Mata Kang Chi melebar merasakan
apa yang dipegangnya. Ia memandang ke tempat tangannya berada, otaknya seperti memproses informasi dari
tangan itu. Ia berkedip dan memandang Yeo Wool.
Yeo Wool pun juga terbelalak.
Canggung… bingung..
Saat itu juga mereka sadar, dan
langsung melepaskan diri, saling menjauh. Tapi tangan Kang Chi masih dalam
posisi yang sama, dan Kang Chi memandang tangannya itu dengan aneh. Ia melirik
pada Yeo Wool, yang juga meliriknya. Saat pandangan itu bertemu, mereka pun
saling buang muka.
Ha.. tapi tangan Kang Chi masih
belum bergerak.
Namun kecanggungan mereka
berakhir karena mendengar Pengawal Seo (Ha.. akhirnya ketahuan namanya kepala
pengawal itu, Seo Beo Gu) menyuruh Gon untuk menyingkir. Gon tak dapat menolak
karena takut samarannya ketahuan. Ia pun berdiri di samping tukang kayu itu dan
mulai waspada.
Para pengawal lain mulai
berdatangan, dan mereka mencoba memindahkan lukisan itu. Tapi lukisan itu tetap
tak bergerak. Pengawal Seo melihat ada kenop di bawah lukisan, dan menariknya.
Voila.. lukisan itu sekarang
dengan mudah ia geser dan tampak satu dinding lagi di balik lukisan itu.
Pengawal Seo terbelalak seperti anak kecil menemukan kotak permen rahasia yang
disimpan ibunya.
Kang Chi dan Yeo Wool menguping
dari balik dinding, mengira-ngira apa yang akan dilakukan Pengawal Seo
berikutnya. Saat mereka merasakan dorongan dari luar, mereka pun menahan pintu
itu agar tidak bergeser. Semakin
pengawal Seo mendorong, semakin kuat mereka mendorong balik, hingga pintu itu
tak bisa bergerak.
Pengawal Seo pun menyerah namun
tetap berkesimpulan kalau dinding itu mencurigakan. Ia memerintahkan anak
buahnya untuk berjaga di sini sampai Jo Gwan Woong kembali dan melihatnya. Dan
pada si tukang kayu, ia menyuruh untuk menghentikan renovasi ruangan itu hingga
ia memerintahkan hal lain.
Tukang kayu dan Gon tak dapat
berbuat apa-apa melihat ada dua pengawal berdiri menjaga dinding itu.
Di dalam Kang Chi dan Yeo Wool
menghela nafas lega karena sementara masalah mereka sudah terselesaikan.
Namun hal itu malah menimbulkan
ingatan pada masalah sebelumnya. Kang Chi melirik Yeo Wool yang pura-pura acuh
dan malah melihat ke arah lain. Kang Chi pun melihat tangan kanannya dan
memukul tangan itu.
LOL.
Dam Pyung Joon dan Tae Soo
mendapat laporan tentang terperangkapnya Kang Chi dan Yeo Wool di ruang
rahasia. Ia pun segera bergerak cepat. Ia pun menulis surat dan menyuruh orang
untuk mengantarkannya.
Tae Soo hanya diam mendengarkan perkembangan ini, dan wajahnya
menampakan kecemasan.
Sementara itu Jo Gwan Woon masih
menikmati musik dengan memandangi Chung Jo yang duduk di hadapannya dengan
membuang muka. Wol Sun menawari Jo Gwan Woong untuk berjalan-jalan menikmati
pemandangan. Tapi Jo Gwan Woong tetap diam dan terus memandangi Chung Jo, tak
mempedulikan Wol Sun yang merajuk karena tak dipedulikannya.
Ia malah menyuruh Chung Jo untuk
mendekat ke arahnya. Chung Jo tak mendekat malah mengancam untuk bunuh diri
dengan menggigit lidahnya saat ini juga.
Wol Sun mencoba menyela ucapan Chung
Jo yang ia anggap tak sopan, tapi Chung Jo tetap meneruskan, “Walaupun aku
sudah dijual sebagai gisaeng Negara dan hidup menyedihkan setiap hari, aku tak
mau menjadi mainan untuk musuhku. Seharipun aku menolak untuk hidup seperti
itu.”
Mendengar ucapan itu, Jo Gwan
Woong malah semakin tertarik, “Gayamu, ucapanmu. Bagaimana mungkin kau bisa
sangat mirip dengan gadis itu?”
Untunglah Soo Ryun datang menyela
dan memberitahu kalau muridnya kembali tersesat saat pelajaran berlangsung. Jo Gwan Woong
menjawab kalau calon gisaeng itu tak tersesat karena ia memintanya untuk datang
kemari. Dan Jo Gwan Woong berniat untuk bersenang-senang dengannya selama
renovasi kamarnya.
Soo Ryun beralasan kalau Chung Jo
belum lulus menjadi gisaeng.
Tapi Jo Gwan Woong mengingatkan kalau ia memang
setuju tak akan menyentuh Chung Jo sebelum ia resmi menjadi gisaeng, tapi..
sebagai gantinya, biarkanlah ia menikmati sedikit walau hanya dengan matanya.
Eww…
Di ruangan Soo Ryun, Chung Jo
menolaknya. Lebih baik ia mati daripada berada di ruangan yang sama dengan
pembunuh ayahnya satu menit saja dan menjadi mainannya. Soo Ryun meminta Chung
Jo untuk bersabar dan tetap bertahan.
Chung Jo pun bertanya apa yang
akan ia dapatkan dengan ia bertahan dari aib dan hinaan ini? Soo Ryun pun
menjawab, “Kesempatan untuk membalas dendam atas semua penghinaan dan aib yang
selama ini kau rasakan.Tetaplah hidup agar kau bisa mendapatkan kesempatan itu.
Apakah kau mengerti.”
Chung Jo mengerti tapi tak bisa
menerimanya. Ia menangis dan berkata kalau ia akan membenci Soo Ryun selamanya
karena hal ini. Tapi Soo Ryun mengatakan jika kebencian itu bisa membuat Chung
Jo untuk terus hidup, maka ia bersedia menerima kebencian itu.
Soo Ryun meminta kepala pelayan
untuk membawa Chung Jo kembali, tapi Chung Jo memberontak dan berlari pergi.
Kepala pelayan tak mengejarnya dan malah berkata kalau saat ini Chung Jo pasti
merasa sangat takut.
Salah satu pengawal Soo Ryun,
Jang Seh, datang dengan membawa kiriman
surat. Mendadak wajah Soo Ryun sangat serius dan menyuruh kepala pelayan untuk
mempersiapkan minuman Myoanjoo dan
memasukkan satu gelas Moanjoo ke dalam minuman Jo Gwan Woong setiap hari.
Kepala pelayan heran atas intsruksi
yang tiba-tiba (dan sepertinya Myoanjoo adalah minuman yang sangat spesial). Soo
Ryun menunjukkan sampul surat itu yang bertanda panah, tanda milik Dam Pyung
Joon, “Apapun yang terjadi, selama 4 hari kita harus menjaga agar dia tetap
berada di dalam rumah ini.”
Dan minuman pun disajikan. Jo
Gwan Woong sangat menyukainya bahkan minta tambah. Chung Jo pun juga ada di
depannya. Jo Gwan Woong pun memandanginya dengan leluasa. Tarian pun terus
ditampilkan. Jo Gwan Woong sangat puas.
Namun tidak dengan pengawal Seo.
Ia datang untuk mengabarkan berita tentang kamar rahasia itu. Tapi sepertinya
para gisaeng pun sudah diinstruksikan hal yang sama, karena Wol Sun menyuruh
gisaeng lain untuk menolak pengawal Seo untuk bertemu dengan alasan tuannya sedang
bersenang-senang dan tak ada rencana untuk pergi.
Untuk sementara Yeo Wool dan Kang
Chi aman di tempat rahasia, walau mereka terjebak di dalamnya. Dan duduk
berjauhan. Jauhhh… sekali. Dan canggung sekali. Kang Chi bertanya apakah Yeo
Wool masih bisa bertahan? Yeo Wool hanya menjawab pendek dengan, “Hmm.. bisa.”
Dan rasanya kalau ada jangkrik di
sini, bunyinya lebih ramai, deh. Krik.. krik.. krik..
Tak tahan diam-diaman seperti
itu, mereka pun bersuara. Bersamaan. Ha. Sama-sama bingung, mereka pun diam
kembali. Krik.. krik.. krik..
Karena tak tahan, Kang Chi pun
mengalihkan perhatiannya dengan perak-perak yang ada di ruangan itu. Berapa
banyak, ya? Ia mulai menghitung: satu..
dua.. tiga.. Ha. Sepertinya Kang Chi tuh senang sekali berhitung, ya? Yeo
Wool pun menjawab 5000 nyang, dan bisa dipakai untuk membuat 10 sampai 12 kapal.
Kang Chi segera menyadari kalau
Yeo Wool semakin pucat dan ia pun melepaskan baju luarnya untuk disampirkan ke
badan Yeo Wool. Tak sengaja ia menyentuh tangan Yeo Wool yang terinfeksi,
membuat Yeo Wool mengernyit kesakitan. Walau Yeo Wool berkata bukan apa-apa,
Kang Chi tak percaya dan membuka lengan baju Yeo Wool.
Dan nampak kalau luka itu sudah bernanah,
Kang Chi bertanya bagaimana Yeo Wool bisa terluka seperti ini? Yeo Wool masih
tak mau menjawab. Tapi Kang Chi teringat kalau ialah yang menimbulkan luka itu
di malam saat ia menjadi buas dan hampir mencekik leher Yeo Wool.
Kang Chi memutuskan untuk keluar
dari ruangan ini bagaimanapun caranya. Tapi Yeo Wool tak menyetujuinya, karena
jika mereka bertindak gegabah, 5000 nyang ini akan melayang. Kang Chi tak
mengerti, mengapa uang ini menjadi prioritas utama mereka, sementara ada nyawa
yang sedang dipertaruhkan.
Yeo Wool mengatakan karena uang
ini bukan hanya sekedar 5000 nyang, “Jika kita melakukan kesalahan, Angkatan
Laut Joseon akan kehilangan 12 kapal. Jika semua ini karena kesalahanku, aku
tak akan dapat hidup tenang seumur hidupku. Karena itu, kita tunggu di sini
dengan diam-diam. Ya?”
Sudah malam dan Pengawal Seo
sudah tak sabar melihat tuannya tak selesai dalam menghibur diri. Ia pun
berencana masuk ke dalam. Jang Seh melihat
hal ini.
Jo Gwan Woong suddah mulai mabuk dan
kali ini mendekati Chung Jo dan mengagumi wajah Chung Jo, “Benar-benar cantik.,”
Jo Gwan Woong mengelus pipi Chung Jo yang tetap membuang muka, jijik. “Apakah
kau tahu, aku tak pernah melupakanmu. Bahkan satu jam pun aku tak pernah
melupakanmu, Seo Hwa.”
Chung Jo kaget mendengar nama
asing yang disebutkan Jo Gwan Woong dan ia pun menoleh. Jo Gwan Woong pun
bergerak mendekati wajah Chung Jo.
Ugghh.. somebody, do something!
Wajah Jo Gwan Woong sudah hampir
menyentuh Chung Jo. Chung Jo yang tak tahan, akhirnya memalingkan mukanya dengan
jijik dan ketakutan. Melihat hal ini, Wol Sun pun turun tangan dan membujuk Jo
Gwan Woong untuk segera beristiratah karena telah minum banyak.
Tapi Jo Gwan Woong malah menyendarkan
kepalanya di pangkuan Chung Jo dan berkata kalau ia suka di sini dan ingin
tiduran di sini. Ughh.. Dan di saat yang bersamaan muncul Pengawal Seo yang
sudah tak sabar.
Terlambat. Jo Gwan Woong sudah
tertidur karena mabuk. Ia malah bergulir menyamping, lebih mendekat pada Chung
Jo yang bergidik semakin ketakutan. Untungnya Soo Ryun muncul dan menyuruh
orang-orangnya untuk membawa Jo Gwan Woong kembali ke kamarnya.
Soo Ryun pun menghalangi Pengawal
Seo yang ingin mengikuti tuannya. Ia juga menyuruh seluruh gisaeng untuk
beristirahat, termasuk Chung Jo. Masih shock akan kejadian terakhir itu, Chung
Jo meninggalkan tempat itu. Soo Ryun hanya dapat memandang simpati pada gadis
itu.
Sendiri di kegelapan, Chung Jo
berjalan gontai tanpa nyawa. Namun kelopak bunga sakura yang jatuh perlahan di
depannya, membuat ia teringat kembali. Teringat kembali pada Kang Chi. Teringat
pada saat ia mencium Kang Chi di bawah pohon sakura di rumah mereka.
Chung Jo tak kuasa menahan
tangisnya. Apakah Kang Chi masih mengingatnya? Masih teringat betapa jijik
perasaannya saat didekati Jo Gwan Woong. Walau ia memutuskan untuk tinggal di
Chunhwagwan, tapi ia tetap sangat merindukan Kang Chi. Ia berharap Kang Chi
masih tetap mengingatnya. Ia tak pernah melupakan Kang Chi, tak sekalipun lupa.
Karena ia mencintai Kang Chi.
Note: perasaan Chung Jo ini saya ambil dari lagu Don’t Forget Me yang
muncul pertama kali di adegan ini.
Di aula, Tae Soo bangkit dari
meditasinya dan mengambil pedang. Sepertinya ia memutuskan untuk melakukan
sesuatu.
Sementara itu Kang Chi mulai merasakan kondisi Yeo Wool semakin memburuk.
Ia memanggil gadis itu dengan ‘Dam gun’, tapi Yeo Wool menjawab, “Yeo Wool,
namaku Yeo Wool.” Kang Chi terkejut karena nama itu terngiang di telinganya,
namun dengan suara anak-anak.
Yeo Wool tak dapat bertahan lebih
lama, dan iapun pingsan. Untung Kang Chi sempat menangkapnya.
Nama itu mengembalikan kenangan
Kang Chi akan seorang gadis kecil yang ia selamatkan dan
menakut-nakutinya
dengan laba-laba besar. Dan ia juga teringat saat Dam Gun
menakut-nakutinya
dengan laba-laba yang tak nyata. Ia sekarang teringat semuanya. Bahkan
saat rambut Yeo Wool terurai saat menyelamatkan dirinya di malam ia
ditangkap oleh Han No.
Tak sengaja rambut Yeo Wool
terurai, namun Kang Chi lebih panik karena merasakan kalau demam Yeo Wool
semakin naik. Ia harus segera melakukan sesuatu.
Guru Dam akhirnya mengetahui
kalau Tae Soo menghilang. Ternyata Tae Soo pergi ke Penginapan Seratus Tahun
dengan membawa pedang. Di dalam ia bertemu dengan Hong Man (dulu saya sebut Oh
Man) yang terkejut melihat kedatangannya.
Tapi Tae Soo tak mengindahkan
keterkejutan Hong Man, malah menyuruhnya untuk menemui seseorang yang bernama
Gon dan menyampaikan pesan untuk menjemput orang yang terjebak di dalam sementara
ia mengalihkan perhatian.
Hong Man pun segera berlari pergi
sementara para pengawal Jo Gwan Woong datang dan mengepung Tae Soo. Mereka pun
menyerang Tae Soo dan.. whoa.. Tae Soo ternyata bisa bela diri?
Gon mendengar suara perkelahian,
begitupun dengan para pengawal yang menjaga ruang rahasia. Hong Man datang dan
memberitahu mereka kalau Tae Soo datang. Para pengawal pun langsung keluar
meninggalkan ruangan Tuan Park.
Hong Man segera memberitahu Gon
yang bersembunyi di balik ruangan dan memberitahu pesan tuannya kepada Gon. Gon
segera masuk ke ruang rahasia dan marah melihat Yeo Wool yang pingsan di
pelukan Kang Chi.
Hmm.. entah marah karena Yeo Wool
pingsan atau marah karena pelukan Kang Chi.
Gon pun segera membawa Yeo Wool
pergi meninggalkan Kang Chi yang masih duduk di ruang rahasia. Kang Chi tak
mengikuti Gon, tetap terpaku dan melihat tangannya.
Bukaann.. bukan tangan yang tadi
memegang, tapi tangan satunya lagi yang telapaknya sekarang terdapat bekas
sayatan.
Hong Man yang penasaran dengan
ruang rahasia itu, pelan-pelan membukanya…
.. hanya untuk berteriak kaget,
mengagetkan orang di balik pintu itu yang juga ikut berteriak. LOL. Dua anak kecil
ini..
Hong Man terjatuh kaget. Namun kekagetannya
berganti dengan keheranan karena Kang Chi berkata kalau ia membutuhkan
bantuannya.
Di tengah pertempuran Tae Soo, ia
diam-diam menarik tirai besar yang menutupi bangunan kamar Tuan Park, dan
men-sstt temannya, menyuruh mereka diam.
Sementara Tae Soo masih bertempur
dengan para pengawal Jo Gwan Woong, Gon menaruh Yeo Wool dalam sebuah gerobak
dan menyuruh orang untuk membawanya kembali ke sekolah.
Dan ia pun kembali untuk membantu
Tae Soo. Tapi Tae Soo meminta Gon untuk segera kembali karena jika identitas Tae
Soo ketahuan, akan membahayakan sekolah Guru Dam juga. Lagipula ia masih
memiliki urusan yang belum selesai dengan mereka.
Gon pun mengerti dan menuruti
perintah Tae Soo.
Rupanya urusan yang belum selesai
itu berkaitan dengan pengawal Seo. Tapi saat pengawal Seo kembali, kepalanya
langsung berdenging kesakitan. Ia masih ingat ucapan Guru Dam yang mengatakan
kalau hanya ada dua cara untuk melepas pengaruh hipnotis itu, yaitu orang yang
menghipnotis harus mau melepaskannya atau membunuh orang yang menghipnotis itu.
Tae Soo segera menyadari kalau
pengawal Seo-lah yang menghipnotis dirinya. Pengawal Seo heran apakah
kedatangan Tae Soo karena ia penasaran tentang hipnotis itu? Tentu saja tidak,
karena Tae Soo berniat untuk membunuhnya. Ia pun langsung berlari menyerang.
Pengawal yang tersisa maju untuk
menghadang. Tapi pengawal Seo hanya tersenyum diam, seakan tak takut akan
serangan Tae Soo.
Dan pedang Tae Soo sudah hampir
mengiris leher pengawal Seo. Tapi nyaris, karena pedang itu tak sanggup menyentuh
tubuh pengawal Seo, seakan ada tameng yang tak kasat mata yang melindungi tubuh
pengawal Seo. Pengawal Seo berkata kalau Tae Soo tak akan sanggup membunuhnya,
bahkan ia juga bisa menyuruh tangan Tae Soo untuk menurunkan pedangnya.
Tae Soo tak percaya melihat
tangannya tak mengikuti perintah otaknya. Bahkan saat pengawal Seo menyuruhnya
untuk mengatakan maksud kedatangan Tae Soo yang sebenarnya, Tae Soo menatap horror
pada tangannya yang terangkat sendiri dan mengarahkan telunjuknya pada ruangan
almarhum ayahnya.
Pengawal Seo segera masuk ke
dalam ruang yang direnovasi itu. Ia mengambil palu dan segera menghancurkan
tembok itu. Betapa kagetnya dia melihat ruang kosong di dalamnya.
Ia segera masuk dan melihat kotak
bertumpuk-tumpuk di setiap penjuru ruangan. Ia membuka salah satu kotak itu dan
matanya berbinar-binar saat melihat kilauan perak terjajar rapi di dalamnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar