Kamis, 28 November 2013

Sinopsis Gu Family Book Episode 21 (Bagian 2)


shot0723

Kang Chi tentu saja ingin menyusul ibunya. Ia bertanya ke mana ibunya pergi. Gon masih berusaha menahan Kang Chi. Tapi Yeo Wool bisa menebak Seo Hwa pergi ke Penginapan Seratus Tahun.
Kang Chi beranjak pergi. Yeo Wool menahan Kang Chi, ia ingin ikut. Ia meminta Kang Chi menunggu karena ia hendak mengambil pedangnya lebih dulu. Tatapan Kang Chi menyiratkan ia tidak ingin Yeo Wool ikut. Tapi ia tidak mengatakan apapun.
Barulah saat Yeo Wool berlari ke dalam, Kang Chi meminta Gon menjaga Yeo Wool. Gon mengangguk mengerti.
shot0582 shot0591
Gonita protes Yeo Wool hendak pergi ke mana. Ia bertanya Yeo Wool hendak pergi ke mana membawa pedang dan panah.
“Melindungi seseorang.” Eh…melindungi siapa ya? Seo Hwa? Kang Chi?
Saat Yeo Wool keluar kamar, Gon sudah menunggunya. Gon berkata ia menerima permintaan dari Kang Chi untuk menyampaikan pesan. Bahwa ia akan kembali.
“Kau tahu Kang Chi selalu menepati perkataannya,” hibur Gon. “Jadi kali ini dengarkan dia dan tunggu di sini. Ini bukan pertempuran untuk manusia.”
Yeo Wool berkata Kang Chi tidak bisa sendirian. Ia harus berada di sisi Kang Chi agar Kang Chi tidak berubah wujud seperti dulu. Gon berkata Kang Chi bisa melakukannya sendiri. Tanpa Yeo Wool dan tanpa gelang, Kang Chi sudah bisa mengendalikan perubahan wujudnya.
“Dia bisa melakukannya tanpa kehadiranku?”
“Karena itu jangan khawatir. Kang Chi mungkin lebih kuat dari yang kita maupun ia sendiri sadari.”
shot0595 shot0607
Kang Chi melepaskan gelangnya lalu melompat dan berlari sangat kencang dengan kemampuan gumihonya.
Barikade telah dibentuk di depan Penginapan Seratus Tahun. Jo Gwan Woong, kepala polisi, dan para tentara berjaga di balik barikade.
Tak lama kemudian kabut beserta butir-butir hitam bertiup ke arah mereka. Sosok Wol Ryung menampakkan diri.
shot0619 shot0620
Para polisi dan tentara terlihat takut melihat Wol Ryung sementara Jo Gwan Woong menatap dengan pandangan menantang. Wol Ryung marah melihat Jo Gwan Woong.
Jo Gwan Woong mengambil senjatanya lalu melangkah maju. Wol Ryung sangat geram. Jo Gwan Woong mengarahkan senjatanya ke arah Wol Ryung. Wol Ryung tersenyum sinis dan melangkah maju. Hmmm….apa mungkin Wol Ryung ingin mati? Atau ingin membunuh Jo Gwan Woong? Jika Wol Ryung ditembak kepalanya hingga hancur, benarkah ia tidak akan bisa hidup lagi?
shot0636 shot0637
Sayangnya kita tidak akan tahu semua jawaban pertanyaan itu karena tiba-tiba Seo Hwa muncul di hadapan Wol Ryung. Semua orang terkejut.
“Sudah cukup. Hentikan, Wol Ryung,” ujar Seo Hwa dengan lembut dan tatapan memohon. “Kumohon hentikan di sini, Wol Ryung.”
shot0644 shot0650
Wol Ryung maju mencekik Seo Hwa. Seo Hwa semakin sulit bernafas. Ia memanggil nama Wol Ryung sambil menangis.
Wol Ryung tersentak saat air mata Seo Hwa menetes di tangannya.
Jo Gwan Woong mengangkat senjatanya lalu menembak. Wol Ryung bergerak melindungi Seo Hwa hingga punggungnya yang tertembak.
shot0661 shot0671
Jo Gwan Woong kembali menembak. Kali ini tembakannya menembus hingga menyerempet lengan Seo Hwa. Seo Hwa terkejut.
Kang Chi terkejut mendengar suara tembakan. Ia sudah berada di pintu desa tapi seseorang telah menunggunya. Lee Soon Shin.
Seo Hwa shock melihat luka Wol Ryung yang terus mengeluarkan darah. Ia menjerit memanggil Wol Ryung lalu berusaha menutupi luka di dada Wol Ryung dengan tangannya untuk menghentikan darah.
shot0683 shot0685
Wol Ryung diam mematung. Tatapannya tak lepas dari Seo Hwa yang terus menangis.
Pelan-pelan matanya berubah kembali hitam. Seo Hwa melihatnya.
“Wol Ryung…..”
“S-Seo Hwa…” panggil Wol Ryung.
“Ya? Kau ingat….” Seo Hwa menangis.
“Aku merindukanmu,” kata Wol Ryung sambil menangis.
shot0697 shot0703
“Wol Ryung!” Seo Hwa memeluk suaminya. Keduanya berpelukan sambil menangis.
“Mari kita kembali sekarang. Ke Taman Cahaya Bulan tempat kita dulu tinggal,” batin Seo Hwa.
Angin bertiup sangat kencang hingga semua orang melindungi wajah mereka. Saat angin berhenti bertiup, Wol Ryung dan Seo Hwa telah menghilang.
shot0718 shot0725
“Tidak. Aku tidak bisa membiarkannya pergi seperti ini,” kata Kang Chi.
“Biarkan dia pergi. Kau harus membiarkannya pergi, Kang Chi. Ini adalah pilihan terakhir ibumu untukmu.”
shot0738 shot0739
Jadi apa permintaan Seo Hwa pada Lee Soon Shin? Pada pertemuan mereka, Seo Hwa berlutut di hadapan Lee Soon Shin.
“Ini adalah permintaan terakhir seorang ibu yang tidak berguna. Tolong biarkan Kang Chi menjalani hidup yang ia inginkan. Berikan dia bimbingan dan perhatian. Aku tidak ingin puteraku melihatku pergi menjalani langkah terakhir dalam hidupku. Aku mohon.”
shot0740 shot0743
“Tidak. Akhirnya aku bertemu dengannya. Akhirnya sekarang aku bisa melihat wajah ibuku. Akhirnya aku bisa mencurahkan isi hatiku dan memanggilnya “ibu”. Aku tidak bisa! Aku tidak bisa membiarkannya pergi, Tuan!” Kang Chi menangis. “Biarkan aku pergi!”
Lee Soon Shin meminta Kang Chi tidak membiarkan keinginan ibunya menjadi sia-sia.
“Tuan!” seru Kang Chi frustrasi.
“Tolong pahami hati orang tua yang ingin melindungi anaknya,” kata Lee Soon Shin lembut.
shot0751 shot0754
Kang Chi duduk di tanah dan menangis sambil memukuli dadanya. Lee Soon Shin berjongkok di hadapan Kang Chi. Ia meraih tangan Kang Chi lalu mengusap air mata Kang Chi dengan tangannya.
“Tuan….” Air mata semakin membanjir di wajah Kang Chi. Dan wajahku juga T_T
shot0762 shot0770
Lee Soon Shin memeluk Kang Chi. Kang Chi menangis tersedu-sedu hingga Lee Soon Shin pun tak dapat menahan air matanya.
shot0776 shot0779
Jo Gwan Woong bertemu dengan Seo Hwa. Ia bertanya bagaimana rasanya balas dendam yang telah direncanakan 20 tahun berakhir dengan sia-sia. Seo Hwa tidak mempedulikannya.
Jo Gwan Woong berkata ia memberi kesempatan terakhir. Datang padanya maka ia akan melupakan semuanya dan menerima Seo Hwa.
“Ini adalah hukuman untukmu. Bahkan setelah kau memiliki kekuasaan, uang dan jabatan untuk menguasai Propinsi Selatan, kau tidak akan pernah merasa puas. Kau akan lebih haus, lebih lapar, lebih nekat, tapi kau tidak akan bisa mendapatkan apa yang kauinginkan. Dan itu adalah hukumanmu,” kata Seo Hwa dingin.
Seo Hwa pergi meninggalkan Jo Gwan Woong. Jo Gwan Woong berteriak marah memanggil nama Seo Hwa.
shot0788 shot0796
Semua itu hanya mimpi Seo Hwa. Ia terbangun di dalam gua Taman Cahaya Bulan. Ia melihat sekelilingnya. Semua masih tampak sama.
Seo Hwa berjalan keluar gua, persis seperti 20 tahun lalu ketika ia baru pertama kali ke tempat ini. Ketika itu tempat ini dipenuhi butir-butir cahaya biru. Tapi sekarang tidak ada butir-butir cahaya itu.
shot0800 shot0809
“Apa kau sudah bangun?” terdengar suara Wol Ryung.
Seo Hwa melihat Wol Ryung seperti 20 tahun lalu. Tersenyum dan lembut. Tapi itu hanya bayangannya. Wol Ryung masih iblis seribu tahun. Dengan tatapan penuh penderitaan.
shot0813 shot0816
Seo Hwa teringat luka di dada Wol Ryung. Ia bertanya apa Wol Ryung baik-baik saja. Wol Ryung berkata pada akhirnya ia hanya ingat nama dan wajah Seo Hwa. Dengan kata lain, ia tidak ingat hubungan dan cinta di antara mereka.
Tapi ia menyuruh Seo Hwa kembali ke tempat manusia setelah matahari terbit. Karena ia tidak tahu kapan ingatan yang dimilikinya sekarang akan menghilang. Sewaktu-waktu ia bisa membunuh Seo Hwa.
Wol Ryung berbalik pergi.
“Maafkan aku, Wol Ryung!”
shot0825 shot0827
Wol Ryung berhenti tapi tetap membelakangi Seo Hwa.
“Waktu itu aku sangat muda. Perasaanku tidak cukup besar untuk menanggung cintamu padaku. Aku minta maaf karena telah melukaimu. Aku minta maaf karena membuatmu merasa sakit,” ujar Seo Hwa sungguh-sungguh.
Wol Ryung menahan tangis mendengar kata-kata Seo Hwa. Seo Hwa mengeluarkan pisau kayu dari balik hanboknya. NOOOO!!!!!
shot0837 shot0840
Wol Ryung merasakan sesuatu dan berbalik. Seo Hwa berkata pisau itu selalu bersamanya seakan sebuah barang yang berharga.
“Suatu hari… jika aku bertemu denganmu…jika aku bisa bertemu denganmu, jika mungkin aku ingin mengembalikanmu seperti dulu. Aku akan mengembalikan semuanya seperti dulu.”
“Seo Hwa, apa yang sedang kaukatakan sekarang?” tanya Wol Ryung tak mengerti.
“Dalam kehidupan abadimu, aku mungkin tak ubahnya sekelebat angin yang bertiup. Tapi tetaplah mengingatku. Bagiku, kau adalah segalanya, Wol Ryung.”
shot0843 shot0859
Seo Hwa mengacungkan pisau kayu itu mengarah ke jantungnya sendiri.
“Tidak!!!”
Seo Hwa menancapkan pisau itu ke dadanya kuat-kuat.
shot0863 shot0867
“Seo Hwa!!!” Wol Ryung berlari ke sisi Seo Hwa dan menangkapnya. “Tidak, Seo Hwa!! Seo Hwa!!”
Seo Hwa menatap Wol Ryung. Wol Ryung telah mengingatnya. Di mata Wol Ryung, ia adalah Seo Hwa seperti 20 tahun lalu.
shot0868 shot0877
Wol Ryung hendak mencabut pisau kayu itu. Tapi Seo Hwa terus memegang pisau itu erat-erat dan tidak mau melepasnya.
“Lepaskan tanganmu. Seo Hwa! Lepaskan tanganmu.”
“Aku mencintaimu, Wol Ryung. Dan aku minta maaf. Hanya ini yang bisa cintaku lakukan,” ujar Seo Hwa terbata-bata.
Ia mengulurkan tangannya menyentuh wajah Wol Ryung. Wol Ryung menangis. Ia menggenggam tangan Seo Hwa.
shot0890 shot0892
Seo Hwa tersenyum.
“Seo Hwa…”
Dan Seo Hwa pun pergi…..
“Tidak!!! Tidaaaaakk!! Seo Hwa! Tidak, Seo Hwa!! Seo Hwa!” Wol Ryung menangis sambil memeluk Seo Hwa.
shot0895 shot0908
Butir-butir cahaya biru bermunculan. Wol Ryung kembali seperti Wol Ryung yang dulu. Ia tidak lagi menjadi iblis. Seo Hwa yang dilihatnya adalah Seo Hwa yang sekarang.
“Kau tidak boleh, Seo Hwa! Aku tidak membencimu. Aku hanya sangat merindukanmu. Kau tidak boleh! Aku tidak menyalahkanmu. Aku hanya sangat mencintaimu , Seo Hwa. Aku mencintaimu.Seo Hwa! Seo Hwa! Tidak, Seo Hwa! Bukalah matamu,” ratap Wol Ryung.
shot0920 shot0922
Langit pun ikut menangis. Huja turun dengan deras. So Jung melihat ke luar jendela dengan sedih.
Kepala pelayan Chunhwagwan menyerahkan surat untuk Gisaeng Chun. Surat itu ditinggal Kang Chi sebagai jawaban untuk gisaeng Chun. Gisaeng Chun membuka kertas itu. Hanya ada satu huruf. “Ibu”
“Ketika menebang pohon, aku melihat huruf “bon” (akar). Rumah yang menjadi akar bagiku adalah orang yang melahirkan aku. Ibuku.”
Gisaeng Chun menaruh kertas itu di meja. Ia menghela nafas panjang melihat lebatnya hujan.
shot0924 shot0930
Kang Chi berjalan terseok-seok kembali ke sekola. Ia sama sekali tidak mempedulikan hujan yang terus membasahi tubuhnya.
Ia berhenti saat melihat Yeo Wool berjongkok di tengah hujan menunggunya dengan membawa payung. Melihat Yeo Wool, Kang Chi kembali sedih.
shot0934 shot0937
Yeo Wool bangkit berdiri. Ia melihat Kang Chi.
“Kang Chi-ah..”
“Yeo Wool-ah…”
Yeo Wool melihat Kang Chi tidak memakai gelang namun tetap berwujud manusia. Kata-kata Gon terngiang di benak Yeo Wool. Bahwa sekarang Kang Chi sudah bisa mengendalikan perubahan wujudnya walau tanpa Yeo Wool maupun tanpa gelang.
shot0944 shot0946
Yeo Wool teringat percakapannya dengan ayahnya.
“Sekarang saatnya kau berhenti dan membiarkannya pergi, Yeo Wool.”
“Ayah, apa yang Ayah katakan?”
“Agar Kang Chi bisa mencari Buku Keluarga Gu sekarang, Ayah rasa Kang Chi harus pergi dan kita harus membiarkannya pergi.” Oke, now I hate that book >,<
“Ayah…”
“Buatlah ia pergi, Yeo Wool. Kau harus melepaskannya agar Kang Chi bisa pergi.”
shot0950shot0971
Yeo Wool menghampiri Kang Chi dan memayunginya.
“Kau sudah kembali.”
Kang Chi mengangguk. “Aku kembali.”
“Dan ibumu?”
“Ibuku…ibuku…”
shot0952 shot0954
Yeo Wool langsung tahu terjadi sesuatu. Kang Chi memeluk Yeo Wool erat-erat.
“Ibuku pergi. Ibuku…Ibuku….” Kang Chi tak bisa meneruskan kata-katanya. Air mata terus mengaliri wajahnya.
Yeo Wool tak banyak berkata-kata. Ia hanya menepuk-nepuk punggung Kang Chi dan bersedih bersamanya.
“Yeo Wool-ah…” Kang Chi memeluk Yeo Wool lebih erat
“Sekarang biarkan dia pergi, Yeo Wool-ah,” kata-kata ayahnya kembali terngiang. Yeo Wool menangis. “Kau harus melepaskan agar Kang Chi bisa pergi.”
shot0964 shot0969

Tidak ada komentar:

Posting Komentar