Kang Chi menghadap Lee Soon Shin dan bertanya sampai sejauh mana Lee Soon Shin bisa mempercayainya? Ia ingin menghentikan Jo Gwan Woong hari ini karena kelakuan Jo Gwan Woong sudah tak termaafkan.
Lee Soon Shin pun akan mempercayai Kang Chi sepenuhnya, tapi, “Kau juga harus berjanji padaku. Tak peduli apapun yang terjadi, kau tak boleh membunuh orang,” tentu saja Kang Chi protes mendengarnya, tapi Lee Soon Shin punya alasannya sendiri.
Jika Kang Chi mengotori tangannya dengan darah maka itu akan membuat dirinya sama dengan Jo Gwan Woong, ”Kau harus berjanji padaku. Apakah aku dapat mempercayaimu?”
Kang Chi mengangguk. Maka bersama Gon, Tae Soo dan Bong Chul, penyeranganpun dilakukan. Ia berhasil menyelamatkan Yeo Wool di saat yang kritis. Begitu pula dengan ayah dan Hong Man.
Gon dan Tae Soo lega melihat Yeo Wool selamat. Sedangkan Bong Chul dan anak buahnya sibuk mengagumi bola besi berduri yang seharusnya jatuh dan menghantam Yeo Wool. Kang Chi mengingatkan kalau mereka harus cepat karena sekarang Lee Soon Shin sudah datang.
Ia memberitahu Yeo Wool rencana mereka hari ini adalah untuk mengakhiri kekejaman Jo Gwan Woong, “Semuanya akan ada di sana. Jadi Yeo Wool-ah, kau..”
“Bagus kalau begitu,” ujar Yeo Wool bersemangat, “Aku memang berencana untuk memberinya tendangan berputarku.”
Ha.. kalau Kang Chi saja bisa ditendang, apalagi Jo Gwan Woong yang jadi biang kerok semua ini. Tapi Kang Chi keberatan dan menyuruh Yeo Wool untuk kembali ke Moo Hyung Do, menunggu mereka bersama Guru Dam, “Kau sekarang pasti lelah karena terikat semalaman.”
Tapi Yeo Wool membujuk Kang Chi karena ia baik-baik saja, “Aku ingin pergi bersama. Ini adalah saat yang bersejarah karena Jo Gwan Woong akan digulingkan, dan aku juga ingin berada di sana. Apakah tidak boleh, Kang Chi-ya?”
Lee Soon Shin dikepung dan Jo Gwan Woong pun mengucapkan selamat tinggal dan beranjak pergi. Tapi terdengar suara Kang Chi yang memintanya untuk tak buru-buru.
Kang Chi muncul, ditemani oleh semua temannya. Termasuk Yeo Wool. Ia mengingatkan Jo Gwan Woong akan ucapannya dulu, “Saat aku mendirikan sapu, aku berkata kalau aku akan kembali untuk mengambil Penginapan 100 Tahun. Hari ini adalah harinya, Jo Gwan Woong.”
Pengawal Seo yang sedari tadi membidik Lee Soon Shin, mulai menyulut sumbu senapannya.
Yeo Wool merasakan kehadiran Pengawal Seo yang bersembunyi dan menoleh. Betapa kagetnya ia melihat Pengawal Seo yang bersembunyi dan mengacungkan senjata dari kejauhan. Ia memanggil Kang Chi. Kang Chi pun menoleh.
Tapi terlambat. Terdengar letusan tembakan, mengejutkan semuanya. Termasuk Pengawal Seo. Ia terkejut sekaligus ketakutan karena tembakannya luput. Lee Soon Shin masih berdiri tegak.
Tak percaya, Kang Chi menatap Yeo Wool yang tertembak pundak belakangnya. Ia segera menangkap tubuh Yeo Wool yang akan jatuh, dan memeluknya. Ia terbelalak saat merasakan tangannya berlumuran darah, “Yeo Wool-ah..!”
“Kang Chi-ya..” Yeo Wool menangis menatap Kang Chi. Dengan sisa kekuatannya, ia menggenggam lengan baju Kang Chi, “Jangan kemana-mana.” Dan Yeo Wool pun terkulai dan menutup mata.
Kang Chi terpukul melihat Yeo Wool tertembak. Dengan kesedihan dan kemarahan yang luar biasa, ia pun segera menghampiri Pengawal Seo yang gugup dan segera mengisi mesiu di senapannya. Para pengawal lainnya mencoba menghalangi Kang Chi, tapi Kang Chi menghajar mereka satu persatu. Hingga ia sampai di depan Pengawal Seo.
Pengawal Seo semakin gugup, namun mesiu sudah terisi dan ia pun mulai menarik pelatuknya. Sayang sekali ia lupa menyalakan sumbunya. Senapanpun hanya menjadi tongkat pajangan.
Mata Kang Chi berkilat hijau saat ia merebut tongkat senapan itu dan membuangnya. Ia pun melempar Pengawal Seo hingga terjatuh dan memukulinya. Berkali-kali.
Semua orang terpana dengan kebuasan Kang Chi. Bahkan Jo Gwan Woong pun cukup gentar melihatnya.
Tidak puas dengan memukul, Kang Chi pun mendorong Pengawal Seo ke tembok dan mencekiknya. Matanya menghijau saat ia mencekik Pengawal Seo, “Matilah. Kalian orang yang tak berguna, mati sajalah.”
Pengawal Seo mulai tersengal-sengal kehilangan nafas. Tapi Kang Chi tak mengendurkan cekikannya sedikitpun, malah semakin kuat, menyiksanya. Lee Soon Shin memanggil Kang Chi, tapi Kang Chi seakan tak mendengarnya. Lee Soon Shin memanggilnya lagi, kali ini lebih keras.
Kang Chi menoleh. Menatap wajah Lee Soon Shin, ia teringat akan janjinya yang tak akan membunuh orang karena itu hanya akan membuatnya menjadi orang jahat. Ia pun berkata pada Lee Soon Shin kalau pengawal Seo harus mati, “Tak masuk akal jika dia kubiarkan hidup,”
Dan Kang Chi pun bersiap untuk menghabisi nyawa Pengawal Seo, tak peduli perkataan Lee Soon Shin yang mengatakan kalau darah Pengawal Seo akan membebani kehidupannya kelak. Hanya suara lirih Yeo Wool yang membuatnya berhenti, “Kang Chi-ya..”
Eih.. itu suara Yeo Wool? Ataukah suara roh Yeo Wool yang akan menemani Kang Chi selamanya?
Ternyata Yeo Wool masih hidup, namun kondisinya sangat lemah. Mata hijau Kang Chi meredup melihat Yeo Wool masih hidup. Dan suaranya pun kembali normal saat ia menyebut nama Yeo Wool dan berlari menghampiri Yeo Wool.
Gon berkata kalau kondisi Yeo Wool sudah kritis dan mereka harus segera membawanya pulang. Tapi Jo Gwan Woong tak menghendaki satu orang pun keluar dari penginapannya hidup-hidup dan menyuruh anak buahnya untuk menyerang.
“Hentikan sekarang juga dan mundurlah!” bentak Lee Soon Shin. Ia maju ke depan dengan garang dan berkata kalau Jo Gwan Woong membuatnya muak. Ia pun berteriak, “Jung Woo!”
Dan itulah sandi bagi para prajurit Lee Soon Shin yang sedari tadi mengepung penginapan muncul. Dari pintu depan, pintu samping bahkan di atap bangunan.
Lee Soon Shin memerintahkan mereka untuk menangkap Jo Gwan Woong karena telah bersalah melakukan pembunuhan dan juga mencuri kekayaan negara dan menjualnya. Tak hanya itu, Jo Gwan Woong juga melakukan percobaan pembunuhan padanya, “Karena itu, aku akan menangkapmu. Apakah kau mau menyerahkan nyawamu di sini atau membuang pedangmu dan menyerah?”
Menghadapi pilihan itu, Pil Mo berbisik pada Kageshima tentang kebenaran tawaran Lee Soon Shin semalam yang memberi waktu 3 hari untuk mereka pergi. Kageshima mengiyakan, maka Pil Mo pun memutuskan untuk angkat kaki dari penginapan ini.
Jo Gwan Woong geram melihat sekutunya meninggalkannya. Tapi begitulah karma. Pengawal Seo yang sudah ditahan, berteriak memerintahkan anak buahnya untuk mengawal tuan mereka pergi. Para pengawal itu pun melemparkan bom asap dan mereka pun melarikan diri.
Para prajurit pun mengejar mereka, meninggalkan Kang Chi cs di halaman. Kang Chi menangis dan memeluk Yeo Wool erat.
Aihh.. Kang Chi, cepat bawa Yeo Wool pergi. Jangan cuman dipeluk!
Kabar tentang tertembaknya Yeo Wool sampai juga ke Chunhwagwan dan itu mengejutkan Soo Ryun. Chung Jo yang belum paham tentang senjata baru itu bertanya, senjata jenis apakah itu. Soo Ryun pun juga tak tahu pasti karena ia belum pernah melihatnya, tapi katanya jika orang tertembak dengan senjata pasti akan mati.
Chung Jo terkejut mendengarnya, “Apakah itu berarti Yeo Wool-ssi akan meninggal?” Soo Ryun hanya bisa menghela nafas, “Apa yang harus kita lakukan?”
Guru Dam memandangi putrinya yang terbaring lemah di tempat tidurnya. Guru Gong Dal memberitahu kata-kata tabib kalau hanya tersisa sedikit waktu bagi Yeo Wool.
Guru Dam teringat pada putrinya waktu masih kecil dulu. Saat itu Yeo Wool kecil meminta ayahnya untuk mengajarinya ilmu pedang. Karena dirinya, seorang anak laki-laki terluka dan menangis, “Untuk bisa melindung seseorang, satu-satunya cara adalah menjadi lebih kuat. Karena itulah aku ingin mempelajari ilmu pedang.”
Guru Dam terdiam, hanya mengepalkan tangan. Apakah ia menyesali telah mengajari putrinya ilmu pedang? Tak tahu. Guru Bong Dal dan Guru Yeo Joo hanya bisa memandang sedih pada Guru Dam yang meninggalkan ruangan.
Kang Chi menemui Biksu So Jung dan menanyakan cara untuk menyelamatkan Yeo Wool. Tapi Biksu So Jung menggeleng muram, “Tak ada cara untuk menangkal takdir. Karena ia tak menghindari takdir itu, maka sekarang ia harus menerima resikonya.”
Kang Chi masih tak percaya kalau tak ada cara untuk menyelamatkan Yeo Woo, “Aku harus bisa menyelamatkannya. Yeo Wool tak boleh mati.” Dan Biksu So Jung pun berkata, “Bagaimana jika itu adalah takdirmu juga? Kau tak punya pilihan lain selain menerimanya. Pergi dan temanilah Nona Yeo Wool. Hanya itulah yang bisa kau lakukan.”
Tanpa hasil, Kang Chi kembali ke Moo Hyung Do. Ia hanya mampu memandang kamar Yeo Wool dari kejauhan. Sung datang dan memberitahu kalau Guru Dam membawa para murid ke hutan untuk mengejar Jo Gwan Woong.
Guru Dam, Gon dan Tae Soo berpencar di hutan dengan masing-masing membawa sekelompok murid. Pengawal Jo Gwan Woong melaporkan hal ini pada tuannya dan meminta petunjuk apa yang harus mereka lakukan sekarang. Tapi Jo Gwan Woong malah balik bertanya dimana Pengawal Seo sekarang, “Coba tanyakan padanya, apa yang harus kita lakukan. Kita akan melakukan perintah Pengawal Seo.”
Ih.. Jo Gwan Woong kayanya shock deh kehilangan Pengawal Seo. Soulmate, sih..
Salah satu murid melihat persembunyian Jo Gwan Woong dan ia pun menembakkan panah asap berwarna biru ke udara. Guru Dam, Gon dan Tae Soo pun segera menuju kearah isyarat panah itu ditembakkan.
Jo Gwan Woong pun melihat panah asap itu dan menyadari kalau jejak mereka sudah terlacak. Ia dan pengawalnya pun segera melarikan diri, meninggalkan tempat mereka sekarang.
Tapi mereka sudah terkepung. Guru Dam, Gon dan Tae Soo datang dari ketiga sisi yang berlainan, mengepung Jo Gwan Woong. Pertempuran pun terjadilah. Jo Gwan Woong yang melihat celah kosong, melarikan diri bersama kedua pengawalnya.
Namun betapa kagetnya ia melihat Kang Chi datang dari sisi itu. Mata Kang Chi berubah hijau, membuat Jo Gwan Woong dan kedua pengawalnya yang sudah takut semakin takut. Kang Chi mengancam mereka, “Kalau kalian ingin hidup, buang pedang kalian dan menyingkirlah. Jika tidak kalian akan mati.”
Dan rasanya pengen ketawa melihat kedua pengawal yang sebelumnya garang mengawal Jo Gwan Woong sekarang membuang pedang dan kabur meninggalkan Jo Gwan Woong seorang diri. Ya, seorang diri karena pengawal lainnya sibuk melawan pasukan dari Moo Hyung Do.
Jo Gwan Woong pun memungut pedang yang tadi dijatuhkan dan dengan gemetar ia masih bisa mengancam Kang Chi, “Majulah kalau berani. Akan aku gorok lehermu.”
Tanpa melepaskan pandangannya, Kang Chi maju perlahan-lahan sementara Jo Gwan Woong tetap berkoar-koar, “Apakah kau benar-benar ingin mati? Hahh?”
Secepat kilat, Kang Chi mendekati Jo Gwan Woong, dan menebasnya.
Pedang itu terjatuh dengan cipratan darah. Terdengar raungan keras, membuat semua orang berhenti sejenak. Raungan itu milik Jo Gwan Woong yang memegangi tangannya yang berdarah-darah. Dengan dingin Kang Chi bertanya, “Apakah sakit? Sakit yang kau rasa tak sebanding dengan sakit yang kami rasakan selama ini.”
Jo Gwan Woong pun tersungkur setelah sekali lagi meraung kesakitan.
Wol Sun terkejut mendengar informasi dari teman-temannya yang memberitahukan kalau Jo Gwan Woong ditangkap karena terbukti menjual informasi rahasia negara pada orang-orang Jepang dan sekarangi ditahan di pangkalan Angkatan Laut, “Dan katanya juga tangannya terpotong.”
Wajah Wol Sun pucat pasi, ketakutan karena ia memihak orang yang salah. Chung Jo yang berpapasan dengannya dengan kalem bertanya, “Apa kau sudah mendengar tentang kabar Lord Bi Jo?”
Wol Sun tak bisa menjawab. Ia hanya dapat minggir dan memberi jalan pada Chung Jo dan Gob Dan. Yay!
Yeo Wool akhirnya siuman, dan orang yang ia lihat saat membuka mata adalah Kang Chi yang bertanya khawatir, “Apakah kau baik-baik saja?”
Yeo Wool tersenyum dan meminta Kang Chi untuk membantunya bangun. Perlahan-lahan, Kang Chi membantu Yeo Wool untuk duduk. Tapi ia masih tetap khawatir. Yeo Wool menyandarkan kepalanya pada Kang Chi dan mengatakan kalau ia baik-baik saja. Ia juga bertanya tentang ayahnya. Ia merasa bersalah pada ayahnya.
Kang Chi meminta Yeo Wool untuk segera sembuh. Tapi Yeo Wool tahu waktunya hampir berakhir. Maka ia meminta, “Kang Chi, aku memiliki 3 permintaan. Maukah kau mengabulkannya?”
Permintaan Yeo Wool yang pertama adalah makan malam bersama orang-orang terdekatnya. Mereka pun makan malam dengan suasana ceria, hanya Guru Dam yang tertunduk muram mendengarkan Guru Gong Dal yang menceritakan kalau Gon yang setinggi itu ternyata kecil saat anak-anak. Yeo Wool membenarkan, “Ia lebih pendek dariku sampai umur 10 tahun.”
Gon malu dan berkilah kalau ia melampaui tinggi Yeo Wool setelah ia berumur 11 tahun. Yeo Wool menggoda Gon kalau ia suka pilih-pilih makanan. Gonita langsung mengernyit, “Kau tak suka apa?” Yeo Wool membantu menjawabnya, “Wortel. Gon tak suka wortel.”
Semuanya tertawa, termasuk Tae Soo. Kang Chi pun berkata pada sahabatnya, “Bukannya kau juga tak suka?” Senyum Tae Soo hilang, dan semuanya pun tertawa. Guru Gong Dal mengatakan kalau dilihat-lihat Tae Soo dan Gon itu mirip, “Sama-sama tak berpikiran fleksibel.”
Sung bertanya apa arti ucapan Guru Gong Dal dan Guru Gong Dal pun menjelaskan. Gon dan Tae Soo berdebat mereka tidak seperti itu.
Mereka tak memperhatikan kalau tangan Yeo Wool mulai gemetar dan menahan sakit. Guru Dam, yang sejak tadi tak pernah menoleh sekalipun pada Yeo Wool, ternyata memperhatikan putrinya. Begitu pula Kang Chi yang selalu mengkhawatirkannya.
Sumpit Yeo Wool terlepas dari tangannya, menimbulkan suara hingga yang lain pun menoleh. Dan menyadari kalau kondisi Yeo Wool bertambah buruk.
Darah mulai menetes dari pundak Yeo Wool. Kang Chi yang melihatnya meminta Yeo Wool untuk tak memaksa diri. Tapi Yeo Wool berkata kalau ia ingin tinggal lebih lama lagi. Semua memandang Yeo Wool dengan khawatir dan iba. Tapi Yeo Wool tetap pada pendiriannya.
“Kembalilah ke kamar dan beristirahatlah,” pinta Guru Dam. Untuk pertama kalinya ia menatap putrinya, matanya berkaca-kaca mencoba menahan air mata.
Tapi Yeo Wool tak dapat menahan tangisnya. Ia hanya bisa meminta maaf dan terus minta maaf pada ayahnya. Guru Dam meraih tangan Yeo Wool dan menggenggamnya, matanya sudah basah, “Bagiku, kau adalah gadis yang paling hebat, Yeo Wool.”
Yeo Wool menangis tanpa suara. Semuanya terdiam mendengar ucapan itu dan ikut menangis. Guru Dam memanggil Kang Chi, “Kang Chi-ya.. kuserahkan Yeo Wool padaku.”
Kang Chi menelan air matanya dan mengiyakan.
Kang Chi menggendong Yeo Wool agar bisa beristirahat di kamar. Tapi Yeo Wool mengatakan permintaan keduanya, “Aku ingin jalan-jalan. Bersamamu. Hanya berdua.”
Kang Chi pun membawa Yeo Wool ke tepi sungai. Dengan bersandar ke bahu Kang Chi, Yeo Wool bertanya mengapa Kang Chi takut pada laba-laba? “Karena punya banyak kaki.” Yeo Wool mengangkat kepalanya, “Hanya karena itu kau takut?”
Kang Chi mengangguk sayang pada Yeo Wool, “Memang tidak boleh?” Yeo Wool tersenyum lemah, “Boleh,”
Dan sekarang ganti Kang Chi bertanya. Masih tetap pada kenangan masa kecil mereka, “Apakah kau ingat ketika aku mengatakan kalau aku akan menjadikanmu sebagai pengantinku? Jika aku menanyakan hal yang sama denganmu sekarang, apa yang akan kau jawab?”
Yeo Wool terkejut mendengar hal itu, “Sejak kapan kau mengingatnya?” Kang Chi tersenyum dan berkata kalau ia ingat sesaat setelah ia mengetahui namanya, Dam Yeo Wool. Tapi mengapa Kang Chi tak mengatakan apapun?
“Karena dari sebelum itu, kau sudah mulai berarti bagiku,” jawab Kang Chi yang melanjutkan dengan pertanyaannya, “Apakah kau mau menikah denganku?”
Sejenak Yeo Wool tak menjawab, tapi kemudian ia berkata, “Aku tak bisa memasak nasi yang enak.”
“Maukah kau menikah denganku?”
“Tapi aku tak bisa menjahit dengan baik.”
“Maukah kau menikah denganku?”
Yeo Wool menatap Kang Chi yang terisak dan berlinang air mata, “Jangan menangis, Kang Chi-ya. Aku tak ingin menjadi kenangan yang menyedihkan. Aku ingin menjadi kenangan yang membahagiakan. Aku juga tak ingin menjadi air matamu. Lebih baik aku menjadi senyumanmu. Aku berharap kau selalu berbahagia. Itulah permintaanku yang ketiga.”
Kang Chi menggenggam tangan Yeo Wool dan meminta, “Kita akan bertemu lagi. Aku akan menunggumu.”
Yeo Wool mengangguk dan mereka pun berkata, “Aku mencintaimu.” Mereka pun berciuman.
Dan butiran cahaya biru muncul mengiringi suara hati Kang Chi, “Ketika kita bertemu lagi.. saat itu aku akan mengenalimu terlebih dulu. Ketika kita bertemu lagi.. saat itu aku akan mencintaimu lebih dulu.”
Tangan Yeo Wool tiba-tiba terlepas dari genggaman Kang Chi dan kepalanya terkulai ke bahunya. Kang Chi memanggil-mangil Yeo Wool, tapi tak ada suara. Kang Chi pun menangis, memeluknya,
“Dan seperti suara nafasnya yang berhenti, saat itu pulalah waktuku juga berhenti.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar