Jumat, 26 April 2013

Sinopsis I Miss You Episode 12



Soo Yeon membiarkan Jung Woo memeluknya dan ia pun menutup mata, merasakan Jung Woo semakin erat memeluknya.

Jung Woo menantikan jawaban dari Soo Yeon, tapi Soo Yeon tak mengucapkan sepatah katapun. Dan ia teringat ucapan ibu Soo Yeon beberapa saat yang lalu, “Ia tak ingin menjadi Soo Yeon. Ia tak ingin hidup sebagai Soo Yeon!”

Jung Woo menyadari mungkin sulit bagi Soo Yeon untuk mengakui semuanya, maka Jung Woo-lah yang melepaskan Soo Yeon, “Pergilah sekarang.” Mendengar kata-kata itu, Soo Yeon mencoba menatapnya. Tapi Jung Woo memintanya untuk tak menatap wajahnya, seakan tak ingin Soo Yeon melihatnya menangis.

Soo Yeon pun pergi walau ragu meninggalkan Jung Woo dan langkahnya terhenti karena Jung Woo berkata kalau ia tak menangis karena sedih, tapi karena angin yang mengenai matanya. Ia, yang berusaha keras untuk melupakan kejadian itu, tak menyangka kalau Jung Woo juga masih terluka dengan kejadian itu.

Seperti yang diajarkan Jung Woo padanya, ia pun berbalik dan menyihir Jung Woo untuk melupakan kejadian buruk itu.

Jung Woo menggenggam tangannya. Tangan yang dulu pernah terlepas dari genggaman Soo Yeon, dan sekarang pun juga melepaskannya. Ia tak berani menoleh pada Soo Yeon, walau mobil Soo Yeon sudah berlalu pergi.

Di mobil pun, Soo Yeon masih tetap menangis.

Jung Woo kembali ke ruang pemeriksaan, atasannya masih belum bisa mengorek keterangan dari Bibi Choi. Jung Woo meminta atasannya beristirahat, ia yang akan menanganinya.

Tanpa mempedulikan pertanyaan Bibi Choi yang menanyakan apakah ia sudah makan, Jung Woo langsung bertanya, “Mengapa kau membunuh Kang Sang Deuk?”

Di lift, Soo Yeon menenangkan diri dan membersihkan sisa air mata di wajahnya sebelum bertemu dengan Hyung Joon. Tapi Hyung Joon tak terlihat. Ia pun melihat ke kamar tidur, dan melihat kalau Hyung Joon meringkuk di dalam selimut. Ia kaget melihat Hyung Joon demam, apalagi saat diperiksa, suhunya sampai 40 derajat.

Ia mengajak Hyung Joon ke rumah sakit, tapi Hyung Joon berkata sudah ada dokter yang kemari dan ia juga sudah minum obat. Hyung Joon sekarang merasa sangat sakit dan ingin melupakan banyak hal maka ia meminta, “Aku ingin tidur nyenyak. Bisakah kau menyihir dengan tangan ajaibmu? Sssaaahh..”

Soo Yeon terpaku, teringat pada orang yang mengajarkannya, “Itu.. bukan milikku. Aku pulang setelah menemuinya. Maafkan aku, Harry.”

Hyung Joon menggenggam tangan Soo Yeon dan menangis, “Zoe.. kupikir kau tak akan kembali. Aku sangat takut.”

Soo Yeon mengatai Hyung Joon bodoh, “Aku harus kemana lagi kalau tak kembali ke sini? Tapi Hyung Joon memeluk Soo Yeon dan semakin menangis di pangkuan Soo Yeon. Soo Yeon memintanya agar jangan menangis, “Nanti demammu akan bertambah tinggi. Kakimu tak boleh terkena infeksi lagi. Aku akan segera mengambilkan kompres es.”

Tapi Hyung Joon memeluk Soo Yeon lebih erat lagi, dan memintanya untuk tak pergi, “Kau tak boleh kemana-mana..”

Jung Woo kaget mendengar Bibi Choi sudah membunuh tiga orang, “Termasuk Kang Sang Deuk.. kau sudah membunuh tiga orang?”

“Siapa yang membunuh siapa?” kata Bibi Choi tanpa ekspresi, “Aku hanya membersihkan sampah. Kau kan tahu seberapa bersihnya kalau aku membersihkan? Jika saja aku tak tertangkap, aku akan membunuh lebih banyak lagi. Pria-pria seperti itu harus dipenjara selamanya. Apa masalahnya? Lebih baik kalau pria itu mati.”

Kata-kata Soo Yeon saat di ruang pemeriksaan terngiang kembali di telinga Jung Woo, ‘Apa masalahnya? Baguslah kalau dia mati. Kenapa kau ribut untuk menemukan pelakunya? Bukankah lebih baik kalau ia mati?’

Bibi Choi berkata kalau ia mendengar kalau pembunuh Bora sudah kembali ke Seoul. Ia bertanya pada Jung Woo, kenapa Jung Woo harus menyelamatkan bajingan seperti itu? Ia juga tahu kalau pembunuh Bora yang lain akan keluar penjara sebulan lagi, “Karena aku telah membunuh Sang Deuk untukmu, bunuhlah mereka untuk menggantikanku. Menantuku, kau akan membalas dendam untukku, kan?”

Jung Woo tak mau karena menurutnya balas dendam bukan seperti itu, “Jika kau membunuh mereka, apakah mereka menyadari kesalahan mereka? Aku akan membuat menyesal dan membuat mereka berlutut di hadapanmu, memohon meminta maaf padamu. Karena itulah aku menyelamatkan pria itu.”

Hmm.. berarti pria itu belum mati, ya..

Jung Woo sebenarnya berniat untuk membiarkan Sang Deuk hidup untuk membuat Sang Deuk menyesal juga, tapi Bibi Choi telah menghancurkan rencananya, “Ia mati tanpa penyesalan.”

Bibi Choi bertanya apakah Jung Woo membencinya? Jung Woo mengiyakan karena Kang Sang Deuk tahu siapa yang menyuruh untuk menculiknya waktu ia kecil. Sang Deuk juga tahu siapa yang bertanggung jawab atas pernyataan kalau Soo Yeon telah meninggal, “Bajingan itu telah mati karena kau membunuhnya. Alasan mengapa aku menahan diri selama 14 tahun ini langsung punah dalam sekejap.”

Bagi Jung Woo, Bibi Choi sekarang adalah penjahat. Ia akan bersimpati akan kematian Bora setelah pemeriksaan usai, dan ia minta Bibi Choi menjawab bagaimana Bibi Choi membunuh Sang Deuk, “Dari awal hingga akhir, ceritakan semuanya. Bagaimana kau bisa masuk ke dalam rumahnya?”

Maka Bibi Choi pun menceritakan kalau ia masuk setelah Sang Deuk membukakan pintu untuknya. Dengan alat penyengatnya, ia membuat Sang Deuk pingsan dan ia mengunci pintu apartemen dari dalam. Ia kemudian memakai sepatu Sang Deuk untuk masuk ke dalam rumah.

Jung Woo bertanya apakah Bibi Choi melakukan semuanya sendiri? Bagaimana ia kuat menyeret tubuh Sang Deuk ke kamar mandi? Bibi Choi mengatakan kalau ia kuat menyeret dengan memikirkan putrinya, Bora.

Jung Woo bertanya lagi tentang nasi yang masak di apartemen itu. Apakah Bibi Choi yang membuatnya? Bibi Choi menjawab kalau ia tak pernah makan nasi hangat setelah kematian putrinya. Dan ia makan nasi hangat setelah ia membunuh para bajingan itu.

Saat itu, Bibi Choi kemudian memasukkan dry ice ke dalam mulut Sang Deuk dan melakban mulutnya dan berkata, “Bajingan sepertimu tak pantas memohon untuk selamat. Nama anakku adalah Choi Bora dan aku adalah ibunya. Pergilah ke neraka. Aku nanti akan mengikutimu. Dan di sana aku akan membunuhmu lagi.”

Jung Woo menyodorkan foto Sang Deuk yang tewas dan berkata kalau dry ice sudah cukup untuk membunuh Sang Deuk, tapi mengapa Bibi Choi menutupi muka Sang Deuk dengan handuk basah?

Bibi Choi membuka mata, teringat kejadian selanjutnya. Saat ia sedang mengemasi kotak dry ice, ia mendengar suara langkah kaki di luar pintu dan mendengar suara pintu dibuka.

Ia buru-buru bersembunyi di dalam lemari. Ia terkejut dan cemas saat melihat lampu dinyalakan.

Kejadian terakhir itu tak terucap dari mulutnya, tak ia ceritakan, membuat Jung Woo bertanya lagi karena Bibi Choi hanya terdiam.

Bibi Choi teringat suara detak sepatu orang yang datang itu seperti suara hak tinggi Soo Yeon saat Soo Yeon mengikutinya ke dalam kantor polisi. Bukannya menceritakan hal ini, ia malah bertanya pada Jung Woo, “Gadis itu.. kau menyukainya, kan? Gadis yang mulanya ditahan karena pembunuhan Kang Sang Deuk.”

Tapi Jung Woo meminta Bibi Choi untuk tak membelokkan topik pembicaraan mereka. Maka Bibi Choi menjawab kalau ia melakukan itu untuk mempercepat kematian Sang Deuk.

Jung Woo kembali menuliskan handuk basah di buku catatannya dan ingin bertanya lagi. Tapi Bibi Choi mengaku ia telah mengantuk karena tak tidur sejak kemarin dan meminta waktu untuk tidur dan makan.

Hmm.. apakah Bibi Choi ingin melindungi orang yang ia duga sebagai pembunuh? Eihh.. disebut apa kalau orang itu membunuh orang yang akan mati? Pembunuh mayat?

Tak mempedulikan permintaan Bibi Choi, Jung Woo bertanya, mengapa Bibi Choi mengambil handphone itu dari tempat kejadian? Bibi Choi bingung ditanyai itu, tapi ia buru-buru menjawab kalau ia membereskan semua barang yang ada di tempat kejadian, dan mungkin handphone itu juga ikut terbuang. Ia kemudian menggerutu, “Tak disangka interogasi lebih berat daripada membunuh.”

Bibi Choi berkata kalau ia sudah menjawab semua pertanyaan Jung Woo, dan ia menyesali kalau ia telah membunuh. Ia tak akan melakukannya lagi . Oleh karena itu, “Sekarang beri aku makanan.”

Jung Woo hanya menatap Bibi Choi yang menggerutu, dan tatapannya seperti meragukan kesaksian Bibi Choi.

Soo Yeon menemani Hyung Joon hingga keesokan harinya. Hyung Joon bangun terlebih dulu dan menyentuh pipi Soo Yeon yang tertidur di sisi tempat tidurnya. Ia menatap Soo Yeon dan berkata, “Soo Yeon ah, walau kau ada di sisiku, aku takut kalau kau kembali ragu. Jangan pernah ragu lagi.”

Sementara itu teman online Hyung Joon menulis, “Harry, Harry. Apakah kau di sana? Apakah kau sudah mendapatkan laporan keuangan rahasia itu? Haruskah kita mulai sekarang?”

Dan yang terjadi selanjutnya adalah kekacauan di bank milik Tae Joon karena banyak nasabah dan wartawan yang datang, bertanya apakah pihak bank akan merampok uang mereka?

Di rumah Tae Joon, pengacara dan Sekretaris Park keluar masuk ruangan Tae Joon membuat Mi Ran cemas. Ia mendengar kalau Sekdir Nam telah menghilang. Tapi Ah Reum (aihh.. dari kemarin-kemarin Ah Reum pakai wig, ya? Lebih cantikan sekarang dengan rambut panjang) mengatakan kalau ibunya cemas saat mereka akan bangkrut, tapi tak pernah cemas saat dulu putranya (Jung Woo) akan mati.

Mi Ran mengancam Ah Reum untuk tak memberitahu tentang dana rahasia yang ia peroleh pada Jung Woo yang polisi, tapi Ah Reum malah bertanya sinis ada ibunya, “Apakah ibu sekarang takut karena merasa bersalah?”

Untuk menanggulangi kekacauan itu, Tae Joon menyuruh pengacaranya untuk menghapus rekening dan meredam para wartawan. Sekretaris Park menduga kalau Sekdir Nam-lah yang membocorkan informasi itu untuk mengambil waktu untuk melarikan diri. Diketahui kalau Sekdir Nam telah mengungsikan keluarganya 3 hari yang lalu, dan sudha mempersiapkan pelariannya ini sejak dulu.

Tae Joon segera menyuruh sekretarisnya untuk mengirim orang ke New Zealand. Dan betapa kaget dan geramnya Tae Joon saat Sekretaris Park juga memberitahu kalau uang 20 milyar won yang sedianya untuk mereka investasikan di proyek Harry Borrison juga lenyap. Sekretaris Park menduga kalau Sekdir Nam berada di balik hilangnya uang itu yang tersimpan di lima rekening yang mereka miliki.

Sementara itu Detektif Joon datang ke kantor dengan senyum lebar dan perasaannya sangat bahagia. Sebabnya? Karena ayahnya melihatnya di TV, sedang memimpin penangkapan bibi Choi, “Seluruh keluarga bahkan keluarga jauhpun sangat senang sekali.”

Atasannya tak tersenyum mendengar kebahagiaan Detektif Joon. Ia berkata kalau kepala polisi mendapat hukuman dan Jung Woo juga tak mendapat kenaikan gaji di tahun depan karena ia tak menjaga komputernya dengan baik, “Jadi jangan berlebihan. Tetaplah tenang.”

Detektif Joon memegang dadanya, seperti sakit mendengar kata-kata atasannya. Tersinggung? Tidak. Ia mengkhawatirkan Jung Woo. Ia melihat kotak di meja Jung Woo, dan bertanya-tanya apa yang sedang terjadi.

Ibu sedang mengemasi barang-barang Jung Woo saat Eun Joo datang memberitahu kalau Detektif Joon ingin bicara dengan ibu. Dan Eun Joo kaget melihat kamar Jung Woo sudah hampir kosong dan bertanya, akan kemana lagi Jung Woo harus pergi kalau ia pergi dari rumah ini?

Ibu berkata kalau Jung Woo memiliki rumah dan orang tua yang pasti merindukannnya. Setelah pelaku itu tertangkap, maka ia harus mengembalikan Jung Woo pada mereka.

Eun Joo pun bertanya, bagaimana dengan dirinya? “Jung Woo belum boleh pergi. Jung Woo ada di rumah ini juga untuk menggantikan ayah. Ia juga berjanji akan menemukan pelaku pembunuhan ayah. Aku tak memperbolehkan ia pergi.”

Ibu memohon pada Eun Joo, kalau ia yang akan menggantikan Jung Woo, “Aku akan melakukan yang terbaik sebagai pengganti ayahmu. Lepaskanlah Jung Woo. Jangan biarkan ia menunggu Soo Yeon yang tak pernah kembali. Ini demi kebaikan Jung Woo. Demi Jung Woo.”

Detektif Joon melongok ke ruang pemeriksaan dan ternyata Jung Woo masih duduk di tempat yang kemarin, masih memeriksa Bibi Choi. Perlahan, ia pun menutup pintu.

Bibi Choi meminta Jung Woo untuk menyampaikan permintaan maafnya pada ibu Soo Yeon, karena saat memesan dry ice, ia menggunakan namanya, “Juga, jagalah komputermu. Dan jangan terlalu mempercayai orang.”

Jung Woo terdiam, kemudian mengisyaratkan kalau interogasinya sudah selesai, ia berkata, “Sekarang bibi sudah boleh menangis,” wajah Jung Woo melembut dan berkata, “Aku tak dapat meringankan hukuman, karena itu sudah diluar wewenangku. Tapi, jika Bora sedikit lebih kuat, dan ia masih ada di sisimu, siapa tahu mungkin aku dapat menjadi menantumu?”

Bibi Choi menunduk, memintanya untuk tak berbicara seperti itu. Ia tahu kalau Jung Woo masih teringat pada Soo Yeon, “Bagaimana dengan Lee Soo Yeon?”
“Aku tahu. Apakah kita harus melakukannya bersama-sama? Bibi akan melepaskan Bora, dan aku..,” Jung Woo terdiam sejenak,”Dan aku akan melepaskan Soo Yeon.”

Jung Woo menengadahkan wajahnya, mencegah air matanya turun, pura-pura bercanda kalau yang malah menangis padahal tadi ia menyuruh Bibi Choi untuk menangis, “Dan ini adalah rahasia kita berdua. Sebagai detektif yang tak mengetahui kejadian Bora lebih awal, maafkanlah aku.”

Bibi Choi menangis mendengar permintaan maaf Jung Woo, “Kalau saja aku mengenal orang sepertimu, apakah semua ini akan terjadi? Sepertinya tidak.”

Jung Woo menunduk, menyembunyikan tangisnya. Bibi Choi memintanya untuk tank menangis untuknya. Jung Woo juga meminta agar Bibi Choi melupakan sekarang, “Demi Bora juga demi Bibi. Kumohon lupakanlah semua.”

Bibi Choi menggenggam tangan Jung Woo dan bertanya apakah Jung Woo tahu mengapa ia membiarkan Jung Woo hidup? “Walau Lee Soo Yeon memiliki masa lalu yang memilukan, kau masih tetap menunggu dan mencintainya. Dan aku merasa bersyukur karenanya,” ia menepuk-nepuk tangan Jung Woo, “Tetaplah seperti itu dan jangan pernah berubah.”

Jung Woo minum soju dengan Detektif Joon. Tapi yang biasanya Jung Woo mabuk duluan, walau ia sudah minum 3 gelas soju, tapi ia belum mabuk malah Detektif Joon yang lebih dulu mabuk, dan Jung Woo memutuskan, “Besok aku akan minum 4 gelas, dan lusa 5 gelas. Kemampuanku akan semakin baik jika aku mencoba untuk terus minum, kan?”

Ia menatap Detektif Joon dan berkata, “Semuanya akan menjadi lebih baik jika kita terus mencoba.” Detektif Joon yang mabuk mengiyakan, dan terus mengiyakan saat Jung Woo berkata, “Melupakan juga, akan lebih bagus kalau aku terus mencoba, kan? Tak sekalipun aku pernah memikirkan ‘aku harus melupakannya.’ “

Soo Yeon memegang sepatu ibu yang tersimpan di dalam lemari dan tersenyum melihatnya. Namun saat melihat tempat ia dulu menggantungkan jaket Jung Woo, ia teringat pada Jung Woo. Namun ia kembali menggeleng-gelengkan kepalanya, menolak pikiran yang muncul dalam benaknya.

Jung Woo berkata kalau Soo Yeon memintanya untuk tak menunggunya. Walau Jung Woo tak mendengarnya, tapi ia merasa kalau Soo Yeon mengatakan hal itu saat ia memeluknya, “Aku paling menyukai Lee Soo Yeon. Tapi Soo Yeon membenci Lee Soo Yeon. Apa yang harus kulakukan?”

Dan ia bermain ‘hujan.. tak hujan.. hujan.. tak hujan..’ dengan tangan menyentuh gelas berisi soju, sambil berkata ‘Datang.. tak datang.. datang.. tak datang..’ Dan voila.. handphonenya berbunyi. Kaget sekaligus berharap ia mengambil handphonenya.

Tapi ternyata yang menelepon adalah Harry Borrison. Ha.. close enough..

Harry menelepon untuk meminta Jung Woo datang ke rumah. Jung Woo berkata kalau ia sedang minum dan di luar tugas dan menjanjikan untuk datang di lain hari. Tapi Hyung Joon tetap meminta Jung Woo datang karena kondisinya tak memungkinkan untuk pergi. Ia ingin membicarakan tentang laporan otopsi tantenya.

Maka Jung Woo pun datang ke rumah, mengagetkan Soo Yeon. Dan Soo Yeon lebih kaget lagi karena Jung Woo bersikap biasa dan cenderung mengacuhkannya.

Ia tak dapat menahan komentarnya setelah Jung Woo melewatinya, “Apakah kau baru saja minum? Bukankah kau tak kuat minum?” tanya Soo Yeon khawatir.

“Aku juga berpikir seperti itu, tapi ternyata setelah minum aku baik-baik saja,” kata Jung Woo dan ia meneruskan, “Apa yang tak dapat kulakukan? Aku pasti bisa jika aku terus mencoba. Bagimana kalau lain kali kita minum bersama saat aku sudah kuat minum?”

Soo Yeon memandangi Jung Woo dari belakang, menyadari apa yang sedang dibicarakan Jung Woo bukanlah tentang minum tapi tentang melepaskannya.

Jung Woo duduk di samping Hyung Joon dan bertanya tentang masalah otopsi Michelle Kim. Tapi Hyung Joon malah berkata kalau ia sebenarnya juga ingat kalau ada 280 langkah dari rumah Soo Yeon ke lampu jalan itu. Jung Woo heran mendengar Hyung Joon memiliki ingatan yang sama.

Hyung Joon mengulurkan tangan, meminta Jung Woo untuk membantunya berdiri. Hyung Joon mengajaknya minum lagi, tapi Jung Woo menolaknya karena ia sudah cukup minum untuk hari ini. Laptop Hyung Joon tiba-tiba berbunyi dan Hyung Joon meminta Jung Woo untuk mengambilkan laptopnya.

Dan Hyung Joon sepertinya senang membaca apa yang tertulis di laptop itu, membuat Jung Woo bertanya, “Sepertinya ada sesuatu yang baik yang terjadi.” Hyung Joon hanya diam tapi tampak senang.

Di mobil, Sekretaris Park berkata kalau mungkin akan terjadi masalah akan investasi mereka untuk Shiosa. Dan Tae Joon berkata geram kalau Sekdir Nam benar-benar memilih waktu yang tepat sebelum penandangatanan kontrak dengan Shiosa.

Jung Woo sedang memindahkan es saat Soo Yeon datang dengan berdandan rapih untuk pergi. Soo Yeon mengatakan kalau ia yang akan melakukannya. Tapi Jung Woo menolaknya . Tanpa menatap wajah Soo Yeon ia hanya minta tisu karena ia tak menemukannya.

Soo Yeon pun mengitari meja dan menunduk, mengambilkan tissue yang ada di lemari depan Jung Woo. Saat itulah Jung Woo menatap Soo Yeon yang tertunduk, walau hanya beberapa saat.

Ia kembali mengalihkan matanya saat Soo Yeon berdiri dan berjalan ke arahnya, dan mengangsurkan tisu itu padanya.

Namun saat ia menerima tisu itu, tak sengaja ia melihat tas yang dibawa Soo Yeon. Ada sepatu ibu di dalamnya. Ia menatap Soo Yeon yang memandanginya dan berkata, “Semoga kunjunganmu nanti menyenangkan.”

Soo Yeon menunduk melihat tas yang ia pegang dan menyadari kalau Jung Woo tahu kemana tujuannya pergi. Ia menatap Jung Woo yang pergi ke teras, menyadari betapa kalemnya Jung Woo sekarang saat menghadapinya dan iapun pergi. Namun sebelum masuk ke lift ia sempat melirik Jung Woo kembali.

Jung Woo tersenyum dan berkata kalau cintanya pasti akan bertemu dengan Soo Yeon. Dan ia memasang wajah tersenyum saat melihat Hyung Joon menatapnya dari teras, “Apa yang ingin kau tunjukkan padaku?”

Di teras, Hyung Joon bertanya bagaimana pendapat Jung Woo tentang Han Tae Joon. Ia tahu kalau Tae Joon adalah ayah Jung Woo dan ada dugaan kalau Bank Sangil (bank milik Tae Joon) ada hubungannya dengan kematian tantenya. Dugaan itu bukan dugaannya tapi dari Craig, pengacaranya.

Jung Woo mengakui kalau ia memang anak Tae Joon tapi ia tak memiliki hubungan dengan Bank Sangil. Maka Hyung Joon pun memberikan sebuah dokumen pada Jung Woo.

Jung Woo membaca dokumen yang menyatakan tentang pinjaman uang untuk Mi Ran dari Michelle Kim, dengan Harry Borrison sebagai penjaminnya. Tersenyum seakan menantangnya, Hyung Joon bertanya apakah susah bagi Jung Woo untuk menyelidiknya? “Kau mengenal nama-nama yang disebutkan, kan?”

Jung Woo membaca sekali lagi dan berkata kalau hanya satu nama yang mendapat perhatiannya, yaitu Harry Borrison, “Jika terjadi sesuatu padamu, akan terasa berat bagi Zoe.”

Soo Yeon mengunjungi restoran tempat ibu bekerja dan melihat ibu ditegur koki karena tak konsentrasi saat bekerja. Saat duduk, tak disangka Soo Yeon mengajak ibu untuk minum soju bersama, membuat ibu tersedak karena Soo Yeon mengajak minum di siang bolong seperti sekarang ini. Soo Yeon tersenyum dan berkata kalau ibu sekarang tampak seperti ibunya yang dulu.

Seperti ingin dipuji oleh ibunya, ia menunjukkan kuku tangannya yang telah dihias cantik. Tapi ibu pura-pura tak peduli dan berkata kalau ia sudah melarang Soo Yeon untuk datang, tapi mengapa Soo Yeon sekarang datang?

Soo Yeon bertanya apakah ibu tak merindukannya? Mereka sudah tak bertemu lama, maka ia ingin menemui ibu. Saat dulu ibu tak mencarinya, ia benci dan sakit hati. Karena itu ia ingin menjadi sukses dan muncul di depan ibu, “Pada saat itu aku ingin menemui ibu. Namun setiap aku membuat baju, aku selalu ingin saat aku mendesain baju, setiap saat aku ingin menemui ibu, yang pernah mengatakan kalau aku lebih cantik daripada Eun Joo. Aku merindukan ibu.”

Soo Yeon berkata kalau ia sekarang adalah desainer yang bahkan sering mengadakan fashion show tunggal. Namun ibu berkata kalau Soo Yeon seharusnya berpura-pura tak mengenalnya dan melanjutkan hidupnya. Ia tak pernah sekalipun bersikap seperti ibu yang baik,

“Apakah kau ingin membalasku? Dan kau kembali karena kau tak dapat melakukannya? Maka sekarang lakukanlah,” kata ibu sambil memberikan kepalanya pada Soo Yeon seperti minta dipukul, “Sumpahi aku atau jambak rambutku. Lakukan apa yang kau ingin lakukan.”

“Hatiku tak tenang, Bu,” tangis Soo Yeon. “Perasaanku lebih tenang saat aku membenci semuanya. Tapi sekarang air mataku tak bisa berhenti. Rasanya aku ingin mati, Bu.”

Ibu meraih tangan Soo Yeon berharap, “Apakah kau akan kembali? Apa kau mau pulang?”

Soo Yeon tak menjawab hanya berkata kalau ia akan tinggal di Korea sampai Harry selesai dengan pekerjaannya, “Dapakah aku terus menemui ibu? Mari kita rahasiakan pada yang lainnya. Dan hanya kita berdua yang saling bertemu, Bu.”

Ibu melepaskan genggamannya, “Aku tak mau.”

“Ibu..”

“Soo Yeon ah.. Mungkin kau akan merasa sedih mendengar ini. Tapi sekarang aku paling menyukai Jung Woo. Jika kau tak mau kembali, maka janganlah muncul di depan kami. Di depan Jung Woo dan aku. Kupikir akan lebih mudah jika kita tak saling bertemu.”

Ibu pun meninggalkan Soo Yeon yang masih menangis. Bahkan di mobil pun, ia masih teringat pada ibu. Ia melihat sepatu yang tak jadi ia berikan pada ibu dan berkata kalau ia seharusnya membelikan sepatu pada ibunya.

Handphonenya berbunyi, ternyata dari Hyung Joon. Hyung Joon saat itu duduk di ruang tengah, sedangkan Jung Woo masih di teras mendengar pertanyaan Hyung Joon yang menyadari kalau suara Soo Yeon seperti habis menangis.

Hyung Joon bertanya kapan Soo Yeon akan kembali karena ada sesuatu yang ingin ia katakan. Soo Yeon menjawab kalau masih ada urusan yang harus ia kerjakan.

Jung Woo pun pamit untuk pergi. Namun ia mendapat SMS dari Sekdir Nam. Dan kita tahu apa terusan SMS yang Sekdir Nam tulis dulu: Aku harus pergi walau tak tega membiarkanmu seperti sekarang. Aku minta maaf karena yang aku lakukan selama ini karena kesetiaanku pada Han Tae Joon yang memperlakukanku seperti anjing peliharaan. Janganlah mencari Soo Yeon lagi, karena pada akhirnya kau akan terluka lagi.

Hyung Joon sepertinya tertarik dengan apa yang dibaca Jung Woo. Saat Jung Woo akan pergi, Hyung Joon berkata kalau ia akan memberikan buku rekening Sangil dimana tantenya melakukan transaksi.

Di luar gerbang, Jung Woo menelepon seniornya untuk menyelidiki rekening Michelle Kim, karena sepertinya ada transaksi judi di dalamnya.

Detektif Joon yang sedang membeli kue terkejut mendengar informasi Jung Woo. Apalagi saat Jung Woo memberitahukan kalau sepertinya Michelle Kim meminjamkan uang dan meninggal tanpa mendapatkan uang itu kembali, sehingga mungkin kematian itu adalah sebuah pembunuhan.

Saat itu Jung Woo berpapasan dengan mobil ayahnya. Ayahnya tak menyapanya, hanya melihatnya sekilas.

Hyung Joon melihat interaksi itu dari CCTV di ruang rahasianya. Dan ia membuka pintu setelah Tae Joon menelepon memberitahukan kedatangannya. Ia tersenyum dan memencet tombol untuk membuka gerbang, berkata, “Han Tae Joon, selamat datang di Surga.”

Di ruang tamu, Hyung Joon, yang duduk dengan kompres di kakinya, menemui Tae Joon yang meminta sedikit waktu agar ia dapat mengumpulkan dana untuk investasi di Shiosa. Tapi menurut Hyung Joon hal itu tak mungkin, karena walau ia berhubungan baik dengan Shiosa, bisnis tetaplah bisnis.

Ia pun menyarankan untuk menalangi sementara uang 20 milyar won itu dan bertanya apakah Tae Joon bisa mengumpulkan uang tersebut dalam seminggu (untuk membayarnya kembali)? Tanpa senyum Tae Joon berterima kasih pada Hyung Joon.

Dan seperti menegaskan hubungan mereka sekarang. Hyung Joon meminta Tae Joon untuk mengambilkan tongkat yang sebenarnya bisa ia ambil sendiri. Tae Joon mengambilkan tongkat itu dan berkata kalau ia akan membayar kebaikan Hyung Joon.

Hyung joon pun menjawab kalau di masa yang akan datang, ia akan meminta bantuan pada Tae Joon. Dan ia tak ingin Tae Joon melupakan janji ini.

Jung Woo mendatangi butik Mi Ran dan diberitahu oleh pegawai butik kalau Mi Ran sedang menemui tamu penting. Jung Woo diminta untuk menunggu di salah satu ruangan di lantai 2.

Tamu penting itu ternyata adalah Zoe yang meminta Mi Ran untuk menurunkan desainnya. Tapi Mi Ran meminta waktu sebentar lagi karena di rumah sedang ada masalah besar, “Uang yang akan digunakan suamiku untuk berinvestasi di proyek Harry dibawa lari oleh orang kepercayaannya.”

Ia juga mengatakan kalau Harry pasti akan mengetahui hal ini. Dan ia menduga kalau Jung Woo akan mencari masalah dengan kejadian ini, karena sejak remaja, sejak ia diculik, Jung Woo masih melakukan hal-hal yang dibenci oleh ayahnya, walau Jung Woo sudah pergi dari rumah.

Jung Woo ternyata disuruh menunggu di ruang desain. Ia memandangi sebuah gaun putih untuk beberapa saat, dan kemudian memainkan kancing yang pernah ia lepaskan dari mantelnya.

Sementara itu Tae Joon mendapat paket yang dikirim oleh Kang Sang Chul, yang berisi sebuah pesan: Bahkan Tuhanpun tak akan mampu untuk menyelamatkanmu. Tunggu saja. Dan ternyata isinya adalah untaian manik-manik yang dironce menjadi sebuah sepeda.

Ia membuka laci dan mengambil roncean manik-manik yang mirip dengan milik ibu Hyung Joon yang dilemparkan padanya di malam kematian ibu Hyung Joon. Tae Joon tertawa dan menduga kalau kiriman itu adalah dari Hyung Joon.

Di ruang rahasia Hyung Joon, Hyung Joon menata roncean manik-manik berbagai bentuk dan tersenyum.

Soo Yeon diantar Mi Ran ke ruang desain Mi Ran untuk menunjukkan sesuatu. Tapi pegawai Mi Ran memanggil bosnya untuk berbicara sebentar, sehingga Mi Ran harus meninggalkan Soo Yeon sendirian.

Soo Yeon melihat-lihat ruangan itu, dan sama seperti Jung Woo tadi, ia tertari dengan gaun putih yang terpajang di sana dan bertanya-tanya darimana Mi Ran mendapatkan gaun itu.

Dan ia melihat dibalik tirai ada sepatu yang menunjukkan ada orang di balik tirai itu.

Perlahan-lahan ia mengintip, dan terpaku, menyadari kalau ternyata kaki itu milik Jung Woo yang tertidur pulas.

Ia ragu untuk mendekat, tapi menyadari betapa pulasnya Jung Woo, ia mendekat dan diam-diam memandangi wajah Jung Woo. Ia juga melihat kalau Jung Woo memegang kancing yang telah ia kembalikan, tapi tak memasangnya di mantelnya lagi dan berkata dalam hati, “Apa spesialnya kancing ini? Jung Woo ya.. kau benar-benar aneh. Setiap kali aku melihatmu, rasanya sakit.”

Masih dalam tidurnya, Jung Woo bergerak membuat kancing yang ia pegang akan jatuh. Soo Yeon menadah ke bawah tangan Jung Woo, mencegah kancing itu jatuh, tapi ternyata Jung Woo malah menggenggamnya.

Dan ia juga membuka mata. Soo Yeon terkejut, tapi Jung Woo lebih terkejut lagi. Ia memanggil namanya sehingga Soo Yeon buru-buru bangkit. Tapi Jung Woo menarik ujung roknya, “Kenapa kau ada di sini?”

Pertanyaan yang sama saat Jung Woo remaja sadar dari pingsan saat ia diculik. Dan ia yang remaja saat itu menjawab ‘untuk menyelamatkanmu’ namun ia sekarang menjawab dalam hati, “Karena aku merindukanmu.”

Terdengar suara Mi Ran masuk ke dalam ruangan, sehingga Soo Yeon buru-buru berdiri dan dengan cepat menutup tirai kamar, menyembunyikan Jung Woo yang hendak menyusulnya, berdiri di belakang tirai.

Tae Joon mengendarai mobil sendiri pergi ke suatu tempat. Dan di tempat itu ia membuka sebuah kamar yang terkunci.

Di dalam kamar itu ada seorang wanita yang sedang meronce plastik dan tersenyum senang menyambut kedatangan Tae Joon.

Ibu Hyung Joon.

Sedangkan di ruang rahasianya, Hyung Joon mengambil bandul yang diberikan ibunya padanya. Bandul yang bertuliskan Untuk orang yang paling aku cintai – Ibu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar