. Orang-orang itu seharusnya tak melakukan ini padanya. Ia sudah mencoba menutup mulut agar mereka tak memanggilnya dengan sebutan wanita yang mengerikan. Tapi binatang buas itu, aku... aku melakukannya. Dada ibu terasa sesak dan menangis, aku melakukan hal yang sama dengan tangan ini.
Detektif Kim ikut sedih mendengarnya, ia merasa bersalah. “Maafkan aku!” ucap Detektif Kim. Ibu menyuruh Detektif Kim pergi, orang berdosalah yang bersalah. Perbuatan salah apa yang Detektif Kim perbuat kenapa minta maaf.
Dengan suara berat Detektif Kim mengungkapkan kalau pelaku yang sebenarnya telah tertangkap. Ibu terdiam menatap bingung, ia tak menegrti apa maksud perkataan Detektif Kim. Detektif Kim berlutut di depan ibu, “Maafkan aku.” Air mata Detektif Kim tak tertahankan lagi, ia merasa bersalah dan terus-menerus mengatakan maaf. (ah benar kan ayah Soo Yeon ga salah)
Hyung Joon mengintip di jendela, sepertinya ia ingin keluar dari rumah itu. Ia membuka sedikit jendela dan menyiapkan mangkuk untuk ia lemparkan ke luar.
Soo Yeon menunjukan pada Jung Woo dimana rumahnya. Hyung Joon akan melempar mangkuk itu sebagai tanda pada Soo Yeon tapi niat itu ia urungkan ketika ia tahu bahwa Soo Yeon tak lewat sendiri. Hyung Joo langsung sembunyi. Tapi Hyung Joon penasaran dan mengintip.
Soo Yeon berkata pada Jung Woo bukankah rumahnya sangat kecil. Jung Woo melihat-lihat dan menyahut ya sangat kecil sedangkan rumahnya sangat besar. Soo Yeon mengucapkan salam perpisahan dan akan masuk ke rumahnya.
Tapi Jung Woo tetap berdiri di tempatnya, “Rumahku sangat besar. Sampai angin dingin juga bertiup di dalam rumah dan itu membuatku menangis.” Soo Yeon berbalik menatap Jung Woo. Kemudian Jung Woo tersenyum dan berkata kalau hal ini bukan karena ia sedih tapi angin yang membuat matanya menangis.
Soo Yeon tak mengerti kenapa Jung Woo mengatakan ucapan seperti yang ia katakan. Hyung Joon mengintip dari jendela dan melihat Jung Woo. (kira-kira keduanya udah saling mengenal belum ya)
Asisten minta maaf pada Han Tae Joon karena ia tak mendapatkan informasi apapun dari Hyun Joo karena Hyun Joo tak mau bicara. Untuk mencari tahu keberadaan Hyung Joon ia berjanji akan menyelidikinya lebih lanjut. Kalau Hyun Joo terus menolak kesabaran Hyun Joo pasti tak akan bertahan lama. Han Tae Joon tanya dimana perawat Jung Hye Mi.
Jung Hye Mi mengendap-endap ke rumah yang tadinya ditempati oleh Hyun Joo. Ia sembunyi ketika melihat penjaga yang membawa anjing.
Hye Mi berada di sebuah ruangan. Ia mengambil tas besar yang disembunyikan. Terngiang suara Hyun Joo berpesan padanya, ‘Dengan uang itu kau bisa bertahan hidup sementara waktu. Sampai kita bisa meninggalkan negara ini.’ Hye Mi membuka tas dan isinya berupa tumpukan uang yang jumlahnya sangat banyak. Di tas itu juga ada foto keluarga Han Tae Joon bersama Hwang Mi Ran, Jung Woo dan Ah Reum.
Kembali terngiang suara Hyun Joo, ‘Kau harus melakukan seperti yang kukatakan. Anak Han Tae Joon, kau harus menculiknya. Hanya sampai kita bisa meninggalkan tempat ini kau harus mendapatkan uang Presdir. Bukankah sudah kubilang, kalau uang itu akan mengubah hidup kita.’
Katika itu Hye Mi menggeleng menolak melakukannya tapi Hyun Joo memohon dan menatap tajam Hye Mi, ‘Kalau dia tahu kau membawa Hyung Joon, Han Tae Joon akan langsung membunuhmu. Ada beberapa milyar dolar yang disimpan di bank Swiss. Karena ini dana pribadi presdir, Han Tae Joo tak bisa melaporkannya ke polisi.’
Hye Mi keluar dari rumah dengan membawa tas besar berisi uang. Ia akan keluar menggunakan tangga tapi tak jadi. Ia berbalik arah dan ada dua orang yang mencegatnya, mata Hye Mi melebar terkejut bukan main.
Hye Mi dibawa menghadap Han Tae Joon. Tangannya gemetaran sambil membawa tas besar yang berisi uang. Han Tae Joon berkata kalau ia sudah lama tak melihat Hye Mi di rumah. Ia bertanya apa Hye Mi baru kembali dari suatu tempat karena ia melihat Hye Mi membawa tas besar.
(hmm sepertinya Han Tae Joon ga curiga dengan tas itu. Ia mengira kalau tas itu berisi pakaian)
Dengan tangan gemetaran Hye Mi meletakan tas itu di lantai dan berkata kalau ia mengikuti suatu perjalanan. Ia mengatakan kalau ia kembali dari Hae Nam.
Han Tae Joon berkata kalau wanita itu (Hyun Joo) telah mencuri uangnya. Ia mengatakan kalau uang itu miliknya, uang itu terlalu banyak untuk Hyun Joo seorang sendiri. Ia bertanya apa Hye Mi punya ide, ia tahu kalau Hye Mi ini cukup dekat dengan Hyun Joo.
Hye Mi berkata kalau ia tak begitu dekat dengan Hyun Joo, yang ia lakukan hanyalah merawat Presdir seperti yang diperintahkan padanya. “Nyonya... maksudku wanita itu dan aku bahkan tak banyak bicara.” kata Hye Mi mencoba bersikap tenang di depan Han Tae Joon.
Han Tae Joon meyakini kalau hal itulah yang terjadi karena Hye Mi sudah bekerja dengannya selama 10 tahun. Ia yakin Hye Mi tahu betul orang seperti apa dirinya. “Kau kenal banyak orang di rumah sakit kan? Temukan Hyung Joon!”
Han Tae Joon mengingatkan kalau Hye Mi lebih baik bergegas melaksanakan perintahnya sebelum wanita itu meninggal. “Apa menurutmu tidak lebih baik kita membiarkannya melihat wajah anaknya sekali lagi?” Han Tae Joon meninggalkan Hye Mi sendirian yang masih gemetaran.
Han Tae Joon menyuruh asistennya untuk mengawasi perawat Jung Hye Mi. “Kalau dia menyembunyikan anak itu, dia pasti akan melakukan sesuatu.”
Soo Yeon lari-lari menyusul ibunya ke sebuah rumah makan. Disana ibu Soo Yeon minum-minum. Tapi pemilik rumah makan mengusirnya karena ibu Soo Yeon membuat pelanggan lainnya tak jadi makan karena ibu Soo Yeon istri seorang pembunuh.
Pemilik rumah makan itu marah-marah, kalau ia jadi ibu Soo Yeon ia pasti sudah bunuh diri. Ibu Soo Yeon ikut marah dan menarik ibu pemilik warung, “Baik kalau begitu kita berdua sama-sama mati!” kata ibu yang sudah mabuk.
Soo Yeon berusaha menarik mengajak ibunya pulang. ibu pemilik warung langsung menutup pintu rumah makannya. Ibu Soo Yeon meronta. Soo Yeon dan ibunya pun terjatuh bersama. Soo Yeon mencemaskan ibunya dan bertanya apa ibunya baik-baik saja.
Ibu yang sudah mabuk membentak tapi bukan membentak pada Soo Yeon, “Apa yang kalian tahu? Apa yang kalian tahu.” Kemudian ibu menangis, “Apa kalian tahu bagaimana perasaanku? Apa kalian tahu bagaimana perasaanku?”
Soo Yeon ikut menangis melihat keadaan ibunya yang seperti ini. Ia berjanji pada ibunya ia akan bersikap lebih baik lagi. Ia mengulang beberapa kali janji itu pada ibunya bahwa ia akan bersikap lebih baik lagi jadi ia harap ibunya jangan menangis lagi.
Jung Woo mengobati luka di wajahnya, ia meringis kesakitan. Jung Woo melihat sesuatu di depannya. Ia mengambillnya.
Jung Woo merebahkan tubuhnya ke tempat tidur dan menjepitkan benda yang ia ambil tadi ke rambutnya hehe. Ia tersenyum lebar.
Keesokan harinya Jung Woo lari ke sekolah dengan semangat. Ia bahkan mengambil jalan pintas dengan melewati taman. Padahal sepertinya mungkin dilarang menginjak rumput di taman itu. Tapi Jung Woo ingin segera sampai ke kelas.
Tiba di kelas Jung Woo dikejutkan dengan tindakan teman sekelasnya yang mengecat meja Soo Yeon dan menempelkan lem di kursi Soo Yeon. “Kau sudah datang!” teman Jung Woo menyapa.
Teman Jung Woo menyuruh Jung Woo untuk mengawasi kalau si nomor 27 datang. Jung Woo menatap marah. Temannya berkata kalau pantat yang duduk di kursi ini harus benar-benar menempel agar terlihat lucu. Soo Yeon tiba di kelasnya dan melihat teman sekelasnya menempelkan lem dan mengecat meja kursinya.
Jung Woo yang marah langsung menendang meja kursi hingga membuat temannya jatuh terjengkang. Soo Yeon kaget melihatnya.
Teman Jung Woo jelas marah atas tindakan Jung Woo. Jung Woo bertanya apa menurut temannya ini tidak lucu. Bukankah begitu kata Jung Woo meminta pendapat teman sekelasnya. Kalau ia telah membuat temannya jatuh terjengkang. “Bukankah melihat orang lain berkelahi lebih menyenangkan?” Bentak Jung Woo.
Teman Jung Woo yang terjengkang tadi jelas marah atas tindakan berani Jung Woo terhadapnya. Ia memukul keras Jung Woo. “Apa perkelahian kemarin belum cukup?
Jung Woo menantang, “Sebagai manusia kau seharusnya tahu malu. Apa kau tak punya kegiatan lain?” Bentak Jung Woo sambil memukul teman yang tadi memukulnya.
“Ibu guru datang!” seru salah satu siswa dan semuanya langsung bersiap di tempat duduk masing-masing duduk rapi.
“Kau mati hari ini!” kata siswa yang tadi dipukul oleh Jung Woo. Tapi dengan cepat Soo Yeon berhampur memeluk siswa yang memukul jung woo. Entah memeluk, entah mencegah supaya tak terjadi keributan, yang pasti apa yang dilakukan Soo Yeon ini membuat Jung Woo dan teman sekelasnya terbengong-bengong dengan mulut menganga haha.
Bahkan siswa yang dipeluk Soo Yeon pun kaget. Bu guru masuk ke kelas dan melihat semuanya, “Apa yang kalian lakukan?”
Soo Yeon langsung melepas pelukannya, “Maaf aku melakukannya tanpa menyadarinya.” ucap Soo Yeon. Dan memang sepertinya Soo Yeon sengaja melakukan ini supaya tak terjadi keributan yang lebih besar antara Jung Woo dan siswa tadi. Soo Yeon menunduk menuju bangkunya. Ia menutupi permukaan kursi yang sudah diolesi lem dengan buku agar ia bisa duduk di atasnya.
Bu Guru memarahi siswa yang memukul Jung Woo. Bu Guru bilang kalau ia melihat semuanya, “Apa kau pacaran?” tanya Bu Guru sambil memukul siswa itu dengan pulpen. Siswa itu menyangkal ia tak pacaran dengan Soo Yeon amit-amit katanya haha.
Selama kegiatan belajar mengajar Soo Yeon mencuri pandang ke arah Jung Woo yang duduk beberapa baris di depannya. Pikiran Jung Woo pun tak foku, ia menggigit pulpennya dan menoleh ke arah Soo Yeon tapi dengan cepat Soo Yeon memalingkan wajah menutupinya dengan bukunya yang pura-pura dibacanya.
Jung Woo beberapa kali menoleh ke arah Soo Yeon tapi dengan cepat Soo Yeon menyembunyikan wajahnya supaya tak ketahuan kalau ia tengah memperhatikan Jung Woo.
Gosip Soo Yeon pacaran dengan siswa itu pun merebak ke penjuru sekolah. Soo Yeon jadi bahan tertawaan. Tapi Soo Yeon berusaha mengabaikannya. Tiba-tiba ada seseorang yang menariknya keluar. Jung Woo.
Soo Yeon jelas kaget bagaimana kalau ada orang yang melihat. Jung Woo menatap tajam, Soo Yeon langsung menunduk tak berani menatap Jung Woo. Jung Woo tanya apa yang Soo Yeon lakukan tadi, apa Soo Yeon sudah lupa bukankah keduanya memutuskan untuk berteman.
Soo Yeon menggeleng menandakan kalau ia tak lupa tentang itu. Jung Woo kembali bertanya kalau begitu apa Soo Yeon harus bersikap seperti ini karena ia pernah mengabaikan Soo Yeon kemarin, bukankah ia sudah minta maaf.
Soo Yeon meminta Jung Woo mengabaikannya saja ketika kedua berada di sekolah, jangan sampai ada siswa lain yang tahu kalau keduanya berteman. Soo Yeon ingin menyebut Jung Woo sebagai ‘teman rahasia’ Tapi Jung Woo tak mau ia tak suka dengan yang namanya rahasia.
Jung Woo yang kesal akan meninggalkan Soo Yeon tapi Soo Yeon menahan tangan Jung Woo. Soo Yeon bilang bukan hanya siswa yang tadi tapi semua anak-anak di sekolah ini membencinya. Selain itu semua orang di lingkungannya juga begitu, “Semua orang yang tahu siapa ayahku pasti membenciku.” Soo Yeon memohon Jung Woo jangan lagi berkelahi karenanya.
Jung Woo tak mengerti apa ia harus duduk dan menonton mereka menyiksa Soo Yeon. Soo Yeon bilang kalau ia akan mengurusnya, ia akan melawan. “Kau orang pertama yang mau menjadi temanku dan aku mungkin tak akan pernah lagi mempunyai orang seperti itu. Aku akan melindungimu.” Kata Soo Yeon membuat Jung Woo hanya bisa menghela nafas.
Ketika jam makan siang semua siswa memakan bekal mereka. Siswa yang dipeluk Soo Yeon melempar kotak susu ke tempat sampah yang ada di belakang Soo Yeon tapi sepertinya lemparan itu sengaja ditujukan kepada Soo Yeon.
Siswa itu bergumam sial karena lemparannya tak masuk ke kotak sampah. Temannya berkata kalau siswa itu tak seharusnya melakukan itu pada gadis yang disukai dan siswa lain pun mulai melempari Soo Yeon lagi dengan kotak susu dengan alasan kalau mereka akan membuang kotak susu ke tempat sampah.
Bukan hanya satu siswa tapi beberapa siswa mengikuti melempar kotak susu ke arah Soo Yeon. Jung Woo menoleh menatap Soo Yeon yang diam saja.
Siswa itu membuat sayembara barang siapa yang berhasil memasukan kotak susu ke tempat sampah ia akan memberikan uang sebesar 1000 won. Semua siswa berminat, mereka ikut melempar kotak susu ke tempat sampah yang ada di belakang Soo Yeon. Tapi lemparan mereka bukan ke tempat sampah melainkan ke arah Soo Yeon. Mereka sengaja melakukannya, Soo yeon diam menerima lemparan itu.
Jung Woo tak tahan melihatnya, ia akan melawan tapi Soo Yeon lebih dulu berdiri membuat teman-teman yang lain terdiam.
Soo Yeon mengambil tempat sampah dan memunguti kotak susu yang berserakan. Semua siswa pun kembali menikmati makan siang mereka. Jung Woo menatap heran kenapa Soo Yeon tak melawan.
Soo Yeon mengambil kotak susu dan meletakannya di meja salah satu temannya. Ketika sampai di depan siswa yang ia peluk, ia meletakan kotak susu itu dengan kasar sampai air susunya muncrat.
Soo Yeon berdiri di depan kelas dan meletakan kotak sampah di meja. Jung Woo tersenyum melihat keberanian Soo Yeon.
Jung Woo mengerti ia mengambil kotak susunya dan melempar ke arah kotak sampah yang disiapkan Soo Yeon. Pluk... lemparan Jung Woo tepat sasaran. Kotak susunya masuk ke tampat sampah.
Jung Woo bersorak, ia pun mengambil uang 1000 won yang tadi dijadikan hadiah sayembara. Siswa itu kesal akan melempar Jung Woo dengan kotak susu. Tapi Soo Yeon menggertakan kotak sampah di meja membuat siswa itu terdiam, apalagi Soo Yeon menatapnya dengan tatapan tajam.
Jung Woo akan keluar kelas, ia memanggil Soo Yeon dan bertanya apa Soo Yeon tak ikut dengannya. Jung Woo manunjukan uang 1000 won yang didapatnya tadi dan mengajak Soo Yeon membeli makanan kecil dengan uang itu.
Tentu saja kebersamaan Jung Woo dan Soo Yeon menjadi pemandangan yang heboh untuk siswa disana. Mereka ramai-ramai melihat kedekatan mereka berdua. Mereka melihat keduanya dari jendela kelas, mereka tak percaya kalau keduanya terlihat bersama.
Jung Woo duduk santai sambil menikmati es-nya. Soo Yeon berdiri tak mengerti kenapa Jung Woo melakukan ini. Jung Woo dengan santainya bertanya melakukan apa. Soo Yeon berkata bukankah ia sudah bilang kalau keduanya lebih baik menjadi teman rahasia. Tapi Jung Woo bilang bukankah ia tak mau.
Soo Yeon berkata bukankah Jung Woo bisa melihatnya bagaimana sikap siswa yang lain terhadapnya dan sekarang mereka juga akan mengganggu Jung Woo. Tapi Jung Woo tak peduli, “Hei.. apa kau pernah melihat orang yang punya teman di-bully?”
Jung Woo menarik tangan Soo Yeon supaya duduk di sampingnya. Siswa yang lain makin heboh melihatnya dan apa yang terjadi setelahnya.
Keduanya mendapat lemparan sampah dari lantai 2. Soo Yeon menunduk terdiam. Jung Woo meminta Soo Yeon mengangkat tegak kepala.
“Sudah kubilang yang kau butuhkan hanya satu teman, kalau hanya seperti ini tak akan membuatku takut. Kalau aku mulai benar-benar merasa takut saat itulah aku akan mengabaikanmu.” Kata Jung Woo.
Soo Yeon mengangkat kepalanya. Jung Woo tersenyum, “Benar kan? Jadi angkat kepalamu sekarang.” Jung Woo kembali menikmati es-nya. Soo Yeon pun demikian ia juga menikmatinya.
Keduanya saling memandang dan tertawa bersama.
Soo Yeon pulang sekolah dengan wajah cemberut. Jung Woo tanya apa Soo Yeon marah bukankah sekarang ia lebih populer daripada Soo Yeon. Soo Yeon menyahut kesal kalau Jung Woo itu sombong sekali, apa yang akan Jung Woo lakukan sekarang.
Jung Woo berjalan di depan Soo Yeon, “Kenapa kau tak mulai dengan menarik ini dariku?” Jung Woo menunjukan tulisan yang tertempel di punggungnya.
‘Nomor 27 dan nomor 41-pergilah. Pacar anak pembunuh!’
‘Menjijikan. Dia mengencani anak seorang pembunuh!’
Soo Yeon mencabut kertas ini dengan kesal, kenapa Jung Woo tak mendengarkan sarannya. Ia memukul punggung Jung Woo. Jung Woo meringis memegangi punggungnya. Tapi sesaat kemudian Jung Woo tertawa dan berkata kalau Soo Yeon ini terdengar seperti seorang ahjumma. Soo Yeon tak mengerti kenapa Jung Woo masih bisa tertawa.
Tiba-tiba terdengar suara benda yang pecah. Jung Woo dan Soo Yeon menoleh ke sumber suara dan ternyata selain suara pecah keduanya juga melihat ada kobaran api. Rumah tempat Hyung Joon dikurung.
Soo Yeon akan menolong tapi Jung Woo menariknya untuk menjauh karena itu berbahaya. Tapi Soo Yeon tetap berusaha membuka pintu yang tergembok. Jung Woo celingukan mencari sesuatu untuk membuka gembok itu. Ia menamukan batu bata. Jung Woo meminta Soo Yeon menyingkir. Ia memukulkan bata merah itu ke kunci gembok. Terdengar teriakan dari dalam. Jung Woo menyuruh Soo Yeon mencari seseorang untuk membantu. Soo Yeon mengerti, ia pun bergegas mencari bantuan.
Jung Woo sekuat tenaga mencoba membuka kunci gembok tapi apa yang terjadi tangannya terluka dan mengeluarkan darah. Soo Yeon berbalik melihatnya dan cemas. Soo Yeon mengambil batu bata itu dan akan menggantikan Jung Woo. Tapi Jung Woo bilang kalau ia tak apa-apa, lebih baik Soo Yeon memberi tahu seseorang.
(ah jadi ingat adegan Episode 29 Can You Hear My Heart nih, dimana Joon Ha berusaha membuka kunci gembok buat nyelametin Dong Joo dan akibatnya Joon Ha juga terluka)
Jung Woo berhasil membuka pintunya, Hyung Joon langsung berhampur keluar dan terjatuh menindih Jung Woo. Beberapa ibu-ibu datang membantu memadamkan api.
Jung Woo tanya apa Hyung Joo baik-baik saja. Hyung Joo tak menjawab ia akan segera kabur. Tapi Jung Woo menahan dengan memegang kaki Hyung Joon. Hyung Joon berteriak kesakitan karena yang Jung Woo pegang itu lukanya.
Hyung Joon meronta Jung Woo berusaha menahan tubuh Hyung Joon dan tanpa sengaja kalung yang dikenakan Hyung Joon lepas dan patah jadi dua. Hyung Joon kabur. Soo Yeon datang ia mencemaskan luka Jung Woo. Jung Woo memberi tahu kalau anak itu terluka ia menyuruh Soo Yeon cepat mengejarnya.
Soo Yeon segera mengejar Hyung Joon. Jung Woo memungut kalung milik Hyung Joon yang bandulnya patah jadi dua.
Hyung Joon berjalan tertatih menyeret kaki kanannya yang terluka. Karena tak bisa lari cepat Hyung Joon pun berhasil dikejar oleh Soo Yeon. Tapi Hyung Joon tak mau lagi berada disini, ia ingin segera pergi. “Adik kecil kau mau kemana? Katakan padaku. Katakan padaku kau mau kemana aku akan mengantarmu kesana.”
Soo Yeon mencoba membantu menenangkan Hyung Joon. Hyung Joon merasakan sakit yang amat sangat di kakinya. Ia terduduk menahan sakit. Lukanya mengeluarkan darah yang banyak. Soo Yeon akan melihatnya tapi Hyung Joon menolak. Soo Yeon bersikeras akan memeriksanya.
Jung Woo menghampiri keduanya. Ia menyimpan kalung milik Hyung Joon di sakunya. Soo Yeon berkata apa Hyung Joon pikir bisa pergi dengan luka di kaki seperti ini. Jung Woo membopong Hyung Joon, tapi Hyung Joon meronta menolak. Jung Woo meminta Hyung Joon diam, ia bertanya pada Soo Yeon dimana rumah sakit terdekat.
Perawat Jung Hye Mi menerima telepon dari ibu pemilik kontrakan. Ibu itu marah-marah bagiaman bisa Hye Mi membakar rumahnya seperti ini. Hye Mi kaget bukan main apalagi ibu pemilik kontrakan mengatakan kalau seluruh rumahnya habis terbakar.
Hye Mi cemas bagaimana dengan anak yang ada di rumahnya. Ibu pemilik kontrakan mengatakan kalau anak pembunuh itu membawanya ke rumah sakit. Hye Mi makin cemas dan gemetaran ia harus segera menemui Hyung Joon ia pun melihat keluar jendela, apakah aman untuknya pergi keluar.
Jung Woo menggenggam kalung milik Hyung Joon sambil menelepon Ibu tirinya, ia bertanya bisakah ibu tirinya ini datang menemuinya. Ia mengatakan kalau bukan dirinya yang terluka. Jung Woo berkata kalau ceritanya panjang. Sepertinya Jung Woo mendapat omelan. Jung Woo mencoba menjelaskan kalau ia sedang di rumah temannya dan tiba-tiba terjadi kebakaran.
Hyung Joon yang tengah mendapatkan perawatan medis menjerit kesakitan karena lukanya. Dokter bertanya pada Soo Yeon apa yang Soo Yeon pikirkan membawa Hyung Joon kesini dengan kondisi seprti ini. Dokter menyuruh Soo Yeon memanggil orang tua Hyung Joon agar anak ini dibawa ke rumah sakit besar. Dokter berkata kalau mereka tak hati-hati, mereka mungkin harus mengamputasi kaki Hyung Joon (ya ampun lukanya parah banget) Hyung Joon berteriak kesakitan.
Jung Woo masih menelepon dan memohon ibunya untuk datang karena kalau tidak segera dioperasi anak itu akan berada dalam masalah besar. Hwang Mi Ran tak peduli dan berkata itu sebabnya ia menyuruh Jung Woo pulang. Kalau terjadi sesuatu pada anak itu karena Jung Woo ikut campur apa Jung Woo mau bertanggung jawab. “Apa kau pikir keluarga kita perlu mengkhawatirkan masalah seperti itu sekarang?”
Han Tae Joon sampai di rumah dan melihat istrinya tengah menerima telepon dari Jung Woo. Ia pun merebut teleponnya dan bicara dengan Jung Woo, “Apa ini?” tanya Han Tae Joon.
Jung Woo terkejut karena tiba-tiba ia mendengar suara ayahnya. Han Tae Joon mendengar suara jerit anak kecil. Soo Yeon menatap Jung Woo dengan tatapan khawatir.
Jung Woo bicara menjauh ia keluar ruangan. Ia menjelaskan pada ayahnya apa yang terjadi, “Terjadi kebakaran di rumah temanku dan kaki anak kecil terluka serius.” Han Tae Joon meminta putranya menunggu disana karena ia akan mengirim seseorang. Han Tae Joon pun menutup teleponnya.
Hwang Mi Ran mengatakan kalau Jung Woo bilang padana bahwa Jung Woo tak terluka. Kalau Jung Woo yang terluka biar ia sendiri yang pergi kesana. Han Tae Joon berkata apa istrinya berfikir kalau Jung Woo akan baik-baik saja setelah terjadi kebakaran. Mi Ran berkata kalau Jung Woo seharusnya lebih berhati-hati apalagi di rumah ini sedang dalam keadaan kacau.
Han Tae Joon : “Apa kau lupa alasanku membawamu ke rumah ini? jangan berfikir kalau kau bisa bertindak seperti istriku. Cukup besarkan Jung Woo dengan benar!” Han Tae Joon berlalu dari hadapan Mi Ran. Hal ini jelas membuat Mi Ran kesal.
(Ya ampun ternyata Mi Ran sama sekali ga dianggap istri nih sama Han Tae Joon)
Perawat Jung Hye Mi keluar dari rumahnya mengenakan jaket dan topi untuk menyamarkan penampilannya. Ia melihat keadaan sekeliling, ternyata di pinggir jalan anak buah Han Tae Joon mengawasi rumahnya. Hye Mi pun mencari akal untuk menghindari mereka.
Hye Mi akan turun menggunakan tangga sambil membawa tas berisi uang. Tapi di bawah tangga ada anak buah Han Tae Joon. Ia pun tak jadi keluar lewat sana. Hye Mi mencoba mencari jalan lain.
Tapi jalan lain pun dijaga oleh anak buah Han Tae Joon. Hye Mi kebingungan ia harus lewat mana.
Hye Mi pun memutuskan untuk melompati pagar, pertama-tama ia melemparkan tasnya terlebih dahulu kemudian giliran ia yang melompat. Hye Mi pun berhasil keluar dari sana.
Jung Hye Mi sampai di depan klinik HyungJjoon mendapatkan perawatan medis. Ia keluar dari taksi dan meminta supir taksi menunggu sebentar. Hye Mi terkejut melihat ada orang di depan klinik. Ia pun berusaha untuk tak berpapasan dengan orang itu yang tak lain adalah Jung Woo.
Hye Mi sembunyi dibalik tembok. Jung Woo sendiri tengah menunggu orang suruhan ayahnya. Hye Mi ingat pernah melihat wajah Jung Woo, dimana. Di foto. Ia teringat pesan yang disampaikan Hyun Joo bahwa ia harus menculik anak Han Tae Joon yang tak lain adalah Jung Woo.
Soo Yeon keluar menghampiri Jung Woo. Jung Woo tanya bagaimana keadaan anak itu. Soo Yeon mengatakan kalau Hyung Joon sedang tertidur. Soo Yeon menyuruh Jung Woo masuk ke klinik karena luka Jung Woo juga perlu diobati. Jung Woo bilang kalau ia baik-baik saja dan seseorang sedang dalam perjalanan akan menjemputnya.
Jung Woo menitipkan kalung milik Hyung Joon. Ia meminta tolong pada Soo Yeon agar menyerahkan kalung itu pada Hyung Joon. Ia menebak kalau kalung itu pasti dari ibu Hyung Joon bahkan ada tulisan di bagian belakang bandulnya. Soo Yeon melihat tulisan yang ada dibalik bandul kalung Hyung Joon.
Hye Mi mencoba mengingat ucapan Hyun Joo sambil melihat kalung yang dipegang Soo Yeon. Ternyata kalung itu ada kuncinya. “Uangnya disimpan di bank Swiss’ (kunci apa ya itu)
Hyung Joon membuka matanya perlahan, “Ibu..” gumamnya. Hyung Joon melihat kalau di sebelahnya ada Soo Yeon. Soo Yeon tersenyum lega karena Hyung Joon sudah sadar. Ia meminta Hyung Joon jangan khawatir karena ia akan tetap bersama Hyung Joon. Hyung Joon menyadari sesuatu dan meraba lehernya. Ia terkejut tak mendapati kalung miliknya. “Ibu...” Hyung Joon cemas.
“Apa kau mencari ini?” Soo Yeon menunjukan kalung milik Hyung Joon. Hyung Joon langsung merebut dan menggenggamnya erat.
“Kau belum tahu nama Unnie kan?” Tanya Soo Yeon. (Soo Yeon mengira Hyung Joon ini perempuan) Namaku Lee Soo Yeon.
“Bodoh. Aku bukan anak perempuan.” ucap Hyung Joon. Tapi Soo Yeon tak mendengar Hyung Joon bicara, “Apa? Kau bilang apa?” Hyung Joon memalingkan wajahnya. “Bodoh!” ucap Hyung Joon lagi.
Soo Yeon mendekat ingin tahu apa yang dikatakan Hyung Joon, “Apa aku tak bisa mendengarmu. Katakan lebih keras apa yang kau katakan?” pinta Soo Yeon. “Bodoh!” Hyung Joon mengucapkannya lebih keras. Soo Yeon tersenyum, Hyung Joon pun membalas senyumnya.
Tapi tiba-tiba ada yang mendorong Soo Yeon agar menyingkir dari Hyung Joon, siapa lagi kalau bukan perawat Jung Hye Mi. Hye Mi membangunkan Hyung Joon dan akan segera membawanya. Soo Yeon melarang karena Hyung Joon sedang sakit dan berkata kalau ia akan memanggilkan dokter. Tapi Hye Mi mendorong Soo Yeon dan menggendong Hyung Joo.
Jung Hye Mi keluar dari klinik sambil menggendong Hyung Joo dan melihat kalau Jung Woo tengah menelepon seseorang. Jung Woo memberi tahu letak klinik yang ia datangi pada seseorang yang meneleponnya. Jung Woo tak melihat Hye Mi membawa Hyung Joon pergi.
Soo Yeon mengejar keluar dan berteriak tunggu sebentar pada Hye Mi. Tapi terlambat taksi sudah pergi. Soo Yeon berusaha mengejarnya, Jung Woo yang tengah menelepon pun menutup teleponnya dan mengejar Soo Yeon.
Hye Mi cemas Soo Yeon terus mengikuti taksi yang dinaikinya. Hyung Joon dengan kaki yang masih sakit merintih berkata kalau ia ingin bertemu ibunya. Ia minta Hye Mi mengantarkan dirinya untuk bertemun dengan ibunya.
Tapi Hye Mi malah menepiskan tangan Hyung Joon meminta agar Hyung Joon jangan keras kepala, “Apa kau tahu apa yang sudah kau lakukan? Anak laki-laki yang bersamamu, dia itu anak Han Tae Joon. Dia itu Han Jung Woo, anak dari orang yang melakukan ini pada kakimu.”
Mata Hyung Joon membesar terkejut. Ia berusaha untuk bangun dan melihat kembali wajah Han Jung Woo, si putra Han Tae Joon.
Bersambung di part 2...
Komentar :
Ah tuh kan apa sangat jelas kemungkinan kalau luka di kaki Hyung Joon ini yang membuatnya memakai tongkat. Yang masih membuatku bertanya-tanya Parawat Jung Hye Mi ini berada dipihak mana dia, Han Tae Joon apa Kang Hyun Joo. Dia masih meragukan nih peran jahat apa bukan ya.
Keren Jung Woo menunjukan pada teman-teman di sekolahnya kalau ia tak masalah berteman dengan Soo Yeon walaupun akibatnya dia di-bully oleh teman-teman sekolahnya.
Tuh kan benar, Detektif Kim salah menangkap tersangka dan dia merasa bersalah karena ayah Soo Yeon sudah dieksekusi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar