Kamis, 28 November 2013

Sinopsis Gu Family Book Episode 22 - 2



Sejenak mereka berpandangan, sibuk dengan pikiran masing-masing. Tapi kemudian Yeo Wool memecahkan keheningan dengan menanyakan permintaan Kang Chi yang kedua. Belum sempat Kang Chi menyebutkan, muncul Sung yang memberitahukan kalau ada tamu yang datang untuk menemui Kang Chi.


Ternyata tamu itu adalah Man Bo yang muncul dengan wajah panik. Kedatangan Man Bo itu berkaitan dengan Tae Soo yang ditangkap Jo Gwan Woong.


Tapi ternyata Tae Soo sangat tenang menghadapi Jo Gwan Woong. Ia mengakui kalau ia adalah mata-mata ganda dan ia hanya mencari keuntungan untuk dia sendiri.

Jo Gwan Woong pun penasaran apa yang sebenarnya yang diinginkan Tae Soo dengan melakukan itu. Tae Soo pun tersenyum dan menawarkan kerja sama dengan Jo Gwan Woong. Jo Gwan Woong mencemooh Tae Soo, “Apa kau tak paham, kalau aku bisa menggorok lehermu saat ini juga?”


Tapi Tae Soo pun punya kartu as, “Saat Anda menggorok leher saya, begitu juga hidup Anda juga akan segera berakhir, Tuan. Setahu saya Anda akan segera mati oleh pedang Laksamana Lee Soon Shin.”

Jo Gwan Woong heran sekaligus bingung melihat rasa percaya diri yang ditunjukkan Tae Soo.


Kang Chi melaporkan informasi dari Man Bo ini pada Guru Dam. Dan bersama-sama, mereka berempat pergi ke Pangkalan Angkatan Laut untuk menemui Lee Soon Shin.

Dan ternyata masalah itu tak hanya Tae Soo yang ditangkap. Lee Soon Shin memberitahukan ketika malam saat Wol Ryung masuk desa dan menyerang, peta yang Kang Chi ambil dicuri dan ia menduga kalau itu adalah ulah dari ninja Jepang.


Memang benar. Pemimpin Samurai menyerahkan peta itu pada Pil Mo. Ia juga memberitahukan kalau saat ia ada di ruangan Lee Soon Shin, ia melihat sebuah model perahu yang bentuknya aneh. Ia tak bernah melihat bentuk perahu itu sebelumnya.


Pil Mo terkejut dan ia pun mengeluarkan denah kapal yang diberikan Jo Gwan Woong padanya. Pemimpin samurai itu membenarkan kalau perahunya mirip seperti itu. Pil Moo tak menyangka kalau Lee Soon Shin akan benar-benar membuat perahu itu, “Apakah kau benar-benar melihatnya?”

“Aku melihat dengan kedua mataku sendiri,” jawab pemimpin samurai itu yakin.


Model perahu yang dilihat oleh pemimpin samurai itu memang ada di ruangan Lee Soon Shin, karena sekarang Lee Soon Shin menunjukkan model perahu itu pada keempat tamunya. Kang Chi terkesima melihat bentuk perahu itu dan Lee Soon Shin memberitahukan kalau itu adalah perahu kura-kura.


Perahu itu masih perlu diuji coba beberapa kali namun pada pertengahan bulan ini, kapal yang sebenarnya akan selesai dibuat. Kang Chi benar-benar terkesima dengan penjelasan Lee Soon Shin.

Lee Soon Shin pun memberitahukan kabar baiknya. Denah rancangan asli dari perahu itu aman di dalam ruang rahasia, dan..


Lee Soon Shin menarik kain penutup yang tergantung di tembok dan tarraaa….


Peta yang mirip dengan yang tercuri sekarang tertempel di tembok, “Peta yang mereka curi adalah yang palsu.”


Whoaa… keren. Lee Soon Shin ini benar-benar pintar. Ia sudah merubah semua informasi di peta palsu itu sehingga Goon Bon tak dapat menentukan kekuatan tentara mereka yang sebenarnya.


Kang Chi yang memikirkan keselamatan Tae Soo, meminta Lee Soon Shin memberi perintah padanya untuk mengeluarkan Tae Soo yang ditahan oleh Jo Gwan Woong.

Yeo Wool menatap Kang Chi yang sangat setia kawan pada Tae Soo, sementara Lee Soon Shin.. hmmm.. apa yang sebenarnya ada di dalam pikirannya sekarang?


Itu juga mungkin yang dipikirkan oleh Jo Gwan Woong, karena ia berpikir lama, sebelum akhirnya ia memutuskan untuk menemui Tae Soo dan bertanya apa yang diinginkan Tae Soo darinya.


Tae Soo pun berkata, “Setelah mengungkap kematian ayahku yang tak adil, mengembalikan penginapan kembali, dan juga mengembalikan adikku, maka Anda bisa mendapatkan hidup Anda kembali.”

Jo Gwan Woong mengancam kalau ia akan membunuh Tae Soo jika Tae Soo memberikan informasi palsu atau tak penting.


“Laksamana Lee Soon Shin memiliki daftar orang yang diberikan Ja Hong Myung,” informasi ini tentu saja mengejutkan Jo Gwan Woong karena selanjutnya Tae Soo juga mengatakan, “Daftar tentang  11 orang yang bergabung dengan Anda setelah mendapat uang sogokan dari Goong Bon dan sebentar lagi orang-orang itu akan diinterogasi oleh Lee Soon Shin. Dan jika salah satu dari  mereka menyebutkan nama Anda, apa yang akan terjadi?”

Jo Gwan Woong geram dan bertanya apa solusinya. Tae Soo pun mengusulkan untuk membunuh mereka semua sebelum Lee Soon Shin menangkap mereka, “Hanya itu satu-satunya jalan keluar yang ada.”


Ternyata benar. Lee Soon Shin memang memiliki daftar itu dan sesuai ucapan Tae Soo, Lee Soon Shin sudah menyuruh anak buahnya untuk membawa orang-orang itu ke markas mereka.

Ia meminta Guru Dam untuk mengawasi gerak-gerik para pedagang Jepang dan juga Jo Gwan Woong. Dan ia memberikan tugas yang berbeda untuk untuk Gon, Yeo Wool dan Kang Chi.


Anak buah Lee Soon Shin pun mendatangi rumah orang-orang yang ada di dalam daftar itu. Tapi ternyata satu per satu orang itu sudah tewas terbunuh. Mereka kalah cepat dengan pengawal Jo Gwan Woong yang memang berniat untuk menyelesaikannya sebelum berganti hari.


Pil Mo datang untuk menemuinya. Ia sudah mendengar kalau sekutu-sekutu mereka dibunuh oleh Jo Gwan Woong dan menuntut penjelasan dari Jo Gwan Woong.

Jo Gwan Woong pun mengatakan kalau hal ini terjadi karena Pil Mo tak berhasil membunuh Seo Hwa yang akhirnya menyerahkan kesebelas nama para pejabat kepada Lee Soon Shin., “Jika sesuatu terjadi padaku, maka kau pun juga akan dieksekusi.”

Pil Mo terdiam, menyadari kegentingan ini. Dan menurut Jo Gwan Woong, Hubungan kerja sama dapat dbangun kembali, yang  paling penting adalah menyelamatkan nyawa mereka terlebih dahulu.”

Pengawal Seo melaporkan kalau tiga orang yang masih hidup ingin bertemu dengan Jo Gwan Woon dan mereka sekarang ada di Chunhwagwan, “Jika mereka tak bisa bertemu dengan Tuan, mereka akan pergi ke Markas Angkatan Laut untuk menemui Laksamana Lee Soon Shin.”

Rupanya prinsip ketiga sekutu itu juga sama dengan Jo Gwan Woong. Yang paling penting adalah menyelamatkan nyawa terlebih dahulu.


Lee Soon Shin pun mendapatkan informasi tentang keberadaan tiga orang tersisa ini dari Soo Ryun. Maka ia pun memutuskan untuk segera pergi ke Chunhwagwan untuk menemui mereka dengan membawa 10 tentara yang paling ahli.


Jo Gwan Woong dan Lee Soon Shin sama-sama pergi ke Chunhwagwan. Siapa yang paling cepat?


Gon, Kang Chi dan Yeo Wool mengintip kepergian Jo Gwan Woong.  Mereka berniat pergi ke paviliun dan Yeo Wool mengusulkan untuk ia masuk terlebih dahulu. Tapi Kang Chi mencegahnya. Ia tak ingin Yeo Wool masuk ke dalam, “Kau ingin aku mengatakan permintaan keduaku, kan? Tunggulah aku di sini. Itulah permintaan ketigaku.”


Yeo Wool mengatakan kalau permintaan itu tak berlaku sekarang. Mereka sekarang sedang mengerjakan tugas penting dari Lee Son Shin. Tapi Kang Chi mengatakan kalau janji tetaplah janji, “Sampai Gon dan aku kembali,kau tetap tinggallah di sini.”


Yeo Wool protes kan keputusan Kang Chi yang sepihak.Tapi Kang Chi tetap pada keputusannya. Hanya dia dan Gon yang akan masuk dan menyelesaikan tugas dari Lee Soon Shin, “Aku akan segera kembali.”


Ketiga orang itu sekarang sedang dilayani oleh para gisaeng. Tapi mereka tak menikmati hiburan itu. Mereka cemas dan terus menerus menanyakan kedatangan Jo Gwan Woong.


Mereka pun bertanya-tanya apakah mereka memihak pada kubu yang salah, dan berniat untuk pindah kubu. Chung Jo muncul menyapa dan menyapa mereka. Rupanya Soo Ryun berniat menyusupkan Chung Jo di antara para gisaeng untuk memata-matai apa yang akan terjadi.


Tapi hal itu tak bisa dilakukan karena Jo Gwan Woong muncul dengan anak buahnya. Ia memerintahkan para gisaeng untuk keluar, termasuk Chung Jo. Ada hal yang penting yang akan ia bicarakan. Ketiga pejabat itu lega melihat kedatangan Jo Gwan Woong.


Mereka pun melaporkan apa yang mereka tahu. Teman-teman mereka sudah tewas dan hanya tersisa mereka saja. Mereka menduga ini adalah ulah Lee Soon Shin. Tentu saja Jo Gwan Woong membantahnya, karena Lee Soon Shin tak mungkin akan membunuh mereka, “Setelah menangkap salah satu dari kalian, ia akan menginterogasi hingga namaku disebut.”


Mereka terkejut karena itu berarti orang yang membunuh mereka adalah orang yang tak ingin namanya tersebut, dan itu berarti, “Mungkinkah Anda yang ..”


Belum sempat mereka menyelesaikan kalimatnya, muncul pengawal Jo Gwan Woong yang membunuh mereka dari belakang. Jo Gwan Woong menatap mayat-mayat itu dengan kalem dan berkata, “Untuk tetap hidup, seseorang harus tahu bagaimana menyingkirkan sebuah gangguan.”


Di luar, Jo Gwan Woong bertemu dengan Lee Soon Shin yang terlambat datang. Jo Gwan Woong pun jumawa dan mengoloknya karena seorang laksamana mau masuk ke rumah gisaeng.


Lee Soon Shin mengatakan tujuannya kemari karena ia menerima laporan adanya mengkhianati negara demi Jepang, dan ia akan menangkap mereka. Jo Gwan Woong pun memuji Lee Soon Shin yang bekerja giat demi negara.


Terdengar teriakan gisaeng yang muncul dan berteriak panik. Lee Soon Shin pun menyuruh anak buahnya untuk memeriksa. Dan ternyata ada mayat di dalam rumah gisaeng, dan anak buahnya itu memastikan kalau mayat-mayat itu adalah para pengkhianat itu.


Jo Gwan Woong tersenyum menang. Tapi senyumnya hilang saat Lee Soon Shin bertanya retoris, “Apa kau tahu strategi 2 harimau? Biarkan  dua harimau berkelahi hingga aku mendapatkan apa yang aku mau tanpa bersusah payah.”

Dan wajah Jo Gwan Woong berubah marah saat Lee Soon Shin mengatakan kalau ia senang bisa melenyapkan 11 pengkhianat tanpa interogasi yang berbelit-belit.


Jo Gwan Woong melihat kemunculan Tae Soo dan ia sadar apa yang sebenarnya terjadi. Melihat wajah Jo Gwan Woong, Lee Soon Shin menyindirnya, “Mengapa kau terdiam? Apa kau juga terlibat dalam kasus ini juga?”

Hahaha.. Jo Gwan Woong benar-benar merasa terjebak. Nauri..  Itulah sebabnya mengapa dramanya IU diberi judul The Best Lee Soon Shin dan bukannya The best jo gwan woong.


Tak ada yang bisa dilakukan Jo Gwan Woong selain mengancam Lee Soon Shin, jika Lee Soon Shin memang berniat mencari gara-gara maka Lee Soon Shin harus bersiap-siap. Lee Soon Shin pun menjawab dengan kalem, “Aku mungkin harus akan bersiap-siap. Kalau begitu, hati-hatilah di jalan.”


Jo Gwan Woong pun keluar, setelah melengos pada Tae Soo yang juga tersenyum menang. Lee Soon Shin mengangguk dan tersenyum memuji Tae Soo.


Kang Chi dan Gon menyusup masuk ke pavilion Goong Bon. Namun mereka disergap oleh para ninja. Terjadilah pertempuran, dan Kang Chi pun melepaskan gelangnya sehingga ia bisa dengan mudah mematahkan serangan para ninja itu. Bahkan ia pun sempat menahan serangan para ninja yang mengepung Gon.


Yeo Wool, yang menunggu di luar, ternyata tak luput dari serangan ninja itu. Ia mencoba bertahan, namun salah satu ninja itu berhasil melukainya. Ia pun lari masuk ke dalam penginapan.


Di sana ia melihat lebih banyak ninja yang menyerang Kang Chi dan Gon. Dan ia pun masuk ke dalam pertempuran itu untuk membantu keduanya.


Kang Chi sibuk mengalahkan semua ninja itu. Dan ia merasa ada seseorang di belakangnya. Refleks, ia langsung mencakarnya.


Dan terpana.


Begitu pula Yeo Wool yang lengannya terkena cakar Kang Chi. Ia terbelalak, dan menangis merasakan luka itu.


Kang Chi juga tertegun, hatinya mencelos, tak percaya kalau ternyata tangannya sendiri yang melukai Yeo Wool, hal yang paling ia hindarkan. Air matanya menetes, menyadari kalau dirinyalah yang membuat Yeo Wool terluka.


Yeo Wool terjatuh lemas, untung Gon menangkapnya. Para ninja mulai menyerang mereka, tapi suara pimpinan samurai menghentikan mereka.


Gon bertanya apakah dia adalah Kageshima? Pemimpin samurai itu mengangguk (eihh.. dia ngerti bahasa Joseon) dan mengiyakan (dalam bahasa Jepang). Gon pun menyerahkan surat dan berkata kalau ia disuruh mengantarkan surat itu. Salah seorang ninja mengambil surat itu dan ia berikan pada Kageshima yang segera dibaca.


Setelah pulih dari kagetnya, Kang Chi segera menghampiri Yeo Wool dan merobek lengan baju Yeo Wool. Dengan batu yang ia pungut, ia menyayat tangannya hingga berdarah dan darah itu ia kucurkan ke lengan Yeo Wool yang terluka. Tak terjadi apapun.


Kata-kata biksu So Jung terngiang kembali, ‘kau hanya bisa menggunakan darah gaibmu sekali saja untuk menyembuhkan orang itu.’


“Kumohon.. kumohon..,” Kang Chi menatap darah itu penuh harap. Tapi luka Yeo Wool tetap menganga.


Dan tangannya kembali pulih seperti sedia kala. Yeo Wool menggelengkan kepala, meminta Kang Chi tak melukai dirinya. Tapi tidak. Kang Chi tetap tak putus asa. Ia kembali menyayat tangannya lagi, dan ia kucurkan lagi ke luka Yeo Wool.


Tapi luka itu tetap menganga. Kang Chi berteriak frustasi melihat hanya luka di tangannya kembali menutup. Sekuat tenaga ia menghantamkan batu itu ke tangannya.


Tapi Gon menahan tangannya, “Hentikanlah hal itu sekarang.”

“Kang Chi-ya..” pinta Yeo Wool lemah.


Dan Kang Chi berhenti. Ia menangis melihat Yeo Wool yang terkulai lemah. Seperti bukan tangannya yang tersayat batu. Tapi hatinya.


Mereka telah kembali ke Moo Hyung Do dan lengan Yeo Wool sudah dibalut oleh Guru Gong Dal. Gon hanya bisa memperhatikan dalam diam.


Guru Dam muncul dan mencemaskan keadaan putrinya yang katanya terluka parah karena Kang Chi. Dengan wajah ceria, Yeo Wool menenangkan ayahnya kalau sekarang ia baik-baik saja dan Kang Chi sibuk melawan musuh, “Ia tak membiarkanku masuk karena khawatir aku terluka. Aku tak mendengarkan, malah masuk dan akhirnya terluka.”


Guru Gong Dal juga mencoba menenangkan rekannya kalau luka Yeo Wool akan segera membaik. Gon hanya diam mendengar hal ini dan pergi meninggalkan ruangan.


Di luar ia bertemu dengan Kang Chi. Tampak sekali kalau perasaan Kang Chi sangatlah kacau. Ia tersenyum, mencoba menghibur temannya, tapi Kang Chi tahu apa yang sebenarnya ingin dikatakan Gon.


Jo Gwan Woong membanting semua barang-barangnya karena lagi-lagi rencananya gagal. Ini bukan yang pertama kalinya ia tantrum. Yang pertama adalah saat ia kehilangan peraknya Tuan Park.

Hmm.. kalau kejadian lagi, yang ketiga dapat piring cantik, loh..


Atas permintaan Jo Gwan Woong, Pil Mo datang dan bertanya apa yang diinginkan oleh Jo Gwan Woong sekarang. Dengan geram Jo Gwan Woong berkata, “Berikan 10 ninja terbaikmu. Lee Soon Shin, aku harus membunuhnya.”


Yeo Wool mencari-cari Kang Chi. Tapi Kang Chi tak ada di kamarnya. Juga di dapur.

Ternyata Kang Chi masih terduduk di tempatnya tadi.


Yeo Wool mengagetkan Kang Chi. Tapi keceriaan Yeo Wool tak menular ke Kang Chi dan Yeo Wool pun menyadarinya, “Aku tahu kau pasti akan seperti ini.”


Kang Chi bertanya muram, “Bagaimana lukamu?”

“Tak terasa sakit sedikitpun. Obat-obatan Guru Gong Dal sangatlah banyak. Aku telah minum ramuan dan lukaku juga diolesi obat. Lukaku sudah tak berdarah lagi dan aku juga sudah sadar,” kata Yeo Wool tetap ceria.


Kata-kata Yeo Wool tak merubah suasana hati Kang Chi. Kang Chi malah bangkit dan mengajak Yeo Wool segera masuk.

“Kang Chi-ya,” Yeo Wool mencoba menghibur. “Kenapa kau seperti ini? Ini bukanlah kesalahanmu!”

“Pikiranku sedang tak benar. Aku seperti hilang kendali saat aku berkelahi dan mencium bau darah.

“Kang Chi-ya..”


“Lain kali mungkin akan lebih parah daripada luka di lengan,” kata Kang Chi tanpa menoleh pada Yeo wool, “.. bahkan aku mungkin bisa membunuhmu.”

Yeo Wool langsung menebak kalau Kang Chi sudah mendengarnya. Dan Kang Chi pun membenarkan dengan berkata, “Orang yang kau temui di bawah bulan sabit dan pohon sakura itu membahayakanmu,” Kali ini Kang Chi menatap Yeo wool, “Dan orang itu adalah aku. Jika kau tahu hal itu kenapa kau tak segera pergi?!”

“Takdir yang tak penting itu..” jawab Yeo Wool, “Aku tak pernah merasa takut pada takdir itu.”

“Kau bisa mati!”

“Aku tak ingin kehilanganmu hanya karena takdir yang kita tak tahu kebenarannya.”


Suara ayahnya terngiang di benak Kang Chi, ‘Saat kau merasa takut, saat itulah kau akan kehilangan segalanya.’

Dan kali ini ia menjawab, ‘Tapi saya sekarang merasa takutYeo Wool dapan mati.’


Yeo Wool menatap dan memohon, “Kang Chi-ya..”


Kang Chi tak dapat menahan air matanya saat ia berkata, “Takdir kita.. berhenti sampai di sini.”


Yeo Wool tertegun mendengar ucapan Kang Chi, tak percaya mendengar Kang Chi yang berkata, “Dam Yeo Wool.. itulah permintaanku yang ketiga.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar