Kang Chi berjalan pulang ke Moo Hyung Do dengan gontai. Dan ia menemukan Yeo Wool sedang berjongkok, termenung dengan payung di tangan. Ia tak segera memanggil Yeo Wool, hanya memandanginya.
Yeo Wool bangkit dan akhirnya menyadari kalau Kang Chi sudah kembali. Ia melihat Kang Chi tak memakai gelangnya dan ucapan ayahnya terngiang kembali, “Kau tak dapat menghentikannya untuk mencari Buku Keluarga Gu. Sekaranglah saat untuk Kang Chi pergi.”
Ia menghampiri dan mengangsurkan payung, memayungi Kang Chi, “Kau sudah kembali? Apakah kau lelah?” Kang Chi mengangguk sedih akan kejadian hari itu, tapi ia memeluk Yeo Wool dan hanya berkata, “Sedikit.”
Yeo Wool menepuk-nepuk punggung Kang Chi seakan menenangkannya. Tapi yang sebenarnya adalah ia juga gelisah akan ucapan ayahnya yang memintanya untuk ikhlas melepaskan Kang Chi pergi.
“Apa yang akan kita lakukan jika Kang Chi berubah seperti Wol Ryung? Hal itu bisa saja terjadi jika ia gagal menemukan Buku Family Gu,” tanya Yeo Wool saat itu.
Guru Dam menjawab kalau semua ini tergantung pada Kang Chi nanti. Yeo Wool masih ragu, tapi Guru Dam menegaskan kalau hanya Kang Chi yang dapat melakukannya, “Aku tahu kalau kaulah orang yang paling dekat dengan Kang Chi. Jika kau tak sanggup mengatakannya, aku yang akan memberitahu Kang Chi.”
Yeo Wool berkaca-kaca, tangannya gemetar, “Aku yang akan berbicara padanya. Aku yang akan melakukannya. Tapi beri aku waktu sebentar, Yah. Seminggu atau setidaknya tiga hari. Setelah itu aku akan melakukannya.”
Saat ini, Yeo Wool semakin mempererat pelukannya, menangis dan berkata dalam hati, ‘Waktu kita hanya tinggal tiga hari lagi, mampukah aku melepasmu, Kang Chi?’
Keesokan paginya, Kang Chi terbangun dan merasakan ada tangan di dadanya. Ia bingung karena ia ada di kamarnya, dengan Yeo Wol tertidur di sisinya. Tak berniat buru-buru, ia menghadap Yeo Wool, menggenggam tangannya dan bertanya, “Yeo Wool-ah, kenapa kau ada di sini?”
Rupanya Yeo Wool sudah separuh terbangun. Dengan mata tertutup, Yeo Wool yang masih ngantuk pun menjawab, “Karena kau menangis terus semalam, aku tak dapat meninggalkanmu.” Yeo Wool membuka matanya sedikit dan bertanya, “Apakah sekarang perasaanmu lebih baik?”
Kang Chi tersenyum mengiyakan. Ia memandangi Yeo Wool yang tetap memejamkan mata dengan sayang, “Tapi Yeo Wool-ah, sekarang sudah pagi.”
Yeo Wool tetap memejamkan mata. Kang Chi tersenyum jahil dan tangannya mengacungkan satu per satu jarinya, menghitung.. satu.. dua.. tiga..
Yeo Wool terbelalak dan meloncat bangun, “Apa?!” Ia melihat jendela dan panik, “Apa yang harus kulakukan? Sudah siang! Bagaimana ini?”
Kang Chi pun bangun dan juga melontarkan pertanyaan yang sama. Yeo Wool berbalik, heran memang kenapa Kang Chi harus bingung? Kang Chi menjawab, “Malam pertama kita, dan tak ada satupun kenangan di dalamnya karena kita hanya tidur sepanjang malam.. Benar-benar memalukan.”
Ha. Jadi mau Kang Chi ada kenangan gitu? Kenangan yang gimana, ya?
Mendengar itu, Yeo Wool merasa pasti Kang Chi sudah baikan karena bisa bercanda seperti itu. Tapi Yeo Wool teringat sisa waktu bagi mereka berdua, maka ia pun menyuruh Kang Chi untuk membuat 3 permintaan yang akan ia penuhi.
Kang Chi heran mendengar ucapan Yeo Wool yang tak seperti biasanya. Yeo Wool berkata kalau ia melakukan hal ini untuk menghibur Kang Chi, “Katakanlah satu per satu, dan aku akan mengabulkannya.”
Kang Chi berpikir sejenak dan kemudian menyebutkan, “Permintaan pertama. Nasi.”
Yeo Wool mengerutkan kening mendengar permintaan Kang Chi yang sepele. Nasi? Kang Chi mengangguk, “Nasi yang kau masak.”
Yeo Wool langsung mati gaya mendengar permintaan itu, “Nasi yang itu?” Kang Chi mengangguk yakin, membuat Yeo Wool berpikir, kemudian ia melanjutkan, “Kalau permintaan keduamu?”
Ha. Mungkin Yeo Wool mau men-skip permintaan pertama Kang Chi dan akan melakukan permintaan kedua jika permintaan kedua itu lebih mudah.
Belum sempat Kang Chi menjawab, terdengar suara dari luar.
“Kang Chi, apakah kau sudah bangun?” Gon mengetuk pintu. Tapi karena tak ada jawaban, ia pun membuka pintu dan melihat kalau Kang Chi masih tertidur. Ia pun menutup pintu perlahan, agar Kang Chi tak terbangun.
Tapi sebelum pintu tertutup, ia melihat payung yang tersandar di tembok kamar Kang Chi. Ia menyipitkan mata, kesal, dan menutup pintu lebih keras dari biasanya.
Setelah pintu tertutup, Kang Chi membuka mata. Begitu pula Yeo Wool yang muncul dari balik selimut dan bertanya, “Apakah ia sudah pergi?” Kang Chi mengiyakan dan mereka pun menghela nafas lega.
Pintu terbuka kembali, mengagetkan mereka. Yeo Wool dan Kang Chi meminta Gon untuk tidak salah paham. Tapi siapa juga yang tak salah paham saat melihat Kang Chi dan Yeo Wool berada di tempat tidur, di pagi hari lagi.
LOL. Gon pun langsung dan menyerang Kang Chi, “Diam kau. Aku akan menutup mulutmu!” Ia menindih Kang Chi agar tak bisa bergerak dan tak sengaja menarik bajunya.
Yeo Wool mencoba memisahkan mereka berdua, namun tersingkir karena Gon menyikutnya. Yeo Wool panik dan meminta Gon untuk menghentikan aksinya. Tapi Gon tetap menyerang Kang Chi, hingga..
“Ya ampun!! Gon Sahyung.. apa yang kau…?” LOL Gonita speechless melihat posisi Gon dan Kang Chi itu loh..
Bwahaha.. Siapa juga yang tak salah paham saat melihat Gon menindih tubuh Kang Chi. Dengan baju Kang Chi tersingkap lagi. Gonita buru-buru menutupi matanya dan memarah tindakan mereka yang anonoh (is it a word?). Ujung matanya menangkap sosok Yeo Wool dan ia pun memarahi muridnya, bertanya mengapa Yeo Wool ada di sini?
Yeo Wool pun menjawab terbata-bata, “Aku? Aku sedang mencegah.. mereka untuk melakukan.. sesuatu ,,yang tak seharusnya mereka lakukan..”
LOL, Gon mendelik mendengar jawaban Yeo Wool.
Gonita mencoba berpikir jernih dengan bertanya apa itu sesuatu yang tak seharusnya mereka lakukan. Yeo Wool pun menjawab, “Uhmm.. bagaimana dengan sesuatu yang seharusnya sama sekali dilarang untuk dilakukan?”
Tak hanya Gon, tapi Kang Chi pun berteriak menghardik Yeo Wool. LOL LOL. Gonita pun kabur karena tak tahan melihat pemandangan dan penjelasan Yeo Wool.
“Yeo Wool-ssi, kenapa kau mengatakan hal seperti itu?” tanya Gon kesal.
Yeo Wool pun menjawab polos, “Kalian kan sedang berkelahi, kan? Berkelahi bukan?”
Ha. Berkelahi memang dilarang, tapi sesuatu yang lain yang pasti terlintas di pikiran Gonita itu juga dilarang, kan? “Bagaimana kalau dia menyebarkan kesalahpahaman itu?” tanya Gon panik.
“Seperti itulah,” jawab Yeo Wool santai, “Kesalahpahaman adalah sesuatu yang menakutkan, Gon. Jadi jangan salah paham kepadaku dan Kang Chi.
Hahaha.. smart girl. Gon tak dapat berkata apapun. Apalagi saat Gonita muncul dan menyuruh Yeo Wool untuk ikut dengannya. Ia hanya mendelik melihat pandangan Gonita yang benar-benar salah paham.
Lagian.. kenapa juga posisi Gon dan Kang Chi masih seperti itu? LOL.
Gon benar-benar kesal dan mencoba mengejar Gonita untuk memberi penjelasan, tapi Gonita sudah menghilang. Kang Chi tersenyum dan kemudian tertawa. Gon berbalik, bertambah kesal, “Kau masih bisa tertawa di saat-saat seperti ini?”
Kang Chi malah semakin tertawa terbahak-bahak.Dan dalam hati ia bersyukur, “Semua kesedihan ini akan berlalu. Aku berterima kasih pada orang-orang yang ada di sampingku, karena mereka aku bisa tersenyum lagi.”
Gon pun membiarkan kejadian tadi pagi, dan untuk kejadian semalam, “Janganlah terus bersedih. Bersedih terlalu lama bukanlah hal yang baik bagi seorang pria.”
Kang Chi mengangguk dan berterima kasih. Aww.. that’s what friends are for.
Begitu pula Biksu So Jung yang terkejut campur gembira, tak percaya melihat kedatangan temannya dengan wujud yang dulu selalu ia temui, “Apakah ini benar-benar dirimu?”
Wol Ryung tersenyum dan mengangguk, “Ini benar-benar aku, temanmu.” Biksu So Jung pun memeluk Wol Ryung dan tak henti-hentinya bersyukur karena temannya sudah kembali.
Biksu So Jung pergi ke Moo Hyung Do dan menemui Kang Chi karena ia membawa seseorang yang ingin bertemu dengan Kang Chi.
Ayahnya, Wol Ryung.
Sementara itu Yeo Wool meminta Gonita-nim untuk mengajarinya menanak nasi. Gonita heran mendengar permintaan Yeo Wool yang tiba-tiba.
Kang Chi menatap penampilan Wol Ryung yang sudah tidak hitam-hitam dan bertanya apakah ini wujud asli Wol Ryung? Wol Ryung mengangguk. Sepertinya baju Wol Ryung menyesuaikan dengan dia iblis atau tidak.
Saat Kang Chi bertanya tentang keadaan ibunya, Wol Ryung hanya menjawab, “Mulai sekarang, ia akan selamanya bersama denganku. Kami tak akan terpisaha lagi.”
Kang Chi pun bertanya apakah ibunya memang mengkhianati Wol Ryung? Wol Ryung menjawab kalau ia mungkin yang lebih dulu menghancurkan kepercayan Seo Hwa padanya, karena ia takut kalau Seo Hwa akan mengkhianatinya, “Aku menjadi iblis seribu tahun mungkin bukan salah siapapun, tapi karena hatiku sendiri. Ketakutanku sendiri yang membuatku menjadi seorang iblis.”
Kang Chi merasa ia harus membenci seseorang atas nasib yang ia terima, tapi ia tak tahu harus menyalahkan siapa. Pada putranya ia meminta agar Kang Chi melepaskan perasaan dendam itu karena perasaan dendam itu menyalahi hukum alam, “Percayalah pada karma. Orang akan mendapatkan balasannya saat mereka menjalani hidup.”
Mendengar jawaban itu, Kang Chi tersenyum dan berkata kalau Wol Ryung berkata seperti layaknya makhluk gaib yang hidup abadi. Wol Ryung balas tersenyum dan bertanya tentang keinginan Kang Chi untuk menjadi manusia kembali. Kang Chi membenarkan. Maka Wol Ryung pun berpesan,
“Janganlah takut pada apa yang kau pilih. Saat kau ragu dan takut akan kehilangan, maka kau akan kehilangan segalanya.”
Kang Chi mengangguk mengerti. Wol Ryung pun menghampiri putranya, dan memegang bahunya. Sama seperti yang pernah dilakukan Tuan Park dan Lee Soon Shin padanya. Kang Chi merasakan sentuhan itu.
Saat Wol Ryung melepaskan tangannya dan beranjak pergi, Kang Chi pun bertanya, “Apakah ini pertemuan kita yang terahir kali?
Tanpa menoleh, Wol Ryung menjawab, “Mungkin.”
“Tapi sewaktu-waktu.. sewaktu waktu.,” mata Kang Chi berkaca-kaca, “Aku akan merindukanmu.”
Wol Ryung berbalik dan tersenyum menatap putranya untuk yang terakhir kalinya. Dan ia pun berbalik dan berjalan pergi.
Kang Chi memandangi ayahnya untuk yang terakhir kali. Pandangannya tak pernah lepas menatap punggung ayahnya. Biksu So Jung muncul dan menepuk pundaknya, mencoba menghiburnya. Dalam hati Kang Chi berkata, ‘Sekali lagi, perpisahan setelah pertemuan.”
Oh My.. jika boleh dihitung, berapa perpisahan yang sudah dialami oleh Kang Chi? Ayah yang menemukannya di sungai, ibu kandungnya, ayah kandungnya..
Wol Ryung kembali ke Taman Cahaya Bulang, di rumah tempat Seo Hwa terbaring kaku. Wol Ryung duduk di samping Seo Hwa, mengenggam tangannya yang sudah dingin. Tempat tidur mereka sudah dihiasi oleh tanaman yang bunganya sangat disukai oleh Seo Hwa.
Tetap menggenggam tangan itu, ia pun berbaring di samping Seo Hwa. Dan menutup mata.
Butiran cahaya biru muncul memenuhi rumah mereka. Berterbangan hingga keluar dari jendela, menyentuh setiap tanaman yang ada di luar sehingga merambati gua yang menjadi rumah mereka, dan menutup Taman Cahaya Bulan itu untuk selamanya.
Jo Gwan Woong masih termenung, sama seperti hari sebelumnya. Pengawal Seo masuk dan memberitahu kalau Pil Mo telah menangkap seorang penyusup dan sekarang akan dibawa kepada Jo Gwan Woong.
Muncullah Pil Mo yang membawa Tae Soo dan mengatakan kalau Tae Soo sering memata-matai kegiatan mereka. Ia membawa Tae Soo agar Jo Gwan Woong dapat melakukan interogasi.
Biksu So Jung skeptis mendengar keinginan Kang Chi yang ingin mencari Buku Keluarga Gu. Bukankah ia sebelumnya pernah mengatakan kalau Kang Chi harus mengendalikan kemampuan gaibnya terlebih dahulu?
Tanpa banyak kata, Kang Chi pun menutup mata dan melepas gelangnya. Kemudian salah satu matanya terbuka, mengintip dulu, dan saat mata satunya terbuka, ia tersenyum.
Biksu So Jung terkejut melihat Kang Chi tetap seperti semula, “Bagaimana kau bisa melakukannya dengan sangat cepat?”
Kang Chi tersenyum bangga.
Ha. Ini nih calon lulusan Moo Hyung Do. Sepertinya Moo Hyung Do bisa menarik banyak murid, para makhluk gaib lainnya, dengan mengeluarkan iklan. ‘Menerima calon mahasiswa makhluk gaib. Akan lulus ujian mengendalikan kekuatan gaib dengan singkat. Garansi 100%’
“Saya sudah bisa mengendalikannya. Seperti yang dulu pernah dijanjikan, maukah Anda mengajarkan bagaimana cara untuk memperoleh Buku Keluarga Gu?” tanya Kang Chi bersemangat.
Biksu So Jung membawanya ke perpustakaan dan memberikan buku yang dulu pernah ia berikan pada Wol Ryung. Kang Chi sudah bersemangat, ingin membuka buku itu, tapi Biksu So Jung menahannya.
“Pikirkan lagi, Kang Chi. Apakah kau benar-benar ingin menjadi manusia?”
“Saya sudah berpikir ribuan kali. Saya harus menjadi manusia,” Kang Chi hendak membuka buku itu lagi.
Biksu So Jung kembali menahan, “Kau baru merasakan hidup sebentar menjadi makhluk gaib. Belum terlambat jika kau mau hidup seperti itu.”
“Aku ingin hidup menua bersama Yeo Wool,” kata Kang Chi sambil tersenyum. Biksu So Jung pun mengalah. Ha.. siapa juga yang tahan jika melihat senyum Kang Chi.
Kang Chi pun membuka-buka buku itu. Biksu So Jung pun memberitahukan pantangannya. Selama 100 hari, tidak boleh membunuh satu makhluk pun (Aku percaya bisa melakukannya). Jika ada manusia yang membutuhkan bantuan, Kang Chi harus mau membantu (Aku juga percaya bisa melakukannya).
Dan yang ketiga adalah, Kang Chi tak boleh menunjukkan wujud aslinya pada manusia. Yang artinya tak ada satu manusia pun yang boleh tahu kalau Kang Chi adalah makhluk gaib.
Untuk syarat itu, Kang Chi tertegun. Karena sudah banyak orang yang mengetahui jati dirinya. Menurut Biksu So Jung, Kang Chi harus meninggalkan orang-orang yang mengenalnya dan pergi ke satu tempat baru.
“Tapi setelah 100 hari, aku bisa kembali lagi, kan?” tanya Kang Chi berharap.
“Selama ini tak ada yang pernah berhasil melakukan hal ini,” kata Biksu So Jung mengecilkan harapan Kang Chi. “Contohnya saja ayahmu, Wol Ryung.”
Kang Chi tetap bersikukuh untuk mencari buku itu, karena ia tak bisa membayangkan hidup tanpa Yeo Wool, dan ia ingin menua bersama Yeo Wool. Mendengar hal ini Biksu So Jung menghela nafas, “Kau benar-benar tak tahu, ya?”
Biksu So Jung akhirnya memberitahu ramalan yang dulu pernah ia katakan pada Yeo Wool kalau Kang Chi dan Yeo Wool harus menghindari takdir pertemuan mereka. Jika tidak, maka salah satu dari mereka akan mati.
Yeo Wool sepertinya benar-benar Miss Clumsy di dapur. Hanya untuk menanak nasi saja, dapur sudah sangat berantakan. Gonita benar-benar frustasi menghadapi Yeo Wool yang benar-benar kaku.
Tapi Yeo Wool juga tak tahu bagaimana ia bisa sekikuk itu, “Kenapa bisa tanganku yang hanya menyentuh guci, gucinya langsung pecah?”
Bwahahaha… kok bisa ya? Tapi yang membuat mereka cemas, guci yang dipecahkan Yeo Wool itu adalah guci obat khusus milik Guru Gong Dal.
Dan yang dikhawatirkan langsung muncul. Guru Gong Dal, sang pemilik dapur kaget melihat dapurnya berantakan, “Apa yang kalian lakukan di dapurku?”
Gonita-nim panik, namun mencoba untuk tetap tenang saat menjawab, “Saya sedang mengajar, Guru.”
Yeo Wool pun menambahkan kalau gurunya sedang mengajarkannya tentang makanan. Dan diam-diam, iapun menendang pecahan guci obat ke bawah meja.
Begitu pula Gonita-nim yang ikut-ikutan menendang pecahan guci sisanya. Hihihi.. Gonita-nim jadi ikutan bandel, nih..
Kang Chi tak percaya pada kata-kata Biksu So Jung yang mengatakan karena Kang Chi adalah makhluk abadi, maka yang mati terlebih dulu adalah Yeo Wool. Kang Chi mengatakan kalau ia akan menyelamatkan Yeo Wool seperti dulu, dengan darahnya, “Aku sudah pernah melakukan hal itu sebelumnya.”
Tapi lagi-lagi Biksu So Jung memberitahukan sesuatu hal yang belum diketahui Kang Chi. Kang Chi hanya bisa menggunakan hanya sekali saja untuk satu orang dengan menggunakan darah gaib, ”Itu berarti kau hanya bisa menyelamatkan orang itu sekali saja. Kau tak dapat menyelamatkannya untuk kedua kali. Jadi menyerah dan pergilah.”
Kang Chi tak mau, “Bagaimana jika aku berhasil menjadi manusia setelah menemukan buku keluarga Gu? Bukankah takdir itu juga akan berubah?”
“Takdir itu bukanlah takdirmu, tapi takdir Nona Yeo Wool,” kata Biksu So Jung dan menjelaskan takdir Yeo Wool yang harus menghindari orang yang ia temui di dekat pohon sakura di bawah bulan sabit.
Kang Chi teringat saat ia diselamatkan oleh seseorang di malam bulan sabit bersinar dan tertegun, “Tak mungkin..Apakah orang itu .. adalah Yeo Wool?”
Biksu So Jung mengatakan kalau menemukan Buku keluarga Gu memang tergantung pada Kang Chi, tapi takdir Yeo Wool tak dapat berubah karena Kang Chi.
Kang Chi pulang dengan hati galau. Sementara Yeo Wool sudah menungguinya di halaman, Kang Chi malah duduk di tangga depan gerbang, tak mau masuk.
Yeo Wool pun akhirnya keluar dan menemukan Kang Chi duduk termenung. Ia pun menduga kalau Kang Chi sedang memiliki masalah karena duduk di luar. Tapi Kang Chi menyembunyikan perasaannya dan berkata kalau Yeo Wool pun juga sendirian di luar. Itu karena Yeo Wool sedang menunggu Kang Chi untuk memberikan permitaan pertamanya.
Yeo wool pun membawanya ke dapur dan dengan bangga ia menarik taplak penutup makanan yang telah ia siapkan “Bersiaplah untuk terkesima. Nasi pertama yang dimasak oleh Dam Yeo Wool!”
Kang Chi tertegun melihatnya. Tertegun karena di atas meja ada nasi dan kimchi. Sudah, itu saja. Tapi Yeo Wool benar-benar menyombongkan nasi yang ia buat itu, “Bukankah ini keliahatan sangat enak? Ayo cepat makan!”
Kang Chi heran menatap Yeo Wool yang bersemangat dan bertanya, “Jadi kau hanya memasak nasi?”
Yeo Wool malah menghardik Kang Chi, “Hohoh.. Apakah kau tahu betapa lamanya aku membuat nasi ini?”
Kang Chi pun mengambil sendok dan mulai menyuap sesendok besar ke dalam mulutnya. Ia pun mengangguk-angguk setuju sambil terus mengunyah. Ia berhenti mengunyah saat terdengar suara gemelutuk di mulutnya dan terasa itu bukan nasi.
Ahh.. ada batu
Yeo Wool yang mendengar pun langsung mengulurkan tangan, meminta Kang Chi untuk mengeluarkannya. Tapi Kang Chi malah berkata kalau ia tak mendengar apapun, langsung menelan bulat-bulat nasi itu dan berkata kalau ia hanya merasakan kelezatan, “Mungkin karena kau yang membuatnya, sehingga batu pun terasa enak.”
Eaaa…. Kang Chi makin pinter ngegombal, deh..
Yeo Wool tersenyum mendengar ucapan Kang Chi. Tapi dalam hatinya ia masih merasakan kegelisahan yang sama,
“Kita hanya dapat menghabiskan waktu selama 3 hari mulai sekarang.” |
“Kau dan aku.. salah satu dari kita akan mati.” |
“Apakah aku mampu mengantar kepergianmu?” |
“Apa yang harus kulakukan, Yeo Wool?” |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar