Selasa, 23 April 2013

Sinopsis Gu Family Book Episode 4 - 2



“Kau kenapa kemari?” salak Kang Chi. Tapi Yeo Wool menjawab santai kalau ia sedang menginap di sini. Maka Kang Chi pun menyuruh untuk mengurusi urusannya sendiri dan berbalik pergi.
Tiba-tiba Yeo Wool mengangkat tongkat bambunya dan seperti yang dilakukan Gon kemarin, ia  memukulkan tongkat kayunya sekuat tenaga ke kepala Kang Chi.
Praakk!!


Kang Chi membeku merasakan pukulan itu, membuat Yeo Wool kaget dan minta maaf. Kang Chi berbalik dan menarik tongkat Yeo Wool sehingga tubuh Yeo Wool pun ikutan tertarik maju. Kang Chi melotot padanya, “Apa-apaan sih?! Kau mau mati, ya?”
Yeo Wool yang langsung membela diri, “Kupikir kau bisa menghindarinya. Kenapa kau tak menghindar?”
“Karena aku tak bisa menghindar. Puas?!” bentak Kang Chi kesal. Ia mengusap-usap kepalanya yang sakit.
Yeo Wool tak percaya karena Kang Chi sangatlah gesit malam sebelumnya. Tapi Kang Chi berkilah kalau kemarin keadaannya terdesak. Jika ia tak melakukan apapun, ia akan mati, “Aku hanya melawan jika terpaksa.”
Jawaban Kang Chi ini malah membuat Yeo Wool penasaran dan ia menantang Kang Chi untuk sebuah pertempuran, satu lawan satu, nanti malam. Kang Chi tertawa meremehkan, “Mimpi kali, ya? Kemarin kau bisa mengalahkanku. Tapi yang jelas kemampuanmu hanya separah dariku. Tak ada pertempuran, tak ada penasaran. Karena kau nanti yang akan terluka.”
Kang Chi berbalik, tapi berhenti saat Yeo Wool menyebutkan kata laba-laba dan mengatakan kalau binatang itu sangat ditakuti oleh Kang Chi. Dari ekspresi Kang Chi terlihat kalau tebakan Yeo Wool itu benar. Tapi ia membantahnya dan langsung berbalik pergi.
“Awas! Laba-laba!” teriak Yeo Wool sambil menunjuk ke arah kaki Kang Chi.
Sontak Kang Chi menari kesetanan, meloncat-loncat mundur menghindari laba-laba itu, “Laba-laba? Dimana?! Ahhh!!” Dan ia tersandung hingga harus berpegangan pada Yeo Wool.
Yeo Wool hanya menatap Kang Chi kalem dan bertanya, “Benar-benar tak takut?” Ha. Kang Chi terpana, menyadari laba-laba itu hanya tipuan Yeo Wool. Ia pun menegakkan diri, pura-pura tangguh dan membantah kalau ia benar-benar tak takut pada laba-laba.
Kesal, bingung, penasaran, Kang Chi meninggalkan Yeo Woo dan setelah hanya sendirian, ia memegang dadanya yang masih berdebar dan bertanya-tanya, “Siapa dia sebenarnya?”
Sementara Yeo Wool pun bergumam sendiri, “Ternyata itu kamu..”
Tuan Park dan Tae Soo tetap sabar menunggu Jo Gwan Woong yang hanya leyeh-leyeh mendengarkan  alunan musik. Seorang gisaeng yang memberanikan diri mengungkit tentang kedatangan Tuan Park, sehingga Jo Gwan Woong pun akhirnya menyuruh mereka masuk.
Kedatangan Tuan Park dan putranya menemui Jo Gwan Woong adalah untuk meminta maaf atas ketidaknyamanan yang dialami oleh Jo Gwan Wong. Tanpa basa-basi, Jo Gwan Woong pun meminta, “200 pukulan untuk Choi Kang Chi.”
Betapa kagetnya Tuan Park yang merasa 200 pukulan itu terlalu banyak. Walaupun Choi Kang Chi gampang marah dan kasar, tapi Kang Chi tak seburuk itu dan harus mendapat hukuman seperti seorang pembunuh. Tapi ia bersedia mengganti apapun untuk meredakan kemarahan Jo Gwan Woong.
Mendengar kata apapun Jo Gwan Woong pun meminta, “Bahkan Penginapan Seratus Tahunmu?” Dan melihat wajah shock Tuan Park, Jo Gwan Woong tersenyum, “Sepertinya tidak. Kalau begitu… Bagaimana dengan putrimu? Dia muda dan cantik, persis seperti seleraku.”
Ughhh..
Butuh ketenangan luar biasa untuk Tuan Park dan Tae Soo agar bisa menahan amarah. Jo Gwan Woong tersenyum, tahu kalau permintaannya tak akan terpenuhi. Jadi semua permintaannya tak dapat dipenuhi. Jalan yang paling mudah adalah menyerahkan Kang Chi agar dihukum 200 pukulan.
Tuan Park menarik nafas panjang dan teringat peringatan Dam Pyung Joon yang mengatakan kalau ia adalah target Jo Gwan Woong berikutnya. Maka iapun bangkit dan berlutut, “Dosa seorang putra adalah dosa ayahnya. Saya akan menggantikan Kang Chi untuk menerima hukuman 200 pukulan. Apakah cukup?”
Yang terjadi kemudian adalah Tuan Park dan Tae Soo pulang dengan tubuh utuh. Kepala pengawal bertanya pada Jo Gwan Woong, mengapa atasannya itu melepaskan mereka.
Jo Gwan Woong berkata kalau rakyat di daerah ini menganggap Tuan Park seperti raja. Jika ia memukulinya 200 kali, rakyat pasti akan membela Tuan Park. Maka ia punya rencana lain, “Kali ini aku akan menyerang. Dalam beberapa hari, nyawa Park Mu Sol ada ditanganku. Dan yang akan disalahkan adalah Choi Kang Chi.”
Sementara itu si amazing super spy, Choi Kang Chi, sedang membuntuti Yeo Wool dan Gun di kota. Ia benar-benar penasaran dengan Yeo Wool.
Gon dan Yeo Wool sebenarnya tahu akan aksi si super spy itu. Tapi mereka membiarkannya. Hingga suatu saat, ketika ada orang menghalangi pandangan Kang Chi, Gon dan Yeo Wool menghilang. Dan Kang Chi terbingung-bingung melihat kedua buruannya lenyap.
Yeo Wool dan Gon ternyata masih berada di dekat Kang Chi, melihat kebingungannya. Yeo Wool hanya bisa geleng-geleng kepala, heran, “Dia itu pintar atau bodoh sih? Apa orang itu sama dengan orang yang kemarin malam mengalahkan banyak orang?”
Gon memberikan kemungkinan penjelasan yang masuk akal, “Ia merespon sesuai situasi.” Gon pun mengajak Yeo Wool untuk pergi karena ada seseorang yang menunggu mereka.
Kang Chi masih tak habis pikir pada kedua orang yang ia buntuti itu tiba-tiba menghilang. Dan penjelasan paling mungkin baginya adalah, “Hantu.. Sesaat mereka ada, dan sesaat kemudian.. syuuuhh…”
Tapi perhatian Kang Chi langsung beralih saat melihat komplotan preman yang telah mendapat 50 nyang dari Tuan Park, sekarang tetap memalak para penjual di pasar. Saatnya untuk balas dendam..!!
Ternyata kepergian Gon dan Yeo Wool ke kota adalah untuk menemui seorang bangsawan. Mereka memberi laporan tentang rute pembunuhan misterius yang baru-baru ini terjadi yang sama dengan rute perjalanan bisnis Jo Gwan Woong.
Bangsawan itu  merasa tak masuk akal jika pembunuhan itu hanya untuk mencaplok bisnis-bisnis yang ada di daerah dan bangsawan itu merasa pasti ada sesuatu yang lebih besar lagi yang diincar Jo Gwan Woong.
Pembicaraan mereka terhenti karena keributan yang ditimbulkan oleh Kang Chi. Akhirnya Kang Chi berhasil membekuk orang-orang itu tanpa melukai mereka. Dan Kang Chi menyeret kepala preman, Bong Chool, ke jalan utama.
Yeo Wool mengerutkan kening melihat Kang Chi mulai merusuh lagi. Bangsawan itu bertanya apakah Yeo Wool mengenal pemuda itu, dan Yeo Wool pun menjelaskan kalau Kang Chi adalah orang dari Penginapan Seratus Tahun. Bangsawan itu sepertinya tertarik mendengarnya.
Mereka melihat Kang Chi menjejerkan beberapa orang yang ia ringkus tadi dan menyuruhnya untuk berlutut. Kang Chi juga meminta uang dari mereka. Tapi mereka menolak memberikan.
“Aku akan menghitung sampai tiga,” kata Kang Chi dan ia mulai menghitung, “Satu.. dua..”
“Baik! Aku akan bayar!” seru Bong Chool kesal dan mulai mengeluarkan uang dari sakunya, “Selalu dengan hitungan satu-dua-tiga,” dan melemparkan tiga keping uang perak.
Kang Chi melotot melihat uang yang tak seberapa itu, “Hanya segini? Apa aku harus menggoncang kalian satu per satu, hah?” Kang Chi mencontohkan goncangan yang akan ia lakukan, dan para penonton mulai kegirangan, “Begitu?”
Tak hanya Bong Chool, tapi semua yang berlutut mulai mengeluarkan uang di saku mereka, sehingga terkumpul banyak sekali. Dan Kang Chi pun puas. Ia mulai memunguti uang itu satu per satu.
Ulah Kang Chi sangat mengesalkan ketiga penonton yang belum pernah pergi ke kota Yosu. Bangsawan itu hanya mendesah sinis, tak suka melihat Kang Chi yang memeras orang di siang bolong. Yeo Wool pun berkata kalau ia akan turun tangan.
Yeo Wool belum sempat melakukan apapun saat mendengar Kang Chi berteriak, “Ayo semuanya berbaris!” Dan mereka bertiga kaget karena seluruh penduduk berteriak kegirangan dan mulai berbaris.
Satu per satu penjual mulai menerima uang jerih payah mereka bekerja di hari itu, yang diperas semena-mena oleh komplotan Bong Chool. Tak lupa mereka berterima kasih pada Kang Chi yang mau memikirkan nasib mereka.
Kang Chi memberi nasehat pada komplotan Bong Chool agar merampas kekayaan dari orang-orang kaya dan bukannya dari orang yang tak punya. Kata-kata Kang Chi itu disambut oleh elu-elukan semua orang yang menyaksikannya.
Bangsawan yang mulanya sinis itu menjadi kagum, menyadari kalau ternyata Kang Chi sedang memalak preman yang suka memeras para penjual. Begitu pula Yeo Wool yang menatap Kang Chi dengan berbeda. Tatapan Yeo Wool itu tak luput dari mata Gon.
Biksu So Jung ternyata juga menyaksikan hal ini. Ia tersenyum bangga melihat perbuatan Kang Chi. Kehadiran Biksu So Jung itu terlihat oleh Yeo Wool yang buru-buru mengejarnya.
Yeo Wool ingin bertanya tentang takdir yang pernah Biksu So Jung katakan, “Apa yang akan terjadi jika aku tak menghindari takdir itu? Jika aku tak dapat menghindarinya, apa yang akan terjadi?”
Biksu So Jung menatap Yeo Wool lama, dan setelah itu ia menjawabnya, “Salah satu dari kalian akan mati.”
“Mati? Siapa? Aku?” seru Yeo Wool kaget. “Atau dia?”
“Hidup, mati, takdir. Semua itu adalah kehendak dari langit. Hanya itu yang bisa kukatakan,” dan Biksu So Jung pun beranjak pergi.
Yeo Wool termangu mendengar jawaban itu. Saat ia kembali ke jalan utama, ia melihat Kang Chi masih dielu-elukan oleh para penduduk. Dan ia pun makin gamang.
Kang Chi baru pulang ke penginapan setelah malam tiba. Ayah angkatnya, Pelayan Choi, menunggui Kang Chi dengan rasa khawatir yang dimiliki oleh seorang ayah. Kang Chi memberikan anggur kepada ayahnya dan menjelaskan kalau anggur itu pemberian dari penjual di pasar yang tadi ia bantu. Tadi siang ia baru saja membalas dendam pada komplotan Bong Chool.
Lagi-lagi ayah angkatnya khawatir kalau gerombolan Bong Chool akan membuat gara-gara lagi. Tapi Kang Chi menenangkan kalau ia tak melukai mereka sedikitpun dan ia pun bertanya apakah Tuan Park sudah pulang?
Tuan Park ternyata sedang berkumpul dengan keluarganya, menikmati waktu bersama keluarganya yang nantinya akan sulit mereka lakukan karena Chung Jo sebentar lagi akan menikah. Ibu memberitahukan pada dua anaknya kalau ayah sangat sedih dengan pernikahan Chung Jo ini, “Jika saja kakakmu sudah lebih dulu menikah, pasti kami tak merasa sangat kehilangan.”
Tae Soo menenangkan ibunya karena setelah Chung Jo pergi, ia akan membawa seorang gadis yang secantik adiknya ke rumah ini. Ibu mengingatkan kalau Tae Soo sudah berkali-kali kabur di acara perjodohan yang telah ia atur. Chung Jo yang penasaran pun bertanya, “Apa kau sebenarnya takut pada wanita?”
Tentu saja Tae Soo membantahnya. Tapi ibunya menceritakan kalau ayah mereka dulunya juga tak berani menatap matanya saat pertama kali mereka bertemu.
Kang Chi memandangi keceriaan keluarga Park dengan tatapan merindu. Kepala penjaga, Han No yang juga temannya, memintanya untuk tak bermimpi. Kang Chi tersenyum dan berkata kalau ia hanya suka memandangi mereka, “Dengan hanya memandanginya saja, membuatku merasa kalau aku adalah bagian dari keluarga itu.”
Han No bertanya tentang Chung Jo yang akan menikah sebentar lagi. Apakah Kang Chi tak apa-apa? Kang Chi tak menjawab. Ia malah memberikan bungkusan kue yang ia bawa itu kepada Han No dan berkata kalau ia akan menggantikan Han No berjaga malam ini.
Han No hanya dapat memandangi temannya yang menjauh pergi.
Sepertinya Yeo Wool masih galau sejak pertemuannya dengan Biksu So Jung siang tadi. Ia berusaha mengenyahkan peringatan Biksu itu dengan berlatih pedang di halaman penginapan yang telah sepi. Tapi sia-sia. Ucapan Biksu So Jung terus terngiang di telinganya. Dan janji Kang Chi di malam itu untuk terus melindunginya, sangat mirip dengan janji anak laki-laki yang pernah ia temui di hutan saat ia kecil, “Dari semua orang.. kenapa harus dia?”
Di jurus terakhirnya, ia mengeluarkan semua rasa frustasinya pada gerakan pedangnya, sehingga menggetarkan pohon sakura sehingga semakin banyak kelopak bunga sakura yang berguguran.
Terdengar suara tepuk tangan. Ternyata Kang Chi yang melihat latihan Yeo Wool. Ia kagum melihat kekuatan jurus pedang Yeo Wool yang mampu menggerakkan dahan pohon tanpa Yeo Wool menyentuhnya.
Yeo Wool yang moodnya lagi jelek, memilih meninggalkan Kang Chi. Tapi Kang Chi mencegatnya. Kang Chi ingin tahu bagaimana Yeo Wool tahu tentang rahasia laba-laba yang tak pernah ia beritahukan pada siapapun, “Apakah kau mengenalku atau kita pernah bertemu sebelumnya?”
“Dan apakah kau pernah mengenalku? Pernahkah kita bertemu sebelumnya?” tanya Yeo Wool mengembalikan pertanyaan itu pada Kang Chi. Kang Chi sendiri tak yakin, tapi seingatnya, mereka belum pernah bertemu.
“Kalau begitu, kita belum pernah bertemu,” kata Yeo Wool muram, “Jika kita tak mengingatnya, hal itu tak berarti apapun.” Dan Yeo Wool pun meninggalkan Kang Chi.
“Kalau aku mengingatnya,” kata-kata Kang Chi menghentikan langkah Yeo Wool, “apakah itu berarti sesuatu?”
Yeo Wool berbalik menatap Kang Chi, tapi tak dapat menjawabnya. Mereka bertatapan cukup lama, hingga Kang Chi mendadak berlari menghampiri dan langsung memeluk Yeo Wool sehingga mereka berdua merunduk.
Detik berikutnya sebuah senjata rahasia melayang ke atas kepala mereka. Senjata rahasia yang hanya dimiliki oleh para ninja. Yeo Wool dan Kang Chi melihat seorang ninja terbang ke atap penginapan. Kang Chi berteriak, mencoba menghentikan ninja itu. Han No mendengar teriakan Kang Chi dan berlari meninggalkan tempatnya tadi berdiri (dekat gazebo tempat keluarga Park bercengkerama).
Namun ternyata ninja lain sudah menunggu kepergiannya. Mereka turun dan menuju rumah keluarga Park.
Di kamarnya, Tuan Park sedang membaca buku. Ia merasakan sesuatu yang tidak biasanya. Ia membuka jendela, tapi tak ada siapapun. Tiba-tiba ada angin kencang masuk dan meniup lilinnya hingga mati.
Setelah menyalakan lilin, ia terkejut karena melihat seseorang ada di dalam kamarnya. Ternyata Biksu So Jung. Tuan Park menyambut kedatangan Biksu itu dengan gembira. Biksu itu dengan tenang balas menyapa, “Bagaimana kabar Anda, Tuan?”
Di tempat lain, Jo Gwan Woong sedang bermain baduk dengan seorang gisaeng. Ia pun berkata sendiri kalau perburuan telah dimulai. Dan dengan bidaknya, ia mulai memakan bidak-bidak si gisaeng.
Kang Chi dan Yeo Wool mengejar ninja itu hingga menjauhi penginapan.
Tuan Park bertanya mengenai maksud kedatangan Biksu So Jung. Apakah kedatangannya karena sudah hampir 20 tahun berlalu? Biksu So Jung mengiyakan, dan Tuan Park bertanya apa sebenarnya Kang Chi ini? Dan kekuatan apa yang tersimpan di gelang itu?”
Biksu So Jung tetap diam, menunggu Tuan Park bercerita lagi. Dan memang benar. Setelah sekian lama tak bertemu, Tuan Park mulai menceritakan apa yang terjadi pada Kang Chi saat gelang itu jatuh dan lepas dari tangannya.
Biksu So Jung meminta Tuan Park untuk menjelaskan lebih rinci lagi. Maka Tuan Park pun bercerita pada hari pertama ia membawa Kang Chi pulang, Kang Chi sempat terluka.
Tapi sinar mata Biksu So Jung membuat Tuan Park curiga. Ia segera berteriak, “Siapa kau? Tunjukkan siapa sebenarnya dirimu!”
Biksu So Jung tersenyum dan berkata kalau ia adalah So Jung. Tapi Tuan Park sudah tak percaya. Ia memanggil penjaga, namun tak ada siapapun.
Ternyata Biksu So Jung bukanlah Biksu So Jung, karena dalam sekejab biksu itu berubah menjadi ninja yang langsung mengarahkan pedang ke leher Tuan Park dan meminta Tuan Park untuk menjelaskan siapa Kang Chi sebenarnya.
Yeo Wool mendongak ke atap dan menajamkan penglihatannya. Kang Chi mengikuti arah pandangan Yeo Wool dan terkejut. Ada seorang berbaju hitam berdiri di atas atap. Dan sebentar kemudian, ada orang yang sama muncul dari udara tipis, berdiri di sisinya. Dan satu lagi. Dan satu lagi.
Tiga orang.. empat.. lima.. sepuluh.. sebelas .. belasan, puluhan. Ada puluhan ninja yang muncul mengelilingi mereka, tak hanya berdiri di atap, tapi juga di tanah. Mengelilingi mereka.
“Ilusi,” kata Yeo Wool menjelaskan tentang munculnya puluhan ninja yang muncul dari udara.  Tapi saat ilusi itu mengeluarkan pedangnya, Yeo Wool berkata, “Ilusi atau tidak, pedang yang mereka pegang dapat melukaimu.”
Kang Chi mengernyit, “Kau bercanda, kan? Baiklah, bertempur mati-matian.” Tapi Yeo Wool mengkoreksi ucapan Kang Chi, “Salah. Mati adalah titik akhir. Sekarang kita harus berjuang agar tetap hidup.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar