Jumat, 10 Mei 2013

Sinopsis Gu Family Book Episode 10 Part 1


Mata Kang Chi melebar merasakan apa yang dipegangnya. Ia memandang ke tempat tangannya berada,  otaknya seperti memproses informasi dari tangan itu. Ia berkedip dan memandang Yeo Wool.  Yeo Wool pun juga terbelalak.


Canggung… bingung..
Saat itu juga mereka sadar, dan langsung melepaskan diri, saling menjauh. Tapi tangan Kang Chi masih dalam posisi yang sama, dan Kang Chi memandang tangannya itu dengan aneh. Ia melirik pada Yeo Wool, yang juga meliriknya. Saat pandangan itu bertemu, mereka pun saling buang muka.
Ha.. tapi tangan Kang Chi masih belum bergerak.
Namun kecanggungan mereka berakhir karena mendengar Pengawal Seo (Ha.. akhirnya ketahuan namanya kepala pengawal itu, Seo Beo Gu) menyuruh Gon untuk menyingkir. Gon tak dapat menolak karena takut samarannya ketahuan. Ia pun berdiri di samping tukang kayu itu dan mulai waspada.
Para pengawal lain mulai berdatangan, dan mereka mencoba memindahkan lukisan itu. Tapi lukisan itu tetap tak bergerak. Pengawal Seo melihat ada kenop di bawah lukisan, dan menariknya.
Voila.. lukisan itu sekarang dengan mudah ia geser dan tampak satu dinding lagi di balik lukisan itu. Pengawal Seo terbelalak seperti anak kecil menemukan kotak permen rahasia yang disimpan ibunya.
Kang Chi dan Yeo Wool menguping dari balik dinding, mengira-ngira apa yang akan dilakukan Pengawal Seo berikutnya. Saat mereka merasakan dorongan dari luar, mereka pun menahan pintu itu agar tidak bergeser.  Semakin pengawal Seo mendorong, semakin kuat mereka mendorong balik, hingga pintu itu tak bisa bergerak.
Pengawal Seo pun menyerah namun tetap berkesimpulan kalau dinding itu mencurigakan. Ia memerintahkan anak buahnya untuk berjaga di sini sampai Jo Gwan Woong kembali dan melihatnya. Dan pada si tukang kayu, ia menyuruh untuk menghentikan renovasi ruangan itu hingga ia memerintahkan hal lain.
Tukang kayu dan Gon tak dapat berbuat apa-apa melihat ada dua pengawal berdiri menjaga dinding itu.
Di dalam Kang Chi dan Yeo Wool menghela nafas lega karena sementara masalah mereka sudah terselesaikan.
Namun hal itu malah menimbulkan ingatan pada masalah sebelumnya. Kang Chi melirik Yeo Wool yang pura-pura acuh dan malah melihat ke arah lain. Kang Chi pun melihat tangan kanannya dan memukul tangan itu.
LOL.
Dam Pyung Joon dan Tae Soo mendapat laporan tentang terperangkapnya Kang Chi dan Yeo Wool di ruang rahasia. Ia pun segera bergerak cepat. Ia pun menulis surat dan menyuruh orang untuk mengantarkannya.
Tae Soo hanya diam  mendengarkan perkembangan ini, dan wajahnya menampakan kecemasan.
Sementara itu Jo Gwan Woon masih menikmati musik dengan memandangi Chung Jo yang duduk di hadapannya dengan membuang muka. Wol Sun menawari Jo Gwan Woong untuk berjalan-jalan menikmati pemandangan. Tapi Jo Gwan Woong tetap diam dan terus memandangi Chung Jo, tak mempedulikan Wol Sun yang merajuk karena tak dipedulikannya. 
Ia malah menyuruh Chung Jo untuk mendekat ke arahnya. Chung Jo tak mendekat malah mengancam untuk bunuh diri dengan menggigit lidahnya saat ini juga. 
Wol Sun mencoba menyela ucapan Chung Jo yang ia anggap tak sopan, tapi Chung Jo tetap meneruskan, “Walaupun aku sudah dijual sebagai gisaeng Negara dan hidup menyedihkan setiap hari, aku tak mau menjadi mainan untuk musuhku. Seharipun aku menolak untuk hidup seperti itu.”
Mendengar ucapan itu, Jo Gwan Woong malah semakin tertarik, “Gayamu, ucapanmu. Bagaimana mungkin kau bisa sangat mirip dengan gadis itu?”
Untunglah Soo Ryun datang menyela dan memberitahu kalau muridnya kembali tersesat  saat pelajaran berlangsung. Jo Gwan Woong menjawab kalau calon gisaeng itu tak tersesat karena ia memintanya untuk datang kemari. Dan Jo Gwan Woong berniat untuk bersenang-senang dengannya selama renovasi kamarnya.
Soo Ryun beralasan kalau Chung Jo belum lulus menjadi gisaeng. 
Tapi Jo Gwan Woong mengingatkan kalau ia memang setuju tak akan menyentuh Chung Jo sebelum ia resmi menjadi gisaeng, tapi.. sebagai gantinya, biarkanlah ia menikmati sedikit walau hanya dengan matanya.
Eww…
Di ruangan Soo Ryun, Chung Jo menolaknya. Lebih baik ia mati daripada berada di ruangan yang sama dengan pembunuh ayahnya satu menit saja dan menjadi mainannya. Soo Ryun meminta Chung Jo untuk bersabar dan  tetap bertahan.
Chung Jo pun bertanya apa yang akan ia dapatkan dengan ia bertahan dari aib dan hinaan ini? Soo Ryun pun menjawab, “Kesempatan untuk membalas dendam atas semua penghinaan dan aib yang selama ini kau rasakan.Tetaplah hidup agar kau bisa mendapatkan kesempatan itu. Apakah kau mengerti.”
Chung Jo mengerti tapi tak bisa menerimanya. Ia menangis dan berkata kalau ia akan membenci Soo Ryun selamanya karena hal ini. Tapi Soo Ryun mengatakan jika kebencian itu bisa membuat Chung Jo untuk terus hidup, maka ia bersedia menerima kebencian itu.
Soo Ryun meminta kepala pelayan untuk membawa Chung Jo kembali, tapi Chung Jo memberontak dan berlari pergi. Kepala pelayan tak mengejarnya dan malah berkata kalau saat ini Chung Jo pasti merasa sangat takut.
Salah satu pengawal Soo Ryun, Jang Seh,  datang dengan membawa kiriman surat. Mendadak wajah Soo Ryun sangat serius dan menyuruh kepala pelayan untuk mempersiapkan minuman Myoanjoo  dan memasukkan satu gelas Moanjoo ke dalam minuman Jo Gwan Woong setiap hari.
Kepala pelayan heran atas intsruksi yang tiba-tiba (dan sepertinya Myoanjoo adalah minuman yang sangat spesial). Soo Ryun menunjukkan sampul surat itu yang bertanda panah, tanda milik Dam Pyung Joon, “Apapun yang terjadi, selama 4 hari kita harus menjaga agar dia tetap berada di dalam rumah ini.”
Dan minuman pun disajikan. Jo Gwan Woong sangat menyukainya bahkan minta tambah. Chung Jo pun juga ada di depannya. Jo Gwan Woong pun memandanginya dengan leluasa. Tarian pun terus ditampilkan. Jo Gwan Woong sangat puas.
Namun tidak dengan pengawal Seo. Ia datang untuk mengabarkan berita tentang kamar rahasia itu. Tapi sepertinya para gisaeng pun sudah diinstruksikan hal yang sama, karena Wol Sun menyuruh gisaeng lain untuk menolak pengawal Seo untuk bertemu dengan alasan tuannya sedang bersenang-senang dan tak ada rencana untuk pergi.
Untuk sementara Yeo Wool dan Kang Chi aman di tempat rahasia, walau mereka terjebak di dalamnya. Dan duduk berjauhan. Jauhhh… sekali. Dan canggung sekali. Kang Chi bertanya apakah Yeo Wool masih bisa bertahan? Yeo Wool hanya menjawab pendek dengan, “Hmm.. bisa.”
Dan rasanya kalau ada jangkrik di sini, bunyinya lebih ramai, deh. Krik.. krik.. krik..
Tak tahan diam-diaman seperti itu, mereka pun bersuara. Bersamaan. Ha. Sama-sama bingung, mereka pun diam kembali. Krik.. krik.. krik..
Karena tak tahan, Kang Chi pun mengalihkan perhatiannya dengan perak-perak yang ada di ruangan itu. Berapa banyak, ya? Ia mulai menghitung: satu.. dua.. tiga.. Ha. Sepertinya Kang Chi tuh senang sekali berhitung, ya? Yeo Wool pun menjawab 5000 nyang, dan bisa dipakai untuk membuat 10 sampai 12 kapal.
Kang Chi segera menyadari kalau Yeo Wool semakin pucat dan ia pun melepaskan baju luarnya untuk disampirkan ke badan Yeo Wool. Tak sengaja ia menyentuh tangan Yeo Wool yang terinfeksi, membuat Yeo Wool mengernyit kesakitan. Walau Yeo Wool berkata bukan apa-apa, Kang Chi tak percaya dan membuka lengan baju Yeo Wool.
Dan nampak kalau luka itu sudah bernanah, Kang Chi bertanya bagaimana Yeo Wool bisa terluka seperti ini? Yeo Wool masih tak mau menjawab. Tapi Kang Chi teringat kalau ialah yang menimbulkan luka itu di malam saat ia menjadi buas dan hampir mencekik leher Yeo Wool.
Kang Chi memutuskan untuk keluar dari ruangan ini bagaimanapun caranya. Tapi Yeo Wool tak menyetujuinya, karena jika mereka bertindak gegabah, 5000 nyang ini akan melayang. Kang Chi tak mengerti, mengapa uang ini menjadi prioritas utama mereka, sementara ada nyawa yang sedang dipertaruhkan.
Yeo Wool mengatakan karena uang ini bukan hanya sekedar 5000 nyang, “Jika kita melakukan kesalahan, Angkatan Laut Joseon akan kehilangan 12 kapal. Jika semua ini karena kesalahanku, aku tak akan dapat hidup tenang seumur hidupku. Karena itu, kita tunggu di sini dengan diam-diam. Ya?”
Sudah malam dan Pengawal Seo sudah tak sabar melihat tuannya tak selesai dalam menghibur diri. Ia pun berencana masuk ke dalam. Jang Seh melihat  hal ini.
Jo Gwan Woong suddah mulai mabuk dan kali ini mendekati Chung Jo dan mengagumi wajah Chung Jo, “Benar-benar cantik.,” Jo Gwan Woong mengelus pipi Chung Jo yang tetap membuang muka, jijik. “Apakah kau tahu, aku tak pernah melupakanmu. Bahkan satu jam pun aku tak pernah melupakanmu, Seo Hwa.”
Chung Jo kaget mendengar nama asing yang disebutkan Jo Gwan Woong dan ia pun menoleh. Jo Gwan Woong pun bergerak mendekati wajah Chung Jo.
Ugghh.. somebody, do something!
Wajah Jo Gwan Woong sudah hampir menyentuh Chung Jo. Chung Jo yang tak tahan, akhirnya memalingkan mukanya dengan jijik dan ketakutan. Melihat hal ini, Wol Sun pun turun tangan dan membujuk Jo Gwan Woong untuk segera beristiratah karena telah minum banyak.
Tapi Jo Gwan Woong malah menyendarkan kepalanya di pangkuan Chung Jo dan berkata kalau ia suka di sini dan ingin tiduran di sini. Ughh.. Dan di saat yang bersamaan muncul Pengawal Seo yang sudah tak sabar.
Terlambat. Jo Gwan Woong sudah tertidur karena mabuk. Ia malah bergulir menyamping, lebih mendekat pada Chung Jo yang bergidik semakin ketakutan. Untungnya Soo Ryun muncul dan menyuruh orang-orangnya untuk membawa Jo Gwan Woong kembali ke kamarnya.
Soo Ryun pun menghalangi Pengawal Seo yang ingin mengikuti tuannya. Ia juga menyuruh seluruh gisaeng untuk beristirahat, termasuk Chung Jo. Masih shock akan kejadian terakhir itu, Chung Jo meninggalkan tempat itu. Soo Ryun hanya dapat memandang simpati pada gadis itu.
Sendiri di kegelapan, Chung Jo berjalan gontai tanpa nyawa. Namun kelopak bunga sakura yang jatuh perlahan di depannya, membuat ia teringat kembali. Teringat kembali pada Kang Chi. Teringat pada saat ia mencium Kang Chi di bawah pohon sakura di rumah mereka.
Chung Jo tak kuasa menahan tangisnya. Apakah Kang Chi masih mengingatnya? Masih teringat betapa jijik perasaannya saat didekati Jo Gwan Woong. Walau ia memutuskan untuk tinggal di Chunhwagwan, tapi ia tetap sangat merindukan Kang Chi. Ia berharap Kang Chi masih tetap mengingatnya. Ia tak pernah melupakan Kang Chi, tak sekalipun lupa. Karena ia mencintai Kang Chi.
Note: perasaan Chung Jo ini saya ambil dari lagu Don’t Forget Me yang muncul pertama kali di adegan ini.
Di aula, Tae Soo bangkit dari meditasinya dan mengambil pedang. Sepertinya ia memutuskan untuk melakukan sesuatu.
Sementara itu Kang Chi  mulai merasakan kondisi Yeo Wool semakin memburuk. Ia memanggil gadis itu dengan ‘Dam gun’, tapi Yeo Wool menjawab, “Yeo Wool, namaku Yeo Wool.” Kang Chi terkejut karena nama itu terngiang di telinganya, namun dengan suara anak-anak.
Yeo Wool tak dapat bertahan lebih lama, dan iapun pingsan. Untung Kang Chi sempat menangkapnya.
Nama itu mengembalikan kenangan Kang Chi akan seorang gadis kecil yang ia selamatkan dan menakut-nakutinya dengan laba-laba besar. Dan ia juga teringat saat Dam Gun menakut-nakutinya dengan laba-laba yang tak nyata. Ia sekarang teringat semuanya. Bahkan saat rambut Yeo Wool terurai saat menyelamatkan dirinya di malam ia ditangkap oleh Han No.
Tak sengaja rambut Yeo Wool terurai, namun Kang Chi lebih panik karena merasakan kalau demam Yeo Wool semakin naik. Ia harus segera melakukan sesuatu.
Guru Dam akhirnya mengetahui kalau Tae Soo menghilang. Ternyata Tae Soo pergi ke Penginapan Seratus Tahun dengan membawa pedang. Di dalam ia bertemu dengan Hong Man (dulu saya sebut Oh Man) yang terkejut melihat kedatangannya.
Tapi Tae Soo tak mengindahkan keterkejutan Hong Man, malah menyuruhnya untuk menemui seseorang yang bernama Gon dan menyampaikan pesan untuk menjemput orang yang terjebak di dalam sementara ia mengalihkan perhatian.
Hong Man pun segera berlari pergi sementara para pengawal Jo Gwan Woong datang dan mengepung Tae Soo. Mereka pun menyerang Tae Soo dan.. whoa.. Tae Soo ternyata bisa bela diri?
Gon mendengar suara perkelahian, begitupun dengan para pengawal yang menjaga ruang rahasia. Hong Man datang dan memberitahu mereka kalau Tae Soo datang. Para pengawal pun langsung keluar meninggalkan ruangan Tuan Park.
Hong Man segera memberitahu Gon yang bersembunyi di balik ruangan dan memberitahu pesan tuannya kepada Gon. Gon segera masuk ke ruang rahasia dan marah melihat Yeo Wool yang pingsan di pelukan Kang Chi.
Hmm.. entah marah karena Yeo Wool pingsan atau marah karena pelukan Kang Chi.
Gon pun segera membawa Yeo Wool pergi meninggalkan Kang Chi yang masih duduk di ruang rahasia. Kang Chi tak mengikuti Gon, tetap terpaku dan melihat tangannya.
Bukaann.. bukan tangan yang tadi memegang, tapi tangan satunya lagi yang telapaknya sekarang terdapat bekas sayatan.
Hong Man yang penasaran dengan ruang rahasia itu, pelan-pelan membukanya…
.. hanya untuk berteriak kaget, mengagetkan orang di balik pintu itu yang juga ikut berteriak. LOL. Dua anak kecil ini..
Hong Man terjatuh kaget. Namun kekagetannya berganti dengan keheranan karena Kang Chi berkata kalau ia membutuhkan bantuannya.
Di tengah pertempuran Tae Soo, ia diam-diam menarik tirai besar yang menutupi bangunan kamar Tuan Park, dan men-sstt temannya, menyuruh mereka diam.
Sementara Tae Soo masih bertempur dengan para pengawal Jo Gwan Woong, Gon menaruh Yeo Wool dalam sebuah gerobak dan menyuruh orang untuk membawanya kembali ke sekolah.
Dan ia pun kembali untuk membantu Tae Soo. Tapi Tae Soo meminta Gon untuk segera kembali karena jika identitas Tae Soo ketahuan, akan membahayakan sekolah Guru Dam juga. Lagipula ia masih memiliki urusan yang belum selesai dengan mereka.
Gon pun mengerti dan menuruti perintah Tae Soo.
Rupanya urusan yang belum selesai itu berkaitan dengan pengawal Seo. Tapi saat pengawal Seo kembali, kepalanya langsung berdenging kesakitan. Ia masih ingat ucapan Guru Dam yang mengatakan kalau hanya ada dua cara untuk melepas pengaruh hipnotis itu, yaitu orang yang menghipnotis harus mau melepaskannya atau membunuh orang yang menghipnotis itu.
Tae Soo segera menyadari kalau pengawal Seo-lah yang menghipnotis dirinya. Pengawal Seo heran apakah kedatangan Tae Soo karena ia penasaran tentang hipnotis itu? Tentu saja tidak, karena Tae Soo berniat untuk membunuhnya. Ia pun langsung berlari menyerang.
Pengawal yang tersisa maju untuk menghadang. Tapi pengawal Seo hanya tersenyum diam, seakan tak takut akan serangan Tae Soo.
Dan pedang Tae Soo sudah hampir mengiris leher pengawal Seo. Tapi nyaris, karena pedang itu tak sanggup menyentuh tubuh pengawal Seo, seakan ada tameng yang tak kasat mata yang melindungi tubuh pengawal Seo. Pengawal Seo berkata kalau Tae Soo tak akan sanggup membunuhnya, bahkan ia juga bisa menyuruh tangan Tae Soo untuk menurunkan pedangnya.
Tae Soo tak percaya melihat tangannya tak mengikuti perintah otaknya. Bahkan saat pengawal Seo menyuruhnya untuk mengatakan maksud kedatangan Tae Soo yang sebenarnya, Tae Soo menatap horror pada tangannya yang terangkat sendiri dan mengarahkan telunjuknya pada ruangan almarhum ayahnya.
Pengawal Seo segera masuk ke dalam ruang yang direnovasi itu. Ia mengambil palu dan segera menghancurkan tembok itu. Betapa kagetnya dia melihat ruang kosong di dalamnya.
Ia segera masuk dan melihat kotak bertumpuk-tumpuk di setiap penjuru ruangan. Ia membuka salah satu kotak itu dan matanya berbinar-binar saat melihat kilauan perak terjajar rapi di dalamnya. 
Sementara itu Tae Soo terduduk lemas tak berdaya disandera oleh pengawal Jo Gwan Woong. Ia meneteskan air mata, tak berdaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar