Kamis, 25 April 2013
Sinopsis Gu Family Book Episode 5 (Bagian 2)
Kang Chi berlari ke sana kemari mencari So Jung. Ok Man menghampirinya dan menegurnya karena tidak beristirahat (karena tangan Kang Chi yang terluka semalam). Kang Chi bertanya apakah Ok Man melihat seorang biksu. Ok Man tidak melihatnya. Ia bertanya mengapa Kang Chi mencari biksu itu. Kang Chi berkata sepertinya biksu itu mengetahui sesuatu mengenai dirinya.
Ok Man bercerita ada seorang tamu di penginapan. Tamu itu bukan tamu biasa. Ok Man berbisik kalau tamu itu seorang gubernur. Hmmm…pangkat Lee Soon Shin sama Jo Gwan Woong tinggi mana ya? Kalau pangkat Lee Soon Shin lebih tinggi kan harusnya lebih gampang menangani Jo Gwan Woong.
Rupanya Lee Soon Shin menemui Tuan Park karena ingin meminta bantuan untuk dana militer. Tuan Park menanyakan dana itu akan digunakan untuk apa. Guru Dam menegur Tuan Park agar bersikap lebih sopan.
“Aku memiliki darah pebisnis. Seorang pebisnis sangat cermat mengenai bagaimana uangnya digunakan. Bisakah Tuan memberitahu untuk apa dana militer itu?”
“Seandainya terjadi perang, kita memerlukan perahu untuk melindungi perairan kita. Sebelum aku diangkat, perlengkapan militer sangat sedikit. Pelatihan, senjata, dan meriam sedang diperlengkapi tapi membuat perahu lain lagi ceritanya.”
Tuan Park tahu membangun perahu akan membutuhkan banyak dana. Dan lagi untuk perang tidak mungkin hanya membuat satu perahu kan? Lee Soon Shin yakin jika pihak luar hendak menyerang melalui laut, mereka pasti memiliki ratusan perahu.
“Jika kita tidak bisa mengimbangi jumlah itu, kita memerlukan takting perang yang tak biasa dan perahu yang besar. Begitulah pendapatku.”
“Perahu seperti apa yang akan sekuat itu?” tanya Tuan Park.
Guru Dam berkata Tuan Park bertanya terlalu banyak. Ini adalah rahasia utama militer. Tapi Tuan Park tidak bergeming.
Lee Soon Shin mengamati Tuan Park. Akhirnya ia menunjukkan sebuah gambar. Gambar perahu yang besar dilengkapi dengan barisan meriam dan dayung di samping kiri dan kanan perahu. Bagian atas perahu tertutup dan dipenuhi duri-duri runcing. Inilah perahu kura-kura yang terkenal itu.
Tuan Park terpana. “Tuan berniat membangun perahu ini?”
“Inilah sebabnya aku ke sini mencarimu.”
“Kami sudah mengajukan rencana untuk membuat perahu ini tapi ditolak. Ini adalah perahu untuk melindungi negara tapi pemerintah tidak mau mendanainya,” Gur Dam menjelaskan.
“Kau bertanya bagaimana dana militer itu akan digunakan? Itu akan menyelamatkan negara dan perairan kita. Apa sudah menjawab pertanyaanmu?” tanya Lee Soon Shin.
Tuan Park nampak sangat kagum dengan desain perahu di depannya. Ia menyuruh Tae Soo menutup semua pintu dan jendela. Tae Soo awalnya nampak ragu tapi ia menuruti perintah ayahnya.
Yeo Wool dan Gon menunggu di halaman. Muncullah Kang Chi yang penasaran dengan tamu besar yang dikatakan Ok Man. Melihat Yeo Wool dan Gon, ia tersenyum jahil.
“Mengapa kalian ke sini? Apa kalian ke sini untuk menemui Tuan Park? Ada apa?”
“Gon, katakan padanya ini bukan urusannya,” ujar Yeo Wool tanpa mau melihat Kang Chi.
“Kau dengar? Dia bilang ini bukan urusanmu.”
“dengar ya Dam do-ryung, kurasa kau tidak tahu, semua yang terjadi di penginapan ini adalah urusanku. Bahkan walau aku tidak mau, itu tetap menjadi urusanku.”
“Cerewet sekali. Gon, suruh dia tutup mulut.”
“Kau dengar? Dia bilang tutup mulutmu.”
Kang Chi jadi kesal dan hendak melabrak Yeo Wool. Tapi ia harus melewati Gon dulu yang dengan sigap menghalangi.
“Singkirkan tanganmu sebelum aku memotong keduanya.” Ancam Gon dengan galak.
“Apa? Potong apa?” (fanny: potong bebek angsa…masak di kuali….)
Kang Chi mencengkeram baju Gon dan balik mengancam. Keduanya bertengkar sementara Yeo Wool tenang-tenang saja melihat keduanya. Pertengkaran semakin memanas hingga Gon hendak mencabut pedangnya.
“Hei, apa yang kalian berdua lakukan? Hentikan,” ujar Yeo Wool. Tapi keduanya tidak mau melepaskan diri….eh maksudnya tidak mau melepas lawannya.
Han No yang turun tangan melepas keduanya.
“Aku tidak mengijinkan kalian membuat keributan di sini. Jika kalian tidak berhenti, aku akan menggulung kalian dan menggantung kalian terbalik di pohon selama 4 hari,” kata Han No tegas.
Haha…Gon dan Kang Chi langsung tak berkutik. Ooooo….Yeo Wool kagum dengan ketegasan Han No. (satu lagi ciri khas Suzy… dia suka kedip-kedip^^)
Setelah semua pintu dan jendela tertutup, Tae Soo membuka pembatas dinding di belakang meja ayahnya. Di sana terdapat lukisan. Tae Soo menggeser lukisan itu. Di baliknya ada dinding yang menjorok. Tae soo mendorong bagian dinding tersebut. Di baliknya ternyata terdapat ruang rahasia.
Tuan Park mendekatkan lilin pada sebuah peti. Isinya ternyata uang emas.
“Mulai sekarang, semua ini akan digunakan sebagai dana militer Tuan,” kata Tuan Park.
Tae Soo menyalakan setiap obor di ruangan rahasia itu. Ternyata ruangan itu dipenuhi bertumpuk-tumpuk peti uang emas. Seluruh kekayaan Tuan Park selama bertahun-tahun ada di sana. Wow….coba di negara kita ada yang sedermawan ini ya^^
“Tolong terimalah. Gunakan untuk membuat perahu yang bisa menyelamatkan negara kita dan melindungi perairan kita,” kata Tuan Park.
Tapi berita kedatangan gubernur Lee Soon Shin ke Penginapan Seratus Tahun tidak luput dari telinga Jo Gwan Woong. Ia tahu sejak ditunjuk sebagai gubernur, Lee Soon Shin telah melatih tentara dan memperkuat militer.
“Kurasa ini waktunya bagiku untuk bergerak,” ujarnya.
Ia pergi menemui kepala polisi dan melaporkan kalau satu anak buahnya hilang. Tapi ini bukan masalah orang hilang biasa, melainkan pengkhianatan pada negara.
Ia berkata ia sedang menyelidiki kasus pemberontakan dan mengutus orangnya untuk menyelidiki kasus itu ke suatu tempat yang ia curigai. Tapi setelah beberapa hari orang itu tidak juga memberi kabar.
“Ke mana Tuan mengirimnya?” tanya kepala polisi.
“Penginapan Seratus Tahun.”
Kepala Polisi terkejut.
Padahal di Penginapan Seratus Tahun sedang berlangsung acara gembira. Hari ini akan diadakan acara seserahan mas kawin sebelum pernikahan Chung Jo (ternyata acara seserahan bukan cuma di kita aja ya^^). Rombongan kerabat mempelai pria akan membawa seserahan itu ke kediaman Tuan Park.
Nyonya Yoon meminta Choi memanggil Tuan Park karena kerabat mempelai pria akan segera tiba.
Tuan Park sedang mengantar kepergian Lee Soon Shin. Tapi sebelum pergi, Lee Soon Shin melihat Kang Chi dengan pandangan tertarik. Tuan Park segera menyuruh Kang Chi memberi salam pada Lee Soon Shin.
“Siapa dia? Apa dia puteramu?” tanya Lee Soon Shin.
“Benar. Aku membawanya sebagai anak terbuang, tapi ia kuanggap seperti anakku. Dia setia dan bertanggungjawab. Terlebih dari itu, ia memiliki hati yang baik (turunan papanya dong^^). Jika ada kesempatan, tolong bimbing dia. Ia mungkin akan lebih maju di bawah bimbingan Tuan.”
Lee Soon Shin nampak senang.
“Aku tidak mau,” ujar Kang Chi.
“Kang Chi!” tegur Tuan Park.
“Aku tidak akan pergi ke manapun. Tuan adalah majikanku satu-satunya. Aku tidak akan melayani orang lain kecuali Tuan.”
“Jika kau keluar ke dunia, kau akan menjadi orang yang lebih besar.”
“Bagiku tidak ada yang lebih besar dari Tuan dan Penginapan Seratus Tahun. Aku hanya ingin membantu Tae Soo dan melayani di penginapan,” ia lalu beralih pada Lee Soon Shin, “Tolong jangan mengambil saya. Saya minta maaf.”
Lee Soon Shin tidak nampak marah. Ia malah semakin tertarik dengan kesetiaan Kang Chi.
“Siapa namamu?” tanyanya.
“Saya Choi Kang Chi, putera dari kepala pelayan Choi.”
“Choi Kang Chi. Kau diberkati dengan banyak orang baik,” puji Lee Soon Shin pada Tuan Park.
Dasar bodoh, gumam Yeo Wool. Guru Dam mengamati Kang Chi lekat-lekat.
Choi datang untuk memanggil Tuan Park. Tuan Park menjelaskan pada Lee Soon Shin kalau puterinya akan segera menikah. Lee Soon Shin memberi selamat. Sementara wajah Kang Chi langsung tersaput mendung. Yeo Wool menyadari hal ini.
Yeo Wool dan Gon mengantar Guru Dam. Guru Dam bertanya Kang Chi orang seperti apa.
“Dia cuma anak-anak yang menganggap dirinya yang paling hebat (Gon senyum). Ah, tapi dia tidak sejelek itu
(senyum Gon lenyap..hee XD). Dia jujur dan berhati murni.”
“Apa kau dekat dengannya?”
“Apa? Tidak, kami tidak dekat sama sekali. Jika bisa, aku ingin menghindari anak itu. Benar, Ayah. Tapi kenapa Ayah bertanya?” Penyangkalan yang berlebihan malah menimbulkan kecurigaan, iya kan?
“Tidak ada apa-apa. Hanya saja ada yang menggangguku. Kalian berdua tetap di sini dan awasi. Berhati-hatilah agar tidak terluka.”
“Ya, Ayah.”
Guru Dam pergi diantar Gon. Yeo Wool menghela nafas lega setelah ayahnya pergi.
“Kenapa aku membicarakan hati murni segala? Benar-benar….ada apa dengan diriku?” gumamnya pada diri sendiri.
Di luar, Guru Dam menyuruh Gon mengawasi Kang Chi. Jika ada yang aneh, Gon harus melaporkannya segera. Jangan lupa, Dam Pyung Joon ini memiliki kelebihan. Sepertinya ia bisa merasakan kalau Kang Chi bukan manusia biasa.
Kepala polisi mempersiapkan anak buahnya. Sementara itu kerabat mempelai pria mulai berdatangan. Chung Jo tidak nampak gembira. Ia menutupi telinganya saat mendengar keramaian di luar. Kang Chi melihat keramaian itu dengann sedih.
Acara seserahan dilakukan. Kerabat mempelai pria menaruh bawaannya ke atas meja kendi yang disediakan keluarga mempelai wanita. Tiba-tiba meja itu rubuh. Firasat buruk.
Tepat saat itu, kepala polisi dan rombongannya menerobos masuk kediaman Tuan Park. Ia memerintahkan anak buahnya mencari pria yang hilang dengan seksama di kediaman Tuan Park, juga di Penginapan Seratus Tahun. Mereka juga diperintahkan mencari bukti yang menunjukkan ada kegiatan pemberontakan.
Tae Soo protes. Kepala polisi berkata Jo Gwan Woong melaporkan ada anak buahnya yang hilang dan berpendapat Penginapan Seratus Tahun bertanggung jawab atas hilangnya orang itu.
Kepala polisi berkata ia sebenarnya tidak ingin melakukan ini. Tapi masalah pemberontakan bukanlah masalah sepele.
Nyonya Yoon bertanya pada suaminya sebenarnya apa yang terjadi. Tuan Park hendak menjelaskan pada Kepala Ppoisi tapi pada saat itu seorang polisi melaporkan ia menemukan orang Jo Gwan Woong yang hilang. Si ninja ilusi.
Kang Chi mengetahui berita itu dari ayahnya. Choi menyuruh Kang Chi untuk segera ke kediaman Tuan Park. Tapi saat Kang Chi hendak melangkah tiba-tiba ia mendengar suara So Jung memanggil namanya.
Kang Chi menoleh. Tidak ada seorangpun. Tapi Kang Chi teringat dengan perkataan So Jung agar ia menjauh dari penginapan malam ini dan Kang Chi harus pergi dari penginapan sebelum matahari terbenam.
Kang Chi melihat ke langit. Matahari hampir terbenam. Choi mengajak Kang Chi segera pergi. Sementara So Jung berdiri di luar penginapan dan menanti dengan cemas.
“Kang Chi segeralah keluar. Cepat,” gumamnya.
Para polisi mengobrak-abrik kamar Tuan Park. Untunglah mereka tidak menemukan ruang rahasia di balik lukisan. Tapi mereka menemukan surat dengan tanda panah di depannya. Surat yang pernah dikirim Dam Pyung Joon pada Tuan Park.
Jo Gwan Woong telah tiba di penginapan. Kepala polisi bertanya apakah orang yang ditemukan di kediaman Tuan Park adalah anak buah Jo Gwan Woong.
“Benar, dia orang yang kukirim untuk menyelidiki komplotan pemberontak.”
“Itu bohong! Dia adalah pembunuh yang kaukirim untuk mencelakai ayahku!” ujar Tae Soo.
“Pembunuh? Ada apa ini?” tanya kepala polisi kebingungan.
“Biar kutanya padamu, jika dia pembunuh mengapa kau tidak melaporkannya pada pihak berwajib? Kau hendak menyembunyikan sesuatu jadi kau menyembunyikannya dan mengurungnya.”
Tae Soo berteriak marah.
“Tae Soo, hentikan,” ujar Tuan Park. Ia bertanya apa yang sedang Jo Gwan Woong rencanakan.
“Aku sedang menyingkirkan pemberontak untuk membantu Raja.”
“Aku bertanya apa yang sedang kaurencanakan dengan menyewa ninja berilmu hitam?”
Wajah Jo Gwan Woong berubah mendengar pertanyaan itu. Tapi keadaan bagi Tuan Park bertambah buruk karena tepat saat itu seorang polisi menyerahkan surat bertanda panah yang ia temukan di kamar Tuan Park. Jo Gwan Woong membaca surat itu.
“Bi Joo…?” kepala polisi membaca surat itu.
“Itu adalah panggilan para pemberontak terhadapku. Dan tanda panah ini adalah kode rahasia yang mereka gunakan saat saling berkirim pesan,” kata Jo Gwan Woong.
“Ayah…” Tae Soo sadar keadaan sangat buruk sekarang ini.
“Kau pemimpin komplotan pemberontak ini? Tangkap pemberontak ini sekarang juga! Cepat!”
Kepala plisi ragu tapi Jo Gwan Woong mengancam akan menuduh kepala polisi dengan pemberontakan juga. Kok gampang amat ya nuduh-nuduh orang >,<
Kepala polisi ketakutan dan menyuruh anak buahnya menangkap Tuan Park dan Tae Soo. Tae Soo dan Tuan Park diikat dengan tali. Han No siap bergerak tapi Tuan Park menyuruhnya tidak ikut campur. Mungkin agar Han No tidak ikut ditangkap. Tuan Park tidak kelihatan gentar sama sekali.
“Ayah! Ayah!” panggil Chung Jo khawatir.
Tuan Park memandang puterinya dengan penuh kasih. Jo Gwan Woong melirik Chung Jo. Ia menghampiri Tuan Park.
“Jangan khawatirkan puterimu. Aku akan menjualnya ke rumah gisaeng negara dan aku akan sering-sering mengunjunginya.” O-ow…ia menggunakan taktik yang sama >,<
Tuan Park dan Tae Soo menatap Jo Gwan Woong dengan penuh kemarahan. Jo Gwan Woong tersenyum licik.
“Kata siapa!!” seru Kang Chi.
Senyum di wajah Jo Gwan Woong langsung lenyap begitu ia melihat Kang Chi. Sementara yang lain melihat Kang Chi dengan penuh harap. Kang Chi berjalan menghampiri lalu mendorong para polisi yang memegangi Tae Soo dan Tuan Park. Ia melepaskan tali yang mengikat Tuan Park dan Tae Soo.
“Jika kau tidak mau mati, pergi dari sini,” ujar Kang Chi pada Jo Gwan Woong.
“Kang Chi…” tegur Tuan Park.
“Aku tidak akan berbicara banyak. Sebelum hitungan ketiga, kau sebaiknya pergi dari sini. Satu! Dua!”
“Kang Chi, kau sebaiknya tidak ikut campur,” kata kepala polisi. “ Ini adalah pemberontakan.”
“Pemberontakan? Apa kau bergurau? Beliau bekerja keras dan membayar semua pajaknya. Beliau membantu yang miskin dan kelaparan. Jika beliau bersalah karena itu, lalu bagaimana denganmu? Kau hidup dari pajak negara. Kau bersikap bak orang hebat dengan keluar masuk setiap waktu di rumah-rumah gisaeng. Dan saat kau bosan kau mengganggu orang tak bersalah. Apa kau bersalah karena kebosanan dan kemalasan?”
Amarah Jo Gwan Woong meledak. “Tangkap dia!!!”
Ninja penyamar maju dengan pedangnya. Kang Chi menangkap tangan yang memegang pedang dengan tangan kirinya dan tangan kanannya mencekik leher si ninja penyamar. Ninja penyamar terpaksa melepaskan pedangnya. Jo Gwan Woong cemas juga melihat kekuatan Kang Chi.
“Kau tidak bisa menang dengan kata-kata, jadi kau menggunakan pedang?” ujar Kang Chi. “Sudah kuperlihatkan kalau itu tak berhasil padaku.”
Ia melepaskan ninja penyamar tapi ninja ilusi mengambil pedang hendak menusuk Kang Chi.
“Tidak!!” seru Tuan Park. Ia menghambur ke depan Kang Chi.
Tuan Park tertusuk pedang! Semua orang kaget. Bahkan Jo Gwan Woong sendiri tidak menyangka akan terjadi seperti ini.
“Tuan…” Kang Chi tertegun. Sambil berteriak marah ia meninju ninja ilusi lalu menopang tubuh Tuan Park.
“Tuan!! Tuan!!” panggilnya panik. Air matanya menetes.
“Apa kau baik-baik saja?” tanya Tuan Park.
“Tuan…”
Tuan Park mengangkat tangannya memegang wajah Kang Chi.
“Jangan lupa. Kau sudah kuanggap anakku,” air mata Tuan Park mengalir. “Tolong awasi dan lindungi Tae Soo dan Chung Jo.”
Tangan Tuan Park terkulai lemas. Ia menghembuskan nafas terakhirnya.
“Tuan…Tuan….” Panggil Kang Chi tak percaya.
“Ayah…Ayah!!!” Seru Tae Soo sambil menangis.
Chung Jo terpaku tak percaya. Nyonya Yoon jatuh pingsan.
“Tidak. Tuan, bangunlah. Kumohon bangunlah. TUAAAAANN!!” teriak Kang Chi.
Angin bertiup kencang menyapu kediaman Tuan Park. Bulan tertutup awan. So Jung yang berada di luar penginapan merasakan sesuatu. Demikian juga Yeo Wool yang sedang berlatih di bagian lain penginapan itu.
Semua orang melindungi wajah mereka dari angin. Jo Gwan Woong berusaha melihat ke arah Kang Chi. Kang Chi menatapnya dengan penuh amarah. Matanya berubah hijau menyala. Jo Gwan Woong terkejut.
“Aku akan membunuhmu,” geram Kang Chi.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar