Rabu, 08 Mei 2013

Sinopsis Flower Boy Next Door Episode 2 (Bagian 1)

shot0048
Sebenarnya apa yang terjadi pada pagi itu? Mari kita kembali pada beberapa saat sebelum Enrique mendatangi apartemen Dok Mi.
Masih ingat kan Dong Hoon menemukan secarik kertas terselip di pintu? Saat Dong Hoon mandi, diam-diam Jin Rak membaca isinya. Tertulis: Tips Mengurangi Biaya Pemeliharaan (Apartemen).  Dari Dok Mi.
shot0003 shot0004
Matikan pemanas dan air sesering mungkin. Jika air panas dimasukkan ke dalam botol lalu dibungkus dengan handuk, maka air itu akan tetap panas untuk waktu yang sangat lama. Setelah dingin air itu jangan langsung dibuang, melainkan digunakan untuk menggosok gigi, mencuci muka dan mencuci baju. Sebaiknya jangan menggunakan air yang mengalir langsung dari keran, tapi gunakan baskom. Mencuci dengan tangan lebih menghemat air dan listrik.
Ah, jangan gunakan teko listrik untuk memasak air, gunakanlah kompor. Jangan langsung membuang air yang telah dipakai, gunakan untuk menyiram toilet.
Dan juga, selalu cabut kabel peralatan elektronik yang tidak digunakan. Teko listrik dan selimut listrik, semua yang mengeluarkan panas, menyebabkan tagihan membengkak. Gunakan rice cooker untuk memasak nasi tapi tidak untuk menghangatkan. Kurangi penggunaan pemanas ruangan, kenakan jaket musim dingin agar tetap hangat (biasanya jaket ini hanya dikenakan saat keluar rumah). Pastikan tidak ada udara berlebihan masuk ke dalam rumah. Menutupi celah-celah bisa sangat membantu.
PS: Aku ingin meminta bantuanmu. Bisakah kau menjadi pemimpin demo menggantikanku hari ini?Tolong kabari aku siang ini.
shot0006 shot0012
“Heh? Apa-apaan ini? Dia memintaku melakukannya lagi?” keluh Jin Rak.
Dong Hoon merebut kertas di tangan Jin Rak lalu membacanya. “Tidak langsung menyiram setelah kencing?! Ih..aku tidak bisa hidup seperti itu. Itu menjijikkan.”
Jin Rak bertanya apakah hanya hal itu yang Dong Hoon perhatikan. Iya, memangnya kenapa? Tanya Dong Hoon. Jin Rak berkata orang biasanya menyembunyikan kemiskinan tapi Dok Mi terus terang mengenai keadaannya.
shot0015 shot0017
Terdengar suara bel. Jin Rak membuka pintu dan berhadapan dengan seorang pria berwajah lucu dengan senyum lebar. Pria lucu itu memperlihatkan sekeranjang kue yang dibawanya.
“Anyeonghaseyo…namaku Ryu Watanabe. Aku baru saja pindah ke sini. Aku harap kita bisa berteman.”
shot0025shot0024 
Kembali pada Dok Mi yang baru saja membuka tirai jendelanya. Ia lega melihat si Hitam tidak apa-apa. Tapi alangkah terkejutnya ia ketika melihat pria bertopi panda menatapnya dengan sangar, ngga pake baju lagi >,<
Dok Mi langsung menutup tirainya. “Ia menunjuk matanya…ia bisa melihat…ia bisa melihatku!” teropong Dok Mi terjatuh ke lantai.
“Jadi ini yang kurasakan semalam. Apartemen kedua lantai 4, aku memergokimu! Tunggulah di sana!” Enrique mengenakan jaketnya lalu menghambur ke luar. Dok Mi kebingungan.
shot0033 shot0035
Ryu (Watanabe kita panggil Ryu aja ya, lebih singkat sih^^) terkagum-kagum melihat isi apartemen Jin Rak. Jin Rak khawatir Ryu tak bisa berbahasa Korea sementara Dong Hoon sibuk menelaah style Ryu. Ia kesal karena akhir-akhir ini bermunculan pria tampan sebagai saingannya.
Dong Hoon mengigit roti yang dibawa Ryu. Entah roti atau batu, yang pasti Jin Rak tak bisa menggigitnya. Ryu mengambil sebuah gambar di meja. Gambar seorang gadis sedang melihat keluar dari jendela apartemennya. Dong Hoon juga baru melihatnya.
“Apa ini? Rapunzel?” tanyanya. “Tapi aku merasa pernah melihat wanita ini sebelumnya.”
shot0062 shot0065
“Dia menunjuk matanya…dia menunjuk…” Dok Mi mondar mandir ketakutan lalu bersembunyi di kolong meja.
Enrique tiba di lantai 4. Ia langsung menuju apartemen 402. Dok Mi mengintip melalui lubang pintu, tepat saat Enrique sedang melihat ke lubang itu. Enrique menekan bel. Dok Mi tak berani membukanya.
Enrique terus menekan bel hingga Dok Mi menutup telinga.
shot0086shot0089 
Kilas balik:
Dok Mi berbaring di kursi. Sepertinya ia sedang dalam pemeriksaan psikiater. Entah ia dalam keadaan terhipnotis atau tidak. Dokter bertanya apa yang paling dibenci Dok Mi.
“Suara orang mengetuk pintu. Suara dering telepon. Bunyi interkom. Suara seseorang memanggil namaku.”
“Mengapa kau membenci hal-hal itu?”
“Karena itu artinya aku harus menghadapi seseorang.”
“Tapi kau tidak bisa menjalani hidup tanpa menghadapi orang lain. Sejak kapan kau benci bertemu orang lain? Apakah sejak kejadian itu?”
Dok Mi mulai menangis.
shot0093 shot0098
Kembali ke saat ini. Dok Mi menutup telinga karena bel pintunya terus berbunyi. Enrique memutuskan menggunakan tinjunya. Ehm….tendangannya.
Dok Mi tersentak saat Enrique menendang pintu apartemennya. Enrique berteriak agar Dok Mi membuka pintu. Dok Mi langsung mengunci semua kunci tambahan di pintunya. Mendengar suara pintu dikunci, Enrique berusaha mengintip melalui celah surat di bagian bawah pintu. Dok Mi menutupi lubang itu dengan tangannya.
“Aku tahu kau di dalam sana! Buka pintu, hidung belang! Buka pintu!” seru Enrique. Kesal, Enrique mulai menendangi pintu berkali-kali. Tendangan Enrique yang sangat keras mengakibatkan Dok Mi berteriak dan jatuh terjerembab ke lantai.
Enrique mengancam akan melaporkan Dok Mi ke polisi jika Dok Mi tak membuka pintu. Dok Mi langsung membayangkan wajahnya tercetak di surat kabar berikut kabar penangkapannya karena memiliki kebiasaan mengintip tetangga. Ia semakin mengerut ketakutan.
shot0115 shot0122
Jin Rak, Dong Hoon, dan Ryu mendengar suara-suara berisik. Mereka mengintip ke luar dan melihat seorang pria berpakaian minim sibuk menerjang pintu apartemen Dok Mi.
“Siapa yang berpakaian seperti itu?” tanya Dong Hoon. Ia terbelalak kaget saat mengenali itu adalah Enrique.
“Bagaimana mungkin…hah?” Jin Rak ikut kaget.
shot0131 shot0137
Dong Hoon tak mau menyia-nyiakan kesempatan itu untuk membuat video. Saat mereka sibuk memikirkan apa yang sedang dilakukan Enrique, Ryu bergerak hingga mereka kehilangan keseimbangan dan jatuh ke lorong.
Enrique menoleh melihat mereka. Dok Mi merasa ada keheningan di luar sana.
Dong Hoon, Jin Rak, dan Ryu bangkit berdiri. Enrique membungkuk memberi salam pada mereka lalu mulai mengetuk pintu Dok Mi dengan lebih sopan. Dong Hoon bertanya-tanya mungkinkah Dok Mi adalah kekasih Enrique. Enrique jadi salah tingkah diperhatikan oleh mereka bertiga.
“Apa kalian mengenal pria orang (namja-saram) di dalam sini?” tanyanya sambil menunjuk apartemen Dok Mi.
shot0143 shot0155
Jin Rak: “Pria orang?”
Dong Hoon: “Pria orang?”
Ryu: “Pria orang?” (Bwahahaha bahkan orang Jepang pun bingung dengan kata-kata itu XD)
Dok Mi: “Pria orang?”
“Iya, pria orang,” kata Enrique dengan pede-nya. LOL^^
“Jadi tanpa tahu siapa orang di dalam sana, kau menggedor dan menendangi pintunya?” tanya Jin Rak.
“Pria orang di dalam sana terus mengintip ke rumahku sejak semalam,” kata Enrique bergidik ngeri.
“Wanita,...yang tinggal di sana seorang wanita ,” kata Jin Rak.
shot0161 shot0162
Enrique terkejut mendengar penjelasan Jin Rak. Satpam datang dan bertanya apa yang sedang terjadi. Enrique berkata tak peduli pria atau wanita, yang pasti orang itu telah mengintip rumahnya sejak semalam hingga pagi ini.
Satpam tak percaya begitu saja. Enrique menjelaskan sejak semalam pinggangnya terasa geli, kepalanya mendesis, pokoknya sejak semalam ia terus merasakan “itu” dan sampai sekarang ia masih merasakannya. Hihi…penjelasan yang aneh dan mengundang kesalahpahaman.
shot0169 shot0172
Satpam mengira Enrique seorang penguntit atau hidung belang, apalagi dengan pakaian minim yang dikenakan Enrique. Ia mencengkeram jaket Enrique dan memarahinya. Ahjumma tetangga (yang ditaksir satpam namun menyukai pria-pria muda tetangganya) keluar dari apartemennya dan kaget melihat ada keributan di sana.
Satpam semakin bersemangat menangkap Enrique demi mengambil hati ahjumma itu. Ia mengira Enrique seorang ekshibionis yang senang memamerkan tubuh pada wanita. Ahjumma itu berpendapat Enrique tidak seperti seorang hidung belang. Dok Mi kebingungan mendengar Enrique dituduh macam-macam. Jin Rak hendak melepaskan Enrique tapi Dong Hoon berpendapat sebaiknya mereka tidak ikut campur. Jin Rak menurut. Satpam terus memarahi Enrique. Ahjumma mulai melihat satpam dengan pandangan baru.
shot0188 shot0196
Dok Mi tak tahan lagi, akhirnya ia membuka pintu. Semua menoleh ke arahnya. Enrique melihat Dok Mi dan teringat kalau Dok Mi adalah wanita yang ia lihat menangis di depan pintu apartemen Tae Joon. Ia hendak menerjang ke arah Dok Mi. Dok Mi buru-buru menutup pintunya kembali. Semua menghalangi Enrique. Satpam berkata ia akan membawa Enrique ke kantor polisi. Mendengar itu, Dok Mi langsung membuka pintunya.
shot0204 shot0207
“Pamanlepaskandia.priaitubenarbenardatangkesinimencariku.benarakulahyangsalah,” rentetan kata meluncur dari bibir Dok Mi yang memejamkan matanya.
Semua terdiam. Dok Mi membuka matanya dengan takut-takut. Melihat itu, Jin Rak mendorong Dok Mi masuk kembali, ia yang akan mengurus semuanya. Lalu ia membuka pintu kembali hanya untuk memberitahu Dok Mi kalau ia akan menggantikan Dok Mi menjadi pemimpin demo sehingga Dok Mi tak perlu keluar. Awww….
shot0235 shot0240
Rupanya tidak ada yang mendengar perkataan Dok Mi dengan jelas kecuali Jin Rak karena ia berdiri di dekat pintu. Jin Rak menjelaskan semua ini hanya kesalahpahaman karena gedung apartemen mereka terlalu berdekatan. Ia meminta semua orang bubar. Enrique tak puas tapi satpam menggiringnya pergi.
Dok Mi terduduk lemas di lantai.
Satpam dan ahjumma menemani Enrique turun dengan lift. Enrique tak puas dan hendak menjelaskan, tapi satpam menatapnya dengan galak. Ahjumma genit merapat pada satpam seakan meminta perlindungan tapi matanya memancarkan ketertarikan pada Enrique (gawat nih ahjumma >,<). Enrique kesal sekali karena tak berdaya. Ia melihat pengumuman mengenai pertemuan para penghuni di dinding lift dan mendapat ide.
shot0250 shot0260
Dong Hoon malah senang saat mengetahui kalau wanita juga senang mengintip. Jin Rak tak setuju, apanya yang bisa diintip dari Enrique. Dong Hoon yakin Dok Mi memang mengintip Enrique, jika tidak mengapa Dok Mi tidak meneriaki Enrique sebagai si hidung belang, malah bergumam tak jelas.
“Itu karena dia orang baik. Karena dia murni dan bersih,” kata Jin Rak.
“Oh my…apa yang kurasakan ini?” Dong Hoon curiga Jin Rak selalu membela Dok Mi.
“Ada hal yang tidak bisa disembunyikan orang. Wanita di apartemen 402 itu, kilatan di matanya dan caranya berbicara, caranya melihat dari depan dan dari belakang….dia itu pokoknya sangat baik.”
Dong Hoon mengangguk. “Wanita di apartemen 402? Bujangan No. 1 (Jin Rak) mengutarakan ketertarikannya pada wanita di apartemen 402. Begitukah caramu menyatakan perasaan?”
“Kau ini…” Jin Rak menyodorkan kakinya ke wajah Dong Hoon.
shot0268 shot0273
Dok Mi menutupi semua tirai di apartemennya. Enrique menggeser kursi ke dekat jendela lalu duduk di sana menanti Dok Mi. Ia menganggap hal ini mulai menyenangkan, setidaknya kehidupannya di Korea tidak akan membosankan. Ia mengambil kertas dan kuas lalu menatap apartemen Dok Mi. Ia mulai menggambar sesuatu.
Dok Mi meneruskan pekerjaannya. Ia mendapat sms dari atasannya kalau hanya sebagian uang gaji yang bisa ia kirimkan pada Dok Mi karena ada masalah di kantor.
“Gajiku kan tidak seberapa dan kau masih membaginya? Kalau begitu apa jadinya? Sebagian gaji dari sebagian?” gerutu Dok Mi. Tapi ia membalas sms itu dengan: “Iya. Fighting.”
shot0277 shot0284
Dok Mi membuka tirainya, bukan untuk mengintip tapi karena kebiasaan. Ia kaget saat melihat Enrique melambai ke arahnya. Pelan-pelan ia membuka tirainya sedikit. Enrique menunjuk gelas anggur di tangannya, seakan menawari Dok Mi minum.
Walau takut, Dok Mi penasaran juga. Ia mengintip lagi. Enrique tidak ada. Sebagai gantinya, di jendela tertulis: Aku akan segera kembali. Dok Mi bertanya-tanya siapa sebenarnya pria itu.
Terdengar suara satpam mengumumkan demo hari ini dan ia mengharapkan kehadiran semua orang tanpa terkecuali.
Persediaan makanan dan beras Dok Mi mulai habis. Ia terpaksa membuat daftar belanjaan padahal ia tidak ingin keluar. Tapi ia juga tidak suka barang-barangnya diantar.
shot0291 shot0294
“Ada seorang wanita yang hidup dikelilingi tembok yang melindunginya dari dunia luar. Dia paling merasa bahagia saat ia sendirian di kamarnya. Lalu pada suatu hari, berkat tetangganya ia belajar untuk menjelajah dunia luar. Itulah ceritanya,” Jin Rak menunjukkan gambar-gambar yang telah dibuatnya pada editor mata panda.
“Tidak bisa begitu! Tidak bisa hanya seperti itu!” sergah si editor dengan kesal. “Dia harus ditarik kembali ke dunia dengan kekuatan cinta. Full of love! Love of miracle! (ehem…bukannya miracle of love??)”
shot0305 shot0309
Jin Rak dan Dong Hoon mengernyit bingung. Editor itu bertanya sejak kapan Jin Rak mempersiapkan cerita ini. Jika Jin Rak sudah tahu ending cerita ini, pastinya Jin Rak telah mengerjakannya selama beberapa waktu.
Jin Rak membenarkan. Ia mulai mengerjakan cerita ini setelah ia pindah kurang dari 3 tahun yang lalu. Editor itu terlihat sangat kesal.
“Kenapa pria itu tidak bisa menyatakan cintanya? Biarkan dia menyatakan cintanya! Mengapa ia tidak menyatakannya dengan malu-malu?” tanyanya.
Jin Rak bertanya balik, apa yang akan dilakukan si gadis jika pria tetangganya menyatakan cintanya. Mungkin saja wanita itu menerima cintanya atau memutuskan hubungan dengan pria itu. Karena itulah pernyataan cinta yang malu-malu tidak bisa diterima. Hanya cinta yang diungkapkan dengan percaya diri yang dapat diterima oleh dunia ini.
“Itulah sebabnya pria ini tidak bisa menyatakan cintanya. Karena ia takut mengakibatkan gadis ini terlempar dalam kekacauan. Karena ia takut membuat wanita itu megamali kesulitan!” kata Jin Rak berapi-api.
“Begitu….” Kata si editor dengan mata berkaca-kaca karena terharu. “Pernyataan cinta yang malu-malu tidak ada di dunia ini. Itulah sebabnya aku tidak mengerti.”
shot0325 shot0327
Dong Hoon bingung banget kenapa perkataan Jin Rak bisa membuat editor galak itu menangis terharu (aku juga hahaha :D). Tapi setidaknya ada kabar baik, editor itu meminta Jin Rak mengirimkan episode 1 dan dalam minggu ini webtoon itu bisa dimulai.
Jin Rak dan Dong Hoon ternganga. Saking senangnya, Jin Rak high five dengan pipi Dong Hoon mwahahaha XD
shot0331 shot0336
Dok Mi akhirnya berjalan ke tenda pertemuan para penghuni yang terletak di atap gedung. Rupanya pertemuan dan demo para penghuni ini mengenai uang sewa yang lebih tinggi dari apartemen lain. Semua penghuni telah berkumpul di sana dan terdiam saat melihat Dok Mi.
Mungkin inilah yang tidak disukai Dok Mi, melihat semua mata memandangnya dengan rasa ingin tahu. Tapi Dok Mi memberanikan dirinya. Ia membungkuk memberi salam lalu melangkah masuk. Malangnya ia tersandung dan jatuh terjerembab ke lantai. Dok Mi terlihat kebingungan. Jin Rak ingin membantu tapi karena ia pria, ia tak berani memegangi Dok Mi.
   shot0341shot0344
Ahjumma genit yang membantu Dok Mi berdiri. Dok Mi terus membungkuk meminta maaf sambil berjalan ke tempat duduk yang masih kosong. Jin Rak terus melihat Dok Mi. Hal ini tak lepas dari pengamatan Dong Hoon. Ia tersenyum penuh arti melihat seniornya itu.
 shot0351
Satpam memperkenalkan penghuni paru apartemen 403, Ryu. Ryu memperkenalkan dirinya. Ia datang ke Korea karena ingin mempelajari masakan Korea.
“Astaga..kau datang dari Jepang?” seru ahjumma genit kegirangan. “Dulu, ketika masih di istana..” Ahjumma itu tidak melanjutkan perkataannya. Ryu dan Dong Hoon kebingungan. Istana? (Bagi yang menonton Dae Jang Geum, pasti tidak asing lagi dengan ahjumma ini. Ia menjadi salah satu dayang kepercayaan Dayang Han yang berkarakter lucu namun sangat membela Jang Geum^^ -lupa namanya dayang siapa)
Jin Rak protes mengenai seringnya diadakan pertemuan para penghuni. Mereka orang-orang yang sibuk dalam keseharian mereka (padahal yang dimaksud Jin Rak adalah Dok Mi). Satpam berkata mereka semua telah menandatangani petisi untuk departemen lingkungan, kali ini mereka harus menandatangani petisi untuk dikirimkan langsung pada Direktur. Satpam berkata semua ini bukan untuk dirinya sendiri. Petisi diedarkan pada para penghuni untuk ditandatangani.
shot0355 shot0363
Setelah petisi ditandangani, satpam meminta para penghuni berkumpul kembali nanti dengan atribut demo masing-masing. Satpam hendak mengumumkan pemipin demo ketika dengan gagahnya Jin Rak mengumumkan ia akan menggantikan Dok Mi menjadi pemimpin demo.
“Kau kan kemarin bilang padaku tidak mau melakukannya lagi,” ujar satpam.
“Tidak, begini…mendadak aku merasakan dorongan untuk menuntut hak kita. Kompensasi! Kompensasi” seru Jin Rak bersemangat. Dok Mi mengangguk dengan rasa terima kasih. Jin Rak tersenyum puas.
shot0379 shot0383
Ryu tiba-tiba berdiri. Ia mengumumkan ia akan mengajar kursus memasak dan ia mengharapkan banyak yang ikut. Ahjumma genit langsung bersemangat. Ryu berkata ia bisa memasak masakan Jepang, Spanyol, dan India. Ahjumma sangat girang dan berjanji akan datang.
Satpam terbakar api cemburu dan berteriak-teriak mengumumkan kursus memasak Ryu, mengakibatkan hujan lokal pada semua orang di ruangan itu.
shot0384 shot0387
Semua penghuni keluar dari tenda pertemuan. Dok Mi menanti hingga semua orang keluar. Jin Rak berjalan pelan-pelan agar bisa berdua dengan Dok Mi. Ia berdehem lalu berterima kasih pada Dok Mi karena telah hadir.
“Bagaimana kalau kita keluar dari sini?” katanya sopan. Terlalu sopan malah, kaya di drama sageuk^^
Dok Mi malah jadi tak enak hati. Ia berkata ia akan turun nanti.
“Kalu lebih suka seperti itu? Seperti yang kubilang, aku akan mengambil alih tugas memimpin demo hari ini. Jadi yang perlu kaulakukan hanyalah menghadiri demo dengan tenang.”
Dok Mi mengangguk.
“Kalau begitu aku permisi dulu,” kata Jin Rak masih dengan gaya sageuknya. Dok Mi membungkuk hormat, dibalas oleh Jin Rak.
shot0393 shot0397
Begitu keluar tenda, Jin Rak disambut omelan Dong Hoon. Ia berkata Dok Mi setidaknya harus membayar Jin Rak untuk menggantikannya. Jin Rak cepat-cepat menggeplak mulut Dong Hoon karena takut kedengaran Dok Mi. Ia segera menyeret Dong Hoon turun.
Terlambat, Dok Mi telah mendengar semuanya. Ia menghela nafas sedih. Jin Rak mengomeli Dong Hoon sepanjang perjalanan turun, tanpa menyadari kemunculan Enrique di gedung apartemen mereka.
shot0401 shot0404
Dok Mi akhirnya keluar dari tenda pertemuan setelah semua sepi. Alangkah terkejutnya ia ketika menoleh dan melihat Enrique di sana menunggunya.
shot0408 shot0409

Tidak ada komentar:

Posting Komentar