Gon kembali ke sekolah Dam dan mengabarkan kalau rencana
mereka gagal, ruang rahasia itu telah diketahi, bahkan ia pun juga tak dapat
membantu Tae Soo.
Puhleasee… Gon, siapa yang tadi meninggalkan Tae Soo di
sana?
Guru Dam merasa kecewa karena semua usaha mereka akhirnya
sia-sia. Tapi si tukang kayu memberitahukan kalau mereka masih punya harapan
karena ada satu orang yang masih tersisa di dalam.
Satu orang itu, siapa lagi kalau bukan Kang Chi yang
ternyata masih berada di dalam ruang rahasia.
Guru Dam tak pernah mengikutsertakan Kang Chi ke dalam
rencana mereka, jadi hanya satu orang yang mungkin memberitahu rencana itu.
Maka ia pun pergi ke ruangan Yeo Wool.
Tersangkanya sedang memeriksa nadi Yeo Wool. Guru Gong Dal memberitahu
kalau nadi Yeo Wool sudah kembali normal. Tapi Guru Dam malah mengatakan
tentang keberadaan Kang Chi di Penginapan 100 tahun. Guru Gong Dal malah
berujar kalau ia sudah memberikan ginseng merah agar Yeo Wool lebih cepat
pulih. Tapi Guru Dam malah bertanya apakah Guru Gong Dal yang memberitahukan
rencana mereka pada Kang Chi?
Ha.. dua topik yang nggak nyambung. Guru Dam akhirnya setengah menegur
dan memanggil, “Guru..” Guru Gong Dal pun akhirnya menjawab kalau ia
tak mengirim
Kang Chi ke penginapan. Ia tak tahu mengapa Kang Chi pergi ke
penginapan, “Aku
hanya bertaruh dengan anak itu.”
Guru Dam bingung mendengar kata taruhan. Tapi Guru Gong Dal
hanya nyengir tanpa menjawab kebingungan Guru Dam.
Hmm.. taruhan seperti apa, ya? Tapi yang kita lihat
selanjutnya adalah Kang Chi berdiri di ruang rahasia yang penuh perak. Ia
meregangkan lehernya untuk pemanasan dan sambil tersenyum ia pun berkata,
“Sekarang.. haruskah kita mulai sekarang, .. Kakek tua?”
Keesokan paginya pegawal Seo menerobos masuk ke Chunhwagwan
untuk menemui Jo Gwan Woong. Jo Gwan Woong langsung terbangun saat diberitahu
kalau ruang rahasia itu telah ditemukan.
Mereka pun langsung kembali ke Penginapan 100 tahun. Namun
di depan penginapan, mereka melihat kalau para pelayan membawa tumpukan yang
katanya adalah beras untuk dikirim ke Angkatan Laut.
Pelayan Choi menjelaskan kalau sudah merupakan kebiasaan
bagi orang-orang kaya di desa ini untuk menyumbangkan beras untuk Angkatan Laut
Joseon. Beras itupun mulai diangkut pergi. Pengawal Seo memandangi tumpukan
itu, tapi ia tak berkata apapun dan mengikuti Jo Gwan Woong masuk.
Pelayan Choi dan Hong Man menghela nafas lega. Sepertinya
rencana mereka berhasil.
Di ruangan Tuan Park, Pengawal Seo menggeser lukisan dan
juga pintu rahasia. Mata Jo Gwan Woong berbinar-binar dan ia menolak tawaran
Pengawal Seo yang ingin memandunya. Ia ingin memeriksanya sendiri.
Bagai Zafar yang masuk ke goa harta, Jo Gwan Woong masuk ke
dalam ruang rahasia itu. Betapa kagetnya ia setelah melihat isi ruangan
itu. Ia berteriak memanggil pengawal Seo yang buru-buru datang, “Apakah ini
perak yang kau katakan?!”
Ruangan itu masih gelap dan Pengawal Seo pun menyalakan obor
di tiang. Saat api obor menerangi ruangan, ia tersentak kaget. Tumpukan perak
yang kemarin malam dilihatnya telah lenyap!
Pengawal Seo menatap ruangan itu tak percaya. Semua kotak
telah lenyap. Bahkan tumpukan kotak yang tersusun di pinggir pun juga ikut
lenyap.
Jo Gwan Woong menggeram saat bertanya bagaimana mungkin
semua ini terjadi? Pengawal Seo menjawab kalau ia telah memerintahkan anak
buahnya agar terus menjaga pintu rahasia itu. Jo Gwan Woong melihat karung
beras dan ia langsung teringat tentang tumpukan beras yang dibawa ke markas
Angkatan Laut.
Ia pun mulai menggabungkan satu per satu dan menggeram marah,
“Bajiangan-bajingan itu!” Ia menyuruh
Pengawal Seo untuk menyeret pelayan Choi dan Hong Man ke hadapannya.
Keduanya pun dipaksa untuk mengaku isi karung yang dibawa ke
markas Angkatan Laut. Pelayan Choi menjawab seperti yang ia katakan tadi kalau
karung itu adalah bahan makanan untuk militer.
Tapi Jo Gwan Woong sudah tak percaya. Ia menendang dan
menginjak kepala pelayan Choi, mengancamnya, “Jika yang ada di karung itu
bukanlah makanan, aku sendiri yang akan memotong lidahmu dan mematahkan
tanganmu.”
Jo Gwan Woong menyuruh semua pengawalnya untuk mengikutinya,
“Aku sendiri yang akan mendatangi markas Angkatan Laut itu.”
Ditinggalkan pergi oleh Jo Gwan Woong, pelayan Choi malah
menatap Hong Man dengan tersenyum dan mengisyaratkan sesuatu. Hong Man pun mengerti
dan buru-buru pergi.
Di markas Angkatan Laut, LaksamanaLee Soon Shin mulai
mengkhawatirkan tentang persedian makaan mereka yang mungkin tak akan cukup
jika terjadi perang. Oleh karena itu ia berencana untuk menimbun bahan makanan.
Ia pun berencana untuk menginspeksi kantong-kantong pertahanan di berbagai
tempat dan meminta bawahannya untuk bersiap-siap.
Mendadak salah satu tentara masuk dan meminta agar LaksamanaLee
keluar karena ada hal yang mendesak. Ternyata hal yang mendesak itu adalah Jo
Gwan Woong yang membawa lengkap pasukannya. Melihat tumpukan karung di
hadapannya, Jo Gwan Woong pun semakin yakin.
Saat LaksamanaLee datang menemuinya, Jo Gwan Woong
mengatakan kalau ia telah kehilangan barang yang mungkin terselip dalam karung
yang dikrimkan oleh orang dari
penginapannya. Saat ditanya barang apa itu, Jo Gwan Woong tak mau menjawab tapi
ia ingin memeriksa barang itu sendiri.
Lee Soon Shin pun menyuruh anak buahnya untuk minggir.
Walaupun enggan, mereka pun menurut. Dan sekarang ganti anak buah Jo Gwan Woong
yang mengerubuti karung beras itu. Dengan pedang, mereka merobek karung-karung
itu.
Karung itu ternyata benar berisi .. beras. Tapi para
pengawal itu tak putus asa. Mereka mengoyak karung beras itu semakin dalam,
membuat para tentara mengeluh kesal karena bahan makanan itu terbuang sia-sia.
Ceceran beras di tanah itu meruntuhkan keyakinan Jo Gwan
Woong, namun ia mencoba menutupinya.
Di dalam ruang rahasia, Pelayan Choi memanggil putranya dan
memberitahukan kalau semua pengawal sudah pergi seperti dugaan Kang Chi. Ia pun
bertanya apakah perak-perak itu aman?
Kang Chi tersenyum mengangguk dan menyibak kain besar di
belakangnya. Dan tampak tumpukan kotak yang berisi perak memenuhi dinding
paling dalam di ruang rahasia itu.
Whoaaa.. cool. Tipuan dibalik tipuan..
Pelayan Choi terkejut melihat banyaknya kotak itu. Kang Chi
pun tersenyum dan berkata, “Sekarang, apa kita bisa pergi?”
Para pengawal Seo bingung melihat karung-karung yang
ternyata memang berisi beras itu. Begitu pula Jo Gwan Woong.
Tapi tidak dengan Laksamana Lee. Ia menghardik Jo Gwan Woong
yang tak menemukan barang yang ia cari, dan bahkan membuang bahan makanan yang
bisa mencukupi pangan tentara selama sebulan. Walau tahu salah, tapi Jo Gwan
Woong tetap sombong dan mengatakan kalau
ia akan mengirimkan gantinya nanti walau ia merasa sia-sia memberi makan
tentara pada saat kerajaan tidak dalam keadaan perang.
Laksamana Lee pun marah mendengar ucapan Jo Gwan Woong. Ia
menyuruh anak buahnya untuk mengambil seluruh beras yang jatuh ke tanah karena
beras itu adalah hasil jerih payah rakyat, “Mulai sekarang, kita tak akan
menerima apapun dari Penginapan 100
Tahun. Dan juga, aku melarang orang dari Penginapan untuk melangkahkan
kakinya ke markas kita ini. Mengerti?”
Para tentara mengepung mereka agar mereka pergi. Pengawal
Seo melihat kembali karung-karung itu, seakan tak mengerti kenapa bukan perak
yang ada di dalam karung itu. Jo Gwan Woong pun juga diam, bukan termenung oleh
ucapan Lee Soon Shin tapi lebih pada hilangnya perak itu.
Mendadak ada suara di belakangnya yang menyapa mereka, “Apa
yang sedang kalian lakukan di sini?” Jo Gwan Woong menoleh dan melihat Kang Chi
berdiri dengan membawa tiga gerobak pengangkut.
Kang Chi menyayangkan beras yang berceceran dan berkata
kalau Jo Gwan Woong pasti akan masuk neraka karena menyia-nyiakan makanan.
Jo Gwan Woong kesal melihat Kang Chi, “Sialan. Kenapa kau ke
sini dan menggangguku?”
“Aku hanya sedang
menjalankan tugas dari almarhum Tuan Park,” jawab Kang Chi sambil tersenyum.
Dan ia pun melenggang santai melewati mereka dengan ketiga gerobak itu.
Haha… keren.. Seneng banget lihat ekspresi Jo Gwan Woong dan
pengawal Seo saat melihat ketiga gerobak itu. Mereka pasti menebak-nebak apa
mungkin.. apa mungkin ..
Pengawal Seo maju untuk menghadang Kang Chi, tapi salah satu tentara
menghunus pedang ke lehernya dan menyuruhnya berhenti karena sesuai
perintah
kalau orang dari penginapan tak boleh melangkah masuk ke dalam.
Pengawal Seo pun bertanya dengan marah, “Bagaimana ini bisa
terjadi? Aku bahkan tak membiarkan seekor tikuspun masuk ataupun keluar.
Bagaimana kau bisa mencuri perak-perak itu?”
Kang Chi mendekat dan menjawab, “Apa kau belum tahu? Aku kan
bukan manusia,” Kang Chi menoleh pada Jo Gwan Woong dan memberi senyumannya.
Jo Gwan Woong berusaha untuk kelihatan tenang walau dia
marah luar biasa. Beratus-ratus perak yang ada di kotak-kotak itu hampiirr…
saja bisa menjadi miliknya, namun sekarang melenggang pergi tepat di bawah
hidungnya sendiri.
Ia meluapkan kemarahannya saat berada di ruang rahasia yang
sudah tak ada rahasianya lagi. Ia berteriak dan melempari kotak-kotak kosong di
dinding.
Sementara itu kotak yang berisi perak sekarang sedang diraba
oleh Lee Soon Shin. Ia berterima kasih pada Kang Chi karena telah membawanya
kemari. Kang Chi menjawab kalau ia hanya menjalankan wasiat dari almarhum Tuan
Park. Dan juga, “Bukti yang saya inginkan kemarin..Dapatkah Anda memberikan
pada saya?” tanya Kang Chi sedikit ragu.
“Tentu saja. Janji adalah janji. Aku akan memberikannya
padamu,” jawab Lee Soon Shin yang membuat Kang Chi menghela nafas lega.
Yang kita lihat berikutnya adalah wajah Guru Gong Dal yang
terharu melihat topi LaksamanaAngkatan Laut Joseon ada di tangannya. Ia tertawa
kegirangan saat mengagumi topi itu.
Kang Chi tak menyia-nyiakan kesempatan ini. Dengan gaya, ia
memamerkan hubungannya dengan Laksamana yang memang sedekat itu. “Beliau tak
meminjamkan topi itu ke sembarang orang.”
LOL, ternyata perak-perak itu adalah barter untuk topi ini
toh.. kekeke..
Guru Gong Dal mengangguk-angguk. Ia pun mengangkat topi itu
untuk ia pakai, tapi Kang Chi buru-buru mencegahnya, “Eh.. hati-hati.. Saya
harus mengembalikan topi ini besok pagi.”
Guru Gong Dal memakaikan topi itu ke kepalanya dan kembali
tertawa kegirangan, “Bagaimana tampangku? Dengan topi ini aku kelihatan oke,
kan?” tanyanya. Saat Kang Chi menawarinya untuk dibelikan topi baru lainnya,
Guru Gong Dal mengatakan kalau sekarang satu dari tujuan hidupnya telah
tercapai. Dan Guru Gong Dal pun sekarang akan memenuhi apapun permintaan Kang
Chi.
Mata Kang Chi berbinar-binar. Apa sih permintaan Kang Chi?
Mata Kang Chi semakin berbinar-binar menyambut yang ia
harapkan, “Ayam! Senang sekali bertemu denganmu!”
Gubrak.. dan topi itu adalah barter untuk ayam? Jadi perak
seharga 5000 nyang ditukar dengan ayam? LOL.
Seperti Guru Gong Dal tadi, Kang Chi pun tertawa kegirangan
saat menyantap makanan yang ia idam-idamkan.
Dua orang ini..
Mereka sama-sama kegirangan mendapatkan barang yang mereka inginkan.
Dari kejauhan Guru Dam menyaksikan Kang Chi yang makan
ayam dengan lahap. Pada Gon, ia berkata
"Mungkin pendapat Laksamana yang mengatakan
kalau Kang Chi adalah faktor keberuntungan kita itu ada benarnya. Atau
mungkin karena Laksamana-lah yang membuat Kang Chi menjadi seperti itu.”
Pengawal Seo berhasil memaksa Tae Soo untuk mengaku kalau
selama ini ia bersembunyi di Sekolah Bela Diri Moohyung yang berhubungan erat
dengan Laksamana dan ia tinggal bersama Kang Chi. Setelah mendapat laporan itu,
Jo Gwan Woong malah menyuruh untuk melepaskan Tae Soo dan memerintahkannya
untuk mencari tahu rencana Laksamana dengan uang 5000 nyang itu.
Tae Soo tak mau. Ia memilih disiksa daripada
menjadi anjing pesuruh Jo Gwan Woong. Tapi Jo Gwan Woong punya kartu As lain,
“Pikirkanlah adikmu yang sudah dijual menjadi gisaeng negara. Jika kau tak
kembali saat matahari terbenam besok dengan membawa informasi itu, adikmu yang
akan menerima akibatnya.”
Dulu Tae Soo melihat Chung Jo diseret pergi dari penjara.
Tapi sepertinya ia tak menyangka kalau adiknya benar-benar menjadi gisaeng. Di
Chunhwagwan, Tae Soo melihat dengan mata kepala sendiri kalau Chung Jo tak
hanya dijadikan gisaeng, tapi juga pesuruh.
Bahkan saat itu ada pelanggan mabuk yang menabrak Chung Jo,
bukannya minta maaf, pelanggan itu malah memarahi Chung Jo.
Tae Soo menangis melihat adik yang ia sayangi itu
berkali-kali membungkukkan badannya, minta maaf pada pelanggan namun hanya
hinaan yang ia terima.
Yeo Wool akhirnya tersadar walau heran mengapa ia bisa ada
di kamarnya sendiri. Dan yang pertama diingatnya adalah perak 5000 nyang itu.
Ia pun segera bangun dan keluar kamar. Orang pertama yang ia lihat adalah Kang
Chi yang sedang sibuk menyapu halaman.
Ia pun menyapa Kang Chi. Namun hanya setengah nama itu
terucap, saat kejadian di ruang rahasia itu terulang kembali. Yeo Wool langsung
menutupi dadanya dan berjingkat-jingkat pergi.
Tapi Kang Chi keburu melihatnya. Ia pun memanggil Yeo Wool
masih dengan panggilan Dam Gundan memegang dahi Yeo Wool untuk memeriksa
suhunya. Ia gembira saat merasakan suhunya sudah kembali normal.
Merasa Kang Chi tak terpengaruh akan kejadian kemarin, Yeo
Wool pun melakukan hal yang sama. Ia segera menepis tangan Kang Chi dan
bertanya tentang nasib perak-perak itu, “Apakah karenaku, rencana itu gagal?”
Kang Chi menatap Yeo Wool lama membuat Yeo Wool tak sabar
dan bertanya lagi, “Apakah benar-benar gagal?”
Kang Chi pun mencondongkan
tubuhnya pada Yeo Wool dan berkata,
“Inilah kenapa aku benar-benar tertipu. Pada situasi seperti ini, biasanya
wanita tak akan mencemaskan perak-perak itu. Ya, kan?”
“Ho hoh!” gertak Yeo Wool sehingga Kang Chi menegakkan diri
kembali. “Kenapa kau mengubah topik pembicaraan? Aku bertanya apa yang terjadi
dengan perak-perak itu?”
Kang Chi menenangkan Yeo Wool dengan mengatakan kalau ia
telah mengirimkan perak-perak itu ke pangkalan AL. Yeo Wool gembira dan reflek
mengacak-acak rambut Kang Chi.
“Terima kasih.. terima kasih. Kerja yang bagus!”
|
Kang Chi tertawa menerima pujian itu. Tapi itu hanya sesaat,
karena setelah itu mereka saling menarik diri. Kang Chi teringat akan ucapan
Yeo Wool yang mengatakan kalau awal pertemuan mereka adalah suatu hal yang tak
berarti jika ia tak mengingatnya.Saat itu ia bertanya apakah pertemuan itu
menjadi sesuatu yang berarti jika ia bisa mengingatnya? Namun saat ini ia tak
memberitahukan Yeo Wool kalau ia sudah bisa mengingatnya.
Yeo Wool melihat telapak tangan Kang Chi yang terluka dan langsung
panic bertanya asal luka itu. Apakah luka itu karenanya? Kang Chi diam.
Dan kita melihat bagaimana luka itu terjadi. Di ruang
rahasia, Kang Chi pani saat Yeo Wool pingsan di ruang rahasia. Saat ia bingung
apa yang harus ia lakukan pada Yeo Wool, ia melihat beberapa butiran cahaya
biru muncul dan mengitari luka itu tapi tak menyembuhkannya.
Maka ia pun mencoba dengan mengambil belati milik Yeo Wool
dan menggores telapak tangannya. Darah pun keluar dan ia meneteskan darah itu
ke luka Yeo Wool. Butiran cahaya biru kembali muncul, kali ini lebih banyak dan
menutup luka itu hingga kembali normal seperti sedia kala.
Yeo Wool pun mengetahui kalau karena Kang Chi-lah ia bisa
sembuh. Kang Chi tersenyum menenangkan (dengan tangan tergenggam di belakang) namun
Yeo Wool meminta Kang Chi untuk tak mengulanginya lagi, “Aku juga tak ingin
melihat kau terluka.”
Sejenak mereka berpandangan.
Tiba-tiba terdengar suara Tae Soo memanggil Kang Chi. Mereka
menoleh dan mendapati Tae Soo berdiri dengan mata tertutup kain.
Di Chunhwagwan, Jo Gwan Woong tiba-tiba berubah pikiran dan
meminta Soo Ryun agar mengirimkan Chung Jo ke kamarnya, “Malam ini, aku akan
mengambilnya untuk pertama kali.”
Dan Chung Jo mendengarnya. Nampan yang ia bawa terjatuh. Ia
mencoba kuat di hadapan musuhnya, tapi saat sendiri, ia terduduk lemas, tak
berdaya.
Di aula Moohyung, Tae Soo berlutut memohon pada Kang Chi
untuk mengeluarkan adiknya dari rumah gisaeng itu secepatnya, “Kita tak tahu
hal buruk apa yang akan menimpanya nanti. Kumohon padamu, Kang Chi. Kumohon
selamatkanlah Chung Jo.”
Tak jauh dari mereka, Yeo Wool berdiri di balik pilar,
mendengar semuanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar