Enrique dan Dok Mi menghangatkan diri di dekat api unggun. Enrique berkata ia hendak menunjukkan sesuatu. Ia berdehem dan mulai bernyanyi (lagu “Like a Child” – Kim Dong Ryul).
Saat ia menerima hidupku…saat aku katakan aku mencintainya,
Dengan percaya diri aku katakan aku tak akan membutuhkan yang lainnya.
Tapi keserakahanku muncul dan aku meminta lebih
Aku memikirkan dirimu sepanjang hari…
aku mulai cemburu…
aku mulai takut…
Aku tak percaya kau sedang tersenyum di sisiku.
Aku hanya sangat menyukaimu…begitu menyukaimu
Aku tidak bisa tidur memikirkan aku akan kehilanganmu…
“Itulah perasaanku padamu,” kata Enrique.
Dok Mi tersenyum. Keduanya terdiam selama beberapa saat.
“Aku juga ingin memperlihatkan sesuatu padamu,” kata Dok Mi. Ia mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan foto Enrique di kebun binatang. Di balik tulisan itu ia menulis: “Dunia wanita itu”
“Kau memintaku untuk merekam film dunia ini. Yang pertama kulihat di dunia ini dan aku rekam adalah Kkae Geum-sshi. Aku menyadarinya saat membuat judul untuk foto ini: dunia wanita itu.”
Enrique terus menunduk memandangi foto itu.
“Kau adalah duniaku. Ini pengakuanku. Biar aku ulang permainan kata yang tadi kita mainkan. Aku minta maaf karena aku baru memberitahumu sekarang. Terima kasih telah menjadi dunia bagiku….aku mencintaimu…”
Enrique menoleh. Ia tidak sanggup berkata-kata dan mulai menangis.
“Ahjumma, kau curang. Kau mengatakan aku duniamu. Kau mengatakan hal yang begitu luar biasa hingga pengakuanku terdengar tidak ada apa-apanya,” keluhnya. Hahaha...dasar Enrique >,<
Dok Mi tersenyum. Ia berkata ia sudah mendengar nyanyian cinta Enrique. Ia merasa sangat tersentuh.
“Seharusnya aku merekamnya. Bisakah kau menyanyikannya lagi agar aku bisa mendengarnya tiap hari?”
“Bodoh, aku kan bisa menyanyikannya tiap hari mulai sekarang.”
“Apakah kau akan tetap menjadi duniaku mulai sekarang?”
Enrique mengangguk.
“Aku akan menjadi duniamu. Dunia yang damai dan cerah.”
Dok Mi berkata tidak ada dunia seperti itu. Kadang-kadang akan turun hujan. Kadang-kadang mereka akan bertengkar. Kadang-kadang mereka akan terluka. Tapi bukan berarti dunia itu lenyap.
“Aku akan menunggumu. Aku aku menunggu hingga kau memenuhi impianmu dan kembali. Aku akan berpikir kalau kau ada di sisiku dan aku akan menunggumu. Aku tidak akan berubah, seperti matahari yang selalu terbit dan terbenam setiap hari. Aku akan menunggu,” kata Dok Mi.
Enrique tersenyum.
“Mulai sekarang mari kita tidak membicarakan mengenai kepergianku atau kau menungguku. Pikirkan saja tentang kita. Seakan hanya ada kita berdua di dunia ini.”
Dok Mi mengangguk.
Mereka berpindah ke dalam. Dok Mi memberi pelajaran dikte pada Enrique untuk memperkuat bahasa Korea Enrique.
“Pemandangan matahari terbenam sungguh indah,” Dok Mi memberikan soalnya.
Enrique berpikir lalu mulai menulis. Whoaaaa bolpennya segede gajah!! *lebay*
Enrique sepertinya kebingungan. Dok Mi ingin melihat apa yang Enrique tulis. Karena malu, Enrique menutupi kertasnya. Dok Mi memberi soal yang lebih sulit dan lebih panjang.
Enrique mencoba menulisnya tapi ia gagal. Dengan kesal ia mencoret tulisannya. Dok Mi diam-diam tertawa geli.
“Kau tidak bisa? Sayang sekali. Kau harus mengirim surat.” (Haha.. jadi hukuman tidak bisa dikte adalah mengirim surat tulisan tangan pada Dok Mi?)
Enrique meletakkan bolpennya. Ia protes, pada jaman digital seperti sekarang ini mana ada yang mengirim surat tulisan tangan? Kalau dalam ponsel/kompi kan biasanya ada program untuk mengoreksi tulisan yang salah.
“Apa kau sudah selesai? Aku bisa memeriksanya sekarang?
“Belum, aku belum selesai. Tunggu,” Enrique kembali menelungkup untuk menulis.
Dok Mi tersenyum geli. Ia menusuk pinggang Enrique dengan jari hingga Enrique berguling karena geli.
Dok Mi cepat-cepat mengambil kertas Enrique. Enrique berusaha merebutnya. Keduanya berebut hingga menyadari kalau mereka berdekatan. Keduanya terdiam.
Dok Mi cepat-cepat menyerahkan kertas Enrique. Enrique tersenyum seolah tak ada apa-apa. Dok Mi tersenyum walau jantungnya berdebar kencang.
Malam itu, Enrique menyelimuti Dok Mi yang tertidur di sofa. Ia terus memandangi Dok Mi
Enrique: Aku mengira cinta adalah memberikan setengah dari dirimu dan mengisinya dengan setengah orang itu. Wanita itu takut pada cinta karena merasa malu setengah dari dirinya adalah hal yang gelap dan kelam. Akhirnya wanita itu sadar bahwa cinta adalah menyatukan kedua bagian yang tidak sempurna.
Dok Mi terbangun dan melihat Enrique tertidur di lantai.
Dok Mi: Cinta seperti jam putar. Saat jam itu masih baru, ia menunjukkan waktu yang tepat. Saat waktu berlalu dan kau lupa memutar pegasnya, jam itu rusak dan berhenti. Pria itu memutar pegasnya agar jam itu tidak berhenti meski waktu terus berlalu.
Ia ganti menyelimuti Enrique dengan selimut yang tadi dipakainya dan duduk di dekatnya. Keesokan paginya keduanya telah pergi.
Satu tahun kemudian….
Kembali pada saat Dok Mi rapat dengan rekan-rekan kerjanya. Ia keluar dan tak sengaja berpapasan dengan Jin Rak.
Jin Rak berkata webtoonnya baru saja diterbitkan menjadi komik oleh penerbit di seberang jalan. Dok Mi tersenyum, ia sudah membacanya.
“Kudengar kau penulis cerita cinta terbaik,” kata Dok Mi.
“Benarkah? Aku masih belum memulai cerita cintaku. Ini rahasia ya, jangan katakan hal ini di forum online,” ujar Jin Rak. Dok Mi tertawa.
Jin Rak berkata hari ini ulang tahun pernikahan pertama Satpam Hong dan ahjumma 404. Ia bertanya apa yang sebaiknya mereka lakukan untuk merayakannya.
Dok Mi bertanya apakah Jin Rak masih sering ke kantor satpam. Jin Rak berkata ia pernah melewati kantor itu dan melihat sentuhan wanita di dalamnya.
“Ya, jejak topi itu telah hilang, ditutupi oleh foto mereka. Setelah waktu berlalu, foto itu juga akan meninggalkan jejak. Bukan hanya jejak salah satu dari mereka. Tapi jejak keduanya,” kata Dok Mi.
Keduanya berjalan bersama. Jin Rak bertanya apakah Enrique benar-benar ada di Spanyol. Ia terus mengganggu Jin Rak tiap hari (melalui chatting).
“Bagaimana ia bisa begitu berisik saat online? Ia pasti lebih parah padamu, ya kan?” Hehe…Jin Rak ngga tau kalau Dok Mi tidak memperbolehkan Enrique mengirimnya pesan online, hanya boleh melalui surat tangan ;D
“Apa yang dia katakan?” tanya Dok Mi.
“Ia hanya membicarakan Dok Mi-sshi. Apa ia bekerja dengan baik? Apa ia menulis bukunya? Apa ia sudah makan atau belum? Apa ia masih mendaur ulang? Apa ada pria yang mengejarnya? Apa ia masih cantik? Hal-hal seperti itu,” kata Jin Rak sambil tersenyum.
Dok Mi tertawa geli. Mereka berjalan pulang bersama.
Dok Mi sibuk menghias kue dengan bimbingan Ryu. Ahjumma 404 sangat senang mendapat hadiah cincin dari satpam Hong.
Dong Hoon bertanya mengapa selama ini satpam Hong tidak menarik uang jaminan dari para penyewa apartemen. Apakah selamanya mereka tidak akan diminta menaruh uang jaminan.
Jin Rak berkata sekarang bukan saatnya untuk membicarakan hal itu. Ia berbisik bulan depan adalah kontrak perpanjangan sewa mereka, jika Satpam Hong berubah pikiran maka mereka tidak akan punya rumah lagi. Dong Hoon langsung menutup mulutnya rapat-rapat.
“Itu adalah impianku,” jawab satpam Hong. “Masa mudaku sungguh sulit. Aku sangat miskin dan kelaparan. Aku pikir jika ada orang yang mau menampungku, aku akan membalas dengan cara yang sama. Semua yang di sini masih muda. Uang jaminan adalah modal untuk kalian memulai. Aku tidak boleh mengambil jaminan dari mereka tanpa modal untuk memulai. Tapi kalian tidak boleh terlambat membayar uang sewa, karena itu akan menjadi kebiasaan. Menyalahkan dunia akan menjadi kebiasaan. Menyerah akan menjadi kebiasaan. Mengerti? Jika kau terlambat membayar, selesai sudah.”
Dong Hoon dan Jin Rak manggut-manggut kagum mendengar penjelasan satpam Hong.
Ryu dan Dok Mi menaruh kue di atas meja. Ia membuatnya untuk pasangan Hong. Love Cake. Semua bertepuk tangan. Satpam Hong berterima kasih pada Ryu.
Seorang wanita berjalan ke apartemen 403.
“Permisi,” sapanya. Dia adalah editor tanpa mata pana. Hehe…mata pandanya sudah hilang^^
Dong Hoon tersenyum penuh arti. Semua bingung karena tidak kenal dengan editor. Jin Rak berbisik pada Dong Hoon, apa Dong Hoon yang meneleponnya.
Dong Hoon mengangkat bahu dan menyuruh editor masuk.
“Aah, kau yang akan pindah ke 403, tempat aku dulu tinggal, iya kan?” tanya ahjumma 403…sekarang panggil ahjumma Hong aja ah ;)
“Apakah pemanasnya pemanas pusat atau masing-masing? Apa aku harus membayar biaya lift walau tidak menggunakannya? Aku melihat kantor satpam saat berjalan ke sini, apa aku harus membayar biayanya? Bagaimana dengan air panas? Ada berapa pertemuan per bulan? Aku melihat atap. Apa itu terbuka untuk semua orang?” celoteh editor. Dong Hoon melihatnya dengan bangga.
“Aku tidak tahu mengenai semua itu. Tapi tidak ada uang jaminan,” kata ahjumma Hong.
“Yeeeeeeaaaaaah,” seru editor girang. Semua terlonjak kaget.
“Terima kasih. Aku mencintai kalian. Aku menyambut kalian sebagai tetanggaku.” So cute^^
Dong Hoon mengulurkan tangannya, yang segera disambut oleh editor.
“Kurasa ini tempat dudukku,” kata editor pada Jin Rak yang duduk di sebelah Dong Hoon. Ia memberi isyarat untuk pindah. “Right now!”
Jin Rak bengong. Editor menepuk-nepuk tangannya agar cepat pindah. “Right now!” katanya dengan galak.
Jin Rak terpaksa bergeser. Dok Mi tertawa geli.
Dong Hoon langsung memeluk editor.
“Apa kalian berpacaran sekarang?” tanya Jin Rak.
Keduanya menjulurkan lidah pada Jin Rak.
Ryu mengumumkan pada mereka sudah saatnya ia pergi. Ia akan pergi ke Afrika untuk mempelajari masakan di sana. Satpam Hong dan ahjumma menyayangkan kepergian Ryu. Mereka sudah dekat dan masakan Ryu sangat enak.
Ryu memberikan sebuah hadiah pada Dok Mi. Sebuah pajangan berbentuk burung hantu.
“Ini peri, yang bisa mengabulkan permintaan dan memberi kebahagiaan.”
Dok Mi menerimanya dan berterima kasih. Ia teringat saat pertama kali bertemu Ryu ketika tiba-tiba Ryu muncul di luar jendelanya dan keceriaan Ryu saat memasak.
Tiba-tiba Dong Hoon bertanya apakah mereka semua tahu berapa jumlah uang dalam tabungannya sekarang. Jin Rak malah bingung, memangnya Dong Hoon punya rekening?
“Aku punya lima puluh…delapan….won!”
Semua bingung, cuma editor yang menangis bahagia. Dong Hoon berkata akhirnya rekeningnya tidak minus lagi. Ia tidak lagi memiliki hutang. Dong Hoon memeluk editor erat-erat.
“Ada apa dengan orang-orang miskin ini?” gumam Jin Rak.
Mereka makan kue bersama. Dok Mi melihat sekelilingnya, semua tersenyum bahagia. Ia teringat pada Enrique. Ketika Enrique memeluknya di ruangan yang sama dan memintanya untuk keluar ke dunia dan menjaga diri baik-baik.
Dok Mi kembali ke apartemennya. Apartemennya lebih terlihat cerah dari sebelumnya. Ia duduk di mejanya dan membaca surat terbaru Enrique.
“Ahjumma, aku akan memberitahu hasil pertandingan Barcelona semalam. Barcelona mencetak gol pada perpanjangan waktu, 30 detik sebelum pertandingan berakhir. Aku sangat senang. Ahjumma, apa kau tahu? Saat ini aku juga membutuhkan perpanjangan waktu. Kau bisa menunggu sebentar lagi, kan? Kali ini semua ejaanku benar, kan? Hihihi…. Dunia Dok Mi, Enrique.”
“Benar, ejaanmu semua benar. 100& benar,” gumam Dok Mi sambil tersenyum. “Tapi kau tidak seharusnya mengatakan ‘sebentar’ dalam situasi seperti ini. Bagaimana kau bisa bilang sebentar untuk waktu 1 tahun 3 bulan? Akan lebih baik jika sejak awal ia memintaku menunggu lama. Apa ini latihan gajah? Apa ia memintaku datang ke Spanyol?”
Dok Mi melipat surat itu dan menaruhnya di dalam kotak bersama surat-surat Enrique lainnya. Ia tiba-tiba terpikir sesuatu lalu menelepon atasannya. Ia ingin menggunakan sisa 3 hari waktu cutinya. Sepertinya Dok Mi ingin menyusul Enrique ke Spanyol^^
Dok Mi bangkit berdiri dari kursinya. Saat melewati jendela ia melihat sesuatu dan terkejut. Enrique berdiri menatapnya dari apartemen Tae Joon. Dengan gaya rambut baru lagi^^
Dok Mi terkejut dan membalikkan tubuhnya. Ia menoleh tapi apartemen Tae Joon kosong. Dok Mi berkata ia benar-benar harus ke Spanyol karena mulai berhalusinasi.
Tapi ia tetap merasa penasaran. Ia berjalan mundur ke tembok dekat jendela, lalu mengintip ke apartemen seberang. Persis seperti ketika ia pertama kali bertemu Enrique.
Enrique ada di sana, sedang tersenyum padanya. Dok Mi kaget. Kali ini ia mengambil teropongnya dan kembli melihat ke seberang.
Ia melihat Enrique menunjuk ke arahnya seakan berkata “aku melihatmu”. Teropong di tangan Dok Mi terlepas. Ia segera berlari turun.
Dan di sanalah ia. Enrique menatapnya sambil tersenyum.
“Bagaimana kabarmu?” tanyanya.
“Ini bukan mimpi, kan?” batin Dok Mi. Seakan tak percaya Enrique ada di hadapannya.
“Ini bukan mimpi, aku baru saja tiba.”
“Aku merindukanmu,” kata Dok Mi dalam hati.
“Aku juga merindukanmu, ahjumma.”
Dok Mi tersenyum dan berjalan menhampiri Enrique. Mereka bertatapan. Enrique mencium Dok Mi. So beautiful...
Jin Rak melihat-lihat hasil gambar seseorang dan memujinya. Ia bertanya kapan orang itu bisa mulai bekerja.
“Bisakah aku bekerja di rumah? Aku akan melakukan apapun,” kata wanita di hadapan Jin Rak takut-takut. Ia persis seperti Dok Mi, bahkan cincinnya juga. (Cameo oleh Park Se Young, pemeran ratu No Gook di Faith. Ia dan Shin Hye baru-baru ini membintangi sebuah iklan bersama.)
Jin Rak memperhatikannya.
“Apa kau juga memilih tinggal di rumah? Kau tidak suka keluar begitu kau masuk. Kau takut keluar dan sulit bertemu orang lain. Kau tidak suka kiriman atau hantaran. Kau memilih pergi ke kantor pos untuk mengambil barang. Apa kau melakukan itu?”
“Bagaimana kau tahu?” tanya wanita itu.
Jin Rak melongo. Ia menemukan Dok Mi 2.0.
Do Hwi pergi ke klub bersama trio bulu (yup, mereka masih berbulu). Bartender menyajikan botol minuman setengah kosong di meja Do Hwi. Dengan galak Do Hwi bertanya apa itu memang botolnya. Bartender itu berkata ia akan membawakan lagi jika kurang, sambil tersenyum penuh arti pada Do Hwi.
Salah satu temannya berkata ia mendengar rumor kalau bartender itu berasal dari keluarga kaya dan meninggalkan rumah untuk mengejar impian. Do Hwi segera menoleh melihat bartender itu.
Ia mulai bergaya dan bertanya pada bartender itu apakah mereka bisa bertemu sebentar. Bartender itu berkata ia akan membawakan minuman lagi. Ia menambahkan kalu Do Hwi terlihat lebih baik saaat bergaya keren. Trio bulu bersorak. Ha, Do Hwi telah menemukan pria impiannya.
Satpam Hong dan istrinya hidup bahagia.
Ryu telah mengemasi barangnya dan bersiap pergi.
Dong Hoon dan editor main game bersama. Mereka bertengkar lalu berbaikan.
Dok Mi melihat jurnal di komputernya. “Wanita Itu”. “Pria Itu” “Dunia Wanita Itu”. Dok Mi memilih yang ketiga.
“Mengetuk pintu yang tertutup. Merengkuh bahu yang lelah. Menghapus air matanya dan mendengarkan hatinya. Saling mencintai seperti itu.”
Enrique: “Satu orang tidak bisa mengubah dunia. Tapi kau menjadi dunia bagi orang lain. Dunia yang hangat, cerah, dan damai. Jika semua orang bisa menjadi dunia seperti itu bagi satu orang lainnya, satu akan menjadi sepuluh, lalu menjadi seratus. Dunia ini akan dipenuhi orang-orang yang berbahagia. Dunia Enrique: Go Dok Mi.”
Dok Mi: “Dunia Go Dok Mi: Kkae Geum-i.”
Dok Mi dan Enrique berlari bergandengan tangan sambil tertawa bahagia. Para tetangga mereka mengikuti, Jin Rak, Dong Hoon dan Ryu, Satpam Hong dan Ahjumma 404. Mereka berlari dengan bahagia.
End.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar