Jumat, 26 April 2013

Sinopsis I Miss You Episode 11



Jung Woo pingsan tersengat penyetrum yang ada ditangan ibu Choi. Tanpa ekspresi, ia memungut handphone Jung Woo yang berbunyi, menunjukkan ada rentetan SMS masuk.

Ternyata SMS itu dari Detektif Joon yang mengirimkan beberapa SMS sekaligus : Anak bibi, Bora, telah meninggal; Ia diperkosa dan bunuh diri 5 tahun yang lalu; Ia pasti pelakunya; Jung Woo, kau harus menangkapnya; Kami akan segera kesana; tunggu telepon dari kami;

Dengan kakinya, Ibu Choi memeriksa apakah Jung Woo benar-benar pingsan atau tidak. Jung Woo tak bergerak sama sekali dan Ibu Choi berkata seolah menyalahkan Jung Woo yang terlalu percaya, “Sudah kubilang kan dunia ini adalah tempat yang menakutkan dan aku juga telah memperingatimu untuk tidak mempertaruhkan nyawa demi orang lain.”

Di kantor polisi, Detektif Joon meminta pada atasannya agar mereka segera bergerak melakukan pencarian di sekitar rumah ibu Choi. Ah Reum yang masih ada di kantor polisi hanya bisa menangis.

Atasannya menyuruh anak buahnya untuk melacak handphone Jung Woo jika handphone itu belum dimatikan. Ia juga menyuruh anak buahnya untuk menjaga rumah ibu Soo Yeon dan mengantarkan Ah Reum pulang, walau Ah Reum bersikeras untuk ikut mencari

Di rumah, walau Eun Joo mencoba menenangkan ibu kalau semuanya akan baik-baik saja, tapi ibu tetap tak berani membuka matanya dan terus menerus menangis, mengkhawatirkan keselamatan Jung Woo.

Mereka berhasil melacak handphone Jung Woo di tempat pembuangan sampah dan Detektif Joon mengais-kais sampah-sampah itu, tapi tak ada Jung Woo di sana.

Atasannya menemukan handphone Jung Woo di balik tumpukan sampah. Dan di layar handphone itu, tertulis pesan, “Anakku, sudah mati.”

Detektif Joon semakin panik dan kembali mengais-kais sampah itu, berteriak-teriak mencari Jung Woo. Tapi atasannya menenangkan Detektif Joon, berkata kalau ibu Choi pasti ingin membuat mereka bingung dan bertanya dimana alamat terakhir Ibu Choi.

Jung Woo akhirnya sadar, tapi ia kaget karena tangan dan kakinya diikat. Mulutnya pun tertutup lakban. Ia mencoba melepaskan diri, tapi ibu Choi sudah muncul.

Lengkap dengan baju yang ia pakai saat membunuh Sang Deuk dulu dan berkata, “Aku bangga dengan kemampuanmu menyelidiki. Seharusnya kau menunggu beberapa hari lagi, karena aku akan segera menyelesaikan semuanya dan akan menghilang.”

Ibu Bora mengambil sebuah botol obat dan duduk di depan Jung Woo, berkata pelan, “Putriku Bora, sudah mati,” ia menatap seragam di dalam keranjang, mendesah, “Karena itulah aku tak akan bisa menemuinya lagi. Kau pasti lebih mengerti perasaan ini daripadaku. Apakah dia, gadis itu?”

Jung Woo menyadari kalau yang sedang dibicarakan ibu Choi adalah Soo Yeon. Ibu Choi mengeluarkan pil dan membuka lakban di mulut Jung Woo, “Apakah cukup bagimu, dapat melihat Soo Yeon lagi?”

Begitu lakban dibuka, Jung Woo memohon agar ia diperbolehkan menelepon Soo Yeon sekali saja, “Aku bisa saja menangkap bibi ketika aku masuk ke dalam rumah ini. Aku tak minta untuk dilepaskan. Suaranya.. Biarkan aku mendengarkan sekali ini saja.Bukankah kata bibi, ingin menjadikanku sebagai menantu? Maukah bibi melakukannya?”

Ibu Choi tersenyum, “Tentu saja aku akan melakukannya untukmu. Tapi putriku, Bora berkata kalau pria itu akan datang lagi dan ia sangat ketakutan. Ia memintaku untuk membunuhnya segera,” katanya sambil mengangsurkan beberapa pil pada Jung Woo, “Makanlah..”

Hyung Joon masih berdiri di depan pintu Soo Yeon, menununggu pintu terbuka.

Sementara itu Soo Yeon tetap menutup telinganya, tak ingin terus mendengar gedoran pintu. Tapi ia melepaskan tangannya saat handphonenya berdering dan ia mengangkatnya.

Mulanya tak ada suara yang terdengar, tapi kemudian Soo Yeon mendengar suara lemah yang berkata, “Ini Han Jung Woo.”

Soo Yeon mengerutkan kening mendengar kata-kata Jung Woo selanjutnya, “Kau ingat, bukan? Lampu yang mati dari rumah Soo Yeon.. ada 15 langkah. Lampu itu sekarang tak menyala lagi. Kupikir kau akan mengerti. Aku.. merindukanmu.. Soo Yeon-ah..”

Dan tak terdengar suara Jung Woo lagi, karena Jung Woo sudah tergeletak tak sadarkan diri. Sepertinya Jung Woo meminum pil itu sebelum ibu Choi mengijinkannya menelepon Soo Yeon. Tentu saja Soo Yeon panik karena tak mendengar suara Jung Woo lagi. Ia menelepon nomor itu kembali, tapi nomor itu sudah tidak aktif.

Ia akhirnya menelepon handphone Jung Woo, tapi yang mengangkat adalah Detektif Joon yang terdengar sibuk dan panik.

Soo Yeon langsung menduga ada sesuatu yang terjadi pada Jung Woo dan segera berkata kalau ia baru saja mendapat telepon dari Jung Woo.

Detektif Joon kaget, “Jung Woo? Kau mendapat telepon dari Jung Woo?” Ia memberitahu Soo Yeon kalau Jung Woo terakhir diketahui sedang membuntuti pembunuh Sang Deuk, “Namun ia sekarang menghilang. Kupikir ada terjadi sesuatu, tapi aku tak berani mengatakannya. Apakah kau yakin itu Jung Woo?”

Soo Yeon memastikan kalau telepon itu dari Jung Woo. Hyung Joon akhirnya berhasil masuk kamar Soo Yeon dan melihat betapa panik dan takutnya Soo Yeon, menjadi khawatir dan bertanya, “Apa yang sedang terjadi.”

Soo Yeon terbata-bata menyebut nama Han Jung Woo, tapi ia tak bisa menceritakan dengan jelas, sehingga Hyung Joon menarik tangan Soo Yeon ingin mengambil alih handphonenya, tapi Soo Yeon tak mau.

Ia berkata pada Detektif Joon, “Lampu jalan! Ia berkata tentang lampu jalan. Harusnya ada 280 langkah dari lampu jalan ke rumahku. Tapi ia berkata 15 langkah. Tak mungkin Jung Woo melupakannya.”

Hyung Joon terpana mendengar kata-kata Soo Yeon yang ingatan masa lalunya masih melekat, dan ia melepaskan tangan Soo Yeon. Soo Yeon tak menyadari perubahan sikap Hyung Joon, berkata pada Detektif Joon, “Lampu jalan mati. 15 langkah.”

Whoaa… dan para polisi mencari lampu jalan yang mati di seluruh penjuru Seoul? Coba kalau kejadian di kota di Indonesia. Pasti susah banget tuh, kan banyak sekali lampu jalan yang mati. Apalagi kalau ada pemadaman total.

Tapi para polisi itu memang mencari lampu jalan yang mati. Dan ternyata mereka juga kesulitan mencari. Tapi mereka kesulitan mencari lampu jalan yang mati, karena semua lampu jalan menyala. Ha.

Salah satu polisi bertanya apakah mereka harus memperluas area pencarian karena di area itu tak ada lampu yang mati. Tapi atasan Jung Woo menolaknya, karena berdasarkan waktu Jung Woo meninggalkan kantor polisi sampai handphonenya mati, hanya 12 menit saja. Jadi radius pencarian mereka seharusnya hanya se-area itu.

Detektif Joon melaporkan kalau tak ada lampu yang mati, dan menyarankan untuk mencari di alamat ibu Choi yang terdaftar. Tapi menurut atasan Jung Woo, rumah itu sudah kosong. Detektif Joon merasa mereka seperti hilang arah, “Apakah mungkin Jung Woo hanya omong kosong saja?”

“Apa kau pikir Jung Woo akan berbicara omong kosong di situasi seperti ini?” sergah atasan Jung Woo.

Ternyata atasan Jung Woo benar. Ada laporan yang sudah menemukan lampu jalan yang mati. Mereka buru-buru pergi ke tempat itu.

Hyung Joon marah melihat Soo Yeon mendekap handphonenya erat-erat, tak ingin memberikan pada Hyung Joon. Soo Yeon bersikeras kalau mungkin Jung Woo akan meneleponnya di handphone ini lagi.

"Jung Woo.. katanya telah menghilang. Diculik. Jika ia diculik, maka..,” Soo Yeon gemetar mengingat rasanya diculik dulu, “Siapa yang tahu apa yang akan terjadi!”

Hyung Joon memandang Soo Yeon, yang menangis dan memegangi lengan mantelnya erat-erat, akhirnya mengalah, “Pergilah. Kita pergi bersama mencarinya. Kau bertindak seperti ini karena kau mengingat masa lalumu. Karena trauma itu. Jadi pergilah, dan jika hal itu tak dapat berakhir dengan segera, maka lupakanlah hal itu secara perlahan-lahan. Aku akan menolongmu. Tapi kau sudah tak berusia 15 tahun lagi.”

Tae Joon mendapat informasi tentang Harry Borrison dari kedua sekretarisnya. Namun Sekdir Nam hanya memberikan informasi kalau Harry adalah orang yang bersih. Sedangkan Sekretaris Park memberikan dokumen lengkap tentang masa lalu Harry.

Harry memiliki nama asli yaitu Moon Hae Joon, yang diadopsi di Perancis pada umur 5 tahun. Ia mendapat informasi dari guru Harry dulu, bahkan memberikan foto SD-nya yang sama sekali tak mirip dengan Hyung Joon kecil. Ia juga memberikan informasi tentang Zoe yang juga diadopsi saat di Amerika dan dibawa orang tua angkatnya ke Perancis.

Tae Joon kesal melihat Sekdir Nam yang hanya memberikan sekelumit informasi, padahal informasi yang didapat Sekretaris Park sangatlah banyak. Saking kesalnya, Tae Joon menyuruh Sekdir Nam, “Aku yakin suatu saat nanti kau akan berguna. Sampai aku meneleponmu nanti, kau pura-pura mati saja. Sekarang keluar!”

Sekdir Nam keluar walau sempat menatap kesal pada sekretaris juniornya ini. Sebelum keluar, ia sempat melihat Sekretaris Park memberikan flash disc yang katanya berisi catatan akuntasi akhir tahun dari perusahaan mereka, yang segera disimpan Tae Joon di laci mejanya.

Pertemuan mereka terganggu oleh Ah Reum yang berteriak memohon pada ayahnyan untuk menyelamatkan Jung Woo yang menghilang saat menyelidiki pembunuh Sang Deuk, walau ibunya mencoba menahannya.

Tae Joon marah dan berkata kalau semenjak Jung Woo kabur dari rumah ini, ia sudah tak menganggap Jung Woo sebagai putranya lagi, dan menyuruh Ah Reum untuk masuk ke kamarnya sendiri.

Namun saat Tae Joon sendiri di ruang kerja, ia tak dapat menutupi perasaan khawatirnya akan hilangnya Jung Woo.

Di sekitar lokasi kejadian, para tetangga ribut karena banyak polisi datang. Detektif Joon yang masih panik dan khawatir membentak mereka, “Apakah kalian pikir para polisi menggeledah tempat ini hanya untuk main-main?” Untung atasannya menenangkannya dan salah satu rekannya melaporkan kalau Jung Woo sudah ketemu.

Ternyata Jung Woo terbaring di kamar yang sama, dan seakan hanya tidur berselimut tebal. Detektif Joon mencoba membangunkan Jung Woo tapi tak ada reaksi, dan ia semakin panik.

Atasan Jung Woo melihat ada makanan yang disiapkan dan sepucuk surat yang di amplopnya bertuliskan, “Ibu, maafkanlah aku.”

Soo Yeon dan Hyung Joon sampai di TKP dan melihat ada ambulans di sana. Soo Yeon ingin keluar, tapi Hyung Joon mencegahnya, “Aku yang akan memeriksa keluar. Sangat berbahaya di luar sana, jadi kau tinggallah di sini.”

Dikhawatirkan seperti itu, Soo Yeon malah mengkhawatirkan Jung Woo, “Tak mungkin kan ada terjadi sesuatu pada Jung Woo?”

Kata-kata Soo Yeon membuat Hyung Joon semakin marah. Ia menghela nafas sebelum berkata, “Zoe, aku mengerti kau khawatir. Tapi tolong tahan dirimu. Aku juga berusaha keras untuk menahan diri.“

Dan Hyung Joon pun keluar, bersamaan dengan Jung Woo yang pingsan dibawa keluar dari rumah itu.

Dari kejauhan Soo Yeon melihatnya. Melihat Jung Woo tergolek tak sadarkan diri, ia kembali teringat betapa Jung Woo tak ingin memborgolnya saat ia dijadikan tersangka, betapa Jung Woo tak ingin melihat Soo Yeon terluka lagi dan tak akan melepaskan Soo Yeon lagi.

Ia tak dapat menahan air matanya saat teringat janji Jung Woo untuk menemukan pelaku pembunuhan itu.

Hyung Joon menyapa atasan Jung Woo yang kaget melihat kedatangannya. Atasan Jung Woo berterima kasih karena informasi Zoe sangat membantu. Hyung Joon mencari tahu kondisi Jung Woo, dan mendengar Detektif Joon memberitahu atasannya kalau ia akan menemani Jung Woo ke rumah sakit.

Betapa marahnya Hyung Joon melihat Soo Yeon tak mengikuti perintahnya, malah keluar mobil dan menatap ambulans yang pergi itu dengan tatapan khawatir.

Di rumah sakit, Soo Yeon hanya bisa menunggu di depan kamar Jung Woo, ingin masuk tapi ragu. Setelah sekian lama, ia akhirnya memberanikan diri untuk masuk setelah mengetuk pintu tapi tak ada yang menyahut di dalam kamar itu.

Ia mengintip ke dalam kamar, tapi tempat tidur Jung Woo kosong, maka ia pun masuk ke dalam. Ternyata Jung Woo ada di kamar mandi, sedang berganti pakaian.

Tapi belum selesai berganti baju, Jung Woo sudah keluar kamar mandi, membuat Soo Yeon terkesiap kaget dan salah tingkah. Ia malu dan membalikkan badannya . Jung Woo pun juga kaget, dan buru-buru berpakaian.

Tapi Soo Yeon membalikkan badannya untuk keluar sehingga Jung Woo dihadapakan 2 pilihan. Mencegah Soo Yeon yang ingin pergi dengan ia memakai pakaian, Jung Woo pilih mana?

Tentu saja ia ingin mencegahnya. Namun belum sempat Soo Yeon membuka pintu lebih lebar, ternyata Detektif Joon sudah membuka pintu lebih lebar dan berteriak sambil menutup matanya,” Ibu!! Ahh!!”

LOL, btw, kalau Detektif Joon menutup mata, tapi kenapa Soo Yeon tak menutup mata, ya? Malah memegang pipinya?

Lebih LOL lagi saat Detektif Joon bertanya konspiratif pada Soo Yeon, “Apa aku tak seharusnya membuka pintu tadi?” Kenapa juga ia menyilangkan tangan ke dadanya sendiri, coba? Memang dia yang tak memakai baju?

Jung Woo menarik seniornya, meminta seniornya untuk tak mengoda Soo Yeon.

Dan seniornya itu memindahkan godaannya pada Jung Woo. Dengan lebay, ia merengek manja pada Jung Woo, “Jung Woo-yaa.. Jangan lakukan itu padaku.”

Tentu saja Jung Woo kaget melihat aksi Detektif Joon dan ia melirik Soo Yeon salah tingkah. LOL, jangan-jangan dia takut Soo Yeon salah anggap kalau seniornya itu naksir lagi padanya. Apalagi Detektif Joon menyandarkan kepalanya di dada Jung Woo, “Kenapa kau seperti ini sekarang? Mmhh.. Aku tak ingin melepaskanmu pergi. Ya... ”

Melihat mereka, satu merengek satunya lagi salah tingkah, membuat Soo Yeon geli, dan akhirnya tak tahan. Ia pun tertawa terkekeh-kekeh, membuat Jung Woo pun tersenyum melihat senyum lepas Soo Yeon.

Aww… Detektif Joon.. pasti dia sebenarnya adalah cupid yang menyamar jadi detektif deh..

Hyung Joon pun melihat tawa Soo Yeon dan suasana ruangan yang jauh dari kekhawatiran yang tadi dirasakan oleh Soo Yeon.

Namun suasana menjadi hening setelah ia datang. Jung Woo menepuk seniornya, menghentikan guyonannya karena ada orang datang. Bersikap biasa, Hyung Joon menanyakan kondisi kesehatan Jung Woo.

Detektif Joon langsung mensyukuri kalau kemarin Jung Woo hanya menelan pil tidur. Kalau pil itu adalah tetrodotoxin, maka Jung Woo sudah dalam bahaya besar. Dan ia mendorong Jung Woo ke tempat tidur, dan menyuruhnya beristirahat. Tapi Jung Woo tak mau karena ia harus menangkap pelakunya.

Ia menatap Soo Yeon yang terdiam dan berterima kasih atas bantuannya kemarin malam. Hyung Joon menyelanya, meminta Jung Woo untuk berbicara berdua saja.

Hyung Joon berkata kalau ia akan membuktikan kalau Zoe bukanlah Soo Yeon dan akan mencari Soo Yeon yang sebenarnya. Jung Woo mempersilahkan Hyung Joon untuk mencarinya. Dan Hyung Joon pun bertanya lagi, “Jika aku menemukan Soo Yeon dan Soo Yeon tak mau kembali karena ia tak mau menemui Han Jung Woo, apakah aku harus tetap menyeretnya juga?”

“Ya,” jawab Jung Woo, “Aku ingin bertanya pada Soo Yeon langsung. Untuk mengetahui apakah itu keinginan Soo Yeon yang sebenarnya ataukah keinginan Harry.

Hyun Joon tersenyum dan berkata kalau ia iri pada Jung Woo yang bisa meninggalkan dan mendekati orang itu kembali sesukanya. Ia sendiri tak dapat melakukan hal itu, “Apapun yang terjadi, aku tak akan PERNAH melarikan diri dan meninggalkan Zoe sendirian.”

Jung Woo berkata kalau Hyung Joon banyak mengetahui tentang dirinya. Hyung Joon berkata kalau ia sendiri pernah merasakan luka dan ketakutan akibat ditinggalkan oleh ibunya,

“Aku mengetahui rasanya hal itu. Jadi jika ibuku ingin kembali padaku, aku tak akan pernah memaafkannya. Jika kau bertemu Soo Yeon, kau harus menanyakan hal itu dulu. Apakah ia benar-benar memaafkan dirimu sepenuhnya?”

Jung Woo tersenyum miris dan bertanya apakah memberi maaf itu sedemikian mudahnya? “Karena aku tahu, akan butuh waktu selamanya hingga orang itu memaafkan aku, maka aku akan berada di sisinya. Menunggu dan terus menunggu.”

Hyung Joon diam, dan Jung Woo mengajak Hyung Joon untuk minum bersama karena dulu Hyung Joon berkata kalau ia tak membencinya, “Hanya satu gelas saja, karena aku gampang mabuk.”

Detektif Joon dan Soo Yeon menunggu di depan kamar dan detektif Joon tak tahan untuk berkomentar kalau Zoe pasti mengencani pria berdasarkan tampangnya. “Kedua pria itu, tampangnya.. alisnya..”

Gaya Detektif Joon menggambar ketampanan Jung Woo dan Hyung Joon membuat saya bertanya-tanya, nih.. jangan-jangan … hehe.

Eun Joo muncul membawakan makanan dari ibu. Jung Woo keluar kamar dan tanpa menatap Soo Yeon dan Eun Joo, mengajak seniornya pergi.

Eun Joo berteriak karena dicuekkan, “Hey, ibu benar-benar mengkhawatirkanmu! Kau kesini! Berhenti! Heh, kalau kau akan diusir dari rumah kalau kau pergi seperti ini!”

Eun Joo pun mengejar Jung woo, meninggalkan Soo Yeon yang heran mendengar kata rumah dari mulut Eun Joo pada Jung Woo. Ia pun teringat Jung Woo yang memarahi lampu jalan, yang ada di dekat rumahnnya bukan rumah Jung Woo, yang berkedap-kedip. Kecurigaannya pun muncul.

Hyung Joon melihat Soo Yeon menatap kepergian Jung Woo dan mendesah kesal.

Di lift, Soo Yeon ingin berkata pada Hyung Joon, tapi Hyung Joon menolak berbicara. Ia sedang marah dan meminta waktu untuk sendiri. Ia tak ingin pertengkaran mereka untuk pertama kalai selama 14 tahun ini, adalah pertengkaran mengenai Hyung Joon.

Di ruang rahasianya, Hyung Joon menelepon Sekdir Nam, meminta laporan keuangan rahasia milik Tae Joon. Tapi Sekdir Nam memintanya bersabar karena hal itu tidak mudah. Tapi Hyung Joon mengancam akan memotong bayarannya jika ia harus menunggu lebih lama lagi.

Hyung Joon chatting dengan teman onlinenya, memberitahu kalau Zoe sudah goyah karena Han Jung Woo. Ia ingin segera kembali ke Perancis, “Jika seseorang merasa benci terlalu lama, orang itu akan salah mengira kalau perasaan itu adalah perasaan rindu.”

Temannya merasa Hyung Joon sangat marah dan bertanya apakah ia perlu menemui Hyung Joon sekarang? Temannya itu memberi saran untuk menurunkan sedikit kemarahan Hyung Joon, “Pikirkan di hari Han Jung Woo sendiri akan memborgol Han Tae Joon.“

Dan teman itu menulis kata-kata itu seolah mantra yang dapat menenangkan Hyung Joon.

Keesokan harinya, di dalam mobil Jung Woo bertanya apakah seniornya telah menemukan sesuatu? Seniornya itu menatap Jung Woo dalam-dalam dan berkata, “Aku mencintaimu,” membuat Jung Woo kaget.

LOL, nih detektif susah diajak serius. Tapi detektif Joon serius karena ia menyadari kalau perasaan harus segera diungkapkan sesegera mungkin, “Aku menyadarinya saat kemarin. Rasanya mau mati berpikir kalau kau sekarat.”

Jung Woo meminta seniornya untuk tak membicarakan tentang kematian dengan mudahnya, karena ia merasakan perasaan hampir mati itu kemarin. Dan Detektif Joon mengungkapkan perasaan sebenarnya, “Tenggorokanku rasanya serak sekali karena memanggil-manggil namamu, tahu!”

Setelah mengungkapkan perasaannya, Detektif Joon kembali serius dan berkata kalau ada 2 pria yang terlibat dalam kasus Bora. Satu masuk penjara dan satu lagi bebas dan pergi ke Amerika tapi akan kembali. Ia bertanya bagaiamana Jung Woo bisa mengetahui hal ini?

Jung Woo berkata kalau ibu Choi yang mengatakannya. Detektif Joon kagum dengan ingatan Jung Woo yang saat itu sedang dalam kondisi lemah. Ia juga sudah memasang alat pelacak di nomor pelaku yang akan kembali ke Seoul, namun orang itu baru bisa dilacak setelah nomornya aktif.

Dan Detektif Joon mendapat laporan kalau handphone orang itu sudah menyala. Pelaku itu sudah kembali.

Ada seorang pria yang keluar dari bandara, sedang menelepon temannya untuk mengajak temannya yang lain untuk berkumpul, “Hei, jangan ungkit gadis itu lagi. Benar-benar perusak suasana apalagi kalau memikirkan aku lumutan di Amerika karena dia.”

Dari kata-katanya, pria ini sepertinya yang memperkosa Bora. Pria itu menghentikan sebuah taksi yang lewat dan menyuruh supir taksi untuk pergi ke arah Cheongdamdong. Ia kembali berbicara pada temannya, bertanya kapan temannya yang satu keluar dari penjara? Ia tertawa dan berkata kalau mulut teman yang di penjara itu terkunci rapat.

Setelah ia menutup telepon, supir taksi itu bertanya, “Bukannya pulang ke rumah, mengapa kau pergi ke Cheongdamdong?” Pria itu heran, dan supir itu melanjutkan, “Rumahmu kan di Songbookdong.” Pria itu terkejut melihat supir itu tahu banyak tentang dirinya. Siapa supir itu sebenarnya?

“Ibu Bora,” kata ibu Choi sambil mengunci pintu mobil, membuat pria itu berteriak panik dan menyuruhnya untuk menghentikan mobil, “Kau tahu siapa ayahku, kan?”

Tapi ibu Choi tetap menjalankan mobil, tak mempedulikan walau pria itu memukul kepalanya. Terdengar suara sirene polisi. Ternyata Jung Woo sudah ada dibelakang mobil, membuat pria itu berteriak-teriak memanggil polisi. Namun ibu Choi sudah mengeluarkan alat penyetrum dan langsung pria itu pingsan karenanya.

Mobil Jung Woo menghadang taksi itu, dan meminta ibu Choi untuk tak membunuh pria itu.

Tapi ibu Choi hanya menatap Jung Woo sedih dan tak mempedulikan teriakan Jung Woo yang memohon agar ibu Choi tak membunuh, ia mendekati pria yang sudah pingsan itu.

Tak terlihat apapun, hanya Jung Woo yang terbelalak melihat pemandangan di depannya.


Dan yang terjadi berikutnya adalah Bibi Choi digiring ke kantor polisi dengan wartawan yang mengerubutinya. Sementara Jung Woo berada di tangga darurat kantor polisi, nampak terluka saat membaca surat Bora pada ibunya.

Bu, ibu menyuruhku untuk cepat pulang sekolah sebelum gelap, tapi aku tak mendengarkan perintahmu. Maafkan aku.

Ibu selalu marah melihat lututku lecet, tapi badanku semuanya lebam dan membiru. Maafkan aku.

Bu, walau pergelangan tangan ibu sedang terluka, ibu menyetrika seragamku hingga licin. Maafkan aku karena membuatnya kotor semua.

Ini seperti kecelakaan mobil. Aku akan segera pulih. Aku juga ingin berpikir seperti itu. Tapi aku tak sanggup. Maafkan aku.

Apakah kau baik-baik saja? Orang-orang itu yang bertanya seperti itu padaku mulai tak bertanya lagi. Tapi aku tetap mengalami mimpi buruk. Ibu juga tak bisa tidur nyenyak karena aku selalu berteriak dan menangis, kan, Bu? Maafkan aku.

Orang-orang itu akan keluar dari penjara setelah 5 tahun.

Soo Yeon berbaring sambil melihat televisi yang menayangkan berita penangkapan Bibi Choi. Bibi Choi yang menutup wajahnya dengan masker namun ia kemudian membuka maskernya dan berkata,

“Putriku sudah meninggal. Para penjahat itu tak hanya memperkosa anakku, tapi juga membunuhnya. Putriku sudah meninggal.”

Ibu.. selamat tinggal..

Ibu Soo Yeon mengemasi barang-barang di kamar Jung Woo. O..oh.. apakah ibu ingin mengusir Jung Woo? Tapi ia nampak sedih sekali saat melakukan hal itu dan ia menangis saat memandangi foto wisuda Jung Woo.

Soo Yeon masih berbaring di tempat tidur saat ia menerima SMS dari Jung Woo. Ia langsung duduk dan membaca pesan Jung Woo,

Pelakunya sudah ditangkap. Tapi mengapa hatiku sangat sakit sekali? Yang ingin kukatakan sekarang adalah terimakasih karena kau tetap hidup. Terima kasih karena memungkinkan untukku untuk menunggumu.

Hyung Joon masuk ke kamar Soo Yeon dan Soo Yeon buru-buru menghapus air matanya. Melihat Hyung Joon menyadari kalau ia masih belum berganti baju. Soo Yeon beralasan kalau kemarin ia ketiduran.

Hyung Joon tak mengomentari hal itu, hanya berkata kalau ia akan pergi untuk menemui Craig (pengacaranya). Ia menghampiri Soo Yeon dan mengusap rambutnya, “Aku tak tahu bagaimana aku harus menghadapimu. Aku tak mungkin marah padamu terus-terusan, kan?”

Tak menatap mata Hyung Joon, Soo Yeon berkata tak masalah kalau Hyung Joon ingin marah padanya. Tapi Hyung Joon berkata kalau ia tak akan menghabiskan waktunya yang berharga ini untuk membicarakan Han Jung Woo.

“Kalau boleh jujur, sebenarnya aku cemburu. Ahh.. benar-benar memalukan,” ia mendesah dan duduk di samping Soo Yeon. Ia meminta Soo Yeon untuk tak mengingat saat-saat ia marah kemarin karena ia tak bisa kehilangan Soo Yeon.

Soo Yeon mendapat telepon dan sesaat kemudian Mi Ran masuk ke dalam rumahnya. Mi Ran langsung ber-oohh ahh.. mengagumi rumah Harry yang trendy.

Whoaa.. Mi Ran ini tak merasa, ya kalau ia tak diharapkan di rumah ini? Ia datang ke rumah Harry karena ia adalah fans-nya Zoe dan ia membawakan makanan Korea seperti kimhi.

Mulanya Hyung Joon khawatir dan bertanya apakah Soo Yeon akan baik-baik saja di rumah sendirian menghadapi Mi Ran, tapi Soo Yeon menenangkan dan malah bertanya menggoda, “Apa kau bertanya kalau kau khawatir?”

Hehe.. khawatir kalau Soo Yeon akan mengunyah Mi Ran hidup-hidup karena kasus pencurian desain, kali.

Mereka duduk berdua dan Mi Ran mengatakan kalau Soo Yeon tentu sudah melihat kehidupannya kemarin dan mengakui kalau ia paling suka uang. Kata-kata itu membuat Soo Yeon geli karena kata-kata Mi Ran mirip sekali dengan ibunya.

Kedatangan Mi Ran ke sini salah satunya untuk menceritakan tentang Han Jung Woo. Ia memberitahu Soo Yeon kalau Jung Woo adalah anak tirinya yang kabur dari rumah dan menasihati Soo Yeon agar tak terlalu dekat dengan Jung Woo.

“Bahkan saat ia remaja, ia tergila-gila dengan seorang gadis..,” Mi Ran menghentikan ceritanya, takut ceritanya melebar kemana-mana. “Pokoknya suamiku telah memutuskan hubungan dengannya sejak 14 tahun yang lalu. Tolong rahasiakan ini dari Harry.”

Soo Yeon tentu saja kaget mendengar hal ini. Ia tiba-tiba berdiri dan berkata kalau ia baru saja ingat kalau ia memiliki janji bertemu dengan orang lain dan berjanji akan mengunjungi Mi Ran di butiknya nanti.

Hyung Joon bertemu dengan pengacaranya, Craig, dan senang saat mengetahui kalau Zoe sudah diperbolehkan untuk meninggalkan Korea. Ia juga menerima amplop dari Craig yang bertanya apa yang akan Harry lakukan dengan uang 20 milyar won itu?

Harry menjawab kalau ada sesuatu yang menjengkelkan telah terjadi, “Cara paling efisien untuk mengatasi hal itu adalah dengan uang, kan?”

Hmm.. apa itu berarti Hyung Joon juga sedang menjebak Sekdir Nam?

Ah Reum memergoki Sekdir Nam yang keluar dari ruang kerja ayahnya dan curiga pada kelakukan Sekdir Nam yang mengatakan kalau ia sedang disuruh oleh Presdir Han untuk mengambil dokumen. Tapi Ah Reum melihat kalau tangan Sekdir Nam kosong, tak membawa satu dokumen pun.

Ia buru-buru menelepon ayahnya, melaporkan kejanggalan itu. Dan Tae Joon pun langsung menyuruh sekretarisnya untuk segera kembali ke rumah.

Dan ternyata betul, Tae Joon mendapati kalau flash disk yang ia masukkan ke dalam laci sudah menghilang. Ia sangat marah menyuruh Sekretaris Park untuk menangkap Sekdir Nam.

Sekdir Nam menemui Hyung Joon dan untuk barter flash disc dengan uang bayarannya. Hyung Joon memberikan sebuah amplop yang sepertinya amplop itu berisi rekening dengan uang 20 milyar won yang sebelumnya diberikan Craig padanya. Sekdir Nam berkata kalau ia tak akan melepaskan Hyung Joon jika Hyung Joon menipunya.

Hyung Joon berkata kalau ia suka mempermainkan orang, tapi ia tak pernah bermain-main dengan uang. Sekdir Nam memberikan flash disc itu dan bertanya apakah Soo Yeon tahu kalau kejadian yang menimpanya adalah karena ibu Hyung Joon? Pertanyaan yang separuh mengancam itu membuat Hyung Joon kesal.

Tak menjawab pertanyaan Sekdir Nam, Hyung Joon malah menyarankan Sekdir Nam untuk segera melarikan diri sebelum ketahuan oleh Tae Joon. Sebelum pergi ia mengancam Sekdir Nam untuk tak pernah mengungkit masalah Soo Yeon lagi.

Sekdir Nam heran sekaligus khawatir dengan ancaman Hyung Joon. Ia kemudian mengirim SMS yang terjadwal pada Jung Woo, Saat kau menerima SMS ini, aku sudah tak berada di Korea lagi.

Bibi Choi berada di ruang pemeriksaan, dengan tangan diborgol dan menatap foto mayat Kang Sang Deuk. Ia seperti tak mendengar atasan Jung Woo yang menanyakan alasan pembunuhan Sang Deuk. Ia malah mengamati foto Sang Deuk dan berkata,

“Walau badannya terbakar dan hatinya membeku, tapi orang langsung mati ketika nafasnya terputus.” Ia pun juga mengagumi warna kain yang menutupi wajah Sang Deuk.

Atasan Jung Woo bingung dengan jawaban bibi Choi dan memintanya untuk menjawab dengan sungguh-sungguh. Tapi Bibi Choi ingin bicara dengan menantunya saja.

Jung Woo menunggu kedatangan ibu Soo Yeon di luar kantor polisi dan kaget melihat ibu membawa kotak besar dan menyuruhnya untuk masuk. Melihat sikap ibu yang dingin, Jung Woo mengira ibu marah karena Jung Woo membuatnya khawatir kemarin.

Mencoba meluluhkan hati ibu, Jung Woo bertanya makan malam apa yang dibawa ibu kali ini? Tapi ibu tak menjawab, membuat Jung Woo berpura-pura jatuh agar ibu berhenti dan melihatnya. Tapi ibu menoleh pun tidak dan tetap melangkah masuk, membuat Jung Woo berteriak memanggil, “Cintaku!” dan mengejar ibu.

Dari kejauhan di dalam mobilnya, Soo Yeon terpana melihat kedekatan Jung Woo dengan ibunya, dan sepertinya mulai menyadari kalau apa yang ia kira (kalau Jung Woo dan ibunya mengabaikan dirinya) tidaklah benar.

Jung Woo menceritakan kejadian kemarin dengan berlebihan, mengharapkan reaksi dari ibu. Tapi ibu hanya diam dan menyuruh Jung Woo meletakkan kotak itu di sini. Ia telah memasukkan sebagian barang-barang Jung Woo dan akan mengirimkan sisanya ke rumah Jung Woo.

Tentu saja Jung Woo kaget mendengar ibu yang mengusirnya. Ibu mengatakan jika ia melihat Jung Woo, hatinya selalu gemetar dan ia tak dapat hidup seperti itu,

“Saat itu walau kau berusia 15 tahun, kau sudah gila karena tanpa rasa takut kau kabur dari rumah hanya untuk mencari Soo Yeon. Dan aku juga sudah gila karena menerimamu. Apa gunanya bicara panjang lebar? Kang Sang Deuk sudah mati dan pembunuhnya sudah tertangkap. Kau sudah melakukan semua yang harus kau lakukan. Sekarang pergilah.”

“Aku tak mau. Kalau kau ingin melakukannya, seharusnya kau melakukan itu sejak dulu. Sekarang sudah terlambat. Aku..,” wajahnya nampak kalau ia ingin mengatakan sesuatu mengenai Soo Yeon, tapi ia alih-alih mengatakan itu, ia memeluk ibu dan berkata dengan riang,

“Aku tak dapat meninggalkan Cintaku ini. Kau pasti sangat khawatir, kan kemarin? Aku janji, tak akan membuat cintaku khawatir lagi.”

Ibu mendesah dan berkata, “Jung Woo-ya.. lepaskanlah aku.”

Tertegun, Jung Woo melepaskan pelukannya pada ibu dan Ibu berkata dengan mata tertutup, seperti tak tega melihat wajah Jung Woo, “Aku tak ingin menemuimu lagi. Jika aku melihatmu, aku akan teringat banyak hal. Aku ingin melupakan semuanya. Jadi pergilah.”

Kali ini Jung Woo berkata dengan serius, “Aku tetap tak mau. Aku tak akan pergi. Aku akan menunggu Soo Yeon hingga ia kembali.”

Ibu menangis melihat kekeraskepalaan Jung Woo yang mengatakan kalau ia memang sudah gila. Tapi ia juga seorang detektif. Tugas detektif adalah menunggu. Ia juga seorang pria. Kata orang pria harus tahu bagaimana caranya menunggu.

Jung Woo berkata jika ia mau melupakan Soo Yeon, ia pasti sudah melakukannya dari dulu. Jika ibu membencinya karena terus teringat pada kejadian itu, maka ibu boleh membencinya. Tapi kenangan menyakitkan itu adalah miliknya. Ia yang bertanggung jawab pada kejadian itu, “Jadi jangan minta aku untuk pergi lagi.”

“Ia tak ingin menjadi Lee Soo Yeon,” jerit ibu histeris, membuat Jung Woo terpana. Begitupun Soo Yeon yang langsung menutup mulutnya, mencegah agar isak tangisnya tak keluar.

Ibu menangis memohon pada Jung Woo, berkata kalau Soo Yeon tak ingat akan kejadian itu bahkan kata orang, Soo Yeon juga tak tahu siapa ibu kandungnya, “Gadis itu tak ingin kembali menjadi Lee Soo Yeon. Aku memang pantas mati, Jung Woo. Bunuh saja aku. Tapi lepaskanlah dia. Aku juga menyayangimu. Kau hidup ataupun mati, aku tetap menyayangimu.”

Soo Yeon mendekap mulutnya, menangis. Ibu mengatakan hal ini untuk kepentingannya. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya, seperti ingin berkata kalau kata-kata ibu itu tidak benar.

Sedangkan Jung Woo masih tertegun mendengar kata-kata ibu, dan ia terjatuh lemas mendengarnya.

Hyung Joon pulang ke rumah dan mencari Soo Yeon. Menyadari Soo Yeon tak ada, ia berkata sendiri, “Pasti ke kedai minum lagi. Bukankah sudah kubilang untuk pergi bersama-sama?”

Diantar oleh atasan Jung Woo, Ibu Soo Yeon menemui bibi Choi.

Duduklah mereka berdua, ibu yang memiliki putri yang sama-sama telah diperkosa. Bibi Choi hanya diam dan memandang ibu, dan ibu tak tahu bagaimana berbicara pada orang yang telah membunuh orang yang telah memperkosa putrinya.

Tapi ia tak dapat menyembunyikan kesedihannya saat melihat pergelangan tangan bibi Choi yang berdarah. Pergelangan tangan yang selalu diperban.

Akhirnya bibi Choi yang bersuara dengan perlahan, “Tidakkah ini aneh? Walaupun aku seperti ini (diborgol dan ditahan) aku merasa damai.”

“Ibu Bora, tak seharusnya aku melakukan hal ini. Tak seharusnya aku mengatakan ini, tapi..” ibu Soo Yeon menatap bibi Choi dan menangis, “Terima kasih… Aku sangat berterima kasih kau melakukan itu untukku. Aku menyesal karena sepertinya kau yang akan mendapat hukumun demi diriku. Maafkan aku..”

Dua orang yang tak saling mengenal dipertemukan di penjara atas sebuah perbuatan jahat yang sama telah dilakukan oleh keduanya. Satu dalam mimpi, dan satunya mewujudkan mimpi itu menjadi kenyataan.

Bibi Choi menggenggam tangan ibu Soo Yeon yang masih menangis dan berkata kalau tak seharusnya bibi Choi melakukan itu.

Dan hal itu membuat bibi Choi yang sejak tertangkap tak menunjukkan sedikit perasaanpun, akhirnya menangis ketika tangannya digenggam oleh seseorang yang benar-benar mengerti perasaannya.

Soo Yeon memperhatikan Jung Woo membuka kotak yang diberikan ibu padanya dan mengambil payung kuning miliknya. Ada papan namanya di kotak itu, yang berarti Jung Woo masih menyimpan semua benda miliknya.

Tiba-tiba alarm handphone Soo Yeon berbunyi, begitu pula dengan alarm Jung Woo. Soo Yeon langsung mematikan alarmnya.

Namun ia masih mendengar suara alarm Jung Woo, yang berarti Jung Woo belum mematikannya. Dan Ia mendengar Jung Woo berkata, “Lee Soo Yeon.. Apakah kau benar-benar sangat benci menjadi Lee Soo Yeon?”

Soo Yeon mundur, panik karena menyadari kalau Jung Woo tahu akan kehadirannya. Ia pun segera meninggalkan tempat itu.

Tapi Jung Woo mengejarnya dan berteriak mengulang pertanyaan itu lagi, “Apakah kau benar-benar sangat membenci Lee Soo Yeon?”

Soo Yeon berhenti, namun kemudian ia melanjutkan langkahnya lagi, membuat Jung Woo mengejarnya lagi. Kali ini ia berhenti di hadapan Soo Yeon dan menghentikan langkahnya, “Lee Soo Yeon.. Apakah kau memang membencinya? Haruskah aku berhenti menunggunya?”

Soo Yeon tak menjawab, hingga Jung Woo bertanya lagi, “Benarkah aku harus berhenti menunggunya?”

Dan Jung Woo pun memeluk Soo Yeon, mengulang pertanyaan itu lagi. Soo Yeon mencoba melepaskan diri, namun Jung Woo tetap memeluk, mencegah Soo Yeon untuk menatap wajahnya, “Jangan melihatku. Jika kau melihatku, pasti akan menyakitkan buatmu.”

Soo Yeon hanya bisa menangis dan Jung Woo mempererat pelukannya, “Soo Yeon ah..”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar