Kamis, 27 September 2012

Sinopsis Arang and the Magistrate episode 12



This is not what I intended
I always swore to you I'd never fall apart
You always thought that I was stronger
I may have failed
But I have loved you from the start


Ruangan kecil penuh misteri di sudut belakang halaman kediaman Joo Whal memberikan berjuta pertanyaan bagi Eun Oh. Tempat seperti apa itu, penuh dengan banyak jimat. Kedatangan Joo Whal yang tergesa-gesa untuk menghentikan langkah Eun Oh agar engga lebih jauh mengusik ruangan itu, semakin membuat Eun Oh penasaran.
Apa yang sedang Eun Oh lakukan di ruang kediaman pribadi milik orang lain? Ada urusan apa? Joo Whal dan Eun Oh saling menatap satu sama lain. Pembicaraan mereka berakhir pada Arang. Joo Whal yang berusaha menyampaikan rasa simpatinya kepada Arang, dan Eun Oh yang lalu mempertegas segalanya, OH-HOI-WHO-ARE-YOU-DON'T-EVER-THINK-ABOUT-HER pada Joo Whal.
Di waktu berikutnya, Shaman tertinggi memarahi Officer Choi perihal rencana milik Officer Choi yang gagal  dalam membunuh Arang. Rencana yang benar-benar membuat Shaman tertinggi marah besar. Dengan alasan apa Officer Choi mengambil tindakan seperti itu, Arang bukan hal yang seenaknya dapat disentuh oleh orang bodoh seperti Officer Choi. Jangan pernah berpikir untuk menyingkirkan Arang, tanpa sepengetahuan Shaman tertinggi, atau nyawa Officer Choi yang akan jadi taruhannya.
Joo Whal. Engga ada lagi yang bisa ia lakukan. Seluruh kehidupannya di tentukan oleh seberapa besar kepatuhannya pada semua perintah yang diberikan oleh Shaman tertinggi. Oh yeah. Bunuh Arang untuk yang kesekian kalinya, bunuh ia hanya sekedar untuk mempertegas bahwa Joo Whal memang benar-benar ada dipihak Shaman tertinggi. Bila, Joo Whal engga berhasil melakukan hal itu, maka nyawa Joo Whal yang harus di pertaruhkan.


Hei... Seseorang menunggu dengan cemas kedatangan Eun Oh. Arang sedari tadi cemas dan gusar mengetahui Eun Oh yang juga kembali dari kediaman Officer Choi. Semua hal buruk mulai menghantui Arang. Apa Eun Oh mati saat bertemu dengan Officer Choi, atau Eun Oh mengalami kesulitan, pikir Arang. Engga lama kemudian, kecemasannya hilang seketika melihat kedatangan Eun Oh.
Mereka harus merencanakan strategi yang briliant untuk dapat memecahkan masalah mereka. Mengenai kemisteriusan ruangan yang penuh dengan jimat di kediaman Joo Whal dan kaitan keluarga Joo Whal dengan jimat-jimat yang mereka temukan di hutan.

Eun Oh dan Arang engga bisa melakukan semuanya dengan kekuatan mereka. Mereka membutuhkan bantuan dari yang lain. Bantuan untuk memantau keadaan keluarga Joo Whal. Arang melirik ke arah Eun Oh, memastikannya bahwa ia tahu orang-orang tepat yang dapat dijadikan mata-mata di kediaman Officer Choi.

Taraaa.. Sekumpulan orang-orang mati berkumpul di meja bundar. Orang-orang yang tepat yang dimaksud oleh Arang adalah para hantu yang ia kenal. Loh, bukankah para hantu itu adalah pilihan yang tepat, mereka bisa masuk dan keluar dari kediaman Officer Choi dengan sesuka hati mereka, mereka juga dapat mendengarkan semua hal yang Officer Choi katakan, mereka juga bisa memantau dan mengetahui trik apalagi yang akan dilakukan oleh Officer Choi, pikir Arang. Eun Oh dibuat ternganga dengan ide Arang ini.

Eun oh harus mengambil tindakan terlebih dahulu. Mendatangi Officer Choi di kediamannya sama artinya dengan menggretak Officer Choi dengan cara yang resmi. Eun Oh memperlihatkan jimat yang ia temukan di hutan dan menunjukkannya kepada Officer Choi. Kenapa ia bisa menemukan jimat ini di kubangan bekas mayat di hutan Miryang. Dan anehnya, jimat ini sama persis dengan jimat-jimat yang tertempel di kediaman Officer Choi.
Ada hubungan apa, antara keluarga Choi dan tulangbelulang mayat yang ditemukan di hutan Miryang. Joo Whal yang mendengar kedatangan Eun Oh, langsung bergegas menemui Eun Oh. Ia engga ingin semuanya berjalan lebih buruk. Joo Whal datang untuk berkilah, setiap rumah memiliki jimatnya masing-masing. Mungkin saja secara kebetulan jimat yang ditemukan di hutan itu sama dengan jimat yang terdapat di kediaman Officer Choi.

Hal itu, engga lagi penting buat Eun Oh. Yang ingin Eun Oh ketahui adalah siapa pembuatan jimat-jimat ini. Joo Whal menggeleng, dan menutup-nutupi kebenaran yang ia ketahui. Joo Whal mengalihkan kebohongannya, bahwa jimat itu sudah ada sebelum Joo Whal lahir. jadi mana mungkin Joo Whal mengetahui siapa yang membuatnya.

Walaupun permasalahan belum terselesaikan, tapi Eun Oh melakukan semua ide yang diberikan oleh Arang. Sepulangnya dari kediaman Officer Choi, Eun Oh memberi instruksi kepada para hantu untuk segera masuk ke dalam kediaman Officer Choi. Tapi.. Seketika para hantu hendak menembus dinding, mereka terpental. Segel dengan mantra yang kuat engga membiarkan mereka bisa masuk ke kediaman Officer Choi.

Eun Oh dan Arang mengaitkan semuanya. Sebenarnya, tempat semacam apa kediaman Officer Choi tersebut hingga membuat para hantu engga bisa memasukinya. Dan penyangkal segel jimat seperti apa yang digunakan oleh keluarga mereka, hingga menyulitkan para hantu untuk melakukan tugas mereka.
Arang dan Eun Oh sama-sama mengingat bahwa ada dua tempat yang sama sekali engga berhantu. Satu, kediaman keluarga Officer Choi dan daerah kubangan tulang belulang di hutan Miryang. Semua itu berkaitan satu sama lain. Tapi benar merah seperti apa yang mengaitkan kedua tempat seperti itu?
Akhirnya Eun Oh dan Arang pergi menemui Bang Wool. Bertanya padanya mengenai jimat yang mereka temukan di hutan. Jimat apa ini dan apakah ada penangkal untuk dapat mematahkan mantra penolak hantu? Tanya Arang dan Eun Oh. Bang Wool membutuhkan banyak buku untuk dibaca, lebih tepatnya untuk dapat mencari jimat penangkal seperti apa yang tepat untuk kasus mereka kali ini. Bang Wool berjanji untuk membantu mereka, karena Arang sudah menyelamatkannya beberapa waktu lalu.


Eun Oh membiar Arang membaca buku harian milik Lee Seo Rim, buku harian yang ditulis oleh dirinya di masa lampau. Buku harian yang membuat Eun Oh mengetahui bahwa Lee Seo Rim adalah pusat permasalahan.
Arang, dengan ragu ia mulai membaca lembar demi lembar dari buku harian tersebut. Dan ingatannya kembali. Tulisan-tulisan tangan yang  terdapat di buku harian itu menuntunya kembali ke masa lalu, melihat kembali dirinya dalam cermin masa lalu. Lee Seo Rim, seorang gadis cantik yang memiliki hati lembut daan...

cinta pertama Lee Seo Rim adalah.........

Joo Whal.
Yep. Lee Seo Rim yang menutup dirinya dari lingkungan, ternyata membiarkan hatinya jatuh pada Joo Whal. Pandangan pertama milik Lee Seo Rim membuatnya benar-benar mengharapkan Joo Whal. Dan Lee Seo Rim sendiri yang meminta Ayahnya untuk melakukan pertunangan dengan Joo Whal. Lee Seo Rim juga lah yang membiarkan dirinya masuk ke dalam jurang permasalahan yang dalam. Bukan hanya melibatkan politik, tapi magic juga.



Arang menceritakan segalanya pada Eun Oh. Bahwa sedikit ingatannya sudah kembali. Ingatan mengenai diri Lee Seo Rim dan cinta pertamanya. Entah kenapa, sampai saat ini, Arang masih bisa merasakan debaran jantung yang sama saat ia pertama kali melihat Joo Whal.

Mendengar hal itu, Eun Oh tau bahwa lambat laun ia akan kehilangan Arang. Tapi, ia engga  ingin kehilangan kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya pada Arang. Saat itu juga, Eun Oh mencoba mengatakan mengenai perasaannya, tentang rasa sukanya. Tapi, Arang mengalihkan semuanya. Ia engga ingin berharap lebih mengenai hidupnya, engga ingin harapannya melambung tinggi, Arang mengalihkan pembicaraan hingga Eun Oh kembali terdiam.
Ini sudah menjadi kegiatan rutin untuk Dol Swi, mengunjungi Bang Wool dan menyediakan daging special untuk Bang Wool. Tapi, pagi itu, Dol Swi mendapatkan berita besar. Tanpa sengaja Bang Wool menceritakan mengenai siapa Arang sebenarnya. Ia mengatakan bahwa Arang adalah seorang hantu, mendengar hal itu, Dol Swi terkejut dan marah. Ia langsung berlari kencang untuk menemui Arang.


Dol Swi datang memarahi Arang, mempertanyakan status Arang sebagai manusia atau hantu. Pertanyaan itu benar-benar menyakitkan Arang, saat ini, detik ini, ia adalah manusia. Arang adalah manusia, engga ada yang menyangkalnya dan engga boleh ada yang menyangkalnya, karena nantinya status Arang sebagai manusia akan musnah dan berakhir, jadi kenapa ia harus mendapat pertanyaan seperti itu. Arang menunduk dalam, dan berlari menjauhi Dol Swi dan Eun Oh. Kali ini Eun Oh yang membentak Dol Swi, karena sikap buruknya tadi pada Arang.
Bulan purnama..
Di kamarnya, dalam tidur lelap, Arang engga menyadari bahwa sosok bayangan hitam tengah mendekatinya.

That's Joo Whal. Malam ini, ia membiarkan dirinya terkena kecaman Shaman tertinggi. Keputusan untuk engga membunuh Arang benar-benar mendorong Joo Whal pada kematian. Joo Whal memang benar-benar engga bisa melakukan hal itu, engga sanggup menancapkan pisau di jantung Arang. Ia malah menatap Arang dalam-dalam. Wajah polos Arang, benar-benar sudah membutakan Joo Whal.


Joo Whal menemui Shaman tertinggi. Ia mengatakan segalanya. Entah apa yang membuat hatinya enggan untuk membunuh Arang, Joo Whal pun enggan untuk menyebutnya sebagai benih-benih cinta yang tumbuh. Untuk memperjelas, Shaman tertinggi mengatakan bahwa, Joo Whal telah dirasuki oleh hal bodoh yang manusia lemah menanamainya sebagai cinta.
Cinta? Ini kali pertama Joo Whal merasakan hal itu. Rasa yang benar-benar membunuhnya dan mengakhiri hidupnya. Apa yang selanjutnya Shaman tertinggi lakukan pada Joo Whal? Apakah Joo Whal akan dibunuh oleh Shaman tertinggi..
Malam itu, keduanya untuk terlelap tidur.
Arang dan Eun Oh saling berpapasan. Melihat kedatangan Eun Oh, Arang mencoba menghindar. Tapi, Eun Oh menghentikan langkahnya.
Eun Oh : Arang, aku sama sekali tidak mengerti dengan perasaan yang aku rasakan. Tapi.. Kau sudah memperingatkanku untuk tidak menyukaimu. Aku...
Arang : Jangan mengatakan apapun..
Eun Oh : I am going to like you. Kau pernah mengatakan bahwa kau akan membiarkan semuanya berjalan apa adanya. Hal itu..
Arang : What use is that to us now?

Arang : Apa kau ingin benar-benar mengetahui apa yang aku rasakan saat ini? Aku.. Aku sama sekali tidak merasakan hal yang sama seperti yang kau rasakan. So, don't be like that.
Eun Oh : This is the last time, Arang..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar