Rabu, 22 Agustus 2012

Sinopsis Arang and The Magistrate Episode 2 part 1


 


Kuda yang membawa Eun Oh dan Arang melaju cepat, Eun Oh memacu kudanya dengan keras untuk dapat menghindar dari kejaran Moo Young. Melihat Eun Oh dan Arang yang semakin menjauh, Moo Young semakin berlari dengan sangat cepat.



Khawatir bila Moo Young dapat menyusul mereka, Arang mengambil kelopak-kelopak bunga putih peach dari saku bajunya. Ia menghamburkan kelopak-kelopak itu ke arah Moo Young yang berlari dibelakangnya.



Kelopak-kelopak bunga putih peach yang disebarkan oleh Arang menghentikan Moo Young, ia mencoba melindungi diri dari tebaran kelopak-kelopak itu tapi gagal. Kelopak bunga peach berhasil menggoreskan luka di sudut mata Moo Young. Moo Young menghentikan langkahnya dan membiarkan Eun Oh membawa Arang pergi.

Berhasil lari dari kejaran pengumpul arwah yang diutus dari neraka, Eun Oh membawa Arang ke pinggir danau. Ia harus memastikan mengenai jepit rambut yang digunakan oleh Arang. Jepit rambut yang persis sama dimiliki oleh ibunya.

Setelah menghentikan kudanya, Arang masih terkejut dengan hal yang baru saja terjadi. Kenapa tiba-tiba Eun Oh menolongnya dan betapa berharganya pertolongan Eun Oh tadi, kalau bukan karena Eun Oh, mungkin Arang sudah berada di dalam cengkraman tangan Moo Young. Semua pemikiran itu membuat Arang terdiam. Ia bahkan engga mendengar saat Eun Oh meneriakinya untuk turun dari kuda.

Eun Oh kesal karena Arang engga juga turun dari kuda, dengan paksa, Eun Oh menurunkan Arang dan dengan paksa pula, Eun Oh mencabut pin/jepit rambut yang tengah dipakai Arang. Eun Oh kembali berpikir, kenapa jepit rambut ibunya ada pada Arang.



Bukankah ini jepit rambut yang pernah Eun Oh berikan pada ibunya sebagai hadiah. Pasti ada sesuatu yang mengaitkan antara Arang dan Ibu Eun Oh. Tapi kaitan seperti apa? Pikir Eun Oh.


Eun Oh lalu menanyakan mengenai jepit rambut yang dipakai Arang tanpa memberitahu bahwa jepit itu adalah milik ibu Eun Oh. Arang merampas kembali jepit yang tengah dipegang Eun Oh, ada urusan apa Eun Oh tertarik sekali pada jepit rambutnya? Ini memang jepit rambut milik Arang, apapun dan bagaimanapun juga jepit ini adalah jepit milik Arang, tegas Arang seraya menguncir kembali rambut gimbal panjangnya. Arang memiliki jepit ini sebelum ia mati, itu berarti, Arang mendapatkan jepit itu dari ibu Eun Oh.

Kebaikan Eun Oh membuat Arang memiliki rasa hutang budi, ia mengucapkan terimakasih sebelum ia pergi meninggalkan Eun Oh.


Tapi saat itu juga, langkah Arang terhenti oleh panggilan dari Eun Oh. Eun Oh memiliki janji untuk membantunya dan Eun Oh akan melakukan hal itu. Ia akan membantu Arang, sesuai dengan kemampuan yang Eun Oh miliki. 

Mendengar hal itu, Arang tersenyum senang. Benarkah? Benarkah Eun Oh akan membantunya? Sebagai tanda perjanjian, Arang menjabat tangan Eun Oh dan Eun Oh memperbolehkannya Arang untuk menaiki kudanya sehingga mereka dapat kembali ke Miryang dengan bersama.
 
Di perjalanan Arang mengatakan bahwa sebenarnya Eun Oh adalah orang yang baik hati walaupun keras kepala dan angkuh, tapi Eun Oh memiliki sisi kebaikan yang engga orang lain tau. Arang mengatakan kepada Eun Oh, "Kalau kau belum mati, jangan berbicara kepada orang yang sudah mati sesukamu. Karena semua orang memiliki sisi keputus-asaan mereka masing-masing. Apakah kau tahu bagaimana frustasinya tidak mengetahui siapa dirimu dan bahkan tidak mengetahui nama. " ucap Arang. Eun Oh menjawab, "Lagi pula bukankah, pencari arwah itu memanggil mu Arang, Lagi pula, aku tidak akan memanggilmu dengan nama aslimu." Arang berpikir tidak masalah, karena mereka tidak akan mengenal satu sama lain cukup lama untuk menggunakan nama mereka masing-masing.


Moo Young kembali ke langit ke 7 untuk melaporkan mengenai kegagalannya dalam menangkap Arang. Ia memasuki taman langit untuk menemui Kaisar langit. Taman langit yang penuh dengan bidadari itu membuat Moo Young tertegun, dan beberapa bidadari yang ada di sana mengingatkannya pada adiknya. Tapi panggilan dari Kaisar langit menyadarkan dirinya kembali.
Kaisar langit bertanya apakah Moo Young masih merindukan adiknya, Moo Young terdiam. Kaisar langit mengingatkan bahwa setelah seseorang meninggalkan bumi maka hubungan keterikatan mereka satu sama akan terputus.

Kegagalan Moo Young saat mencoba menangkap Arang ditanggapi dengan penuh kebijaksanaan dari Kaisar langit. Kaisar langit mengerti mengenai permasalahan yang dihadapi Moo Young.Kaisar langit mengatakan bahwa bibit-bibit takdir sudah disebar dan tertanam, sekarang saatnya tinggal menunggu mereka yang menguncup untuk bermekaran.



Berbeda dengan Kaisar langit, hanya Raja Neraka yang memiliki perhitungan bahwa kegagalan Moo Young merupakan hal yang engga semestinya terjadi. Moo Young memilki jabatan tertinggi diantara jajaran malaikat pengumpul arwah dan sampai saat ini ia belum juga berhasil menangkap Arang.


Kaisar langit kembali berfilosofi, kali ini filosofinya ia kaitkan dengan bekunya bunga-bunga di taman langit. Ia menyentuh satu bunga hingga bunga itu membeku dan begitu pula dengan bunga-bunga lainnya, semua bunga di taman langit itu membeku dengan satu kali sentuhan dari Kaisar langit.


Kenapa? Karena bunga-bunga di taman langit itu tertanam dengan memiliki akar yang saling mengait. Semua hal memiliki banyak kaitan, hal yang berkaitan satu sama lain itulah yang akan mengembalikan Arang ke tempat dimana seharusnya ia berada.  "Takdir adalah seperti ini, mereka saling bercabang ke segala arah, berputar dari sisi satu ke sisi lain, tapi pada akhirnya mereka akan kembali ke titik yang telah ditentukan."


Dol Swi yang tengah menunggu hujan reda di bawah kanopi sebuah toko, terkejut saat melihat kedatangan Eun Oh. Eun Oh datang seraya memberikan jas hujan pada Dol Swi, what a polite master :) Keterkejutan Dol Swi bertambah saat Eun Oh memberitahunya bahwa ia akan kembali ke kantor pemerintahan. Entah ini keterkejutan Dol Swi yang keberapa kalinya, saat mendengar bahwa Eun Oh akan tetap mencalonkan diri sebagai hakim.
Eun Oh tersenyum dengan rencananya itu, sedangkan Dol Swi histeris. Semua ini pasti berkat hasutan dari para 3 ahjusshi yang bekerja di pemerintahan itu, pikir Dol Swi. Tanpa pikir panjang, Dol Swi menanggahkan jas hujannya, lalu ia berlari untuk segera menemui 3 ahjusshi (I will call them as TRIO, from now on)


Sedangkan di dalam kantor pemerintahan, trio ahjusshi tengah sibuk membuat mandat perihal poisisi kedudukan hakim yang juga belum terisi oleh siapapun. Mereka menuliskan pengumuman untuk raja dan membacakannya.

Dol Swi datang dan mencoba menghajar mereka, tapi Eun Oh melarangnya.


Sebelum datang menemui Officer Choi, trio ahjusshi itu berpikir bagaimana caranya untuk memanipulasi Eun Oh agar berada di sisi mereka sehingga posisi pemerintahan mereka dapat terjaga. Semua permasalahan yang terjadi di dalam pemerintahan harus dilaporkan terlebih dulu kepada Officer Choi. Bangsawan ini melindungi hartanya dengan engga mengindahkan peraturan-peraturan pemerintahan dan selalu mencoba untuk mengatasi masalah pemerintahan dengan caranya sendiri, sehingga ia dapat mengambil keuntungan lebih dengan memeras pajak dari masyarakat.

Adanya hakim yang bukan dari utusannya akan membawa malapetaka bagi Officer Choi. Semua korupsi yang telah ia lakukan akan dengan mudah dikuak dan hal itu adalah hal yang paling ditakuti. Ketakutan yang sama yang tengah dirasakan oleh salah satu ahjusshi trio yang tengah melaporkan mengenai kedudukan hakim di wilayah Miryang.
Ahjusshi itu juga melaporkan mengenai Eun Oh yang baru-baru ini berhasil menduduki kursi hakim setelah melalui proses pe-eksekusi-an. He. Dari beberapa hakim yang telah ada, hanya Eun Oh yang bisa bertahan. Dan anehnya, hal pertama yang dilakukan Eun Oh saat berada di kamar yang telah disediakan oleh pihak pemerintahan kerajaan adalah menggambar wajah seorang wanita.Wajah seorang wanita? Siapa wanita itu? Pikir Officer Choi. Ahjusshi yang sama sekali engga mengetahui perihal hal itu, mendapat amarah dari Officer Choi. Officer Choi melemparkan benda ke arah ahjusshi. Poor ahjusshi.

Well, Eun Oh berusaha untuk membuat potret dari wajah Arang. Dengan serius dan kemampuan melukis yang amat sangat minim, Eun Oh menggambar wajah Arang di secarik kertas.


Arang penasaran dengan bagaimana wujud rupanya, ia beberapa kali mengintip hasil gambar Eun Oh. Malangnya. Taraaa... Eun Oh menunjukkan hasil potret super kreatif dari tangannya.


Melihat hasil gambar Eun Oh, Arang terkejut. Apa ia benar-benar sejelek itu? Pikir Arang. "Apa aku memang terlihat seperti itu?"tanya Arang. Eun Oh mendecak, tentu saja bukan, Arang cantik dan engga sejelek seperti yang digambarkan oleh Eun Oh. Haha.


Kali ini, Eun Oh menyuruh seseorang untuk menggambarkan wajah Arang. Pelukis itu melukis sesuai dengan pendeskripsian yang Eun Oh berikan pada wajah Arang. Ha. Dan hasilnya, potret itu membuat Arang mengira-ngira mengenai bentuk wujud rupanya, benarkah sesuai dengan hasil gambar ini.

Alasan Eun Oh membuat potret wajah Arang adalah agar penyelidikan mengenai identitas Arang dapat dilakukan dengan mudah dan mungkin saja, Eun Oh mendapatkan semacam "isyarat" yang dapat membantunya. 


Karena kesal engga juga menemukan clue yang bisa membantu, Eun Oh merobek potret Arang dan bertanya serius kepadanya, mengenai siapa sebenarnya nama Arang, bagaimana ia bisa mati. Bagaimana Arang bisa mengetahui hal itu, ia saja sama sekali engga mengetahui bagaimana rupa dirinya sendiri. He. Mungkin Arang mengingat sesuatu, sesuatu yang dapat mengarahkan Eun Oh untuk menguak jati dirinya, tanya Eun Oh.

Mengingat.. Sesuatu.. Sesuatu.. Ah, Arang hanya ingat dua hal. Pertama, ia telah menjelajahi Miryang tanpa arah dan tujuan selama kurun waktu 3 tahun. Jawaban Arang ini malah membuat Eun Oh bertambah frustasi. He. Apalagi yang Arang ingat.


Yang kedua, Arang mengingat.. Ah, ia. Ia mengingat rasa sakit dibagian ulu hatinya, apa jangan-jangan Arang mati terbunuh karena ditusuk pisau dibagian perutnya? Arang mengira-ngira kematiannya sendiri.

Mendengar hal itu, Eun Oh terkejut. Mungkin saja, Arang mati dibunuh dengan tusukan pisau di perutnya. Mungkin mencari daftar riwayat pembunuhan yang terjadi selama 3 tahun sebelumnya di Miryang melalui buku dokumentasi kematian yang ada, mungkin dapat menjadi alternatif yang terbaik, pikir Eun Oh.

Alhasil, Eun Oh menyuruh trio Ahjusshi untuk membawakan dokumentasi kematian penduduk yang belum terpecahkan, karena pembunuhan yang terjadi dalam kurun waktu 3 tahun silam. Dengan penuh tanda tanya, trio Ahjusshi itu menyerahkan setumpuk buku-buku dokumentasi seperti yang diminta oleh Eun Oh. Mereka menjelaskan secara detail mengenai hal tersebut.


Dengan banyak pertanyaan di otaknya, Eun Oh mulai membolak-balik buku dokumentasi itu. Mencari dan membaca setiap kejadian pembunuhan selembar demi selembar. Tapi.. Nothing. Eun Oh engga menemukan apapun, yang ia temukan hanya reka kejadian kematian yang engga ada kaitannya dengan kematian Arang. "Kenapa mereka senang sekali membunuh orang.." pikir Eun Oh.

Eun Oh yang putus asa mulai kesal dengan dirinya, terlebih pada Arang. Arang mengira, kalau kematian pembunuhan dirinya engga ada di buku dokumentasi itu, ada kemungkinan jasad Arang masih belum diketemukan. Eun Oh mengejek Arang dan mengatakan bahwa mungkin jasad Arang sudah membusuk sendirian di suatu tempat antah berantah. Arang yang mendengar hal itu kesal. Keduanya yang sama-sama dalam keadaan kesal dan jengkel, saling berpisah untuk menenangkan diri.

Arang menenangkan diri di jembatan seraya mengomel mengenai betapa keras kepala dan bodohnya Eun Oh. Arang berpikir kalau Eun Oh memang benar-benar engga bisa diandalkan.


Eun Oh yang juga kesal mencoba untuk melihat-lihat lingkungan sekelilingnya. Kantor pemerintahan itu sepi, beberapa rumah juga sudah menutup pintunya karena terlelap tidur. Malam itu seraya berjalan menyusuri gang-gang, Eun Oh berpikir mengenai ibunya dan Arang. Bagaimana keduanya bisa saling berkaitan? Kenapa Arang bisa memiliki jepit rambut milik ibunya? Tapi sayangnya, entah bagaimanapun cabang pemikiran Eun Oh, hanya membuatnya bertambah bingung dan penasaran.

Rasa penasaran yang Eun Oh rasakan semakin menjadi, ketika melihat sebuah ruangan yang pintu gerbangnya terkunci rapat namun ruangan tersebut masih diterangi oleh cahaya. Eun Oh penasaran, dari sekian banyak ruangan gelap di kantor pemerintahan itu, tapi mengapa hanya ruangan itu saja yang masih diterangi oleh cahaya.


Eun Oh mencoba masuk ke ruangan itu dengan meloncati gerbang. Benar saja, ruangan itu engga terkunci.



Eun Oh masuk ke dalam ruangan, dan betapa terkejutnya ia sangat mengetahui bahwa ruangan itu masih tertata sangat rapi. Beberapa jepit rambut dan perhiasaan yang tertata di dalam ruangan membuat Eun Oh menyadari kalau ruangan itu adalah ruangan milik seorang wanita.

Tapi, desis-an suara gaib di dalam ruangan itu, membuat Eun Oh tetap berada di dalam ruangan. Ia kembali mengobserv setiap barang yang ada. Ia menemukan sebuah rajutan bunga dan sebuah kotak.. Penasaran dengan isi kotak itu, Eun Oh mencoba untuk membukanya.


Belum sempat ia membuka kotak, seorang pelayan wanita menegurnya dari arah luar. Eun Oh mencoba bersikap sewajarnya, ia keluar dari ruangan dan menghampiri pelayan wanita tersebut. Saat ditanya siapa sebenarnya Eun Oh, dengan bangganya Eun Oh memperkenalkan diri sebagai hakim yang baru menjabat beberapa hari ini.

Pelayan wanita itu mengerti, dan saat ditanya ruangan yang baru saja dimasuki oleh Eun Oh itu milik siapa, pelayan wanita itu menjawab bahwa ruangan itu adalah ruangan bekas anak dari hakim yang telah menjabat beberapa tahun silam. Ruangan itu sengaja dibiarkan begitu saja sama seperti saat putri dari hakim itu menghilang.

Dimana sekarang keberadaan anak dari hakim tersebut? Tanya Arang. Pelayan wanita itu menceritakan bahwa putri dari hakim tersebut tiba-tiba menghilang dan engga diketemukan oleh siapapun. Selama 3 tahun terakhir ini, putri hakim yang bernama Lee Seolin itu menghilang tanpa jejak.

Mendengar hal itu, Eun Oh terbelalak. Ia mendapat clue, lebih dari sekedar clue. Gadis yang merupakan anak dari seorang hakim, gadis yang telah menghilang tanpa jejak selama kurun waktu 3 tahun. Cerita itu sama persis dengan Arang. 
Bersambung Sinopsis Arang and The Magistrate Episode 2 part 2..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar