Kang Chi begitu lega melihat Tae Soo telah sadarkan diri. Ia berlari menghampirinya. Namun tak dinyana Tae Soo malah menusuknya dengan pedang. Kang Chi menatap Tae Soo tak percaya.
“Tae Soo….mengapa?”
“Itulah yang ingin kutanyakan…Mengapa kau melakukannya? Bagaimana bisa kau membunuh ayah dengan begitu keji? Aku tidak akan memaafkanmu. MATI kau!!!!
Tae Soo menghujamkan pedangnya lebih dalam hingga menembus tubuh Kang Chi. Kang Chi menggapai pundak Tae Soo. Tae Soo menarik pedangnya. Kang Chi terhuyung-huyung ke belakang dan terjatuh.
Tae Soo berteriak dan kembali mengayunkan pedangnya. Tapi Yeo Wool menahan pedang Tae Soo dengan pedangnya dan menyuruh Tae Soo melepaskan pedang. Tae Soo tak peduli, ia hendak menyerang kembali. Gon menetak punggungnya hingga Tae Soo jatuh.
Yeo Wool menghambur ke sisi Kang Chi yang mengeluarkan banyak darah. Yeo Wool sangat cemas. Ia menaruh tangannya di perut Kang Chi untuk menahan keluarnya darah.
“Dam-gun…”
“Tak apa-apa Kang Chi, kau akan baik-baik saja,” Yeo Wool berusaha menenangkan.
Kang Chi pingsan dalam pelukan Yeo Wool. Yeo Wool berseru-seru memanggil Kang Chi. Barulah Guru Dam dan yang lain datang menghambur. Emmm….reaksinya telat banget ya >,<
Sementara itu Chung Jo dengan berani menghadapi Wol Sun. Ia meledek inikah keanggunan Wol Sun yang menyebut dirinya gisaeng terbaik di Chunhwagwan.
“Memaksa junior meminum minuman keras dan mengerjai mereka, apakah itu level gisaeng terbaik di Chunhwagwan?”
Wol Sun menyiram wajah Chung Jo dengan minuman.
“Kau pasti ingin mati! Kau pasti tidak takut apapun!”
“Aku sudah menukar harga diriku dengan semangkuk bubur. Aku tidak memiliki harga diri lagi. Tentu saja tidak ada lagi yang perlu kutakutkan.”
Wol Sun bangkit berdiri lalu membuka pakaian luarnya dan melemparkannya pada Chung Jo. Para gisaeng lain mengikuti.
“Apa kau mempertanyakan keanggunan dan levelku? Sebelumnya, aku akan mengajarimu apa yang terjadi jika kau membuatku marah. Pertama, cuci dan setrika semua pakaian di depanmu. Selesaikan sebelum besok pagi.”
Wol Sun dan gisaeng lain pergi meninggalkan Chung Jo. Seorang dari mereka menasihati Chung Jo seharusnya menahan diri. Chung Jo hanya bisa menahan kekesalannya.
Guru Dam berbicara dengan Tae Soo. Ia bertanya mengapa Tae Soo melakukan hal tadi.
“Dia musuh yang membunuh ayahku. Tidak cukup walau membunuhnya ratusan kali. Mengapa Guru melindunginya?” tanya Tae Soo marah.
“Choi Kang Chi mencelakai Park Mu Sol? Apa maksudnya itu?” tanya Guru Dam pada Gon.
Gon merasa Tae Soo salah paham. Ia melihat sendiri yang membunh Park Mu Sol adalah orangnya Jo Gwan Woong, bukan Kang Chi.
“Apa kaubilang? Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri! Di depanku Choi Kang Chi…ayah…ayah…”
“Tae Soo, tataplah aku. Pada waktu itu, siapa saja yang ada di sana selain Mu Sol dan Kang Chi?”
“Itu…” Tae Soo berusaha mengingat.
“Tatap aku dan jawablah! Siapa lagi yang ada di sana?”
“Ayah…Kang Chi…dan….” Tae Soo nampak bingung, “Pokoknya aku yakin Kang Chi yang membunuh ayah. Percayalah padaku! Aku melihatnya sendiri!”
“Kurasa kau berada di bawah pengaruh hipnotis yang kuat,” ujar Guru Dam.
Tae Soo terkejut.
Yeo Wool mengetahui hal itu dari ayahnya. Masalahnya Tae Soo dihipnotis alam bawah sadarnya. Hipnotis seperti itu hanya bisa dipatahkan oleh orang yang menghipnotisnya.
Yeo Wool bertanya bagaimana jika mereka tidak bisa menemukan orang yang menghipnotisnya, apa yang akan terjadi pada Tae Soo?
“Dia akan berusaha membunuh Choi Kang Chi sampai akhir,” jawab Guru Dam.
“Sampai akhir? Sampai Kang Chi mati?”
Guru Dam diam membenarkan.
Luka Kang Chi mengeluarkan banyak darah dan darahnya sulit dihentikan. Dalam keadaan tak sadar, Kang Chi teringat perbincangannya dengan Tae Soo pada masa lalu.
Saat itu Tae Soo bertanya apa impian Kang Chi. Kang Chi berkata ia hanya ingin Tuan Park, Chung Jo, Tae Soo, ayah angkatnya, dan semua anggota penginapan Seratus Tahun hidup bersama untuk waktu lama. Ia bertanya bagaimana dengan Tae Soo.
“Aku ingin menjadi seseorang seperti ayah. Agar aku mendapat pengakuan Ayah.”
“Kau sudah diakui dari pekerjaanmu di penginapan,” kata Kang Chi. “Yang perlu kaulakukan sekarang adalah menikah.”
Kang Chi bertanya mengapa Tae Soo menolak semua tawaran pernikahan. Apa Tae Soo takut pada wanita seperti kata Chung Jo?
“Takut? Untuk apa aku takut?”
“Kalau begitu sudah ada seseorang yang kausukai?”
Tae Soo tersenyum simpul.
“Oh, ada ya! Siapa?” kata Kang Chi girang.
Tae Soo tidak mau memberitahu. Akibatnya Kang chi menggelitiknya. Keduanya tertawa-tawa gembira.
Entar apakah Tae Soo juga mengingat hal yang sama karena ia menangis.
Chung Jo selesai mencuci pakaian para gisaeng.
Para gisaeng senior datang dan berkata cucian Chung Jo masih kotor. Mereka lalu mencampakkan hasil cucian Chung Jo ke tanah. Chung Jo menyuruh mereka berhenti. Para gisaeng itu menyuruh Chung Jo mencuci kembali. Mereka berjalan pergi sambil menginjak-injak pakaian itu. Siapa lagi dalangnya kalau bukan Wol Sun?
Kepala pelayan melaporkan hal ini pada Gisaeng Chun. Ia tidak tahan melihat sikap kejam Wol Sun. Tapi Gisaeng Chun berkata biarkan saja.
“Hidup tidak selalu manis. Kadang kala terasa pahit dan pedas. Ia harus mengalaminya lebih dulu agar bisa menghadapinya.”
Chung Jo menahan tangisnya. Ia menguatkan hatinya lalu memunguti pakaian-pakaian yang berserakan.
Yeo Wool mondar-mandir di depan kamar Kang Chi dengan khawatir. Senior sekolah yang merawat Kang Chi keluar. Ia berkata arteri Kang Chi sepertinya ada yang terluka parah hingga pendarahannya tidak bisa dihentikan. Jika terus seperti itu, akan sulit bagi Kang Chi untuk melewati malam ini dengan selamat.
Yeo Wool masuk ke kamar Kang Chi lalu duduk di sampingnya. Kang Chi tampak pucat dan berkeringat dingin. Tak sengaja Yeo Wool melihat bekas-bekas luka di tangan Kang Chi. Dengan lembut ia menyentuh bekas-bekas luka itu.
Ia teringat itu adalah bekas luka pedang saat Kang Chi menyelamatkannya malam itu. Juga bekas gigitan anjing saat mereka kecil.
Tatapannya teralih pada gelang Kang Chi. Ia ingat luka-luka Kang Chi sembuh sendiri saat gelang itu putus oleh pengawal Jo Gwan Woong (saat Kang Chi berubah menjadi siluman dan membantai anak buah Jo Gwan Woong). Yeo Wool mengulurkan tangannya ke gelang Kang Chi.
“Tidak boleh!” terdengar suara So Jung di benak Yeo Wool. So Jung pernah memperingatkan Yeo Wool agar tidak terlibat dalam takdir Kang Chi. Ia meminta Yeo Wool mengabaikan entah Kang Chi menjadi siluman atau manusia.
Yeo Wool berkata bagaimana itu mungkin padahal Kang Chi akan tinggal bersama mereka untuk sementara waktu.
“Perasaan melibatkan dua orang. Kau mengerti maksudku, kan?”
“Ia bilang ia ingin menjadi manusia. Aku ingin membantunya.”
“Nona!” tegur So Jung tak setuju.
“Jangan khawatir. Ia mengira aku seorang pria. Dan aku hanya ingin membantunya sebagai seorang teman.”
So Jung menghela nafas panjang. Ia meminta Yeo Wool berjanji tidak menginginkan lebih selain hubungan pertemanan. Juga tidak akan terlibat dalam masalah hidup dan mati.
Yeo Wool ingat pada janjinya.
“Tapi, ia sekarat di hadapanku. Dan aku tidak bisa duduk diam saja melihatnya mati,” kata Yeo Wool dalam hati.
“Maafkan aku, biksu,” ujar Yeo Wool pelan. Lalu ia meraih gelang Kang Chi dan melepasnya.
Yeo Wool memejamkan mata karena takut akan apa yang terjadi. Tapi tidak terjadi apa-apa. Kondisi Kang Chi tetap sama.
Ia membuka perban yang menutupi luka Kang Chi, luka itu masih ada. Yeo Wool kebingungan.
Tiba-tiba bermunculan butir-butir cahaya biru. Cahaya itu melebur dalam luka Kang Chi dan menyembuhkannya. Yeo Wool sangat lega.
Hanya saja tiba-tiba Kang Chi membuka matanya. Mata hijau terang. Kang Chi menggeram lalu menyerang Yeo Wool.
Yeo Wool terjatuh, tangannya menyenggol tempat lilin dan terluka. Kang Chi mengeluarkan cakarnya sambil menggeram marah pada Yeo Wool. Sebelah tangannya mencekik leher Yeo Wool.
Gon merasa ada yang tak beres. Ia nerlari keluar meninggalkan Tae Soo di aula.
Kang Chi menggeram dan bertanya apa yang Yeo Wool lakukan padanya. Yeo Wool mengulurkan gelang Kang Chi.
“Tenanglah…aku berusaha menyembuhkan lukamu.”
Kang Chi ingat tikaman Tae Soo. Ia mundur ke belakang dan melihat lukanya sudah sembuh. Tapi cakarnya masih teracung dan ia bersikap waspada.
Yeo Wool duduk. Ia mengulurkan gelang Kang Chi.
“Tidak apa-apa. Ini…”
Kang Chi masih menggeram dengan penuh curiga.
“Pasanglah lagi. Ulurkan tanganmu,” bujuk Yeo Wool lembut. Kang Chi tidak menurut.
Tapi begitu Yeo Wool memanggil namanya,” Kang Chi-ah….” Tatapan di mata Kang Chi berubah. Pelan-pelan ia mengulurkan tangannya.
Yeo Wool memasangkan gelang kembali di tangan Kang Chi. Kang Chi tidak melawan sedikitpun. Yeo Wool tersenyum. Mata Kang Chi kembali seperti semula. Namun ia jatuh pingsan menimpa Yeo Wool.
Tepat saat itu Gon masuk. Yeo Wool segera meminta Gon membantunya, tanpa menyadari wajah Gon yang tersaput cemburu.
Gon memegangi Kang Chi dalam posisi duduk agar Yeo Wool bisa membalut kembali perut Kang Chi dengan perban. Yeo Wool melakukannya agar tidak ada yang curiga mengapa Kang Chi sembuh secepat ini.
Gon melihat luka di tangan Yeo Wool. Begitu Yeo Wool selesai membalut, Gon langsung melepaskan Kang Chi begitu saja dan pergi keluar.
Yeo Wool menyusulnya. Ia bertanya Gon tidak akan melaporkan hal ini pada ayahnya, bukan?
“Melaporkan apa? Bahwa Nona mencabut gelangnya untuk menyelamatkannya? Atau ia hampir membunuh Nona karena melepas gelangnya?”
“Apa maksudmu? Siapa?”
Gon meraih tangan Yeo Wool yang terluka. Yeo Wool berkata luka itu tidak ada apa-apanya. Ia hanya terluka tempat lilin.
“Jika terjadi sesuatu pada Nona karena dia, maka aku akan membunuhnya.” Gon menghempaskan tangan Yeo Wool lalu berjalan pergi dengan kesal.
Yeo Wool menghela nafas lelah lalu berjongkok sambil memegangi tangannya yang sakit. Diam-diam Tae Soo mengamatinya.
Kang Chi tertidur lelap malam itu.
Gisaeng Chun menemukan Chung Jo tertidur di halaman setelah selesai mencuci pakaian. Chung Jo terbangun. Ia menyangkal kalau ia kelelahan.
Gisaeng Chun mengajak Chung Jo mengikutinya ke sebuah ruangan. Di dalam ruangan itu terdapat alat musik tambur bersusun lima (yang sering dimainkan Gisaeng Chun). Chung Jo terpesona melihatnya.
“Beberapa orang mungkin menganggap gisaeng adalah wanita rendahan yang menjual tubuh dan minuman. Tapi aku sama sekali tidak berpikir begitu. Ada banyak kesempatan untuk mempelajari hal unik dan mencapai banyak hal. Mengikuti hukum sebagai seorang anak perempuan bukanlah cara hidup satu-satunya seorang gadis. Aku yakin wanita juga bisa memiliki impian dan bekerja keras mencapainya.”
“Mencapai impian?”
“Hanya karena keluargamu hancur bukan berarti hidupmu harus berakhir. Jadilah gisaeng seniman. Jadilah gisaeng seniman dan mulailah hidup baru, Chung Jo-ya.”
Chung Jo terdiam. Ia memandang tambur di hadapannya dengan secercah sinar di matanya.
Keesokan paginya Guru Dam menerima laporan kalau Kang Chi telah menghilang tanpa jejak. Yeo Wool langung berlari mencarinya.
Padahal Kang Chi sedang duduk tenang di dapur melahap kentang rebus. Seorang murid bernama Sung memergokinya. Sung langsung mengenali Kang Chi.
“Kau mengenalku?”
“Kau terkenal di sini.”
“Aku?”
“Iya, kau murid pertama yang ditikam begitu tiba kemari.” Hahaha XD Kang Chi langsung asem deh tampangnya.
Sung menanyakan luka Kang Chi. Kang Chi menjawab ia baik-baik saja. Ia malah bertanya di mana ia bisa makan daging. Sung meminta maaf, ia tidak diijinkan menyentuh makanan di dapur.
“Jika Guru Gong Dal tahu, aku akan berada dalam bahaya.” Ia menjelaskan Guru Gong Dal adalah orang yang bertangggungjawab dalam bidang rumah tangga sekolah ini.
“Orang yang bertanggungjawab dalam rumah tangga? Aku berani bertaruh ia seorang yang pelit,” gerutu Kang Chi.
Sung tersenyum geli mendengar ocehan Kang Chi. Tapi senyumnya lenyap saat melihat siapa orang yang berdiri di depan Kang Chi dengan sapu di tangan.
Yup, Master Gong Dal. Penyapu halaman dengan cincin di jari. Orang yang sedang dikata-katai Kang Chi. (Yeeaaaay…Jae Ha reuni dengan ayah mertuanya di King 2 Hearts^^)
Kang Chi tidak menyadari kehadiran Guru Gong Dal. Ia meminta Sung menunjukkan tempat penyimpanan makanan. Ia akan mengambilnya sendiri. Sung berusaha memberi isyarat pada Kang Chi.
“Kau tenang saja, aku yang akan menangani si Gong Dal itu.”
“Bagaimana kau menanganinya?”
“Apa maksudmu bagaimana? Jika aku melihatnya, aku tinggal…” Kang Chi tersadar yang bertanya barusan bukanlah Sung. Ia menoleh dan berseru kaget.
“Siapa kau?” tanyanya.
Sung buru-buru memberi hormat pada gurunya dan memperkenalkan kalau ini adalah Guru Gong Dal.
“Apa? Kakek ini?” tanya Kang Chi tak percaya.
Tok! Kepala Kang Chi digetok dengan gagak sapu. Kang Chi protes. Guru Gong Dal berkata ia sedang menghukum anak yang tidak sopan.
“Jika melihat seorang yang lebih tua, kau harus memperlihatkan rasa hormat. Mengapa kau duduk-duduk saja di situ tanpa mempedulikan keberadaanku?”
“Hei, kakek tua. Apa kau mengenalku? Memangnya kapan kita bertemu?” Kang Chi bangkit berdiri.
Segera saja Kang Chi menjadi sasaran gagang sapu Guru Gong Dal (wah jurusnya mirip jurus Hang Ah nih XD). Dengan segera Kang Chi berlutut tak berkutik.
“Perlihatkan rasa hormat saat kau berada di tempatku. Pertama, berlututlah.”
Kang Chi berusaha bangkit berdiri tapi Guru Gong Dal menahan pundak Kang Chi dengan sapu.
“Lalu bungkukkan kepalamu, beri salam dan perkenalkan dirimu. Itulah cara memperlihatkan rasa hormat pada orang tua, mengerti?”
PLAKK! Belum sempat Kang Chi menjawab, seseorang telah memukulnya. Ternyata Yeo Wool yang memarahinya.
Guru Gong Dal menurunkan sapunya. Yeo Wool segera memberi hormat. Ia memperkenalkan Kang Chi sebagai anggota baru yang datang kemarin. Sambil meminta maaf, Yeo Wool berkata ia akan segera membawa Kang Chi pergi.
Guru Gong Dal menggerutu sambil keluar. Kang Chi heran melihat guru tua itu sekarang jalan tertatih-tatih bagai orang tak bertenaga padahal tadi sudah menghajarnya.
“Dam-gun, orang tua itu…”
Belum selesai Kang Chi bicara Yeo Wool telah menjewernya dan menariknya keluar dari dapur. Kang Chi mengaduh-aduh kesakitan.
Sung mengungkapkan keheranannya tentang Kang Chi. Bagaimana bisa pria yang kemarin sekarat bisa pulih dalam waktu sehari? Guru Gong Dal pura-pura tak percaya tapi ia tampaknya memikirkan sesuatu.
Yeo Wool membawa Kang Chi ke tempat sepi dan memarahinya. Apa Kang Chi bodoh? Bagaimana jika ada yang curiga mengenai Kang Chi? Kemarin sekarat dan sekarang sehat berkeliaran ke sana kemari, bagaimana jika ada yang curiga?
“Tapi aku sangat lapar. Kau ingin aku kelaparan?”
“Kau akan mati jika melewatkan satu kali makan?”
“Bukan hanya satu, tapi makan malam semalam juga,” ujar Kang Chi.
Yeo Wool berkata Guru Gong Dal paling tidak tahan dengan orang yang tidak memiliki rasa hormat pada orang tua. Jika Guru Gong Dal tak menyukai Kang Chi, Kang Chi akan sulit tinggal di sekolah ini.
“Dia cuma orang tua di dapur,” gerutu Kang Chi.
“Anak ini…padahal aku sudah mempertaruhkan nyawa untuk menyelamatkanmu,” ujar Yeo Wool.
“Setiap kali kau membuka mata dan mulutmu, aku jadi ingin memukulmu. Bagaimana kau bisa begitu berbakat? Apa ada yang mengajarimu?” Olok Yeo Wool.
Tapi Kang Chi malah jadi serius. Ia bertanya apa Yeo Wool melepas gelangnya. Yeo Wool masih saja bercanda tapi Kang Chi semakin serius.
“Mengapa kau melepasnya?”
“Karena kukira kau akan mati. Darahmu keluar begitu banyak. Kudengar kau akan sulit bertahan melewati waktu semalam.”
“Terima kasih.”
“Tentu saja kau harus terima… Apa?” Yeo Wool bengong.
“Terima kasih telah menyelamatkanku. Tapi lain kali, jangan lakukan itu lagi. Jangan lepaskan gelangku saat aku tidak sadar. Aku tidak peduli yang lain tapi aku tidak ingin melukaimu. Apa kau mengerti?”
Untuk sesaat Yeo Wool terdiam, tersentuh dengan kata-kata Kang Chi.
Gon datang memberitahu kalau mereka dipanggil menghadap Guru Dam. Gon dan Kang Chi hampir bertengkar lagi karena Gon mengata-ngatai Kang Chi. Yeo Wool langsung menjewer Kang Chi dan menariknya pergi.
Gon entah harus merasa senang Kang Chi dijewer atau kesal karena itu artinya Yeo Wool menyentuh Kang Chi ;p
Tidak ada komentar:
Posting Komentar