“Kau kenapa kemari?” salak Kang
Chi. Tapi Yeo Wool menjawab santai kalau ia sedang menginap di sini. Maka Kang
Chi pun menyuruh untuk mengurusi urusannya sendiri dan berbalik pergi.
Tiba-tiba Yeo Wool mengangkat
tongkat bambunya dan seperti yang dilakukan Gon kemarin, ia memukulkan tongkat kayunya sekuat tenaga ke
kepala Kang Chi.
Praakk!!
Kang Chi membeku merasakan
pukulan itu, membuat Yeo Wool kaget dan minta maaf. Kang Chi berbalik dan
menarik tongkat Yeo Wool sehingga tubuh Yeo Wool pun ikutan tertarik maju. Kang
Chi melotot padanya, “Apa-apaan sih?! Kau mau mati, ya?”
Yeo Wool yang langsung membela
diri, “Kupikir kau bisa menghindarinya. Kenapa kau tak menghindar?”
“Karena aku tak bisa menghindar.
Puas?!” bentak Kang Chi kesal. Ia mengusap-usap kepalanya yang sakit.
Yeo Wool tak percaya karena Kang
Chi sangatlah gesit malam sebelumnya. Tapi Kang Chi berkilah kalau kemarin
keadaannya terdesak. Jika ia tak melakukan apapun, ia akan mati, “Aku hanya
melawan jika terpaksa.”
Jawaban Kang Chi ini malah
membuat Yeo Wool penasaran dan ia menantang Kang Chi untuk sebuah pertempuran,
satu lawan satu, nanti malam. Kang Chi tertawa meremehkan, “Mimpi kali, ya?
Kemarin kau bisa mengalahkanku. Tapi yang jelas kemampuanmu hanya separah dariku.
Tak ada pertempuran, tak ada penasaran. Karena kau nanti yang akan terluka.”
Kang Chi berbalik, tapi berhenti
saat Yeo Wool menyebutkan kata laba-laba dan mengatakan kalau binatang itu
sangat ditakuti oleh Kang Chi. Dari ekspresi Kang Chi terlihat kalau tebakan
Yeo Wool itu benar. Tapi ia membantahnya dan langsung berbalik pergi.
“Awas! Laba-laba!” teriak Yeo
Wool sambil menunjuk ke arah kaki Kang Chi.
Sontak Kang Chi menari kesetanan,
meloncat-loncat mundur menghindari laba-laba itu, “Laba-laba? Dimana?! Ahhh!!”
Dan ia tersandung hingga harus berpegangan pada Yeo Wool.
Yeo Wool hanya menatap Kang Chi
kalem dan bertanya, “Benar-benar tak takut?” Ha. Kang Chi terpana, menyadari
laba-laba itu hanya tipuan Yeo Wool. Ia pun menegakkan diri, pura-pura tangguh
dan membantah kalau ia benar-benar tak
takut pada laba-laba.
Kesal, bingung, penasaran, Kang
Chi meninggalkan Yeo Woo dan setelah hanya sendirian, ia memegang dadanya yang masih berdebar dan
bertanya-tanya, “Siapa dia sebenarnya?”
Sementara Yeo Wool pun bergumam
sendiri, “Ternyata itu kamu..”
Tuan Park dan Tae Soo tetap sabar
menunggu Jo Gwan Woong yang hanya leyeh-leyeh mendengarkan alunan musik. Seorang
gisaeng yang memberanikan diri mengungkit tentang kedatangan Tuan Park,
sehingga Jo Gwan Woong pun akhirnya menyuruh mereka masuk.
Kedatangan Tuan Park dan putranya
menemui Jo Gwan Woong adalah untuk meminta maaf atas ketidaknyamanan yang
dialami oleh Jo Gwan Wong. Tanpa basa-basi, Jo Gwan Woong pun meminta, “200
pukulan untuk Choi Kang Chi.”
Betapa kagetnya Tuan Park yang merasa
200 pukulan itu terlalu banyak. Walaupun Choi Kang Chi gampang marah dan kasar,
tapi Kang Chi tak seburuk itu dan harus mendapat hukuman seperti seorang
pembunuh. Tapi ia bersedia mengganti apapun untuk meredakan kemarahan Jo Gwan
Woong.
Mendengar kata apapun Jo Gwan
Woong pun meminta, “Bahkan Penginapan Seratus Tahunmu?” Dan melihat wajah shock
Tuan Park, Jo Gwan Woong tersenyum, “Sepertinya tidak. Kalau begitu… Bagaimana
dengan putrimu? Dia muda dan cantik, persis seperti seleraku.”
Ughhh..
Butuh ketenangan luar biasa untuk
Tuan Park dan Tae Soo agar bisa menahan amarah. Jo Gwan Woong tersenyum, tahu
kalau permintaannya tak akan terpenuhi. Jadi semua permintaannya tak dapat
dipenuhi. Jalan yang paling mudah adalah menyerahkan Kang Chi agar dihukum 200
pukulan.
Tuan Park menarik nafas panjang
dan teringat peringatan Dam Pyung Joon yang mengatakan kalau ia adalah target
Jo Gwan Woong berikutnya. Maka iapun bangkit dan berlutut, “Dosa seorang putra
adalah dosa ayahnya. Saya akan menggantikan Kang Chi untuk menerima hukuman 200
pukulan. Apakah cukup?”
Yang terjadi kemudian adalah Tuan
Park dan Tae Soo pulang dengan tubuh utuh. Kepala pengawal bertanya pada Jo
Gwan Woong, mengapa atasannya itu melepaskan mereka.
Jo Gwan Woong berkata kalau
rakyat di daerah ini menganggap Tuan Park seperti raja. Jika ia memukulinya 200
kali, rakyat pasti akan membela Tuan Park. Maka ia punya rencana lain, “Kali
ini aku akan menyerang. Dalam beberapa hari, nyawa Park Mu Sol ada ditanganku.
Dan yang akan disalahkan adalah Choi Kang Chi.”
Sementara itu si amazing super
spy, Choi Kang Chi, sedang membuntuti Yeo Wool dan Gun di kota. Ia benar-benar
penasaran dengan Yeo Wool.
Gon dan Yeo Wool sebenarnya tahu
akan aksi si super spy itu. Tapi mereka membiarkannya. Hingga suatu saat, ketika
ada orang menghalangi pandangan Kang Chi, Gon dan Yeo Wool menghilang. Dan Kang
Chi terbingung-bingung melihat kedua buruannya lenyap.
Yeo Wool dan Gon ternyata masih
berada di dekat Kang Chi, melihat kebingungannya. Yeo Wool hanya bisa
geleng-geleng kepala, heran, “Dia itu pintar atau bodoh sih? Apa orang itu sama
dengan orang yang kemarin malam mengalahkan banyak orang?”
Gon memberikan kemungkinan
penjelasan yang masuk akal, “Ia merespon sesuai situasi.” Gon pun mengajak Yeo
Wool untuk pergi karena ada seseorang yang menunggu mereka.
Kang Chi masih tak habis pikir
pada kedua orang yang ia buntuti itu tiba-tiba menghilang. Dan penjelasan
paling mungkin baginya adalah, “Hantu.. Sesaat mereka ada, dan sesaat
kemudian.. syuuuhh…”
Tapi perhatian Kang Chi langsung
beralih saat melihat komplotan preman yang telah mendapat 50 nyang dari Tuan
Park, sekarang tetap memalak para penjual di pasar. Saatnya untuk balas
dendam..!!
Ternyata kepergian Gon dan Yeo
Wool ke kota adalah untuk menemui seorang bangsawan. Mereka memberi laporan tentang
rute pembunuhan misterius yang baru-baru ini terjadi yang sama dengan rute
perjalanan bisnis Jo Gwan Woong.
Bangsawan itu merasa tak masuk akal jika pembunuhan itu
hanya untuk mencaplok bisnis-bisnis yang ada di daerah dan bangsawan itu merasa
pasti ada sesuatu yang lebih besar lagi yang diincar Jo Gwan Woong.
Pembicaraan mereka terhenti
karena keributan yang ditimbulkan oleh Kang Chi. Akhirnya Kang Chi berhasil
membekuk orang-orang itu tanpa melukai mereka. Dan Kang Chi menyeret kepala
preman, Bong Chool, ke jalan utama.
Yeo Wool mengerutkan kening
melihat Kang Chi mulai merusuh lagi. Bangsawan itu bertanya apakah Yeo Wool
mengenal pemuda itu, dan Yeo Wool pun menjelaskan kalau Kang Chi adalah orang
dari Penginapan Seratus Tahun. Bangsawan itu sepertinya tertarik mendengarnya.
Mereka melihat Kang Chi
menjejerkan beberapa orang yang ia ringkus tadi dan menyuruhnya untuk berlutut.
Kang Chi juga meminta uang dari mereka. Tapi mereka menolak memberikan.
“Aku akan menghitung sampai tiga,”
kata Kang Chi dan ia mulai menghitung, “Satu.. dua..”
“Baik! Aku akan bayar!” seru Bong
Chool kesal dan mulai mengeluarkan uang dari sakunya, “Selalu dengan hitungan
satu-dua-tiga,” dan melemparkan tiga keping uang perak.
Kang Chi melotot melihat uang
yang tak seberapa itu, “Hanya segini? Apa aku harus menggoncang kalian satu per
satu, hah?” Kang Chi mencontohkan goncangan yang akan ia lakukan, dan para
penonton mulai kegirangan, “Begitu?”
Tak hanya Bong Chool, tapi semua
yang berlutut mulai mengeluarkan uang di saku mereka, sehingga terkumpul banyak
sekali. Dan Kang Chi pun puas. Ia mulai memunguti uang itu satu per satu.
Ulah Kang Chi sangat mengesalkan
ketiga penonton yang belum pernah pergi ke kota Yosu. Bangsawan itu hanya
mendesah sinis, tak suka melihat Kang Chi yang memeras orang di siang bolong.
Yeo Wool pun berkata kalau ia akan turun tangan.
Yeo Wool belum sempat melakukan
apapun saat mendengar Kang Chi berteriak, “Ayo semuanya berbaris!” Dan mereka
bertiga kaget karena seluruh penduduk berteriak kegirangan dan mulai berbaris.
Satu per satu penjual mulai
menerima uang jerih payah mereka bekerja di hari itu, yang diperas semena-mena
oleh komplotan Bong Chool. Tak lupa mereka berterima kasih pada Kang Chi yang
mau memikirkan nasib mereka.
Kang Chi memberi nasehat pada
komplotan Bong Chool agar merampas kekayaan dari orang-orang kaya dan bukannya
dari orang yang tak punya. Kata-kata Kang Chi itu disambut oleh elu-elukan
semua orang yang menyaksikannya.
Bangsawan yang mulanya sinis itu
menjadi kagum, menyadari kalau ternyata Kang Chi sedang memalak preman yang
suka memeras para penjual. Begitu pula Yeo Wool yang menatap Kang Chi dengan
berbeda. Tatapan Yeo Wool itu tak luput dari mata Gon.
Biksu So Jung ternyata juga
menyaksikan hal ini. Ia tersenyum bangga melihat perbuatan Kang Chi. Kehadiran
Biksu So Jung itu terlihat oleh Yeo Wool yang buru-buru mengejarnya.
Yeo Wool ingin bertanya tentang
takdir yang pernah Biksu So Jung katakan, “Apa yang akan terjadi jika aku tak
menghindari takdir itu? Jika aku tak dapat menghindarinya, apa yang akan
terjadi?”
Biksu So Jung menatap Yeo Wool
lama, dan setelah itu ia menjawabnya, “Salah satu dari kalian akan mati.”
“Mati? Siapa? Aku?” seru Yeo Wool
kaget. “Atau dia?”
“Hidup, mati, takdir. Semua itu
adalah kehendak dari langit. Hanya itu yang bisa kukatakan,” dan Biksu So Jung
pun beranjak pergi.
Yeo Wool termangu mendengar
jawaban itu. Saat ia kembali ke jalan utama, ia melihat Kang Chi masih
dielu-elukan oleh para penduduk. Dan ia pun makin gamang.
Kang Chi baru pulang ke
penginapan setelah malam tiba. Ayah angkatnya, Pelayan Choi, menunggui Kang Chi
dengan rasa khawatir yang dimiliki oleh seorang ayah. Kang Chi memberikan
anggur kepada ayahnya dan menjelaskan kalau anggur itu pemberian dari penjual
di pasar yang tadi ia bantu. Tadi siang ia baru saja membalas dendam pada
komplotan Bong Chool.
Lagi-lagi ayah angkatnya khawatir
kalau gerombolan Bong Chool akan membuat gara-gara lagi. Tapi Kang Chi
menenangkan kalau ia tak melukai mereka sedikitpun dan ia pun bertanya apakah
Tuan Park sudah pulang?
Tuan Park ternyata sedang
berkumpul dengan keluarganya, menikmati waktu bersama keluarganya yang nantinya
akan sulit mereka lakukan karena Chung Jo sebentar lagi akan menikah. Ibu
memberitahukan pada dua anaknya kalau ayah sangat sedih dengan pernikahan Chung
Jo ini, “Jika saja kakakmu sudah lebih dulu menikah, pasti kami tak merasa
sangat kehilangan.”
Tae Soo menenangkan ibunya karena
setelah Chung Jo pergi, ia akan membawa seorang gadis yang secantik adiknya ke
rumah ini. Ibu mengingatkan kalau Tae Soo sudah berkali-kali kabur di acara
perjodohan yang telah ia atur. Chung Jo yang penasaran pun bertanya, “Apa kau
sebenarnya takut pada wanita?”
Tentu saja Tae Soo membantahnya.
Tapi ibunya menceritakan kalau ayah mereka dulunya juga tak berani menatap
matanya saat pertama kali mereka bertemu.
Kang Chi memandangi keceriaan
keluarga Park dengan tatapan merindu. Kepala penjaga, Han No yang juga
temannya, memintanya untuk tak bermimpi. Kang Chi tersenyum dan berkata kalau
ia hanya suka memandangi mereka, “Dengan hanya memandanginya saja, membuatku merasa kalau aku
adalah bagian dari keluarga itu.”
Han No bertanya tentang Chung Jo
yang akan menikah sebentar lagi. Apakah Kang Chi tak apa-apa? Kang Chi tak
menjawab. Ia malah memberikan bungkusan kue yang ia bawa itu kepada Han No dan
berkata kalau ia akan menggantikan Han No berjaga malam ini.
Han No hanya dapat memandangi
temannya yang menjauh pergi.
Sepertinya Yeo Wool masih galau
sejak pertemuannya dengan Biksu So Jung siang tadi. Ia berusaha mengenyahkan
peringatan Biksu itu dengan berlatih pedang di halaman penginapan yang telah
sepi. Tapi sia-sia. Ucapan Biksu So Jung terus terngiang di telinganya. Dan
janji Kang Chi di malam itu untuk terus melindunginya, sangat mirip dengan
janji anak laki-laki yang pernah ia temui di hutan saat ia kecil, “Dari semua
orang.. kenapa harus dia?”
Di jurus terakhirnya, ia
mengeluarkan semua rasa frustasinya pada gerakan pedangnya, sehingga
menggetarkan pohon sakura sehingga semakin banyak kelopak bunga sakura yang berguguran.
Terdengar suara tepuk tangan.
Ternyata Kang Chi yang melihat latihan Yeo Wool. Ia kagum melihat kekuatan
jurus pedang Yeo Wool yang mampu menggerakkan dahan pohon tanpa Yeo Wool
menyentuhnya.
Yeo Wool yang moodnya lagi jelek,
memilih meninggalkan Kang Chi. Tapi Kang Chi mencegatnya. Kang Chi ingin tahu
bagaimana Yeo Wool tahu tentang rahasia laba-laba yang tak pernah ia
beritahukan pada siapapun, “Apakah kau mengenalku atau kita pernah bertemu
sebelumnya?”
“Dan apakah kau pernah mengenalku?
Pernahkah kita bertemu sebelumnya?” tanya Yeo Wool mengembalikan pertanyaan itu
pada Kang Chi. Kang Chi sendiri tak yakin, tapi seingatnya, mereka belum pernah
bertemu.
“Kalau begitu, kita belum pernah
bertemu,” kata Yeo Wool muram, “Jika kita tak mengingatnya, hal itu tak berarti
apapun.” Dan Yeo Wool pun meninggalkan Kang Chi.
“Kalau aku mengingatnya,”
kata-kata Kang Chi menghentikan langkah Yeo Wool, “apakah itu berarti sesuatu?”
Yeo Wool berbalik menatap Kang
Chi, tapi tak dapat menjawabnya. Mereka bertatapan cukup lama, hingga Kang Chi
mendadak berlari menghampiri dan langsung memeluk Yeo Wool sehingga mereka
berdua merunduk.
Detik berikutnya sebuah senjata
rahasia melayang ke atas kepala mereka. Senjata rahasia yang hanya dimiliki
oleh para ninja. Yeo Wool dan Kang Chi melihat seorang ninja terbang ke atap
penginapan. Kang Chi berteriak, mencoba menghentikan ninja itu. Han No
mendengar teriakan Kang Chi dan berlari meninggalkan tempatnya tadi berdiri
(dekat gazebo tempat keluarga Park bercengkerama).
Namun ternyata ninja lain sudah
menunggu kepergiannya. Mereka turun dan menuju rumah keluarga Park.
Di kamarnya, Tuan Park sedang
membaca buku. Ia merasakan sesuatu yang tidak biasanya. Ia membuka jendela,
tapi tak ada siapapun. Tiba-tiba ada angin kencang masuk dan meniup lilinnya
hingga mati.
Setelah menyalakan lilin, ia
terkejut karena melihat seseorang ada di dalam kamarnya. Ternyata Biksu So
Jung. Tuan Park menyambut kedatangan Biksu itu dengan gembira. Biksu itu dengan
tenang balas menyapa, “Bagaimana kabar Anda, Tuan?”
Di tempat lain, Jo Gwan Woong
sedang bermain baduk dengan seorang gisaeng. Ia pun berkata sendiri kalau
perburuan telah dimulai. Dan dengan bidaknya, ia mulai memakan bidak-bidak si
gisaeng.
Kang Chi dan Yeo Wool mengejar
ninja itu hingga menjauhi penginapan.
Tuan Park bertanya mengenai
maksud kedatangan Biksu So Jung. Apakah kedatangannya karena sudah hampir 20
tahun berlalu? Biksu So Jung mengiyakan, dan Tuan Park bertanya apa sebenarnya
Kang Chi ini? Dan kekuatan apa yang tersimpan di gelang itu?”
Biksu So Jung tetap diam,
menunggu Tuan Park bercerita lagi. Dan memang benar. Setelah sekian lama tak
bertemu, Tuan Park mulai menceritakan apa yang terjadi pada Kang Chi saat
gelang itu jatuh dan lepas dari tangannya.
Biksu So Jung meminta Tuan Park
untuk menjelaskan lebih rinci lagi. Maka Tuan Park pun bercerita pada hari
pertama ia membawa Kang Chi pulang, Kang Chi sempat terluka.
Tapi sinar mata Biksu So Jung
membuat Tuan Park curiga. Ia segera berteriak, “Siapa kau? Tunjukkan siapa
sebenarnya dirimu!”
Biksu So Jung tersenyum dan
berkata kalau ia adalah So Jung. Tapi Tuan Park sudah tak percaya. Ia memanggil
penjaga, namun tak ada siapapun.
Ternyata Biksu So Jung bukanlah
Biksu So Jung, karena dalam sekejab biksu itu berubah menjadi ninja yang
langsung mengarahkan pedang ke leher Tuan Park dan meminta Tuan Park untuk
menjelaskan siapa Kang Chi sebenarnya.
Yeo Wool mendongak ke atap dan
menajamkan penglihatannya. Kang Chi mengikuti arah pandangan Yeo Wool dan
terkejut. Ada seorang berbaju hitam berdiri di atas atap. Dan sebentar
kemudian, ada orang yang sama muncul dari udara tipis, berdiri di sisinya. Dan
satu lagi. Dan satu lagi.
Tiga orang.. empat.. lima..
sepuluh.. sebelas .. belasan, puluhan. Ada puluhan ninja yang muncul mengelilingi
mereka, tak hanya berdiri di atap, tapi juga di tanah. Mengelilingi mereka.
“Ilusi,” kata Yeo Wool
menjelaskan tentang munculnya puluhan ninja yang muncul dari udara. Tapi saat ilusi itu mengeluarkan pedangnya,
Yeo Wool berkata, “Ilusi atau tidak, pedang yang mereka pegang dapat melukaimu.”
Kang Chi mengernyit, “Kau
bercanda, kan? Baiklah, bertempur mati-matian.” Tapi Yeo Wool mengkoreksi
ucapan Kang Chi, “Salah. Mati adalah titik akhir. Sekarang kita harus berjuang
agar tetap hidup.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar