Tak hanya menolak tawaran Jo Gwan
Woong, Kang Chi juga mengatakan keinginannya untuk mengambil nyawa Jo Gwan
Woong. Maka Jo Gwan Woong pun memerintahkan tentara untuk membunuh Kang Chi.
Kang Chi sudah bersiap untuk melepas
gelangnya. Tapi belum sempat para tentara itu menyentuh Kang Chi, muncul suara
yang menyuruh Jo Gwan Woong mengentikan eksekusi ini. Semua berpaling ke pintu
gerbang, heran pada keberanian seseorang yang berani melawan Jo Gwan Woong.
Yeo Wool tersenyum memandang
orang itu yang memperkenalkan diri sebagai Lee Soon Shin, pemimpin angkatan
laut dari provinsi Jeolla.
Kepala polisi kaget dan segera
turun menyambutnya. Ia bertanya alasan Lee Soon Shin datang kemari dan kembali
kaget saat Lee Soon Shin menjelaskan kalau kepolisian telah menangkap salah
satu orangnya.
Dan Lee Soon Shin berpaling pada Kang Chi, dengan hangat
bertanya, “Apakah kau baik-baik saja, Kang Chi? Aku datang untuk menjemputmu.”
Kang Chi terkejut mendengarnya.
Ia teringat bagaimana Tuan Park menitipkan dirinya pada Tuan Lee dan mengatakan
kalau ia sudah menganggap Kang Chi sebagai putranya sendiri.
Lee Soon Shin pun tak melupakan
kata-kata Tuan Park. Walau Dam Pyung Joon khawatir karena Kang Chi mungkin
berbahaya dan membunuh orang yang tak bersalah, ia tetap akan menolong Kang
Chi. Jika Kang Chi melakukan sesuatu seperti yang dikhawatirkan Dam Pyung Joon,
ia sendiri yang akan membunuh anak itu.
Jo Gwan Woong pun turun tangan
dan bertanya, “Apakah Anda ingin menjemput pembunuh ini?”
Lee Soon Shi dengan kalem
bertanya, “Dan siapa Anda yang bertanya seperti itu pada saya?”
Ha. Kepala polisi buru-buru
memperkenalkan Jo Gwan Woong sebagai asisten menteri yang baru saja pension.
Lee Soon Shin pun bertanya mengapa juga Jo Gwan Woong masih ikut menyelidiki
padahal sudah pensiun?
Jo Gwan Woong menjelaskan kalau
ia adalah saksi yang melihat Kang Chi membunuh Tuan Park.
Mendengar hal
itu, hati Kang Chi sangat panas dan ia
berteriak kalau bukan dirinya yang
membunuh Tuan Park tapi Jo Gwan Woong. Ia langsung meringsek maju, tapi para
pengawal langsung meringkusnya lagi dan membuatnya berlutut.
Jo Gwan Wong hanya mendengus
mendengar tuduhan itu dan mengatakan Kang Chi berani sekali menuduhnya sebagai
pembunuh setelah durhaka pada ayah angkatnya.
Kang Chi semakin marah dan hampir
hilang kendali. Tapi mendadak ia merasakan sebuah tangan memegang pundaknya, menenangkannya.
Tangan Tuan Lee.
Lee Soon Shin bertanya apakah Jo
Gwan Woong memang melihat Kang Chi membunuh Tuan Park? Jo Gwan Woong
mengiyakan. Lee Soon Shin pun kembali bertanya apakah Tuan Park itu tak
bersalah? Kali ini Kepala Polisi yang menjawab kalau Tuan Park bersalah karena
membiayai para pengkhianat.
“Jadi, mengapa kau menangkap Choi
Kang Chi sebagai pembunuh?” sergah Lee Soon Shin, membuat senyum Kepala Polisi
lenyap. “Jika ia membunuh seorang pengkhianat, berarti itu bukan pembunuhan. Ia
malah harus diberi penghargaan. Bagaimana mungkin kau malah melakukan kesalahan
dalam menghukum orang?”
Kepala Polisi tergagap-gagap menjelaskan
kalau rakyat sangat menghormati Tuan Park-lah maka mereka menangkap Kang Chi
agar tak membingungkan rakyat. Tentu saja Lee Soon Shin menganggap tak masuk
akal. Mengapa harus memikirkan perasaan rakyat saat pemerintah menangani
seorang pengkhianat, “Atau kau memiliki rahasia yang harus ditutupi sehingga
mengkambinghitamkan Kang Chi?”
Kepala polisi semakin tergagap
saat membantahnya. Maka Lee Soon Shin pun bertanya semakin menyudutkan, “Atau
kau menjadikan orang yang tak bersalah sebagai seorang pengkhianat?”
Jo Gwan Woong mencoba menggertak,
tapi Lee Soon Shin memberikan dua pilihan, “Apakah Park Mu Sol adalah
pengkhianat sehingga Choi Kang Chi bukanlah pembunuh dan malah harus diberi
hadiah, atau Choi Kang Chi bersalah yang berarti Park Mu Sol tidak bersalah.
Yang mana?”
Kepala polisi bingung dan menatap
Jo Gwan Woong yang marah bukan main karena disudutkan seperti ini.
Yeo Wool dan Gon tersenyum
melihat keadaan yang sekarang berbalik ini. Gon mengatakan kalau sudah saatnya
mereka untuk pergi karena situasi sudah terkendali. Yeo Wool mengepalkan
tangan, gembira.
Serasa déjà vu, Kang Chi memandang
Tuan Lee dan ingatannya kembali pada almarhum Tuan Park, yang membelanya di
depan teman-teman yang mengoloknya. Senyum Tuan Park saat mendengar tawa dan
tangisnya saat itu, tak pernah hilang dari ingatan Kang Chi. Dan sekarang, mata
Kang Chi berkaca-kaca saat menatap Tuan Lee.
Kepala polisi merasa tak punya
pilihan lain kecuali melepaskan Kang Chi. Tapi Jo Gwan Woong kesal karena ia
tak berhasil mendapatkan Kang Chi yang mampu melenyapkan 7 orang pengawalnya
dan malah diambil oleh Lee Soon Shin. Bagaimana jika nanti malam Kang Chi akan
datang dan membunuhnya? Apa Kepala polisi itu tak takut?
Kepala polisi ketakutan,
menyadari konsekuensi yang harus ia hadapi jika melepaskan Kang Chi. Maka ia
mengusulkan agar Kang Chi tetap dilepaskan namun Lee Soon Shin yang akan
bertanggung jawab atas semua tindakan Kang Chi, dengan membuat surat perjanjian.
Dan yang terjadi berikutnya
adalah Lee Soon Shin datang ke penjara dan melepaskan Kang Chi. Tapi Kang Chi
tak mau. Ia lebih baik mati daripada menjalani sisa hidupnya sebagai orang yang
membunuh penyelamatnya, ayahnya dan sekaligus gurunya, “Menyelamatkanku? Lebih
baik aku membunuh semua orang yang ada di sini dan kemudian bunuh diri.”
“Kau pikir mati itu sangatlah
mudah?” tanya Lee Soon Shin. Kang Chi mengiyakan, membuat Lee Soon Shin
bertanya-tanya mengapa Kang Chi tak menghargai kehidupannnya.
“Karena hidupku sekarang tak
berarti lagi,” jawab Kang Chi pahit, “Sekarang aku tak lagi menjadi manusia.”
Lee Soon Shin mengatakan kalau ia
mengerti. Ia pun mengeluarkan uang 3 nyang, “Berikan masing-masing satu koin ke
tiga orang yang ingin kau ucapkan selamat tinggal . Ia menyuruh Kang Chi untuk
memberikan uang 3 nyang kepada 3 orang yang akan ditemui Kang Chi sebelum mati.
Jika Kang Chi melakukan hal itu dan
kembali ke markas sebelum jam 3 sore, maka ia tak akan mencampuri keputusan
yang akan diambil Kang Chi.
Kang Chi bertanya mengapa juga ia
harus mendengarkan Lee Soon Shin. Lee Soon Shin mengingatkan kalau ia pernah
diminta Park Mu Sol untuk menjaganya dan ia juga berhak karena ia telah
menyelamatkan Kang Chi.
Kang Chi terdiam, kali ini
mendengarkan dan tak membantah lagi.
Kang Chi pun keluar dari penjara,
menghadapi para penduduk yang langsung mundur. Ia berbalik menatap penuh dendam
pada Jo Gwan Woong yang berdiri di depan kantor pemerintahan. Tapi Lee Soon
Shin muncul di belakangnya, membuat ia teringat akan janji yang ia buat dengan
pria itu.
Entah Kang Chi tahu atau tidak,
jika sebenarnya Lee Soon Shin pun juga membuat janji dengan Jo Gwan Woong
dengan membuat surat perjanjian bercap
darah, yang mengatakan kalau ia bersedia menyerahkan Kang Chi untuk dibunuh dan
menyerahkan jabatannya jika Kang Chi terbukti membahayakan jiwa Jo Gwan Woong
dan Kepala Polisi.
Para penduduk mundur memberikan
jalan pada Kang Chi yang berjalan pergi, tapi Bong Chool mengungkapkan
‘kekesalannya’ karena pemerintah melepaskan pembunuh Tuan Park.
Dam Pyung Joon mengungkapkan
kekhawatirannya akan surat perjanjian yang dibuat Lee Soon Shin karena saat ini
mental Kang Chi tak stabil dan Kang Chi dapat melukai Jo Gwan Woong
sewaktu-waktu.
Tapi Lee Soon Shin menyerahkan semuanya kepada langit yang
membuat takdir karena manusia hanya berusaha sebaik-baiknya, “Aku hanya
menunggu langit yang tergerak oleh usahaku.”
Pada kepala pengawalnya, Jo Gwan Woong mengungkapkan keheranannya pada Lee Soon Shin yang bersedia mempertaruhkan
nyawa demi Kang Chi. Ia menduga pasti ada sesuatu yang spesial dari Kang Chi
dan ia ingin tahu apakah sesuatu itu. Ia memerintahkah pengawalnya (mungkin
satu-satunya sekarang) untuk mengawasi Kang Chi tapi tak mengusiknya sampai ia
memberi perintah.
Pengawal itu mengingatkan kalau
Kang Chi sangatlah berbahaya. Tapi Jo Gwan Woong bersedia melakukannya karena
ini merupakan kesempatan untuk mendapatkan Lee Soon Shin dan Kang chi, “Jika
Kang Chi sangat berharga, maka aku bersedia menanggung resiko ini. Dan jika
kita tak menghentikan laksamana itu, ia akan menjadi lawan besar di kemudian
hari. Jika Choi Kang Chi tak bisa menjadi orangku, kita akan membunuhnya.”
Jo Gwan Woong pun bertanya pada
persiapan yang telah dibuat oleh pengawal itu. Pengawal itu berkata kalau ia
telah menghipnotisnya.
Rupanya orang yang mereka
bicarakan adalah Tae Soo. Karena di dalam tidurnya, hipnotis pengawal itu terus
menghantui mimpinya.
Ternyata saat ia pingsan setelah disiksa habis-habisan,
pengawal itu meniupkan wewangian di mukanya dan mendoktrin Tae Soo kalau yang
membunuh ayahnya adalah Choi Kang Chi.
Ia pun melihat kejadian di malam
pembunuhan itu dengan pandangan yang berbeda. Ia melihat Kang Chi berada
dibelakang ayahnya, namun dengan pedang yang menusuk ayahnya dari belakang, dan
ucapan pengawal itu muncul di mimpinya, “Saat kau melihat Choi Kang Chi, kau
akan langsung membunuhnya.”
Tae Soo terbangun dan melihat
sekeliling dengan waspada. Rupanya Tae Soo sudah berada di markas Dam Pyung
Joon. Ia keluar kamar. Hanya ada satu orang yang sedang menyapu halaman.
Tubuhnya terlalu lemah untuk
berdiri sehingga ia terjatuh. Ia teringat pada Chung Jo yang diseret pergi
untuk dijadikan gisaeng. Ia juga teringat pada ibunya yang menangis dan terus
memeluknya agar ia tak disiksa. Tae Soo menangis mengingat hal itu dan
kata-kata itu muncul lagi di telinganya, “Semua ini karena Choi Kang Chi. Semua
ini karena Choi Kang Chi. Bunuh dia.”
Namun untuk bangkit saja Tae Soo
masih sangat lemah. Ia pun hanya bisa mengepalkan tangannya, meremas tanah
dengan penuh dendam dan berteriak, “CHOI KANG CHI!”
Sepanjang perjalanan, Kang Chi
merasa ia dibuntuti. Dan ternyata benar. Yeo Wool-lah yang membuntutinya.
Kang Chi pun mencegat Yeo Wool
dan menuduh Yeo Wool sedang membuntutinya. Yeo Wool menjawab santai kalau ia
tak mengikuti Kang Chi tapi hanya mengawasi, berjaga-jaga agar Kang Chi tak
melakukan sesuatu yang bodoh pada Jo Gwan Woong.
“Kalau aku melakukannya, kau
pikir kau dapat menghentikanmu?” tantang Kang Chi.
“Kenapa? Apa kau mengira aku tak
mampu?” tantang Yeo Wool balik.
“Kalau begitu coba hentikan aku,”
kata Kang Chi sambil berjalan pergi.
Yeo Wool langsung menghentikan
Kang Chi dan mengingatkan kalau Kang Chi telah memberikan janjinya pada Tuan
Lee. Tapi menurut Kang Chi janji itu dibuat oleh orang, sementara ia sudah
bukan orang lagi. Yeo Wool mengernyit heran. Tapi Kang Chi mengatakan ini
dengan sikap cuek, “Ahh.. iya. Karena ibuku adalah manusia, maka kukira aku itu
setengah manusia.”
Yeo Wool menegur Kang Chi, “Kau
ini kenapa, sih? Bagaimana jika ada orang mendengarnya?”
Ditegur seperti itu, Kang Chi pun
mencondongkan tubuhnya lebih dekat pada Yeo Wool dan berkata lebih pelan, “Maka
dari itu.. berhati-hatilah. Aku tak tahu kapan monster yang ada di tubuhku akan
keluar untuk menerkammu.”
Belum sempat Yeo Wool membalas,
beberapa barang terlempar ke arah mereka. Ternyata para penduduk yang benci
pada Kang Chi yang mereka anggap tak tahu terima kasih karena membunuh Tan Park
dan ingin mengusir Kang Chi dari desa mereka.
Mereka pun melempar makanan busuk
ke arah Kang Chi. Kang Chi hanya diam saja dilempari seperti itu. Malah Yeo
Wool yang berdiri di depan Kang Chi, menjelaskan kalau semua ini adalah
kesalahpahaman. Orang-orang menganggap Yeo Wool memihak si pembunuh dan juga
melempari Yeo Wool.
Kang Chi segera menarik Yeo Wool
pergi dari kerumunan itu. Yeo Wool meminta Kang Chi agar tak sakit hati, “Kau
dapat memperbaiki kesalahpahaman ini dan membuktikan kalau Tuan Park tak
bersalah.”
“Bagaimana jika aku tak dapat
membuktikan kalau Tuan Park tak bersalah? Seumur hidup aku akan divonis sebagai
pembunuh Tuan Park,” jawab Kang Chi skeptis.
Kang Chi pun menyuruh Yeo Wool pergi.
Namun langkahnya terhenti saat Yeo Wool memberitahukan sesuatu, “Ia ada di
Chunhwagwan.” Kang Chi terperangah kaget saat mendengar Yeo Wool menyebutkan
nama Chung Jo.
Ia menoleh dan Yeo Wool pun
meneruskan, “Aku yakin ia adalah orang yang paling ingin kau temui.”
Chung Jo duduk berjajar dengan
calon gisaeng lain. Sementara senior mereka duduk di hadapan mereka. Mewakili
para senior, Wol Sun berkata kalau mereka akan mengajarkan tentang minum.
Wol Sun pun menyuruh calon
gisaeng itu untuk menuangkan arak ke dalam mangkuk dan meminumnya. Soo Ryun
akan mengajarkan tradisi gisaeng, tapi ia berbaik hati dengan mengajarkan cara minum
yaitu tanpa menumpahkan setetes pun air dan tanpa mengernyit karena rasa arak
itu.
Para calon gisaeng pun mulai
meminumnya, walau mereka tetap mengernyit merasakan rasanya. Dan para senior
pun menertawakan yuniornya. Wol Sun menoleh pada Chung Jo. Ternyata Chung Jo belum
menyentuh mangkuk araknya. “Kurasa permainan ini tak mengasyikkan sama sekali,”
kata Chung Jo pelan namun tegas.
Wol Sun marah melihat Chung Jo
tak mematuhinya, “Ini bukanlah permainan tapi pelajaran. Apakah kau takut
merasakan rasanya yang keras?” Wol Sun pun menyuruh salah satu gisaeng untuk
mengambil mangkuk Chung Jo dan membantu Chung Jo untuk mengencerkan arak itu.
Gisaeng di depan Chung Jo mengambil
mangkuk itu dan meludah ke dalam mangkuk. Setelah itu ia memberikan pada
gisaeng sebelahnya. Satu persatu gisaeng itu meludah ke dalam mangkuk. Eww…
Setelah itu Wol Sun membawa
mangkuk itu ke hadapan Chung Jo, dan dengan sinis ia berkata, “Sekarang rasa
arak ini tak begitu keras lagi. Sekarang minumlah.”
Chung Jo tetap menolak. Wol Sun
terus memaksa Chung Jo, “Jika kau berpakaian seperti gisaeng, kau harus bertindak
seperti Gisaeng. Bertingkah sok suci dan sok tinggi, walaupun kau berlaku
seperti bangsawan, kau tetap hanyalah seorang gisaeng yang menjual arak dan
tubuhnya.”
Tampak sekali Chung Jo marah
mendengar kata-kata Wol Sun. Tapi Wol Sun tetap meneruskan, “Kenapa? Kau tak suka
minum? Jadi, apa aku harus mengajarkanmu bagaimana melucuti pakaianmu di depan
seorang pria? Apakah aku harus melihat bagaimana penampakan tubuh seorang gadis
bangsawan?”
Wol Sun meringsek maju tapi Chung
Jo menyiram arak penuh ludah itu ke wajah Wol Sun. Go girl! Para gisaeng marah
melihat tindakan Chung Jo dan mereka
langsung mengeroyok Chung Jo.
Kang Chi berdiri di depan
Chunhwagwan, mempersiapkan diri untuk menemui Chung Jo.
Chung Jo disidang di depan Soo
Ryun. Wol Sun langsung menjelaskan kejadian itu dengan versinya yaitu para
gisaeng ingin minum bersama dan mengajak para calon gisaeng untuk ikut
menikmati arak tapi Chung Jo malah menyiramkan arak itu padanya. Soo Ryun
mencoba bertanya pada Chung Jo tapi Chung Jo tak membela diri dan gisaeng lain
menyela dengan mengatakan kalau ucapan mereka benar adanya.
Soo Ryun pun menyuruh pelayan
untuk membawakan tongkat pemukul. Wajah Chung Jo pucat seketika sementara para
gisaeng tertawa-tawa puas.
Maka Chung Jo pun mendapat
pukulan tongkat di kakinya, jenis pukulan yang mungkin belum pernah diterima
Chung Jo dari kedua orang tuanya. Tapi Chung Jo menerima pukulan itu dengan
tabah.
Kang Chi menerobos masuk ke dalam
Chunhwagwan, menyingkirkan satu pelayan yang menghalangi jalannya. Ia tak
mempedulikan teriakan pelayan yang memanggil penjaga. Ia berjalan masuk ke
dalam ruangan Soo Ryun dan menemukan Chung Jo yang sedang dihukum.
Chung terpana melihat kedatangan
Kang Chi. Reflek Chung Jo menurunkan roknya saat Kang Chi melihat ke arah kakinya.
Tapi terlambat, karena Kang Chi
sudah melihat betapa menderitanya Chung Jo. Ia tak menjawab pertanyaan Soo Ryun
dan malah menggandeng tangan Chung Jo dan dengan lembut berkata, “Ayo kita
pergi..”
Soo Ryun menghentikan langkah
Kang Chi dengan bertanya siapa Kang Chi sebenarnya. Ia juga menyuruh Kang Chi untuk
melepaskan Chung Jo. Kang Chi berbalik dan menjawab, “Tempat ini bukan tempat
untuknya. Jadi aku akan membawanya pergi.” Ia pun menarik tangan Chung Jo dan
meninggalkan para gisaeng itu.
Soo Ryun hanya bisa menghela
nafas. Chung Jo mencoba menghentikan Kang Chi dengan memanggil namanya. Tapi
Kang Chi sudah bulat keputusannya.
Di depan, sudah menyambut para
pengawal Chunhwagwan yang mengepung Kang Chi dan Chung Jo. Chung Jo khawatir
melihat para pengawal itu, tapi Kang Chi tak gentar sedikitpun.
Soo Ryun muncul dan memperingatkan
kalau mereka akan dipukuli sampai mati jika mereka kabur dan tertangkap. Kang
Chi menenangkan Chung Jo kalau ia pasti dapat mengeluarkan gadis itu dari
Chunhwagwan. Tapi Soo Ryun mengatakan kalaupun berhasil kabur, Chung Jo tetap
akan menjadi buronan, “Kalian akan hidup selalu bersembunyi sebagai penjahat.Hidup
seperti orang rendahan. Kau harus bertahan hidup dengan makan tumbuhan”
Pada Kang Chi, Soo Ryun meminta
untuk melepaskan Chung Jo sebelum semuanya terlambat. Tapi Kang Chi malah
meraih tangan Chung Jo dan menggenggamnya. Soo Ryun menyuruh Kang Chi
melepaskan tangan itu, tapi Kang Chi berseru menolaknya, “Aku tak bisa! Aku tak
akan pernah melepaskannya.”
Chung Jo menatap Kang Chi yang
sudah bersiap untuk bertarung.
Pada para penjaga yang
mengepungnya, Kang Chi memperingatkan akan membunuh mereka semua jika ada yang
berani menyentuhnya. Kang Chi menggenggam tangan Chung Jo lebih erat lagi dan
berkata, “Jangan khawatir, Chung Jo. Aku tak akan membiarkanmu tinggal di sini
sendiri lebih lama lagi.”
Air mata Chung Jo menetes
mendengar kata-kata Kang Chi. Ia menatap tangan yang menggenggam tangannya. Dan
ia menangis saat mendengar Kang Chi berkata, “Percayalah padaku.”
Saat itu juga Chung Jo melepaskan
genggaman tangan Kang Chi.
Kang Chi terkejut dan berbalik menatap Chung
Jo. Ia mencoba meraih tangan Chung Jo, tapi Chung Jo menghindar mundur dan
berkata, “Pergilah.”
Kang Chi bingung akan reaksi
Chung Jo, “Aku kemari untukmu. Aku ingin membawamu pergi dari sini.”
“Sebelum kau melakukannya, kau
harus bisa membuktikan kalau ayahku memang tak bersalah,” Chung Jo meminta Kang
Chi untuk membuat dunia tahu kalau ayahnya tak bersalah. “Saat itu datanglah
untuk menjemputku. Sebelum itu terjadi, aku tak akan bergerak selangkahpun dari
sini.”
Kang Chi mencoba meraih Chung Jo
kembali, tapi Chung Jo tetap bersikeras menyuruh Kang Chi pergi dan ia pun
meninggalkan Kang Chi yang masih terpaku.
Soo Ryun berkata pada Kang Chi, “Jika
kau ingin membawa anak itu pergi dari sini, pertama-tama pikirkan apa yang
harus kau lakukan terlebih dulu.”
Sendirian, Chung Jo menangis,
menyadari betapa berat keputusan yang ia ambil ini.
Kang Chi masih terpaku, tak tahu
apa yang harus ia lakukan. Ia pun pergi meninggalkan Chunhwagwan dengan gontai.
Ada 3 keping uang di tangannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar