Jumat, 26 April 2013
Sinopsis I Miss You Episode 6
Terdengar kata-kata yang sering ia dengar dari Soo Yeon yang meramal kedatangan Jung Woo dengan berkata, “Ia datang.. ia tak datang.. ia datang.. ia tak datang..”
Dan gadis yang menunduk itu mengucap mantra yang sama, dengan permintaan yang berbeda, “Hujan akan berhenti .. hujan tak akan berhenti.. hujan akan berhenti.. hujan tak akan berhenti..”
Jung Woo melihat gadis itu berlari pergi, dan ia berteriak memintanya untuk jangan pergi. Tapi gadis itu tak mendengar. Panik, takut kehilangan Soo Yeon sekali lagi, ia mencoba melompat (tapi pagar terlalu tinggi), mencoba memanjat (tetap terlalu tinggi dan tak ada pijakan) atau menerobos lewat bawah (tapi dasar pagar juga terlalu rendah). Tapi gerbang tinggi itu tetap tak terlewati.
Sementara gadis itu semakin jauh meninggalkan Jung Woo. Jung Woo semakin panik, dan akhirnya ia menemukan tombol untuk membuka gerbang, dan ia langsung lari meninggalkan mobilnya.
Sebentar lagi Jung Woo akan menemukan Soo Yeon-nya. Ia tak mempedulikan derasnya hujan turun, karena sebentar lagi Soo Yeonnya akan kembali. Jung Woo berhasil mengejar gadis itu dan meraih tangannya, memanggil namanya.
Betapa terkejutnya saat Jung Woo melihat gadis itu menoleh padanya. Gadis itu bukan Soo Yeon, Wajahnya tidak mirip dengan Soo Yeon. Tapi ia tetap terpana melihat gadis itu.
Soo Yeon terkejut saat tangannya ditarik oleh pria itu. Apa yang ingin dilakukan pria itu? Dan ada seorang pria menghampiri mereka dan memanggil pria itu dengan nama Jung Woo.
Mendengar nama itu, Soo Yeon menatap pria itu yang sekarang hampir meneteskan air mata. Tapi pria itu akhirnya melepaskan tangannya, setelah temannya mengajaknya untuk kembali.
Soo Yeon melihat pria itu berbalik dan langsung berjalan tanpa menoleh ke arahnya lagi. Ia hampir tak mendengar saat teman pria itu meminta maaf padanya. Dan ia hanya menduga-duga. Benarkah?
Soo Yeon selesai mandi dan melihat Hyung Joon tak senang melihat dirinya. Ia segera minta maaf karena ia datang ke Seoul tanpa memberitahu terlebih dahulu. Hyung Joon meminta Soo Yeon berjanji untuk tak pernah melakukan tindakan seperti ini lagi.
Soo Yeon mengangguk mengiyakan, walau Hyung Joon tahu kalau sebenarnya Soo Yeon tak sungguh-sungguh minta maaf. Soo Yeon langsung tersenyum dan malah menyalahkan Hyung Joon yang tak menyalakan handphonenya.
Hyung Joon ingin mendebat Soo Yeon, tapi Soo Yeon berkelit dengan mengatakan kalau ia sudah lapar dan mengajakn Hyung Joon makan.
Di meja makan, Soo Yeon mengatakan kalau ia hampir ditangkap oleh polisi di depan gerbang. Hampir saja polisi itu memborgolnya, dan setengah bercanda Soo Yeon menduga “Mungkin aku terlalu cantik, sehingga dia hanya menatapku dan melepasku pergi.”
Mendengar hal itu, Hyung Joon terlihat muram. Namun ia menyetujui ajakan Soo Yeon yang berencana untuk di rumah saja seharian. Ia menepuk bahu Soo Yeon, dan Soo Yeon pun memegang tangan Hyung Joon.
Sementara Jung Woo berada di shower dengan pakaian lengkap. Ia tak berniat untuk mandi, hanya ingin menutup dirinya dari dunia luar. Ia mengeluarkan foto Soo Yeon.
Satu persatu foto itu ia lihat dan tak mempedulikan panggilan seniornya. Ia bahkan tak ingin mendengar suara lain, selain suara Soo Yeon yang memenuhi kepalanya, memanggil-manggil namanya.
Seniornya tahu kalau Jung Woo ingin sendiri, maka ia mengusir rekannya yang lain yang ingin mandi, menyuruhnya untuk mandi di tempat lain.
Ibu pergi ke butik mahal dan mengatakan kalau ia ingin membelikan jaket untuk putranya yang bekerja sebagai detektif. Gadis penjaga toko dengan ramah mengatakan kalau barang-barang di sini sedikit mahal. Tapi ibu tak peduli. Ia baru mendapat gaji pertama dari restoran dan dengan uang itu, ia bisa membeli dua jaket sekaligus.
Maka penjaga toko itu menarik satu jaket yang keren dan ibu langsung menyukainya. Walau sangat terkejut melihat harganya, tapi ibu memutuskan akan mengambil jaket itu.
Tapi ia tak mau jaket itu dibungkus dengan tas butik, ia malah memasukkan jaket itu kedalam kantong plastik hitam. Melihat keheranan penjaga toko itu, ibu berkata kalau putranya selalu marah-marah kalau ia menghabiskan uang banyak untuk belanja.
Ibu menunggu di depan halaman kantor polisi, dan Jung Woo berlari sambil menggigil kedinginan. Saat yang tepat karena ibu membawakannya jaket yang katanya baru saja dibelinya dari pasar.
Jung Woo sangat senang walau mulanya tak suka kalau ibu menghabiskan uang begitu banyak untuknya. Ibu juga senang melihat jaket itu pas dipakai Jung woo dan menyuruhnya untuk terus memakainya dan tak boleh hanya disimpan di lemari.
Masih terbawa dengan perasaannya sebelumnya, Jung Woo menatap ibu Soo Yeon sedih dan bertanya, “Bagaimana Ibu tahu kalau aku ingin bertemu dengan Ibu?”
Naluri ibunya langsung muncul dan ibu bertanya, apakah ada sesuatu yang terjadi pada Jung Woo?
Tapi Jung Woo langsung kembali menjadi Jung Woo yang suka bercanda dan mengatakan kalau ia kangen pada ibu. Ibu kesal dan menyuruhnya untuk mencari pacar dan membawakannya menantu perempuan. Ia pun segera pergi.
Saat kembali ke dalam kantor, ia mendapat telepon dari Hyung Joon yang ingin tahu tentang perkembangan penyelidikan kematian bibinya. Entah kenapa, sangat menyedihkan melihat Hyung Joon malah menceritakan perasaan kehilangannya pada Jung Woo.
Jung Woo hanya bisa mendengarkan curhatnya Hyung Joon dan menyarankan untuk bercerita pada teman dan jangan disimpan sendiri.
Hyung Joon juga meminta agar Jung Woo meneleponnya terlebih dahulu jika ingin ke rumah, karena ia mungkin akan sering pergi.
Sudah menjelang subuh, tapi Soo Yeon belum bisa tidur. Ia malah melafalkan perkalian empat seperti yang pernah Jung Woo ajarkan padanya, tapi ia tetap tak bisa memejamkan mata.
Hyung Joon masuk dan Soo Yeon menyuruhnya duduk di sampingnya. Hyung Joon tersenyum, apakah ia harus duduk? Atau boleh berbaring?
Maka Hyung Joon berbaring di samping Soo Yeon. Soo Yeon melihat bekas luka di dekat telinga Hyung Joon dan menyentuhnya. Waktu mereka kecil dulu, saat Hyung Joon tak ada di sisinya, ia selalu panik dan berpikir kalau ia akan mencari Hyung Joon dengan menggunakan bekas luka itu sebagai petunjuk.
Hyung Joon tersenyum lembut dan mengatakan kalau ia tak akan pernah meninggalkan Soo Yeon. Jikapun mau, ia tak akan bisa karena kondisi kakinya yang pincang. Ia juga meminta Soo Yeon untuk tak meninggalkannya, karena ia tak bisa mengejarnya.
Soo Yeon meminta agar ia bisa tinggal di sini sampai urusan Hyung Joon selesai. Hyung Joon mendesah karena ia tak akan niat bekerja kalau ada Soo Yeon di sisinya. Tapi Soo Yeon berjanji kalau ia tak akan mengganggunya.
Hyung joon tersenyum dan memperbolehkan. Namun ia heran pada Soo Yeon kenapa ia tak pernah menanyakan sedikitpun tentang Hye Mi? Soo Yeon berkata kalau ia kan ahli menghapus semua kenangan buruk. Ia membuka tangannya seperti biasa.
Soo Yeon pun memejamkan lebih dulu, dan setelah Hyung Joon menggengam tangannya, Hyung Joon pun tertidur.
Namun Soo Yeon ternyata belum tidur. Ia membuka tangannya beberapa kali, seakan menyihir Hyung Joon agar ia tak mengingat kenangan buruknya lagi. Setelah itu, ia baru tertidur pulas.
Di kantor, Hyung Joon masih melihat rekaman CCTV. Ia melihat kalau lampu kamar Hyung Joon menyala padahal mereka tahu kalau pintu kamar itu terkunci. Ia memberitahukan ini pada seniornya, tapi seniornya ternyata sudah tertidur.
Jung Woo membiarkan seniornya tidur. Dan ada seorang bibi (Dayang Choi!) masuk. Rupanya ia adalah tukang bersih-bersih kantor itu.
Jung Woo sepertinya sangat hormat dan menghargai akan wanita-wanita seumuran ibunya. Ia bertanya tentang keluarganya, bahkan memperbaiki perban tangannya yang keseleo.
Saat berbicara dengan bibi itu, mata Jung Woo tak sengaja menangkap rekaman yang dari tadi ia amati. Ada seraut wajah yang ia kenal akrab sewaktu remaja dulu. Anak buah ayahnya.
Dan ia mendatangi kantor ayahnya, melihat betapa ayahnya sudah mempunyai calon penerus yang seusia dengannya. Ia juga melihat anak buah ayahnya dulu, sekarang bukan menjadi orang kepercayaannya lagi. Dan ternyata anak buah itu dipanggil Sekretaris Yoon.
Jung Woo menemui Sekretaris Yoon dan menanyakan apakah ia mengenal Michelle Kim. Ia juga memberitahu kalau wanita itu ditemukan tewas karena tenggelam kemarin.
Sekretaris Yoon kaget mendengarnya. Saat Jung Woo bertanya kapan terakhir kali Sekretaris Yoon melihatnya, Sekretaris Yoon mengaku kalau ia belum pernah bertemu dengan Michelle Kim. Mi Ran ingin memperluas bisnis fashionnya, maka ia meneleponnya beberapa kali untuk membicarakan masalah investasi.
Jung Woo mengeluarkan foto Michelle Kim, dan sepertinya Sekretaris Hyun berkata jujur, karena ia sangat terkejut melihat foto wanita berkelas, tapi wajahya tak dapat disangkal kalau wanita itu adalah perawat Hye Mi.
Tapi ia tak memberitahukan hal ini pada Jung Woo. Melihat wajah Jung Woo, ia menuduh Jung Woo telah meragukan kesaksiannya. Tapi Jung Woo mengatakan kalau memang sudah tugasnya untuk meragukan semuanya. Ia memberitahu kalau CCTV menangkap gambar wajahnya.
Sekretaris Hyun mengatakan kalau yang ia lakukan hanyalah mengikuti perintah Mi Ran. Jung Woo boleh mengcross check dengan Mi Ran kalau Jung Woo tak percaya. Sambil lalu ia bertanya, bagaimana Michelle Kim dimakamkan jika ia sebatang kara.
Jung Woo mengatakan kalau wanita itu masih memiliki keponakan, dan keponakan itu yang memakamkannya.
Berpisah dengan Jung Woo, Sekretaris Kim langsung pergi ke mobil dan mengambil sebuah dokumen. Sepertinya dokumen peminjaman uang sebesar 3 milyar won. Dan ia melihat salah satu yang menandatangani adalah Harry Robinson.
Ia pun menghubung-hubungkan, jika Michelle Kim adalah Hye Mi, berarti Harry Robinson, “.. Kang Hyung Joon?”
Jung Woo menanyai saksi berikutnya, yaitu ibu tirinya, Mi Ran. Sama dengan Sekretaris Hyun, Mi Ran juga kaget mendengar kematian Michelle Kim. Ia juga marah mengetahui Jung Woo menuduhnya telah membunuh Michelle Kim. Ia belum pernah bertemu dengan Michelle Kim, direktur yang mengatakan kalau ia akan membawa seorang investor, jadi ia hanya mendengar nama itu disebut.
Mi Ran kesal mendengar tuduhan Jung Woo. Ia menyuruh Jung Woo melihat daftar telepon yang telah ia lakukan kalau Jung Woo tak percaya. Tepat saat itu Ah Reum datang, dan ia menarik Ah Reum agar tak dekat-dekat dengan Jung Woo.
Ah Reum membuntuti Jung Woo yang diusir Mi Ran keluar. Ia mengeluh kalau ia disuruh untuk mendatangi matseon lagi hari ini. Ia tak suka disuruh ini dan itu, dan jika ia tak menurut, ancaman diusir seperti Jung Woo langsung keluar.
Jung Woo geli dan menerima kalau ia selalu disalahkan. Untuk menghibur adiknya, Jung Woo mengajaknya makan di luar.
Ah Reum menggoda, mengatakan kalau hatinya berdebar-debar dan bertanya-tanya apa mungkin mereka tak berhubungan darah. Jika mereka tak bersaudara, apakah Jung Woo akan mau berkencan dengannya?
Jung Woo berkata kalau Ah Reum bukan adiknya, berarti ia tak akan mau menemui Ah Reum, “Aku sudah memiliki wanita di sini,” Jung Woo menunjuk hatinya, “dan ini,” Jung Woo menunjuk otaknya.
Ihh… Ah Reum pun geli dengan kegombalan Jung Woo dan tahu siapa gadis yang dimaksud. Ia berkata kalau mungkin saja Soo Yeon tak akan menyukainya karena kakaknya itu sudah berubah.
Dan hal ini langsung membuat Jung Woo panik, “Apaku yang berubah? Apa benar? Seberapa banyak aku berubah? Apakah sebanyak hingga ia tak mengenaliku lagi?”
Ah Reum mengatakan banyak sekali. Tapi Jung Woo melihat Ah Reum hanya bercanda, dan kepanikannya itu langsung hilang.
Jung Woo mendapat telepon dari seniornya yang sudah datang ke rumah Harry, padahal dulu Harry sudah pernah meminta untuk menelepon dulu, karena ia tak ada dirumah. Tapi seniornya berkata ada bibi pembantu yang membukakannya.
Senior itu melihat sosok Soo Yeon, dan bertanya pada bibi pembantu tentang siapa dia. Bibi pembantu mengatakan kalau gadis itu tinggal bersama dengan pemilik rumah.
Soo Yeon yang mendengar kedatangan polisi, menelepon Hyung Joon dan bertanya, apa benar kalau Hye Mi kena serangan jantung saat berenang? Apa mungkin ada yang tak diceritakan Hyung Joon padanya? Mengapa ada polisi datang ke rumah?
Mendengar kata polisi, Hyung Joon langsung bertanya, “Apa kau bertemu dengannya?”
Soo Yeon bingung, siapa yang dimaksud oleh Hyung Joon. Hyung Joon tak menjawab, dan berkata kalau ia akan segera pulang ke rumah.
Mendengar kata Hyung Joon segera pulang ke rumah, Soo Yeon senang dan segera sibuk mempersiapkan makan siang untuknya. Bibi pembantu bertanya mengapa Soo Yeon tak memakai banyak bumbu saat memanggang ikan? Soo Yeon menjawab kalau Hyung Joon sangatlah pemilih dan sangat sensitif terhadap aroma. Ia sangat mengerti akan kebiasaan Hyung Joon.
Bel berbunyi, dan bibi pembantu membukanya. Ternyata Jung Woo datang. Soo Yeon yang masih membelakangi Jung Woo, merasa tak nyaman dengan banyaknya polisi yang datang ke rumahnya. Maka bibi pembantu meminta Jung Woo untuk segera pergi karena pemilik rumah sedang pergi. Jung Woo mengerti dan memanggil seniornya.
Dari lantai dua, terdengar suara seniornya, “Jung Woo-ya, Han Jung Woo. Aku ada di lantai dua.”
Soo Yeon terpaku mendengar panggilan itu.
Seniornya muncul dan berkata kalau ia menemukan botol anggur, sepertinya Michelle Kim meminumnya. Senior itu menyuruh Jung Woo naik ke atas.
Ketika Jung Woo tak ada di sana, ia baru berani membalikkan tubuhnya dan menyebutkan nama Jung Woo perlahan-lahan.
“Jung Woo.. Han Jung Woo..” ia mendongak, melihat ke lantai atas tempat senior Jung Woo memanggil.
Dan yang muncul di lantai dua adalah seniornya yang kaget melihat Soo Yeon menatapnya.
Soo Yeon pun tak kalah kaget, dan segera berbalik, mencoba menyembunyikan air matanya. Namun ternyata ia malah menghadapi Jung Woo yang ternyata belum naik ke lantai dua. Ia masih di bawah, di ruang depan.
Dan Jung Woo melihat air mata itu. Ia melihat air mata yang keluar dari gadis yang tak ia kenal tapi terasa terasa familiar saat gadis itu menyebut namanya, “Kau ini siapa?”
Soo Yeon terdiam, tak tahu bagaimana menjawabnya. Tapi Jung Woo malah semakin membentaknya, “SIAPA KAU INI?!”
Soo Yeon terperanjat mendengar teriakan itu. Seniornya mencoba mengingatkan Jung Woo, tapi Jung Woo tak mendengarkan. Melihat Soo Yeon berbalik pergi, ia menariknya, menahan tubuh Soo Yeon, “Katakan sekali lagi. Panggil namaku sekali lagi.”
Hanya Soo Yeon dan Jung Woo yang tahu arti permintaan itu. Tapi Soo Yeon tak mau dan pura-pura tak tahu apa yang Jung Woo bicarakan. Ia mencoba melepakan diri, tapi Jung Woo tetap mencengkeram bahu Soo Yeon.
Seniornya buru-buru turun dan menarik Jung Woo, tapi Jung Woo tak mau melepaskan gadis itu, “Katakan siapa kau ini!”
“Zoe.. “ panggil Hyung Joon, sekaligus memberi jawaban pada Jung Woo. Pandangannya tenang, namun dingin
Jung Woo tak bisa melepaskan pandangannya pada gadis yang dipanggil Zoe itu, tak mempedulikan Hyung Joon yang menatapnya tajam. Sementara Soo Yeon mencoba mengacuhkan tatapan yang menghujam punggungnya dengan menyibukkan diri memotong roti.
Senior Jung Woo memberitahu tujuan kedatangan mereka adalah karena ada bukti CCTV yang memperlihatkan kalau sempat ada lampu yang nyala dan kemudian mati, membuktikan kalau ada orang yang memasuki kamar Hyung Joon selama 30 menit.
Bukannya menjawab, Hyung Joon malah terus menatap tajam Jung Woo yang tak bisa melepaskan pandangan pada Soo Yeon. Senior itu menyenggol Jung Woo, malu melihat kelakuan yuniornya itu dan meminta maaf pada Hyung Joon.
Tanpa melepas pandangan dari Jung Woo, Hyung Joon menjelaskan kalau mungkin Tantenya masuk ke dalam kamar, karena Tantenya memiliki kunci cadangan. Jung Woo tak merespon jawaban Hyung Joon. Pandangannya masih tetap pada punggung Soo Yeon sampai Hyung Joon bertanya, “Tunanganku, apa dia membuat kesalahan?”
Soo Yeon berhenti mengiris roti, begitu pula Jung Woo yang akhirnya menoleh pada Hyung Joon seteleh mendengar kata tunangan. Walau begitu, Jung Woo meminta ijin untuk berbicara pada tunangan Hyung Joon sebentar.
Hyung Joon langsung menebak kalau yang akan ditanyakan Jung Woo bukan seputar investigasi, “Apa mungkin kau menyukai tunanganku?” Hyung Joon mendesah tak suka, “Ah.. ini tak boleh terjadi.”
Soo Yeon menghampiri Hyung Joon dan menyentuh bahunya, “Tak akan mungkin terjadi. Yang kusukai hanyalah Harry.” Tanpa memandang kedua tamunya, ia meminta Hyung Joon untuk segera makan, karena makanan yang telah ia siapkan sudah hampir dingin. Ia pun berbalik pergi ke meja makan.
Tak mempedulikan usiran halus itu, Jung Woo meminta Soo Yeon berhenti dan tak pergi terlebih dahulu.
Soo Yeon menoleh pada Jung Woo dan menjawab dingin, “Apa lagi kali ini?” Tapi tangannya kembali menyentuh bahu Hyung Joon.
Sentuhan Soo Yeon itu tak luput dari pandangan Jung Woo. meminta maaf atas tindakannya yang tak sopan sebelumnya. Oleh karena itu, ia akan menunjukkan sesuatu yang menarik pada mereka.
Jung Woo mencopot salah satu kancing jaketnya dan melemparnya ke dalam gelas yang berisi air, hingga muncul lingkaran-lingkaran air.
“Akan hujan.. tak akan hujan.. akan hujan.. tak akan hujan,” kata Jung Woo, tapi Soo Yeon hanya diam terpaku. Namun Hyung Joon merasakannya kalau Soo Yeon mencengkeram bahunya seakan mencari perlindungan.
“Sepertinya hari ini tak hujan,” Jung Woo memberikan hasil ramalannya. “Temanku yang mengajarkannya hanya padaku. Kemarin..’”
“Kau sudah selesai, kan?” sela Soo Yeon tak mau menatap Jung Woo dan berbalik pergi setelah mengucap selamat tinggal.
“Dari mana kau tahu itu?” sergah Jung Woo. “Hujan.. tidak hujan.. darimana kau mempelajarinya?”
Soo Yeon sudah hampir menangis. Ia mengepalkan tangannya, mencoba membendung air matanya. Ia tak berani berbalik, karena sekarang pasti akan ketahuan.
“Pasti ada di TV,” sela Hyung Joon. “Si peramal itu.. Apakah Nostradamus? Kok aku jadi bingung, ya?”
Soo Yeon pun menjawab pendek, kalau ia pun juga bingung. Dan Soo Yeon pun langsung pergi.
Jung Woo berniat mengejarnya, tapi Hyung Joon segera berdiri untuk menghalanginya dan meminta diberitahu kalau hasil otopsi sudah keluar. Ia ingin tahu penyebab kematian tantenya.
Dan itu sudah final. Ia mengusir Jung Woo secara halus, memintanya untuk meneleponnya jika hasil otopsinya keluar.
Saat makan malam, seniornya mendiskusikan kasus Michelle Kim ini dengan atasannya. Ia mengambil kesimpulan kalau kasus Hye Mi itu adalah kasus bunuh diri karena Hye Mi kesepian.
Jung Woo yang tak menyentuh makanannya, dan minum soju terus hingga mabuk, namun bisa bertanya pada seniornya apakah seniornya itu mau bunuh diri hanya dengan mengenakan baju renang?
Bukannya membicarakan mengenai pembunuhan Hye Mi, Jung Woo malah meracau, menirukan semua kata-kata Detektif Kim padanya. Ia bahkan menyalahkan atasannya seperti Detektif Kim menyalahkan atasannya karena tak percaya padanya kalau Soo Yeon masih hidup. Tapi karena mabuk, yang ditirukan pun berbeda, “Anjing guk-guk, kucing guk-guk. Semuanya itu suara anjing.”
Senior dan atasannya sepertinya mengenal betul latar belakang Jung Woo, karena mereka tak marah dan membiarkan Jung Woo meracau gila seperti ini. Tapi Jung Woo sudah benar-benar mabuk, bahkan ia sampai jatuh saat menerima telepon. Tak sadar ia bergumam, “Apakah kalian tahu apa cita-citaku?”
“Menjadi orang dewasa yang bertindak benar,” jawab senior dan atasannya serempak. Mereka sudah mendengarnya selama 14 tahun ini.
Betapa pengertiannya mereka melihat Jung Woo yang mabuk dan meminta untuk ronde kedua, yaitu karaoke. Mereka membawa Jung Woo keluar restoran, dan berbalik lagi ke dalam restoran, mengatakan kalau mereka sudah sampai di karaoke.
Seniornya memberikan mikrophone yang sebenarnya adalah sendok bekas makan Jung Woo dan menyuruh Jung Woo menyanyi.
Mulailah Jung Woo menyanyi, dan mulailah seniornya meminta maaf pada para pengunjung restoran dan berkata kalau ini tak akan lama. Setelah Jung Woo selesai menyanyi sumbang, seniornya menirukan suara mesin karaoke dan mengatakan kalau skornya adalah seratus dan pasti ia penyanyi. Mendengar pujian itu, Jung Woo tersenyum pun dan jatuh tertidur.
Senior itu meminta maaf pada atasannya karena Jung Woo butuh pelampiasan sekali-kali untuk perasaan yang dipendam selama 14 tahun ini. Atasannya tahu itu, dan menyuruh senior itu menjaga Jung Woo baik-baik karena besok Kang Heok Deung, si penjahat itu akan bebas. Ia menyuruh senior Jung Woo itu untuk memanggil taksi untuk membawa Jung Woo pulang.
Jung Woo memang naik taksi, tapi ia tak pulang ke rumah. Ia malah pergi ke gudang tempat ia disekap dulu. Gudang itu sudah bersih dan kosong. Tapi ia tetap duduk di sana semalaman.
Seperti yang diduga atasannya, pagi-pagi Jung Woo sudah ada di depan penjara, menunggu kemunculan Kang Heok Deung. Mendadak seniornya muncul mengatakan kalau ada sesuatu yang terjadi. Ia latas mengambil kunci dan mematikan mesin mobil Jung Woo. Juga memborgolnya, membuat Jung Woo kaget.
Saat yang tepat sekali, karena bersamaan dengan itu Heok Deung muncul dari pintu penjara. Jung Woo berteriak menyuruh seniornya melepaskannya karena ia harus tahu dimana Soo Yeon berada.
Ia sudah hampir gila karena merasa melihat wanita yang wajahnya mirip Soo Yeon. Ia juga sudah gila karena merasa mendengar suara wanita yang persis dengan Soo Yeon, “Dimana aku harus menemukan Soo Yeon?”
Seniornya meminta Jung Woo untuk melepaskan Soo Yeon karena sudah 14 tahun berlalu.
Hyung Joon dan Soo Yeon sedang berkeliling mencari restoran yang menurut Hyung Joon sangat enak, tapi mereka tak menemukannya. Mereka malah menabrak sesorang, hingga terjatuh.
Hyung Joon dan Soo Yeon kaget melihat orang itu terjatuh, dan Hyung Joon buru-buru keluar dan menghampiri orang yang ia tabrak. Ternyata orang itu adalah Kang Sang Deuk.
Well, well, well .. dunia ternyata hanya selebar daun kelor.
Hyung Joon menawari Sang Deuk untuk pergi ke rumah sakit dan Hyung Joon menelepon seseorang. Hyung Joon memberitahu kalau ia akan membawa korban ke rumah sakit terdekat dan meminta orang itu untuk datang ke lokasi kejadian dan membuat estimasi perhitungan akan kecelakaan itu.
Karena sibuk telepon, Hyung Joon tak menyadari kalau Sang Deok mengamati Soo Yeon yang membuka jendela dan melongokkan kepala, penasaran pada apa yang terjadi. Sang Deok menghampiri Soo Yeon dengan gaya khasnya, mengusap hidung.
Soo Yeon melihat tangan yang jarinya hilang itu mengusap hidung, persis seperti yang dulu pernah ia lihat 14 tahun lalu. Ketakutan, kecemasan dan kepanikan yang dulu pernah ia rasakan, kembali lagi. Ia langsung menunduk menyembunyikan wajahnya gemetar, tak sempat terpikir untuk menutup jendelanya.
Sang Deuk penasaran melihat Soo Yeon menunduk, mengiranya sedang mabuk. Ia memanggil-manggil Soo Yeon, membuat Soo Yeon semakin ketakutan.
Hyung Joon akhirnya menyadari Sang Deuk yang mendekati mobilnya. Ia buru-buru menghampiri Sang Deuk dan menarik Sang Deuk untuk menjauhi Soo Yeon walau sebelumnya Sang Deuk masih sempat mencopet handphone Soo Yeon yang ada di pintu mobil.
Sang Deuk mengira Soo Yeon mabuk dan daripada membawanya ke rumah sakit, ia menyuruh Hyung Joon untuk membawa pacarnya ke rumah sakit. Hyung Joon tak mempedulikan ocehan Sang Deuk dan memberikan kartu namanya. Ia meminta Sang Deuk untuk tak macam-macam di kemudian hari.
Setelah Sang Deuk pergi, Hyung Joon mencoba menenangkan Soo Yeon. Tapi Soo Yeon masih ketakutan, apalagi Sang Deuk pergi dengan bersiul seperti terakhir dulu mereka bertemu. Ia menangis panik, bahkan meloncat ketakutan saat disentuh oleh Hyung Joon.
Kembali ke rumah, Soo Yeon mengunci di kamar mandi membuat Hyung Joon khawatir. Tapi Soo Yeon tak mau membuka pintu kamar mandi. Di bawah pancuran air, ia menangis histeris teringat kejadian malam yang traumatis itu. Ia menangis jejeritan, ternyata masih belum bisa melupakan semuanya.
Bahkan jeritannya semakin histeris saat Hyung Joon yang bisa masuk dan menyelimutinya dengan handuk, “Hentikan! Aku benci! Aku benci!!”
Tapi Hyung Joon tetap memeluknya, menenangkannya. Dan pelukan itu membuat jeritan Soo Yeon memelan, dan makin lama makin hilang, hanya isak tangis lirih yang keluar dari mulut Soo Yeon.
Jung Woo masih terduduk lesu ditemani dengan seniornya. Tangannya sudah tak diborgol lagi, tapi ia tak tahu harus berapa lama lagi ia harus menunggu, “Bisakah aku menemukannya? Saat aku sedang mengejar penjahat, apa mungkin aku melewati Soo Yeon?” tanya Jung Woo menerawang, bertanya-tanya apakah saat ia sedang mengejar penjahat, mungkin tak sengaja ia melewati Soo Yeon, tapi Soo Yeon sudah tak mengenalinya. “Jadi apa yang harus kulakukan?”
Seniornya tahu kata-kata Jung Woo bukan untuknya. Sudah hafal akan kelakukan Jung Woo, seniornya memilih untuk tidur.
Ada telepon masuk, dan terdengar suara siulan yang sangat ia kenal. Siulan yang menghantuinya selama 14 tahun ini, yang sekarang berganti dengan sapaan, “Apa kau sekarang sudah punya pacar baru? Ada seorang gadis di rumahmu, ya.”
Tahu apa yang dimaksud, ia segera keluar mobilnya karena seniornya tak mau menyerahkan keluar dan mencegat taksi. Ia menelepon Eun Joo dulu, menyuruhnya untuk tetap tinggal di rumah dan jangan memberitahukan apapun pada ibu.
Sesampainya di rumah, penjahat itu sudah menunggunya. Sang Deuk muncul dari samping dan memukulkan kayu ke Jung Woo hingga ia terjatuh. Sambil memukulinya, Sang Deuk mengatakan kalau ia akan membalas semua yang dilakukan Jung Woo padanya, “Katanya kau kelinci gila? Aku adalah anjing gila!”
Tapi Jung Woo berhasil menahan pukulan Sang Deuk dan malah membantingnya ala Sumo. Ia berbalik memukuli Sang Deuk hingga babak belur hingga Sang Deuk berkata, “Lee Soo Yeon belum mati. Kau tak akan menemukannya jika kau membunuhku. Aku tahu dimana dia sekarang.”
Jung Woo terpaku mendengarnya, dan Sang Deuk mengambil kesempatan untuk ganti memukuli Jung Woo. Sang Deuk memukuli Jung Woo hingga terjatuh.
Ia menjambak rambut Jung Woo, memaksanya untuk tetap menunduk, “Kalau kau ingin tahu keberadaan Soo Yeon, kau harus berlutut dan minta maaf dulu.”
Tapi Jung Woo tetap bertanya dimana Soo Yeon, membuat Sang Deuk marah dan menendang Jung Woo. Sama seperti dulu. Ia memukul Jung Woo, sama seperti dulu.
Dan tak ayal, semua ingatan itu kembali. Ingatan saat Jung Woo yang saat itu terikat dan tak berdaya menghadapi tendangan penjahat itu. Dan itu membuatnya diam, tak melawan saat dipukuli kiri kanan, atas bawah oleh orang itu, malah Jung Woo tertawa sinis.
Ekspresi Jung Woo yang tak terduga, membuat Sang Deuk heran dan menghentikan pukulannya. Eun Joo keluar dan mencoba melawan Sang Deuk. Ia mendorong Sang Deuk bahkan menanduk dengan kepalanya, memisahkan penjahat itu dari Jung Woo.
Tapi Sang Deuk sepertinya malas berurusan dengan orang lain dan menganggap mereka berdua gila, makanya ia memilih pergi setelah sebelumnya mengatakan kalau ia akan menemui Jung Woo lagi.
Tapi Eun Joo masih ingin mengejarnya dan mencari-cari pistol di dalam jaket Jung Woo. Tapi Jung Woo menghentikannya dan mengulang pengakuan Sang Deuk yang tak membunuh Soo Yeon. Eun Joo tak percaya, tak masuk akal kalau mendengar Jung Woo masih mempercayai omongan penjahat itu.
Soo Yeon sudah tenang dan sekarang tertidur, ditemani oleh Hyung Joon. Hyung Joon mendapat telepon dan kaget mendengar suara peneleponnya. Dari Direktur Nam yang ingin bertemu dengannya.
Note : ternyata Pemuda yang mendampingi Tae Joon adalah Sekretaris Yoon. Dan anak buah yang dulu selalu membantu Tae Jun dan sebelumnya saya panggil Sekretaris Yoon, ternyata sudah naik pangkat menjadi Direktur. Di sini ia dipanggil Direktur Nam.
Senior Jung Woo kesal dan marah melihat Jung Woo tertidur dengan wajah babak belur. Mengapa Jung Woo mau dipukuli padahal biasanya Jung Woo selalu menjadi orang yang menyerang, tapi Jung Woo tetap diam. Eun Joo menyuruh senior itu untuk keluar.
Ibu sedari tadi menunggui Jung Woo juga meminta senior itu untuk meninggalkan ruangan, mengikutinya. Senior itu membesarkan hati ibu dan berjanji akan menangkap penjahat itu.
Tapi itu malah membuat ibu marah, “Kenapa harus kau? Jika ada orang yang ingin membunuh orang itu, harusnya aku! Kenapa harus kalian? Tolong hentikanJung Woo. Aku.. aku tak merindukan Soo Yeon. Aku bahkan tak senang kalau ia datang.”
Ibu menangis saat berkata, “Manusia harus tetap melanjutkan hidupnya, jadi.. suruh ia berhenti sekarang juga!”
Dari air mata yang mengalir turun, terlihat kalau Jung Woo tak tidur, ia mendengar semuanya.
Seo Yeon bangun saat malam sudah tiba. Telepon rumahnya berdering. Betapa terkejutnya mendengar suara penjahat itu lagi memanggil namanya, “Zoe..”. Penjahat itu, masih belum menyadari siapa Soo Yeon sebenarnya, menyebutkan siapa dirinya, orang yang ditabrak pacarnya tadi.
Gelas yang dipegang Soo Yeon terlepas dan kecemasan itu muncul lagi. Dengan gemetar, ia mendengar perintah orang itu yang menyuruh Zoe untuk datang ke tempatnya. Baru sekarang ia merasa sakit dan butuh ke rumah sakit. Tapi Soo Yeon tak bisa mengatakan apapun, dadanya sesak dan nafasnya tersengal-sengal gemetar mendengar suara itu. Ingatan akan kejadian itu muncul kembali.
Namun saat penjahat itu mengatakan kalau ia akan memperkarakan pacar Zoe ke pengadilan, Soo Yeon menyuruh penjahat itu untuk menunggunya.
Direktur Nam bertemu dengan Hyung Joon, tak lain untuk memeras Hyung Joon. Ia belum memberitahukan pada bosnya, Tae Joon, kalau ia telah menemukan Hyung Joon. Ia telah meminjam uang pada Michelle Kim aka Perawat Hye Mi. Ia sadar kalau ia telah ditipu oleh Hye Mi saat kalah taruhan. Ia bisa menduga kalau Hye Mi berusaha menjebaknya untuk balas dendam pada Tae Joon.
Hyung Joon menertawakan dugaan itu. Hye Mi tak memiliki keinginan sejauh itu. Direktur Nam tak peduli apa maksud Hye Mi.
Hyung Joon menyelanya untuk menyebut jumlah uang yang diinginkan Direktur Nam. Tapi Direktur Nam tak ingin buru-buru. Ia juga tahu kalau Lee Soo Yeon bersama Hyung Joon sekarang. Dan ia memberitahu kalau polisi masih mencari Soo Yeon.
Ia merobek surat perjanjiannya dengan Hye Mi. Ia tak akan memberitahukan Tae Joon tentang keberadaan Hyung Joon asal memberinya imbalan, “Seberapa berharganya Lee Soo Yeon untukmu? Biar kau memutuskan sendiri.“
Hyung joon pun balik bertanya, “Seberapa banyak yang kau dapatkan untuk membunuh ibuku?”
Sang Deuk duduk di sofa sambil memandangi foto Soo Yeon yang menjadi wallpaoper handphonenya. Terdengarn bunyi bel, dan Sang Deuk tersenyum dan berkata, “Itu dia.”
Tapi yang datang adalah paket tanpa ada nama pengirimnya. Penasaran ia membuka kotak itu. Ternyata kotak itu masih ditutup oleh kertas koran bekas.
Ia tak memperhatikan koran itu, yang sebenarnya adalah koran 14 tahun yang lalu yang memberitakan kematian Soo Yeon.
Belum sempat Sang Deuk membuka kotak styrofoam di bawahnya, terdengar suara bel lagi, kali ini bel itu berbunyi berkali-kali, menandakan tamunya tak sabar. Sang Deuk mengintip, dan ternyata ada orang berambut panjang, dan itu membuat Sang Deuk senang. Sepertinya itu orang yang ia tunggu.
Namun begitu ia membuka pintu, ia langsung pingsan karena tamu yang memakai sarung tangan hitam itu menggunakan alat peredam kejut untuk melumpuhkannya.
Jung Woo duduk di ayunan di taman tempat ia dan Soo Yeon sering bertemu dulu, memutar ayunan seperti Soo Yeon dulu. Ia mengayunkan ayunannya makin lama makin tinggi, teringat panggilan Soo Yeon padanya, “Jung Woo-ya.. Han Jung Woo..”
Dan ia melompat dari ayunan itu dan berlari kencang.
Senior Jung Woo menggedor-gedor pintu apartemen Sang Deuk, membuat tetangga sebelahnya terganggu.
Sementara di dalam apartemen, Sang Deuk terikat di bathtub dengan mulut tertutup lakban, gemetar ketakutan menatap tamu misterius di hadapannya. Sayup-sayup terdengar suara senior Jung Woo yang minta maaf dan memperkenalkan diri sebagai polisi.
Dan yang berikutnya terjadi adalah hidung Sang Deuk ditutupi oleh handuk, hingga makin lama Sang Deuk mulai sesak nafas.
Soo Yeon pulang dengan mobilnya, gemetar luar biasa. Ia menghentikan mobilnya di depan gerbang dan mencopot sarung tangan hitamnya. Ia kemudian membuka gerbang dengan remote. Tapi ia urung menjalankan mobilnya karena tiba-tiba muncul seseorang menghalanginya.
Detektif Han Jung Woo.
Polisi mengetuk jendela mobil Hyung Joon yang berhenti di pinggir jalan. Saat melihat di dalam ada tablet yang menunjukkan grafik, dan kopi, polisi membiarkannya, karena berpikir kalau Hyung Joon sedang bekerja.
Setelah polisi pergi, Hyung Joon menutup window tabletnya, sehingga terlihat apa yang sebenarnya ia lihat. Ia sedang mengamati gambar CCTV yang terhubung ke tabletnya. Ia membesarkan gambar CCTV yang live itu, gambar yang menunjukkan kalau Soo Yeon keluar dari mobil dan menemui Jung Woo.
Saat ditanya apa maunya, Jung meminta satu hal, yaitu memanggil namanya sekali saja.
“Detektif Han,” kata Soo Yeon tak suka.
“Kau bukan dia, kan? Aku tahu kau bukan dia, tapi..” sesaat Jung Woo ragu untuk mengatakannya. Tapi ia meneruskan, “tapi .. kupikir kau adalah orang yang selama ini yang kucari.”
“Kau mau apa?” tanya Soo Yeon lagi, tak menggubris permintaan Jung Woo.
Tapi Jung Woo tahu kalau ia tampak seperti orang gila. Jadi sekarang ia ingin menghentikannya. “Hanya hari ini, aku datang menemuimu hanya untuk hari saja. Setelah itu aku akan berhenti. Benar-benar berhenti. Jadi tolong dengarkan permintaanku sekali saja dan aku akan pergi.”
Soo Yeon terdiam mendengar permintaan Jung Woo, walau air mata yang menggenang menandakan kalau hatinya tak diam. Apalagi saat Jung Woo menyebutkan namanya, “Namaku.. Han Jung Woo.”
Tanpa berkedip, Soo Yeon menyebutkan nama itu, “Han Jung Woo.”
Jung Woo tak dapat menahan air matanya, mendengar nama itu disebut. Ia berbalik memunggungi Soo Yeon, dan meminta, “Sekali lagi. Sekali lagi.”
“Han Jung Woo,”
Jung Woo menghela nafas dan menutup matanya, “Sekali lagi.”
“Han Jung Woo ..”
Walau matanya tertutup, tangan Jung Woo menutupkan wajahnya, semakin gemetar mendengar namanya dipanggil. Tapi ia tetap meminta, “Sekali lagi..”
Soo Yeon menatap belakang kepala Jung Woo, sesaat tak mengatakan apapun. Namun kemudian, “Jung Woo-yaa… Han Jung Woo,” panggil Soo Yeon, dengan nada sama seperti 14 tahun yang lalu. “Jung Woo-yaa.. Han Jung Woo. Jung Woo-yaa.. Han Jung Woo.”
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar