Jumat, 26 April 2013

Sinopsis I Miss You Episode 13



Tae Joon mendatangi ruangan Hyun Joo (ibu Hyung Joon), tak mempedulikan tatapan Hyun Joo yang penuh kegembiraan padanya. Anak buah yang menjaga Hyun Joo berkata kalau Hyun Joo sudah tak sabar untuk bertemu dengannya.

Tae Joon mengatakan kalau itu pasti, karena ia telah membiarkan dia hidup. Ia menyuruh anak buahnya untuk mendandani Hyun Joo seperti orang normal, karena akan ada orang yang datang menemuinya.

Hyung Joon mendatangi kedai minum tempat Soo Yeon pernah minum, tapi tak ada Soo Yeon di sana. Ia menghampiri meja tempat Soo Yeon dulu duduk, dan menyadari di cuaca dingin seperti ini, meja ini adalah tempat yang paling dingin. Tapi ia tetap saja duduk dan memesan sebotol soju.

Ia mengirim pesan pada Soo Yeon : Zoe, aku berada di tempat yang kau sukai. Datanglah kemari setelah semua pekerjaanmu selesai. Ia tersenyum, tapi tetap menggigil kedinginan

Masih dalam tidurnya, Jung Woo bergerak membuat kancing yang ia pegang akan jatuh. Soo Yeon menadah ke bawah tangan Jung Woo, mencegah kancing itu jatuh, tapi ternyata Jung Woo malah menggenggamnya.

Dan ia juga membuka mata. Soo Yeon terkejut, tapi Jung Woo lebih terkejut lagi. Ia memanggil namanya sehingga Soo Yeon buru-buru bangkit. Tapi Jung Woo menarik ujung roknya, “Kenapa kau ada di sini?”

Pertanyaan yang sama saat Jung Woo remaja sadar dari pingsan saat ia diculik. Dan ia yang remaja saat itu menjawab ‘untuk menyelamatkanmu’ namun ia sekarang menjawab dalam hati, “Karena aku merindukanmu. (Aku ingin menemuimu)”

Terdengar suara Mi Ran masuk ke dalam ruangan, sehingga Soo Yeon buru-buru berdiri dan dengan cepat menutup tirai kamar, menyembunyikan Jung Woo yang hendak menyusulnya berdiri di belakang tirai.

Soo Yeon mengomentari ruangan yang baru saja ia masuki, yang merupakan tempat Mi Ran tidur saat ia capek setelah bekerja. Mi Ran mengiyakan dan Soo Yeon menjauhi ruangan itu agar Mi Ran tak mendekati ruangan yang masih ada Jung Woo di dalamnya, dan memandangi gaun putih yang ada di manekin.

Mi Ran tersenyum dan bertanya apakah Soo Yeon masih ingat dengan gaun itu? “ Ini adalah karya pertama Zoe, bukan?”

Soo Yeon mengiyakan. Ini adalah karya pertamanya, walau ia masih belum pintar, kemampuan menjahitnya masih kurang dan ia sering tertusuk jarum, “Tapi sangat menyenangkan melihatnya lagi. Aku tak dapat melupakannya,” Soo Yeon menatap gaun itu dan menyentuhnya, “Satu.. satu.. semuanya.”

Di dalam Jung Woo mendengar perkataan Soo Yeon, “Aku selau lelah, hingga aku tak mau mengingatnya. Tapi setelah aku melihatnya lagi sekarang, rasanya sangat menyenangkan melihatnya lagi.”

Soo Yeon bertanya pada Mi Ran, jika ia bekerja di butik ini, apakah ia dapat melihatnya sesekali? Tentu saja Mi Ran sangat girang dan mengatakan kalau tak hanya sesekali, Zoe dapat mengambil seluruh ruangan ini. Jika ia akan bekerja dengan Zoe, ia akan berusaha semampunya.

Saat Soo Yeon meminta segelas air. Mi Ran yang masih senang, langsung mengiyakan dan pergi mengambilkannya.

Jung Woo yang mendengar semua perkataan Soo Yeon, menatap kancing yang sedari tadi ia genggam dan melihat bayangan Soo Yeon di balik tirai tapi tak masuk.

Di balik tirai tanpa memandang Jung Woo, Soo Yeon berharap kalau Jung Woo tak terluka lagi, “Aku.. sekarang.. baik-baik saja.”

Terdengar suara pintu terbuka, dan Jung Woo yang sudah ada di belakang tirai langsung membukanya dan menarik Soo Yeon ke dalam, membawanya untuk bersembunyi di balik dinding.

Dengan berbisik, Jung Woo berkata kalau besok ia akan melupakan, “Hari ini saja. Hanya hari ini.”

Mi Ran heran dengan Soo Yeon yang sudah menghilang, dan hendak mencarinya ke dalam ruang tidurnya.

Jung Woo dan Soo Yeon panik mendengar langkah kaki Mi Ran, tapi untungnya Mi Ran menerima telepon, sehingga ia langsung keluar kamar dan mematikan lampu.

Soo Yeon meminta Jung Woo untuk minggir, tapi Jung Woo mengatakan kalau ia tak dapat melupakan dan meminta Soo Yeon untuk melakukan sesuatu untuknya.

Dulu saat ia mengantarkan Soo Yeon pulang dengan bis dan bertemu dengan keluarga Soo Yeon untuk pertama kalinya, Soo Yeon pasti tak tahu kalau saat ia makan, rasanya seperti tercekik karena mendengar keluarga Soo Yeon membicarakan ciuman pertama, “Karena di dalam bis.. denganmu.. kupikir itu adalah pertama kalinya bibir kita bertemu. Kau pasti tak tahu, kan?”

Soo Yeon terpana, dan menatap Jung Woo. Tangannya terulur, ingin menyentuh pipi Jung Woo, tapi Jung Woo menangkap tangannya, menggenggamnya dan berkata, “Jadi.. jangan terkejut. Karena ini adalah bukan yang pertama kalinya di antara kita.”

Dan Jung Woo pun menciumnya. Tak seperti saat ciuman pertama mereka di bis, karena kali ini Soo Yeon tidak tidur dan membalas ciumannya.

Jung Woo memandangi Soo Yeon dan berbisik memanggilnya, “Soo Yeon-ah..”. Dan kata-kata yang hanya pernah Soo Yeon tulis di buku harian terngiang lagi di benak Soo Yeon , “Aku menyukai Jung Woo. Jung Woo ya.. bagaimana denganmu? Jung Woo ya.. saat salju turun, apa yang akan kau lakukan?”

Jung Woo remaja: “Aku akan menemuimu. Aku hanya memiliki seorang teman. Lee Soo Yeon.”

Hyung Joon meminum soju dan mengernyit merasakan pahitnya soju yang mengalir di tenggorokannya dan mengeluh, “Apa manisnya soju ini?”

Ia mendapat telepon dari Mi Ran yang menanyakan keberadaan Zoe. Ia langsung bangkit mendengar Zoe yang hilang, namun karena buru-buru, tak sengaja ia menyenggol tongkatnya hingga terjatuh.

Ia buru-buru mengambil tongkat itu. Dan ia mendengar Mi Ran memanggil Zoe. Hyung Joon langsung mendekatkan handphonenya ke telinga. Betapa kagetnya karena mendengar Mi Ran juga memanggil Jung Woo dan bertanya apa yang sedang mereka lakukan.

Jung Woo berterima kasih pada Mi Ran yang tak menerima teleponnya (sehingga ia dapat datang kemari dan bertemu dengan Soo Yeon) namun besok ia minta Mi Ran untuk mengangkat teleponnya, karena besok ia akan kembali.

Mi Ran memanggil-manggil Zoe, dan pegawainya mengingatkan kalau Mi Ran belum memutus pembicaraan dengan Harry. Mi Ran kaget dan buru-buru berbicara di handphone lagi. Tapi ia bingung, bagaimana menutupi hal ini.

Tapi Harry berkata kalau Mi Ran pasti kaget, karena sebenarnya ia, Zoe dan Jung Woo saling berteman, “Bahkan mereka berjanji untuk minum bersamaku.”

Mi Ran kaget mendengar kalau mereka bertiga saling mengenal. Dengan ramah, Harry bertanya apakah Jung Woo dan Zoe sudah keluar? Kalau begitu, mereka berdua pasti sedang menuju kemari untuk menemuinya. Hyung Joon pun langsung mengakhiri pembicaraan.

Setelah tak berbicara lagi, terlihat kalau Hyung Joon sangat geram.

Jung Woo mendapat telepon dari Harry dan Soo Yeon yang melihatnya, meminta Jung Woo agar ia saja yang bicara dengan Harry. Tapi Jung Woo menolak dan mengatakan karena ini handphonenya, maka ia yang akan menjawabnya.

Harry tahu kalau Jung Woo sekarang sedang menyetir yang berarti ia tak mabuk dan mengajak Jung Woo untuk minum bersama. Tapi Jung Woo menolaknya karena ia sekarang sedang bersama dengan Soo Yeon, “Aku telah menemukannya.”

Harry tersenyum dan menyelamatinya, namun meminta Jung Woo untuk memberikan handphone itu pada Zoe. Jung Woo berkata kalau ia tak tahu dimana Zoe dan memintanya mencari Zoe. Ia akan menelepon Harry lagi besok.

Dan ia mematikan handphonenya, menatap Soo Yeon dan melanjutkan perjalanannya.

Hyung Joon tertawa kecil, namun matanya tak tertawa dan berkata, “Menarik..”

Sepanjang perjalanan, Jung Woo menggenggam tangan Soo Yeon. Soo Yeon mendengar alarm Jung Woo berbunyi namun Jung Woo tak mematikan, malah memanggil Soo Yeon berulang kali, hingga Soo Yeon harus memanggil namanya untuk menghentikannya, “Han Jung Woo..”

“Chajatta (Aku menemukanmu.. ),” kata Jung Woo tersenyum dan menatapnya. Ia pun kembali memanggil nama Soo Yeon berulang-ulang hingga Soo Yeon tersenyum. Namun kali ini Soo Yeon membiarkannya.

Mereka telah sampai di taman bermain yang dulu selalu mereka datangi. Jung Woo seakan terpesona menatap wajah Soo Yeon yang tersenyum saat memandangi taman bermain.

“Soo Yeon ah..”

“Hmm..”

Tatapan mereka bertemu dan Jung Woo tak dapat menutupi kecanggungan yang tiba-tiba muncul karena Soo Yeon menjawab panggilannya dengan kalem. Ia buru-buru keluar dan berkata, “Ayo kita keluar.”

Tapi ia tak menyadari kalau ia masih menggenggam Soo Yeon, hingga Soo Yeon pun tertarik ke arahnya, menyenggol tuas wiper, sehingga wiper langsung menghapus air hujan yang tidak turun.

Jung Woo buru-buru menunduk hingga kepalanya membentur kepala Soo Yeon yang masih ada di dekatnya.

Aihh…

Keduanya sama-sama mengusap kepalanya dan tertawa geli.

Soo Yeon sudah duduk di ayunan dan terkejut saat merasakan Jung Woo menyelimutinya dengan selimut yang ia ambil dari mobil. Dan Jung Woo pun tersenyum menggodanya, “Ahh… jadi seperti ini wajahmu sekarang.”

Soo Yeon teringat kalau itulah yang diucapkan Jung Woo saat remaja saat ia tak pernah menyembunyikan wajahnya. Namun kata-kata itu sekarang juga mewakili kalau wajah Soo Yeon sekarang sudah berubah dari yang dulu.

Duduk di ayunan itu, ia bertanya, “Apakah ayunan ini bertambah kecil? Atau karena kita sudah bertambah besar.”

“Aku juga tak dapat berayun lebih tinggi lagi, karena kakiku selalu terseret di tanah,” jawab Jung Woo.

Soo Yeon memandangi Jung Woo dan berkata kalau Jung Woo tak pernah berubah dari saat mereka remaja dulu. Sedangkan Jung Woo merasa Soo Yeon sangatlah cantik saat mereka bertemu pertama kali.

Soo Yeon kaget mendengar pujian Jung Woo. Dengan nada bercanda, Jung Woo berkata “Saat kau memberikan payung itu kepadaku, kau benar-benar sangat cantik. Benar. Benar-benar cantik,” Soo Yeon tersipu mendengarnya. Dengan nada lebih serius, Jung Woo melanjutkan, “Juga sekarang. Kau tak pernah berubah. Kalau seperti ini caramu bersembunyi dariku, apakah kau pikir aku tak langsung mengenalimu?”

Soo Yeon menunduk dan mengayunkan ayunannya perlahan. Ayunannya terhenti saat Jung Woo berkata, “Aku menyesal, maafkan aku.”

Soo Yeon menoleh dan memandang Jung Woo yang berkata kalau saat ini ia tak akan mengatakan kata-kata itu. Karena saat ini, kata-kata yang ingin ia keluarkan adalah jawaban yang pernah Soo Yeon tanyakan di buku hariannya, “’Aku menyukai Han Jung Woo’, ‘aku benar-benar menyukainya’, ‘Jung Woo ya.. bagaimana denganmu?’ Apa yang kau tuliskan di buku harian itu, aku ingin menjawabnya sekarang.”

Jung Woo menatap Soo Yeon dan berkata, “Aku menyukaimu. Lee Soo Yeon, aku menyukaimu.” Ia mendesah lega dan berkat kalau ia sekarang merasa waktu akhirnya bisa berjalan kembali. “Lima belas, dan sedetik, dua detik, tiga detik..”

Soo Yeon menatap Jung Woo dan berterima kasih karena masih menyukainya, “Masa laluku yang penuh dengan kenangan buruk, juga kejadian malam itu. Dan kau masih menyukaiku, terima kasih,” ia menunduk dan berterima kasih karena Jung Woo tak melarikan diri karena benci padanya. Semuanya ini masih cukup berat ia terima, “Jung Woo ya.. hingga akhir kau membuat kenangan manis, terima kasih.”

Tapi Soo Yeon melanjutkan, “Harry, selama 14 tahun ini, adalah satu-satunya keluargaku dan juga satu satunya temanku. Dan suatu hari, kita akan menikah. Han Jung Woo, Lee Soo Yeon yang kau sukai, tak dapat kembali sendiri dengan meninggalkan Harry.”

Jung Woo terpana, menyadari kemana arah pembicaran Soo Yeon. Ia memanggil namanya lagi, tapi Soo Yeon, tanpa menatap Jung Woo berkata, “Kita.. akhiri saja sampai di sini.”

Soo Yeon buru-buru berdiri dan berkata kalau Harry pasti sudah menunggunya dan ia harus segera kembali.

Jung Woo melihat Soo Yeon berjalan meninggalkannya. Ia teringat saat remaja ia mencari Soo Yeon dan menemukannya di taman, bersembunyi ketakutan dan malu. Ia teringat saat itu ia mengajak Soo Yeon untuk menjadi temannya.

Maka ia berteriak, “Jadilah temanku!”

Soo Yeon terkejut. Ia menghentikan langkahnya, dan mendengar Jung Woo melanjutkan permintaanya, “Jika tak mungkin sebagi Lee Soo Yeon,” dan Soo Yeon mendengar langkah Jung Woo yang mendekatinya dan sekarang berdiri di hadapannya.

“Zoe Lou, jadilah temanku.”

Jung Woo menggenggam kancing, seolah menjadi jimat, dan berkata dalam hati, “Jika aku seperti ini, kau tak akan pergi, kan?”

Soo Yeon menatap Jung Woo dan memanggil namanya. Dan kali ini Jung Woo menjawab panggilan itu dengan berkata, “Zoe.”

Soo Yeon mengendarai mobilnya dan sampai ke depan gerbang. Tapi ia tak langsung masuk.

Hyung Joon menatap mobil Soo Yeon dari kamera CCTV, menunggu Soo Yeon membuka gerbang.

Kata-kata Jung Woo yang mengatakan kalau Jung Woo menyukainya, terngiang kembali di telinganya. Ia juga teringat permintaannya untuk mengakhir hubungan mereka sekarang karena ia tak bisa meninggalkan Harry.

Dan Hyung Joon melihat Soo Yeon memundurkan mobilnya dan pergi kembali. Sia-sia ia berteriak pada CCTV, memanggil Zoe untuk kembali karena Zoe tak mendengarnya.

Soo Yeon ternyata kembali ke sekitar rumahnya, dan melihat lampu jalan yang masih berkedip-kedip terang dan redup. Ia melompat, memukul tudung lampu itu, dan seketika itu juga lampu itu menyala terang. Ia tersenyum puas dan berkata memarahi lampu itu, “Sudah kukatakan kan kalau berkedip-kedip itu lebih menakutkan daripada benar-benar gelap.”

Jung Woo sepertinya tertidur di kantor polisi dengan semua kenangan pada Soo Yeon yang masih menempel dalam ingatannya. Tak sadar, ia menggigil kedinginan.
Lima belas. Satu detik, dua detik, tiga detik..

Soo Yeon mulai menghitung langkah dari lampu jalan, dan berjalan menuju rumahnya. Dan saat hitungannya sampai 213, ia sudah sampai di depan rumahnya, “Sekarang hanya butuh 213 langkah untuk sampai ke rumah.” Ia tersenyum sedih dan berkata, “Hari ini, semuanya akan berakhir.”

Ia berbalik untuk kembali, tapi ada sesuatu yang menarik perhatiannya.

Tulisan tangannya yang ada di dinding tangga. Tulisan yang dulu ia tulis dengan menggunakan bata merah.

Bogosipeo (Aku ingin menemuimu/Aku merindukanmu)

Namun tulisan itu tak memudar, malah semakin jelas dengan setiap goresan yang sudah tercetak di dinding, seperti digurat ribuan kali dengan bata merah.

Ia menangis, menyentuh guratan di dinding. Dalam hatinya bertanya pada Jung Woo, apakah Jung Woo tahu? Ia tak menangis karena ia sedih, tapi karena angin yang bertiup.

Dari kejauhan Soo Yeon mendengar suara wanita yang sedang menelepon seseorang. Eun Joo. Eun Joo mengeluh kalau Jung Woo tak pernah menelepon mereka lagi setelah Jung Woo keluar dari rumah ini.

Soo Yeon langsung bersembunyi, tapi ia mendengar kata-kata Eun Joo yang ternyata sedang berbicara dengan Detektif Joon. Eun Joo tak tahu bagaimana dengan kelanjutan penyelidikan pembunuhan ayahnya, Detektif Kim. Eun Joo juga mengajak Detektif Joon untuk mengunjungi makam ayahnya di tebing akhir minggu ini.

Soo Yeon terpana mendengar kata-kata Eun Joo, dan menyadari apa yang terjadi pada Detektif Kim.

Soo Yeon menatap lampu jalan yang sekarang terang benderang. Ia tak menyadari kalau Hyung Joon sedang memandanginya di dalam mobil.

Hyung Joon melihat kalau Soo Yeon mengambil handphonenya. Ia bersiap-siap menerima telepon dari Soo Yeon, tapi handphonenya tak kunjung berbunyi.

Ternyata Soo Yeon sedang menelepon Jung Woo, tapi tak berhasil menghubunginya.

Hyung Joon melihat kalau Soo Yeon menelepon lagi, dan kali ini ia menatap handphonenya, menunggu handphone itu berbunyi, tapi handphonenya tetap gelap tak ada panggilan masuk.

Ia geram melihat handphonenya tak berbunyi dan menatap Soo Yeon yang masih menempelkan handphone di telinga, jelas menunjukkan kalau ia menghubungi seseorang, “Bodoh! Aku .. hanya membutuhkan satu. Dirimu.”

Jung Woo mencuci muka di toilet dan menatap kaca, memuji dirinya sendiri, “Han Jung Woo, kerja yang bagus. Apa salahnya hanya menjadi teman? Jangan serakah. Sudah cukup kalau kau menemukan gadis itu.”

Seniornya muncul dan Jung Woo mencoba bersikap normal dan bertanya tentang rekening yang dipinjam untuk Sekdir Nam gunakan. Apakah Detektif Joon menemukannya?

Detektif Joon malah menggerutu pada Jung Woo yang tak menyalakan handphone semalaman, “Kupikir kau telah diculik oleh wanita lain, makanya..” ia berhenti dan menatap Jung Woo serius, “Kenapa kau saat itu menelepon Zoe dan bukannya aku?”

Jung Woo pura-pura polos dan seolah juga bingung mengapa ia melakukan itu, mengaku kalau saat itu ia dalam pengaruh obat, “Jadi aku tak ingat.”

LOL. Dan Jung Woo pun buru-buru kabur dari kamar mandi, membuat Detektif Joon mengejarnya dan berteriak, “Bohong-bohong-bohong..”

Jung Woo menyalakan handphonenya yang mati dan betapa shocknya dia melihat rentetan miscalled baik dari Zoe maupun dari Harry. Tapi dari Zoe lah yang ia pikirkan. Ia berteriak, membuat Detektif Joon ingin tahu mengapa Jung Woo berteriak hanya dengan melihat handphonenya saja. Seniornya itu langsung menebak kalau teriakan Jung Woo pasti ada hubungannya dengan Zoe.

Tapi Jung Woo langsung menutupinya dengan pura-pura cool, walau bergumam heran, “Kenapa dia telepon, ya?”

Detektif Joon langsung mencolek semua bagian tubuh Jung Woo untuk memberitahukan apa hubungannya dengan Zoe, “Ayo cerita-cerita-cerita!”

Untung saja atasan mereka datang dan memarahi detekif Joon yang selalu mengganggu Jung Woo. Ia menyuruh mereka mengusut perampokan di toko perhiasan di Daechi. Jung Woo mengatakan kalau ia akan mengusut kasus kematian Michelle Kim terlebih dahulu. Tapi menurut atasan Jung Woo, kematian Michelle Kim bukanlah karena pembunuhan.

Maka Detektif Joon pun menjelaskan kalau menurut Harry, kematian tantenya itu sedikit mencurigakan. Ada dokumen yang menyatakan kalau Michelle Kim meminjamkan sebesar 3 milyar won yang belum ia terima saat ia mati.

Detektif Joon memberitahu kalau mereka belum berhasil menghubungi si kreditur itu yaitu Sekdir dari Bank Sangil, yang mungkin sudah melarikan diri. Tapi Sekdir itu menerima uang dengan menggunakan nama yang berbeda, “Bank Sangil.. Sepertinya ada yang mencurigakan tentang bank itu.”

Sang atasan melirik Jung Woo yang sedikit tak nyaman mendengar kalimat terakhir Detektif Joon, dan ia meminta Jung Woo untuk berbicara hanya berdua saja. Detektif Joon pun langsung tersadar betapa lancang mulutnya tadi, dan menatap Jung Woo dengan penuh rasa sesal, “Jung Woo, aku lupa..”

Jung Woo hanya berkomentar pendek, “Robek saja mulutmu itu.”

“Aku sedang berusaha merobeknya,” kata Detektif Joon mematuhi saran Jung Woo dan menarik mulutnya lebar-lebar berkali-kali.

LOL. Awas, benar-benar robek tuh mulut.

Atasan Jung Woo menanyakan apakah Jung Woo baik-baik saja, mengingat bank ayahnya sekarang sedang mendapat masalah, dan Jung Woo harus menyelidiki masalah ini juga.

Jung Woo mengatakan kalau ia sebenarnya mengenal si debitur itu, bahkan si debitur itu sempat mengirim SMS terakhir kalinya. Hal itu malah membuatnya khawatir, karena menurut SMS-nya, jika ia menemukan Soo Yeon maka ia akan terluka karenanya, “Jadi, saya harus menemukan orang itu.”

Hyung Joo yang sekarang memakai baju formal, menangkap udara dan seolah mengagumi barang yang tak kasat mata yang ada di telapak tangannya. Kemudian muncul seorang photografer yang langsung mengambil gambarnya.

Dan setelah itu, gambar itu muncul di dalam koran halaman depan, dengan tulisan “Orang hilang : hubungi 010 – 62… Jelas ini adalah usaha Tae Joon untuk menarik Hyung Joon, yang ia duga adalah pengirim miniatur sepeda itu, untuk muncul.

Mi Ran muncul dan Tae Joon memberitahukan istrinya kalau Kang Hyung Joon telah muncul. Mulanya Mi Ran tak ingat nama itu, tapi ia segera sadar nama itu adalah adik tiri Tae Joon. Tae Joon memperingatkan agar Mi Ran dan Ah Reum berhati-hati, karena ia tak ingin ada kasus kejadian Jung Woo di masa lalu terjadi lagi. Kali ini ia akan menangkap Hyung Joon, jadi ia minta Mi Ran untuk berhati-hati.

Hyung Joon duduk di ruang rahasianya ditemani sebotol alkohol. Teman chattingnya mengirimkan sebuah foto dengan pesan : Han Tae Joon sudah memulai aksinya. Apakah kau sudah membaca koran?

Hyung Joon terbelalak melihat foto ibunya dan sangat geram karena Tae Joon mencoba menipunya dengan menariknya keluar menggunakan ibunya yang sudah mati. Teman chatting Hyung Joon merasa kalau foto itu seperti foto baru dan bertanya bukankah ibu Hyung Joon sudah mati?

Hyung Joon menulis kalau Tae Joon masih menganggap dirinya berusia 12 tahun dan meminta temannya untuk tak tertipu dengan permainan anak-anak ini. Ibunya sudah mati.

Teman itu memberitahukan kalau Tae Joon memasukkan nama Kang Hyung Joo di sebuah rumah sakit jiwa. Apakah itu pesan yang meminta Hyung Joon untuk keluar? Hyung Joon tertawa sinis. Ia tahu kalau Tae Joon ingin sekali menangkapnya, tapi tak seharusnya Tae Joon menggunakan nama ibunya yang sudah meninggal.

Apa yang harus kulakukan? Han Tae Joon, Hwang Mi Ran, Sekdir Nam, Kang Sang Chul, Kang Sang Deuk, Michelle Kim. Bantulah aku, agar Jung Woo bisa menangkap Han Tae Joon dengan benar.

Teman chatting Hyung Joon menyanggupinya.

Soo Yeon menelepon, mencari-cari Hyung Joon. Tapi handphone Hyung Joon tak aktif. Ia juga tak menemukan Hyung Joon di kamarnya. Ia masuk kamar dan melihat foto mereka berdua, dan kali ini berhenti untuk memandanginya lebih dalam.

Hyung Joon tahu kalau Soo Yeon mencarinya, karena ia bisa melihat Soo Yeon dari CCTV menatap foto mereka lama.

Ia melihat kalau handphone Soo Yeon berbunyi dan tersenyum melihat layar handphone itu, sebelum menjawabnya, “Ohh.. Jung Woo-ya..”

Hyung Joon tertawa mendengarnya. Bukan tertawa bahagia, atau tertawa geli. Apalagi setelah ia mendengarkan lagi apa yang dikatakan oleh Soo Yeon.

“Aku meneleponmu karena ada sesuatu yang ingin aku tanyakan. Mengapa suaramu seperti itu?” tanya Soo Yeon cemas. “Apakah kau terkena demam?”

Hyung Joon menatap kamera CCTV-nya tak percaya, apalagi Soo Yeon malah meninggalkan kamar tidurnya.

Jung Woo ternyata ada di toko kue dan menjawab, seakan merajuk, “Iya, temanmu ini sedang sakit. Memang apa yang kau lakukan setelah mendengarnya?”

“Aku akan menemuimu nanti. Aku ingin bertanya sesuatu,” jawab Soo Yeon yang membuat Jung Woo terlonjak kaget dan bertanya apa itu. Tapi Soo Yeon mengatakan, nanti saja.

Jung Woo pun berlagak kalem dan berkata kalau ia sedang sibuk dan langsung menutup telepon. Seakan bangga kalau ia bisa tenang, Jung Woo memuji dirinya sendiri (lagi), “Benar seperti itu. Senang juga menjadi teman.”

Ia dikagetkan oleh sesuatu yang hangat yang melingkari lehernya. Ternyata Detektif Joon mengalungkan syal di lehernya.

Aww… Detektif Joon.. so cuteee…. Syalnya lucu bangett!!

“Michelle Kim, Kang Sang Deuk, Nam Il Jeon. Sudah ada 3 kasus,” Detektif Joon mengambil pesanan kue yang dibeli Jung Woo, “Kau membeli kue ini?”

Dengan mata berbinar, Jung Woo mengatakan kalau Zoe telah menyelamatkan nyawanya, “Lampu jalan yang mati, 15 langkah.” Aihh.. kue itu untuk Soo Yeon? Detektif Joon memesan 3 kue yang sama, dan Jung Woo pun menyuruh seniornya untuk membayar pesanannya dan segera keluar.

Eihh.. yang nggak mau rugi.

Soo Yeon kaget melihat kedatangan Jung Woo. Dan kali ini, Jung Woo berbicara dengan banmal (informal) pada Soo Yeon, “Kau pasti terkejut, kan?”

“.. yo,” tambah seniornya, agar membuat ucapan Jung Woo menjadi kalimat formal (ex: gomawo = informal/banmal, gomawayo = formal/jeonmal. CMIIW), “Apakah Harry ada di rumah? Handphonenya mati, apakah ia ada di rumah?”

“Aku juga tak dapat menghubunginya,” jawab Soo Yeon, sehingga Jung Woo terkejut.

“Apakah telah terjadi sesuatu?” tanya Jung Woo khawatir.

“..yo. Kau meninggalkan –yo. Yo. Kau kelupaan –yo, ” tambah Detektif Joon sambil menendang pantat Jung Woo membuat Jung Woo salah tingkat, “Kalimat Jung Woo ini selalu pendek. Ia juga selalu berkata seperti itu pada para ahjumma. Tapi para ahjumma itu menyukainya.”

Tapi Soo Yeon malah tersenyum geli dan berkata kalau ia akan mengambilkan minum untuk mereka. Jung Woo dan Detektif Joon mengikuti langkah Soo Yeon, tapi Jung Woo langsung mendorong seniornya untuk tak mengikutinya.

Detektif Joon pun tahu diri, dan memilih duduk di sofa.. dan menonton percakapan Jung Woo dengan SooYeon dengan mata berbinar-binar.

LOL, kenapa nggak sekalian bawa popcorn dan coca cola aja sekalian?

Jung Woo melihat Soo Yeon yang lesu dan bertanya apakah Soo Yeon sedang sakit atau bertengkar dengan Harry? Soo Yeon membantah dugaan Jung Woo, tapi Jung Woo tak semudah itu percaya. Jung Woo mengajarkan pada Soo Yeon agar memarahi Harry kembali jika Harry marah padanya, “Kau kan punya aku. Jika ia membuatmu sedih, katakan padaku dan aku akan..” Jung Woo mengacungkan bogemnya.

“Akan apa?” tanya Soo Yeon geli.

“Apa yang harus kulakukan padanya? Aku akan melakukan apapun yang kau minta. Jadi jangan terlalu khawatir padanya. Mengapa harus khawatir kalau ada aku?” tanya Jung Woo pede.

“Ihh.. Apa kau pikir dirimu (jagi) itu adalah Superman?” Soo Yeon balik bertanya.

Namun Jung Woo malah terbelalak mendengar panggilan jagi yang bisa berarti dirimu tapi juga panggilan sayang antar sepasang kekasih. Soo Yeon pun akhirnya menyadari dan ia terbelalak karenanya. Jung Woo bercanda menggodanya, “Jagi? Boleh juga. Apa kita harus menjadi kekasih daripada teman?”

Soo Yeon tersenyum geli mendengar gurauan Jung Woo. Tapi ia pun kembali serius karena ia ingin menanyakan sesuatu yang pribadi. Jung Woo jadi penasaran. Namun karena ada satu orang yang sedang menonton mereka, Soo Yeon pun berjalan ke dapur dan Jung Woo pun mengikutinya.

Kwa kwa kwaaa.. penonton kecewa..

Soo Yeon tahu kalau Detektif Kim telah meninggal dan ia bertanya mengapa Jung Woo tak pernah memberitahukannya? Soo Yeon meminta Jung Woo menceritakan yang sebenarnya.

Sebelum memulai, Jung Woo meminta Soo Yeon untuk tak sedih saat mendengarkan ceritanya, “Setelah kau hilang, kau pun tahu kalau Kang Sang Deuk memberi kesaksian palsu kalau kau sudah mati. Saat itu aku menerima telepon darimu. Sebelumnya, aku sudah berpikir kalau kau masih hidup. Tapi setelah telepon itu, aku menjadi yakin dan aku pergi menemui Paman untuk meminta bantuan.”

Jung Woo menceritakan kejadian saat itu. Walaupun ia belum berkata apapun untuk meyakinkan Detektif Kim kalau Soo Yeon masih hidup, tapi Detektif Kim sudah tahu kalau Soo Yeon sebenarnya masih hidup, “Kemudian ia pergi untuk menemukan putrinya. Saat itu ia berkata kalau ia menemukanmu dan ia pasti akan membawamu pulang. Tapi itu adalah kata-kata terakhirnya.”

Soo Yeon tercengang mendengarnya dan wajahnya memucat, “Jadi apakah ia mati karenaku?”

Jung Woo menggenggam tangan Soo Yeon, menenangkannya kalau kematian Detektif Kim bukan karena kesalahannya dan ia akan menemukan penjahat yang membuunuh Detektif Kim, “Kau juga harus menolongku. Memang sulit untuk mengingatnya, tapi kau dapat melakukannya perlahan-lahan. Kau mau melakukannya untukku, kan?”

Soo Yeon mengangguk. Namun percakapan mereka terhenti karena ada suara Detektif Joon yang memecah keheningan, “Ah.. halo, Harry-ssi.”

Jung Woo dan Soo Yeon menoleh, kaget melihat Hyung Joon sudah berdiri menatap mereka, menatap tangan mereka yang saling menggenggam.

Soo Yeon buru-buru melepaskan genggamannya dan menghapus air matanya, menghampiri Hyung Joon dan bertanya kemana saja ia selama ini karena ia tak dapat ditemukan, bahkan di kamarnya.

Tapi Hyung Joon tak menjawab pertanyaan Soo Yeon, malah berkata pada Jung Woo, “Sekarang di matamu, kau tak memandangku.” Jelas Hyung Joon marah pada Jung Woo yang berani menggenggam tangan Soo Yeon di rumahnya dan tak menganggap dirinya lagi. Tapi Hyung Joon langsung menambahkan dengan senyum, “Bukannya aku marah padamu, Detektif Han.”

“Tak masalah jika kau marah padaku,” jawab Jung Woo tenang. Tapi ia merasa kalau sekarang bukan saat yang tepat. Ia akan menunggu Hyung Joon untuk meneleponnya untuk masalah ini.

Hyung Joon mengiyakan tawaran Jung Woo, bahkan ia juga menyuruh Jung Woo untuk menunggu untuk kasus tantenya dan meminta Jung Woo untuk pergi.

Kali ini Detektif Joon yang tak terima dengan usiran Hyung Joon, karena mereka ke sini bukan untuk bersenang-senang. Mereka menjelaskan kalau pemilik sebenarnya rekening yang digunakan untuk meminjam uang adalah Park Sun Hee yang pernah dirawat di Rumah Sakit Jiwa Jaekyung. Apakah Harry pernah mendengar nama itu? Park Sun Hee pernah dirawat sementara di rumah sakit itu

Dengan ketus Hyung Joon menjawab kalau ia tak pernah mendengar nama itu dan menyuruh polisi untuk menyelidiki ke rumah sakit jiwa itu saja. Ia tetap meninggalkan mereka walaupun Detektif Joon mencoba memberi pertanyaan lagi. Jung Woo yang akhirnya menyela seniornya untuk tak bertanya lagi.

Detektif Joon yang masih kesal, menggerutu saat mereka sudah di lift untuk pulang. Ia merasa mereka diperlakukan seperti detektif swasta yang bisa disuruh-suruh. Ia juga separuh mengomeli Jung Woo yang tertangkap basah saat memegang tangannya, “Tatapannya seperti ia ingin membunuhmu. Sebenarnya kalian berdua itu memiliki hubungan apa? Sepertinya aku harus menyelidikimu dulu.”

Jung Woo tak menjawab, malah meminta seniornya untuk pergi mencari tahu ke RS. Jaekyung. Ia akan pergi ke sana setelah mampir ke butik Mi Ran, Belluz.

Soo Yeon menemui Hyung Joon yang sedang membaca dan memakai headphone. Ia tahu kalau Hyung Joon bisa mendengarnya dan ingin mengajaknya bicara. Ia mencoba melepas headphone Hyung Joon, tapi Hyung Joon menepisnya dan memintanya keluar.

Tetap tenang, Soo Yeon meminta Hyung Joon untuk mengeluarkan kemarahan padanya. Ia mengerti kalau Hyung Joon marah padanya akhir-akhir. Tapi ia juga meminta agar Hyung Joon sedikit mengerti akan situasi dan masalah yang ia alami.

“Setelah 14 tahun aku bertemu dengan ibuku. Aku baru saja mengetahui kenyataan yang mengejutkan. Jung Woo .. kenyataan kalau dia menjadi detektif, juga mengejutkan. Tapi Detektif Kim juga meninggal saat mencariku. Eun Joo juga kehilangan ayahnya. Dan karena ibuku merasa kasihan pada Jung Woo, ia bahkan tak bisa menyuruhku untuk kembali..”

“Lee Soo Yeon!” bentak Hyung Joon sambil membanting headphone yang sedang ia pakai. “Aku menyuruhmu pergi karena aku tak ingin mendengarkan hal-hal itu. Orang-orang itu menunggu dan mempertaruhkan nyawanya untuk kita. Apakah itu mengejutkan? Apakah kau menyesalinya sekarang? Lalu bagaimana denganku? Yang terus melihatmu dan menjagamu? Jadi apakah aku tak diharapkan lagi olehmu?!”

Soo Yeon terhenyak kaget. Ia langsung berlutut dan meraih kedua tangan Hyung Joon, menggenggamnya, “Kenapa kau sangat marah? Jika aku menemukan keluargaku dan mengetahui perasaan mereka yang sebenarnya, kita dapat bahagia bersama. Orang tak dapat mengendalikan hatinya untuk bertemu orang lain.”

Hyung Joon menepis tangan Soo Yeon. “Bahagia bersama?” tanya Hyung Joon tak percaya. “Dengan siapa? Dengan Han Jung Woo?!”

Walau kaget mendengar Harry yang murka. Kali ini ia tak memegang tangan Hyung Joon, melainkan kakinya, Soo Yeon memanggil nama Hyung Joon yang sebenarnya, menenangkannya, “Joon, aku ada di sini. Aku akan selalu ada di dekatmu. Aku juga merasa seperti mau gila juga.”

“Kau merasa seperti gila? Haruskah aku membantumu sehingga kau tak akan goyah?!” tanya Hyung Joon menangis frustasi. “Tak hanya Han Jung Woo yang menunggumu selama 14 tahun ini. Aku juga menunggumu. Kau tak boleh bersama Han Jung Woo. Lupakanlah dia.”

Soo Yeon termenung di kamar dan memandangi fotonya bersama Hyung Joo. Terdengar suara Hyung Joon yang keluar kamar. Soo Yeon buru-buru keluar dan menemuinya. Hyung Joon sudah memakai baju pergi. Dengan ceria, Soo Yeon mengajak Hyung Joon untuk pergi bersama. Ia juga minta maaf pada Hyung Joon dan memintanya agar tak marah lagi padanya.

Hyung Joon diam, tapi Soo Yeon belum menyerah. Ia tahu kalau ia sudah bersikap egois. Tapi apakah Hyung Joon akan tetap seperti ini? “Kau tak makan dengan benar. Kau mau makan apa? Biar aku yang memasak sesuatu yang enak untukmu.”

Hyung Joon berjalan melewati SooYeon, masuk ke dalam lift, tak mempedulikan kata-kata Soo Yeon yang mengatakan kalau ini adalah pertengkaran mereka yang pertama kali, sehingga ia tak tahu harus bagaimana.

Mi Ran kaget mendengar Sekdir Nam meminjam uang sebesar 3 milyar won dengan menggunakan namanya dan agunan bangungan butik ini. Jung Woo mengatakan kalau sewaktu-waktu Harry bisa saja menyita bangunan butik ini. Mi Ran tentu saja tak rela dan akan menuntut Sekdir Nam.

Karena Sekdir Nam sudah kabur, maka Mi Ran meminta tolong pada Jung Woo yang polisi.

Mendadak ia menggenggam tangan Jung Woo dan memohon agar Jung Woo tak memberitahukan masalah ini pada ayahnya karena sekarang ayahnya sedang stres akan masalah yang terjadi di bank-nya apalagi Sekdir Nam juga membawa lari uang ayahnya, “Tangkaplah Sekdir Nam. Ini adalah masalah keluarga kita. Kau adalah satu-satunya putra. Jika kau tak menyelesaikannya, siapa lagi yang bisa?”

Yaelah.. kalau sudah banyak aja masalah aja, panggil-panggil dia sebagai putra.

Tiba-tiba Hyung Joon masuk dan Mi Ran langsung membela diri kalau ia tak pernah menerimanya, “Bahkan melihatnya pun tak pernah. Tiga milyar? Tak mungkin.”

Hyung Joon tersenyum dan tak ingin membahas masalah ini. Ia bertanya pada Jung Woo apakah polisi sudah menemukan Sekdir Nam? Jung Woo berkata kalau ia sudah melaporkan orang hilang dan mencekalnya agar ia tak dapat pergi ke negara lain. Tapi karena seluruh keluarganya sudah ada di luar negeri dan belum ada bukti kuat, jadi agak sulit.

“Kau sibuk tapi kau masih juga bekerja,” sindir Hyung Joon akan ‘kesibukan’ Jung Woo.

Jung Woo tertawa mendengar sindiran yang terbuka itu, “Panggilanku adalah kelinci gila. Aku sangat cepat, sehingga jangan khawatirkan aku.”

Hyung Joon mengangguk dan tiba-tiba bertanya pada Mi Ran apakah Mi Ran tahu Rumah Sakit Jiwa Jaekyung? Mi Ran yang dari tadi diam, kaget mendapat pertanyaan itu. Ia berpura-pura tak tahu, tapi Jung Woo bisa merasakan dari reaksi Mi Ran kalau Mi Ran tahu akan rumah sakit itu.

Merasa tujuannya (agar Jung Woo mencurigai Mi Ran) sudah tercapai, Hyung Joon meminta Mi Ran untuk meninggalkan mereka berdua karena ia ingin bicara berdua dengan Jung Woo.

Setelah hanya berdua, Hyung Joon bertanya apa yang akan Jung Woo lakukan, karena ia merasa Bank Sangil dan RS Jaekyung memiliki kaitan, “Kupikir ini bukan hanya masalah rekening yang salah nama.”

Jung Woo meminta Hyung Joon untuk tak menduga-duga. Ia akan segera memeriksa hal ini. Ia akan meninggalkan Hyung Joon, tapi Hyung Joon menghentikannya dan mengajak Jung Woo untuk minum bertiga, termasuk Soo Yeon, bersama setelah kasus ini selesai.

Bukannya bertiga, tapi Jung Woo mengajak hanya minum berdua saja, karena ia penasaran mengapa Hyung Joon menyembunyikan Soo Yeon sampai sekarang. Hyung Joon berkata kalau bersembunyi itu adalah keinginan Soo Yeon sendiri, “Aku hanya menuruti keinginan Soo Yeon.”

“Kalau begitu, mulai sekarang, lakukanlah hal yang sama, apapun itu. Walau jika ia ingin menemui teman lama untuk minum atau menonton film. Jangan marah padanya seperti yang tadi kau lakukan.”

Hyung Joon tersenyum hambar dan berkata kalau yang harus mereka lakukan adalah menyelesaikan kasus ini, “Jika Soo Yeon mau, kita bertiga dapat minum bersama.”

Mendengar kata ‘bersama bertiga’ membuat Jung Woo menggumam menggerutu, “Mau gila, rasanya.” Ia pun meninggalkan Hyung Joon pergi.

Jung Woo menelepon Detektif Joon kalau ia akan pergi ke RS Jaekyung sekarang dan akan menjemput seniornya itu di kantor polisi. Hyung Joon yang mengawasi Jung Woo dari lantai 2, menelepon seseorang dan mengatakan kalau Han Jung Woo sudah mulai beraksi.

Tae Joon berada di RS. Jaekyung mendengarkan rekaman pembicaraan seorang penelepon yang ingin menemui pasien Kang Hyun Joo di kamar 302 dan dijanjikan oleh pihak rumah sakit untuk datang pada pukul 5 sore.

Tae Joon memeriksa jamnya yang sekarang sudah menunjukkan pukul lima lebih. Tapi penelepon itu belum datang juga. Tae Joon merasa suara penelepon itu seperti suara anak-anak, dan mengetahui kamar Hyun Joo dahulu.

Dokter itu ternyata adalah dokter yang bekerja sama dengan Tae Joon 14 tahun yang lalu. Tae Joon memberikan amplop uang dan mengatakan kalau sebentar lagi penelepon itu akan datang dan meminta agar tetap mengawasi ruangan 302.

Soo Yeon pergi ke tebing tempat abu Detektif Kim ditebarkan. Ia teringat betapa Detektif Kim tak membeda-bedakannya dengan Eun Soo dan berkata, “Paman, aku sudah datang. Soo Yeon.. sudah datang.”

Jung Woo dan detektif Joon datang ke RS Jaekyung dan Jung Woo melihat mobil ayahnya keluar dari rumah sakit.Kecurigaannya semakin besar.

Di rumah sakit, dokter yang tadi bertemu Tae Joon, berlagak tak tahu apa-apa saat ditanya tentang rekening yang salah nama dan memintanya untuk bertanya pada pasien yang bersangkutan.

Jung Woo langsung bertanya apakah dokter itu mengenal Han Tae Joon, karena ia baru saja melihat Han Tae Joon keluar dari rumah sakit ini. Dokter itu tergagap, menjawab kalau ia tak pernah megnenalnya. Hal ini cukup bagi Jung Woo dan ia pun mengjak Detektif Joon untuk pergi.

Di luar ia menjelaskan kalau ia tahu dokter itu berbohong. Jika mereka terus memaksa, dokter itu mungkin akan menghapus bukti yang berguna. Lebih baik mereka membuat surat penggeledahan dan menyelesaikannya saat itu juga.

Detektif Joon melihat ada daftar nama di meja dokter itu, dan menduga kalau dokter itu menjual nama-nama pasien yang sudah ditinggalkan keluarganya. Jung Woo setuju dan berkata kalau ia ingin memukuli dokter itu untuk memberinya pelajaran.

“Kenapa? Apa kau lebih baik memukuli dokter itu daripada Harry?” mendadak seniornya bertanya, membuat Jung Woo kaget. “Matamu seperti mengeluarkan laser saat kau melihat Harry bersama Zoe. Dan kau juga harus mengakui kalau wajah Harry sangatlah tampan. Wajahnya.. alis matanya..”

Tiba-tiba terdengar suara tembakan dan teriakan. Mereka berdua buru-buru berlari ke arah suara itu, tak menyadari kalau ada Hyung Joon yang mengawasi mereka dari dalam salah satu ruang di rumah sakit.

Jung Woo kaget karena ada mayat yang tergeletak di jalan, dan mayat itu adalah Kang Sang Chul. Jung Woo memeriksa nadi Sang Chul yang ternyata sudah tak ada dan melihat sesuatu yang terselip di balik jas Sang Chul. Foto lama keluarganya.

Hyung Joon memperhatikan Jung Woo dari atas gedung rumah sakit. Dalam hatinya ia berkata, “Jangan membenciku. Kau, aku dan Soo Yeon. Kita bertiga seperti ini karena ayahmu, Han Tae Joon. Penyebab aslinya adalah Han Tae Joon.”

Hyung Joon : “Han Jung Woo, katamu kau cepat, kan? Larilah… Pergi dan tangkap Han Tae Joon! Aku tak dapat pergi karena kakiku seperti ini.”

Jung Woo termenung melihat foto lama itu, dan tiba-tiba ia menyadari kalau penembak itu mungkin masih berada di sekitar mereka. Ia langsung mendongak ke atas, tapi Hyung Joon sudah menghilang. Ia malah melihat kalau ada seseorang memakai masker di ujung gedung yang lain.

Buru-buru ia mengejar dan Detektif Joon yang akhirnya juga melihatnya, mengikutinya. Mereka akhirnya berpencar. Jung Woo berhasil berhadapan dengan orang itu, tapi orang itu buru-buru lari naik ke atas gedung.

Soo Yeon menutup mata, mencoba mengingat kejadian saat ia melewati tebing itu. Lamat-lamat ia teringat kalau ia pernah menoleh ke belakang dan melihat wajah Detektif Kim walaupun samar.

Tapi ia akan berusaha, “Jika dengan mengingat kenangan buruk yang telah aku hapus, aku dapat menangkap pembunuh paman, maka aku akan melakukannya.”

Sepertinya orang itu digunakan sebagai umpan agar Jung Woo dan Detektif Joon mengejarnya, sehingga Hyung Joon bisa turun dan keluar dengan tenang dari rumah sakit dengan mobilnya.

Soo Yeon membuka mata, dengan pandangan berbeda.

Dan Jung Woo pun sampai di atap gedung, tak menemukan satu orang pun di atas sana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar