Jumat, 26 April 2013

Sinopsis I Miss You Episode 17



Adegan itu muncul lagi. Adegan yang pernah muncul di episode 1. Jung Woo lari menghampiri Soo Yeon yang ia peluk. Kemudian datang para polisi, termasuk Detektif Joo. Tapi Jung Woo malah mengacungkan pistolnya kepada mereka dan berkata pada Soo Yeon, “Lee Soo Yeon, kali ini jangan pernah lepaskan tanganku.

Dan di tempat lain Hyung Joon duduk dan menangis tersedu-sedu. Kemudian adegan berganti dengan Soo Yeon remaja dan Hyung Joon kecil berjalan dan perlahan-lahan Soo Yeon menghilang.

Terdengar tembakan pistol dan Jung Woo terjatuh dengan luka di pelipis kanan. Saat itu terdengar suara Soo Yeon remaja, “Swisshhh.. Apakah kau merasakan hembusan angin? Itu aku yang sedang menggenggam tanganmu dengan erat. Aku akan selalu berada di sampingmu.”

Sinopsis I Miss You Episode 17 Part 1

Mobil Jung Woo datang dan ia keluar dengan menghampiri sisi pintu mobil Hyung Joon. Tanpa ba bi bu, ia langsung membuka pintu mobil Hyung Joon.

Hyung Joon membentak, menyuruh Jung Woo untuk menutup pintu mobilnya.

Tapi Jung Woo dengan tenang berkata, “Temperamennya masih juga belum berubah. Persis seperti 14 tahun yang lalu.”

Soo Yeon terkejut mendengarnya. Begitu pula Hyung Joon. Mereka saling berpandangan sebelum menoleh pada Jung Woo. Soo Yeon memanggil Jung Woo, tapi perhatian Jung Woo kali ini hanya pada Hyung joon dan menyapanya seakan bertemu dengan teman lama, “Lama tak bertemu.. bocah.”

Jung Woo menatap mereka dan dengan sinis berkata, “Apakah kalian berdua merasa senang telah berhasil menipuku? Harry Borison, bukankah kau dulu pernah mengatakan kalau kita bertiga bisa bersama? Mari kita coba. Aku dan Soo Yeon akan pergi dengan mobilku, dan kau mengikuti mobil kami.”

Soo Yeon merasa cemas karena samaran Hyung Joon terbuka, tapi Hyung Joon malah tersenyum, “Han Jung Woo, akhirnya kau berhasil menyimpulkan. Kenapa lama sekali? Kukira kau sangat cepat.”

Jung Woo memanggil Hyung Joon dengan bocah dan menyuruhnya untuk tak mencari gara-gara denganya. Dan Soo Yeon buru-buru keluar untuk berbicara berdua dengan Jung Woo diikuti pandangan mata Hyung Joon yang mengawasi pembicaraan mereka.

Soo Yeon meminta maaf karena tak memberitahu hal ini sebelumnya. Jung Woo tak mempermasalahkan hal ini karena ia yakin Soo Yeon memiliki alasan tersendiri menyembunyikannya.

Ia meraih tangan Soo Yeon untuk membawanya masuk ke dalam mobil, tapi Soo Yeon tak mau, karena ada yang ingin ia bicarakan pada Hyung Joon.

“Ayo masuklah. Aku sudah cukup menahan diri sekarang,” kata Jung Woo mencoba mengendalikan emosi.

Soo Yeon berjanji akan berbicara pada Jung Woo. Ia akan menceritakan segalanya nanti. Dan Jung Woo mengalah pada permintaan Soo Yeon. Ia hanya bertanya siapa nama asli Harry Borison. Soo Yeon menghela nafas, menunduk khawatir.

Jung Woo mengalah pada Soo Yeon, membiarkannya kembali ke mobil Hyung Joon. Sementara ia menelepon seniornya untuk mencari tahu tentang Harry Borison dan Kang Hyung Joon, juga tentang proses adopsi mereka.

Detektif Joo pusing karena Jung Woo meminta banyak keterangan akan banyak sekali orang. Kang Hyug Joon, Yoon Young Jae (nama Sekretaris Yoon).

Teringat akan Sekretaris Yoon, Jung Woo meminta seniornya untuk memeriksa nama Moon Hae Joon, karena Sekretaris Yoon memberikan identitas Harry Borison yang memiliki nama asli Moon Hee Joon. Dan ia menduga kalau semua itu adalah rekayasa.

Hyung Joon mengawasi Jung Woo yang sibuk menelepon dan berkata kalau Jung Woo cukup pintar karena cepat menemukan semua rahasianya. Soo Yeon mencoba membujuk Hyung Joon untuk kembali ke rumah dulu agar bisa memikirkan cara untuk membawa ibunya pergi.

Tapi Hyung Joon tak mau, “Apa gunanya membawa pergi ibu yang tak mengenaliku? Aku tak membutuhkannya,” kata Hyung Joon dingin.

Soo Yeon meminta Hyung Joon untuk tak mengatakan hal seperti itu. Ia percaya kalau Han Jung Woo akan menolong mereka untuk mengeluarkan ibunya. Tapi Hyung Joon tak percaya kalau Jung Woo yang merupakan anak Han Tae Joon akan menolong mereka.

Tapi Soo Yeon yakin kalau Jung Woo mau membantu mereka. Jung Woo telah kembali ke rumah untuk memecahkan kasus 14 tahun yang lalu, “Ceritakan pada Jung Woo apa yang dilakukan Han Tae Joon pada ibumu sehingga Tae Joon dapat mendapat hukuman atas semua kejahatannya.”

“Dihukum? Hukuman apa yang pantas untuk orang yang membuat ibuku gila? Hukuman apa yang pantas karena membuat kakiku seperti ini?” tanya Hyung Joon tak percaya akan kenaifan Soo Yeon, “Hanya karena kau telah memaafkan Han Jung Woo, jangan berharap hal yang sama dariku. Walau aku mati, aku tak akan mau memaafkannya.”

Soo Yeon mengerti perasaan Hyung Joon. Tapi ia meminta agar tak menyalahkan Jung Woo karena Jung Woo tak bersalah. Tapi Hyung Joon langsung menyalak, “Bagaimana mungkin ia tak bersalah? Ia yang mengambilmu dariku.”

Hyung Joon mengingatkan Soo Yeon kalau dulu Soo Yeon mengatakan kalau ialah orang yang dibutuhkan Soo Yeon. Soo Yeon juga pernah mengatakan kalau hanya ialah orang yang paling penting di dunia ini, “Kau mengatakannya lebih dulu, kan? Hanya ada aku disisimu, sudah cukup bagimu, kan?”

Soo Yeon kaget karena Hyung Joon ingat akan kejadian 14 tahun yang lalu. Kejadian 14 tahun yang lalu yang katanya tak pernah bisa diingat oleh Hyung Joon ternyata diingat semuanya oleh Hyung Joon.

Hyung Joon menyadari ia keceplosan bicara. Ia berkata kalau semua yang ia lakukan ini adalah yang terbaik untuk Soo Yeon.

“Untukku?” tanya Soo Yeon tak percaya. “Kau tahu ibuku masih mencariku. Kau tahu kalau Jung Woo juga mencariku. Tapi kau tak mengatakan sepatah katapun. Semua ini demi kebaikanku?”

“Bukankah aku pernah mengatakan kalau aku melakukan ini untuk melindungimu,” kata Hyung Joon mencoba meyakinkan Soo Yeon, “Han Tae Joon masih mencarimu. Jika ia menemukanmu, orang yang disangka sudah mati, ia akan mencoba untuk membunuhmu!”

“Kalau begitu, kenapa kau malah membawaku ke hadapan Han Tae Joon?” tanya Soo Yeon menyudutkan, “Apakah itu demi kebaikanku juga?”

Soo Yeon menyadari kalau semua yang Hyung Joon katakan, semuanya adalah bohong, “Aku tak mau mendengarkanmu lagi,” dan Soo Yeon pun meraih handle pintu, tapi tangannya dicengkeram oleh Hyung Joon,

“Kau mau melihatku jadi gila?!”

“Kau sekarang sudah gila!”

Soo Yeon meminta Hyung Joon untuk melepaskan tangannya, tapi Hyung Joon tak mau dan menarik tangan Soo yeon lebih kuat lagi.

Jung Woo sejak tadi melihat percakapan mereka dari luar, melihat kalau Hyung Joon mencengkeram tangan Soo Yeon yang ingin keluar dari mobil. Ia buru-buru membuka pintu mobil Soo Yeon, tapi Hyung Joon ternyata menguncinya dari dalam. Jung Woo panik dan menggedor jendela mobil itu, tapi Hyung Joon tak bergeming.

“Aku membunuhnya,” kata Hyung Joon akhirnya, membuat Soo Yeon yang akan membuka pintu terkejut dan menoleh pada Hyung Joon yang melanjutkan kata-katanya, “Bukankah itu yang kau inginkan? Bukankah kau bilang kalau lebih baik jika semuanya mati?”

Soo Yeon terkesiap melihat Hyung Joon yang tersenyum dingin dan berkata kalau ia dapat melakukan apapun yang Soo Yeon inginkan, “Aku bahkan bisa lebih dalam melakukan sesuatu yang kau harapkan. Dan aku tak menyesalinya.”

Soo Yeon tak percaya mendengar kata-kata itu, ia memohon pada Hyung Joon agar Hyung Joon tak melakukan hal itu. Ia menangis memohon Hyung Joon untuk menarik kembali kata-katanya. Jung Woo yang melihat Soo Yeon menangis, semakin panik dan terus menggedor-gedor jendela mobil.

Kali ini Hyung Joon tak mempedulikan permintaan Soo Yeon. Ia malah menyuruh Soo Yeon pergi dan menyuruh Soo Yeon untuk memberitahukan pada semua orang kalau ia telah membunuh, “Tanpamu, aku pun juga sudah mati.”

Ia membuka kunci pintu mobil, membiarkan Jung Woo membukanya. Jung Woo ingin menghajar Hyung Joon, tapi terhenti karena Soo Yeon terisak dan berkata kalau ia tak percaya pada apa yang telah dikatakan oleh Hyung Joon. Pada Jung Woo, ia meminta Jung Woo untuk membawanya pulang ke rumah.

Jung Woo segera melepaskan Hyung Joon dan mengejar Soo Yeon. Namun Soo Yeon rupanya mengalami shock yang hebat, terjatuh dan hampir saja terhempas ke tanah jika Jung Woo tak segera menangkapnya.

Hyung Joon menatap Soo Yeon dan teringat 14 tahun yang lalu saat ia merintih kalau ia tak memiliki siapapun, Soo Yeonlah yang menenangkannya, "Hanya kau. cukup saja. Sudah cukup."

Ia pun menjalankan mobilnya dengan cepat, hampir menyerempet Soo Yeon yang akan kena jika tak dilindungi oleh Jung Woo dengan mendekapnya erat.

Soo Yeon tak merasakannya karena ia pingsan. Jung Woo mencoba membangunkannya namun Soo Yeon tetap tak sadarkan diri.

Ibu dan Eun Joo yang hendak makan malam terkejut melihat kedatangan Jung Woo yang membawa Eun Joo yang tampak lemah.

Jung Woo menjelaskan kalau Soo Yeon baru saja keluar dari rumah sakit membuat ibu bertambah cemas. Ibu juga mencemaskan Jung Woo yang terakhir ia dengar juga sakit.

Soo Yeon malah mencemaskan Eun Joo, karena pertemuannya terakhir dengannya. Perlahan ia memanggil Eun Joo yang hanya duduk diam di meja makan.

Eun Joo menoleh dan menyapa Soo Yeon dengan dingin. “Siapakah kau? Jika kau ingin membantah jati dirimu, seharusnya kau harus tetap membantahnya terus.”

Soo Yeon meminta maaf pada Eun Joo. Ia sebenarnya berniat untuk kembali hanya setelah ia menemukan pembunuh Detektif Kim.

Ibu dan Jung Woo terdiam mendengar pengakuan Soo Yeon. Namun pengakuan itu melunakkan hati Eun Joo. Ia tersenyum pada Soo Yeon yang nampak sedih dan kacau, mencoba menenangkannya,

“Hei, si kelinci gila saja tak bisa menangkap pelakunya. Bagaimana mungkin kau berharap bisa menangkapnya? Masuklah dan hangatkanlah dirimu. Saat kau kecil dulu saja, kau sudah sangat lemah.”

Soo Yeon menatap Eun Joo, berterima kasih padanya.Tapi Eun Joo bersikap cool dan berkata kalau sekarang ayahnya pasti merasa tenang di sana karena Soo Yeon sudah kembali.

Jung Woo tersenyum mendengar Eun Joo yang besar hati. Tapi Eun Joo melihatnya dan menghardik Jung Woo, “Kau! Jangan ketawa, ya!”

Walaupun Eun Joo bersikap keras, tapi semua tahu kalau ini adalah cara Eun Joo yang telah menerima Soo Yeon. Eun Joo meminta ibu untuk memasak lagi, dengan ikan yang masih ibu simpan di dalam freezer. Walau ibu membantah memiliki ikan, tapi Eun Joo tahu kalau ibu menyimpannya untuk Jung woo, “Panggil aku kalau makanan sudah siap.”

Eun Joo berdiri dan hendak masuk kamar. Tapi Soo Yeon memanggilnya dan berterima kasih pada Eun Joo. Masih dengan sikap sok cueknya, Eun Joo bertanya apakah Soo Yeon bisa minum? Soo Yeon mengangguk dan mengatakan kalau rasa soju sangatlah manis. Maka Eun Joo memutuskan kalau Soo Yeon cukup oke. Dan ia pun masuk kamar.

Ibu bersyukur dengan perkembangan yang tak diduga ini. Ia tak peduli apa yang sedang terjadi, selama Soo Yeon sudah kembali ke rumah, maka hanya itulah yang penting.

Soo Yeon memeluk ibunya, memintanya agar tak menangis. Walau penuh airmata, Ibu tersenyum melihat putrinya kembali dan memeluk Soo Yeon semakin erat, “Senang melihatmu bisa kembali.”

Di dalam kamar, Eun Joo tersenyum mendengar tangis bahagia ibu. Sementara ibu sudah bisa melihat putrinya yang hilang selama 14 tahun ini, ia hanya bisa melihat ayahnya di foto yang selalu ada di mejanya.

Ibu mengantarkan Soo Yeon untuk tidur di dalam kamar dan menemui Jung Woo yang menunggu di luar. Ibu bertanya apakah Jung Woo akan menginap di sini? Jung Woo tak bisa menginap, karena baru hari ini ia pulang ke rumahnya dan ia akan pulang setelah menemui Soo Yeon.

Ibu bertanya apa saja yang dilakukan Jung Woo hari ini, “Aku sangat merindukanmu hari ini.” Jung Woo tersenyum dan memeluk ibu. Ia berkata kalau ibu harus mulai bersiap-siap karena ia sudah memiliki pacar sekarang, “Dia lebih muda dan sangat cantik.”

Ibu tertawa dan berkata kalau Jung Woo tak perlu khawatir lagi dan hanya perlu menjaga diri. Seolah-olah tersinggung, Jung Woo bertanya apakah berarti ia sudah tak berarti lagi di mata ibu setelah Soo Yeon kembali? Ia tersenyum dan berkata, “Tapi kaulah yang paling kusukai.”

Aww.. calon ibu mertua..

“Karena ada saingan baru, kau berkata manis? Boleh juga..”goda Jung Woo dan kemudian memeluk ibu dengan erat. Kata-kata Jung Woo membuat ibu tersenyum semakin lebar.

Tepat pada saat itu, Soo Yeon keluar kamar dan melihat ibu dan pacarnya berpelukan. Jung Woo terbelalak, dan pura-pura panik, “Ahh.. aku ketahuan!”

Tapi Jung Woo langsung memeluk mereka berdua dan berkata lega, “Akhirnya.. Apakah aku sekarang mendua? Bisakah?”

Soo Yeon dan ibu tersenyum dan membalas pelukan Jung Woo.

Di kamarnya, Hyung Joon menghancurkan pigura fotonya dengan Soo Yeon dan masuk ke dalam ruang rahasia. Kali ini ia melempar foto ibunya dan membanting rak pajangan yang menyimpan kalung dan bunga plastik ibunya,

“Ini semua karena ibu! Karena ibu, semua menjadi kacau!” teriak Hyung Joon sambil menangis, “Ia tetap pergi. Bahkan setelah aku katakan kalau aku yang membunuh Kang Sang Deuk untuknya! Zoe telah pergi. Bagaimana mungkin ia melakukan ini padaku!”

Harry si sekretaris Yoon meminta agar Hyung Joon tenang. Ia akan membawa Zoe kembali. Tapi Hyung Joon tak merasa perlu, karena ia tahu Zoe tak akan pernah kembali. Dan ia juga melemparkan kemarahannya pada Harry. Ia berteriak menyuruh Harry untuk pergi sekarang juga.

Tapi Harry menolak dan dengan tenang ia berkata kalau ia pergi maka iapun akan sendirian juga. Jadi ia akan tetap tinggal. Tapi Hyung Joon tetap mengusirnya pergi. Dan seperti anak kecil, ia menangis tersedu-sedu memanggil Zoe.

Di kamar berdua dengan Jung Woo, Soo Yeon sudah bersiap untuk tidur. Jung Woo berbaring di sebelahnya dan akan menunggui Soo Yeon hingga Soo Yeon tertidur.

Soo Yeon mengajaknya berbicara. Ia tahu kalau Jung Woo pasti sangat kaget menyadari Harry adalah anak kecil yang pernah ia selamatkan.

Jung Woo tahu kalau ternyata Hyung Joon membuatnya kesal karena ada alasannya. Ia bahkan sempat merasa kesal karena Soo Yeon sangat memperhatikan Hyung Joon, “Apakah kau tak menyadarinya?”

Soo Yeon tersenyum mendengar kata-kata Jung Woo. Atas permintaan Jung Woo, ia kemudian menceritakan masa 14 tahunnya.

Ia ingat sepertinya ia tertabrak mobil. Dan saat ia sadar, sudah ada Hyung Joon di sampingnya. Dan ia merasa tenang saat melihat wajah yang ia kenal. Walau tantenya itu kejam dan ingin meninggalkannya, tapi Hyung Joon bersikeras untuk membawanya pergi. Tapi ia tak begitu ingat akan kejadian saat itu.

Saat tiba di Paris, ia tak mengerti bahasa Perancis. Dan pada saat itu, ia dan Hyung Joon saling bergantung satu sama lain. Ia selalu takut kalau Harry tak ada di sisinya karena Tante yang bersamanya sangat menakutkan dan sepertinya Tantenya itu tak menyukainya.

Seakan menyesal, Jung Woo berkata kalau Soo Yeon mendapat masa-masa yang sulit karena dirinya. Tapi Soo Yeon berkata ia tahu kalau semua itu bukan karena Jung Woo, “Tak ada yang salah di antara kita.”

Walau Soo Yeon merasa bukan salahnya, tapi Jung Woo berjanji kalaupun ia harus mati, ia tak akan melarikan diri dan meninggalkan Soo Yeon lagi.

“Kau tak boleh mati,” sela Soo Yeon. Dan ia meminta Jung Woo untuk mengulangi kata-kata itu lagi.

Mematuhi perintah Soo Yeon, tanpa mengucapkan kata ia harus mati, Jung Woo pun berjanji, “Aku tak akan pernah melarikan diri dan meninggalkanmu lagi,” dan Jung Woo menambahkan, “Aku juga tak akan mati sendiri.”

Soo Yeon tersenyum mendengar janji Jung Woo dan mengatakan sebuah permintaan yang sebelumnya hanya ada di dalam hatinya, “Tak peduli kemanapun aku pergi, atau apapun yang aku lakukan, aku percaya kalau aku akan menemukanku.”

Permintaan itu malah membuah Jung Woo kaget, “Kau mau pergi kemana?”

“Aku hanya berkata kalau aku percaya kalau kau bisa menemukanku dimanapun aku berada. Benar, kan?” kali ini Soo Yeon yang mengulangi kata-katanya.

Tapi Jung Woo masih menatapnya, merasa tak nyaman dengan kata-kata Soo Yeon. Soo Yeon pun mengalihkan pembicaraan dengan meringku di selimutnya lebih dalam lagi, merasa senang bisa ada di rumah lagi, “Aku akan tak mau tidur sepanjang malam, dan tetap seperti ini.”

Soo Yeon mulai menghapal perkalian 9 x 9 = 81. Jung Woo terkejut karena Soo Yeon mengingatnya. Ia kembali tenang dan ikut menghafal mundur seperti dulu. 9 x 8 = 72. Tapi menurut Soo Yeon, cara Jung Woo melafalkan terlalu pelan. Dan ia mengulangi dengan lebih cepat.

Ahh.. pasti Jung Woo kalah menghafal. Soo Yeon kan sudah ahli perkalian selama 14 tahun ini.

Jung Woo menggenggam tangan Soo Yeon dan karena hari ini sangat baik, ia meneruskan perkalian mundurnya. 9 x 2 = 18 dan Soo Yeon menimpali 9 x 1 = 9 dan karena tak ada lagi yang dikalikan, mereka berdua sama-sama tertawa geli.

Sementara itu Hyung Joon tertidur di dalam kamar Soo Yeon, mengingat saat-saat ia tertidur di kamar ini dan berbincang sepanjang malam dengan Soo Yeon. Kali ini tak ada Soo Yeon di sampingnya, ia hanya bisa menyentuh bantal di sampingnya yang kosong.

Soo Yeon menulis di buku hariannya sambil memandangi Jung Woo yang tertidur pulas di tempat tidurnya. Ia membuka-buka halaman-halaman sebelumnya, dan menemukan jejak sidik jarinya.

Ia menyadari kalau Jung Woo sudah mengetahui identitas dirinya dari mula dan iapun tersenyum sedih, “Jika usahanya sampai seperti ini, bagaimana mungkin ia bisa berhenti menjadi polisi?”

Ia menutup buku harian dan mendekati Jung Woo yang terlelap. Ia mengamati wajah Jung Woo dan bergumam, “Rasanya aku sudah gila.”

Soo Yeon pun perlahan membungkuk, mendekati bibir Jung Woo. Dan perlahan ia pun menciumnya.

Hanya kecupan singkat yang diberikan oleh Soo Yeon, dan Jung Woo pun tetap tertidur. Soo Yeon pun menegakkan badan setelah mencium Jung Woo.

Tiba-tiba, tanpa membuka mata, Jung Woo menarik Soo Yeon dan mendekatkan wajah Soo Yeon kembali hingga bibir Soo Yeon kembali menciumnya.

Soo Yeon terkejut, namun ia tak menarik dirinya. Ia membiarkan Jung Woo menciumnya.

Namun itupun hanya sesaat, karena Jung Woo membuka mata, dan kaget saat melihat ia tertidur dengan mencium Soo Yeon.

LOL. Bisa ya, mimpi mencium dan terjadi. Mungkin ini adalah arti harafiah dari When your dream comes true.

Buru-buru mereka memisahkan diri. Dan Soo Yeon menatap polos ke langit-langit. Begitu pula Jung Woo.

Tapi Jung Woo yang masih penasaran, melirik pada Soo Yeon dan menatap bibirnya. Perlahan-lahan ia beringsut mendekati Soo Yeon. Semakin dekat dan semakin dekat hingga tak ada jarak di antara mereka.

Haha.. lucu banget melihat Jung Woo yang mencondongkan wajahnya dan memajukan mulutnya untuk mencium Soo Yeon. Soo Yeon sendiri hanya terdiam, tak berani melihat, tapi juga tak mau menolak. Ia hanya menunggu.

Dan Jung Woo pun akhirnya memberanikan diri untuk berguling ke atas Soo Yeon dan menatap matanya.

Soo Yeon kali ini juga menatap mata Jung Woo. Ia memberanikan diri menatap Jung Woo, menunggu Jung Woo.

Sesaat mereka berpandangan..

..namun sesaat itu pula akal sehat Jung Woo kembali berjalan, dan ia buru-buru berguling ke samping Soo Yeon, dan memunggunginya, “Maafkan aku. Aku yang salah. Maafkan aku, Soo Yeon.”

Aww..

Soo Yeon tersenyum, merasa malu. Perlahan ia memukul punggung Jung Woo, “Aku tak bisa hidup kalau kau seperti ini.”

Mendengar hal itu, Jung Woo langsung bangkit dan mendelik, membuat Soo Yeon kaget. Ia memukulkan tangannya ke lantai, sama seperti yang Soo Yeon tadi lakukan, “Kalau kau tak bisa hidup, jadi apa aku harus hidup seperti ini dan mati?” Ia memukulkan tangannya lagi beberapa kali, “Aku tak dapat melakukannya karena aku merasa belum pantas melakukannya!”

Dan masih mendelik, ia mengancam Soo Yeon, “Kau.. Jangan mati walau kau mau mati. Kau dan aku..”

Jung Woo langsung berhenti. Ujung kalimat itu hanya ada di pikirannya. Soo Yeon menunggu kalimat lanjutan Jung Woo. Jung Woo tak melanjutkan kalimatnya karena mungkin kalimat berikutnya adalah dari pikirannya yang kotor.

Tanpa menyelesaikan kata-katanya, Jung Woo menutup dirinya dengan selimut, tak berani menatap Soo Yeon lagi.

Ibu muncul ingin melihat apakah kedua anaknya sudah tidur. Tapi ia melihat Soo Yeon mendekati Jung Woo yang memunggunginya.

Seo Yeon tersenyum, menyentuh Jung Woo dan membelai punggungnya, “Terima kasih Jung Woo..”

Jung Woo seakan tersengat listrik saat tangan Seo Yeon menyentuhnya, “Jangan! Minggir!” bentak Jung Woo panik. Demi mengalihkan pikirannya, ia menghafalkan perkalian secara terbalik, “9 x 9 = 88, 9 x 9 = 81, 9 x 8 = 71, 9 x 7 = 64, 9 x 6 = 54, 9 x 5 = 45...

Ha! Benar-benar terbalik semuanya. Soo Yeon terus menatap Jung Woo dari belakang, tersenyum. Akhirnya Jung Woo mulai tenang dan bisa melafalkan perkalian dengan benar.

Ibu keluar kamar dan tersenyum, mengatai Jung Woo si bandel yang naif dan bertanya-tanya apa arti Soo Yeon bagi Jung Woo hingga Jung Woo seperti itu?

Di ruang kerjanya,Tae Joon mengamati foto Kang Hyung Joon, kartu, dan sepeda plastik. Nampak dari wajahya kalau ia mencoba mencari hubungan antara ketiganya.

Di kamar, menemani Hyun Joo yang tidur, Mi Ran membaca ulang dokumen Harry yang telah ia tanda tangani. Namun pikirannya bukan pada pinjaman yang ia dapatkan, tapi kejadian aneh yang dilihatnya siang ini. Ada Harry yang tak diduga masuk ke kamar Hyun Joo dan menangis tersedu-sedu. Ia juga teringat pada Jung Woo yang katanya belum bisa melupakan Soo Yeon, tiba-tiba muncul dari lantai atas bersama Zoe.

Ia pun mulai meraba apa yang sedang terjadi. Dan ia terkesiap saat menyadari kalau Zoe adalah Soo Yeon, satu-satunya gadis yang ada di pikiran Jung Woo. Dan jika Zoe adalah Soo Yeon, maka Kang Hyung Joon adalah ..

Tiba-tiba suaminya masuk. Buru-buru ia menyembunyikan dokumen kredit itu ke bawah selimut Hyun Joo. Tae Joon bertanya apakah ada sesuatu yang terjadi hari ini? Mi Ran menjawab tidak. Karena jika ia memberitahu kejadian di kamar Hyun Joo, ia harus memberitahu tujuan Harry datang ke rumah ini (meminjamkan uang padanya). Saat ditanya tentang Jung Woo, Mi Ran mengatakan kalau Jung Woo belum pulang.

Tae Joon memberitahu kalau Harry bersedia menyediakan tempat tinggal di Jepang, maka ia menyuruh Mi Ran dan Ah Reum untuk membawa Hyun Joo ke Jepang. Tentu saja Mi Ran (yang punya butik) keberatan. Apakah suaminya ingin mengusir Hyun Joo pergi? “Bukankah lebih aman jika ada dia di dekat kita semua?”

Tae Joon menduga kalau pria berbaju hitam itu adalah Hyung Joon, yang berarti Hyung Joon sudah pernah melihat wajah ibunya dan tahu kalau ibunya masih hidup. Jadi Tae Joon yakin Hyung Joon pasti akan muncul lagi.

Jung Woo yang sudah pulang mendengar kata-kata ayahnya. Ayahnya juga berkata kalau mereka akan mendapatkan uang itu kembali dan akan menguncinya (di rumah sakit jiwa) kembali.

Jung Woo yang mendengar gemerisik langkah ayahnya keluar, buru-buru berdiri di depan pintu ruang kerja ayahnya, dan menjadi anak baik, pura-pura memberi salam pada ayahnya.

Seperti yang ia duga, Tae Joon muncul dari ruang sebelah. Jung Woo pun pura-pura kaget dan hanya tersenyum sopan saat Mi Ran menyindirnya sudah pulang cepat. Ia pun menelan kemarahan yahnya yang menyuruhnya menjaga rumah dengan baik kalau ingin mendapat makan.

Ia pun naik ke lantai dua, namun turun kembali saat ayah dan Mi Ran masuk ke kamarnya masing-masing. Dan ia pun masuk ke kamar Hyun Joo.

Ia mengambil sidik jari Hyun Joo. Pada wanita yang sudah tertidur lelap itu, ia berjanji akan mempertemukan wanita itu pada keluarganya jika ia menemukannya.

Jung Woo menaruh kembali bunga plastik yang terlepas dari tangan Hyun Joo dan menggumamkan kata bayi, kata yang sering diucapkan Hyun Joo dan tersenyum membayangkan betapa senangnya wanita itu jika ia dapat menemukan keluarganya.

Hyung Joon memainkan Magic Castle, lagu favorit Soo Yeon. Teringat saat itu Soo Yeon mendendangkan lagu itu dan berkata padanya, “Jika kau sudah bisa memainkan lagu itu dengan dua tanan, mainkan untukku.”

Dan Hyung Joon pun memainkan Magic Castle dengan kedua tangannya.

Soo Yeon masuk ke kamar ibunya yang tidur bersama Eun Joo. Ia membenahi selimut Eun Joo dan ibu. Ia menyesal karena ia belum sempat mengembalikan sepatu ibu sampai sekarang. Namun ia berjanji kalau ia akan kembali dengan cepat.

Jung Woo menemui seniornya dan meminta untuk memeriksa sidik jari yang tadi malam ia dapatkan. Tapi detektif Joo tak melirik barang yang diberikan Jung Woo, malah bertanya apakah Jung Woo dan Soo Yeon akan menikah? Dan detektif Joo seakan ngambek, tak mau memberitahu hasil penyelidikan yang ia dapatkan atas permintaan Jung Woo kemarin.

Seperti menambah efek dramatis, alarm Detektif Joo berbunyi dengan suara wanita yang memintanya untuk minum jamu. Dan Detektif Joo meminum jamu kuat dan mengeluh kalau berbeda dengan orang lain, ia tak dapat mengeluarkan energi yang dimiliki hasil dari jamu itu.

Saat atasannya datang, detektif Joo baru memberitahukan hasil penyelidikannya. Nama asli Harry Borison ternyata memang Moon Hae Joon dan diadopsi oleh sebuah keluarga yang memiliki peternakan di Lyon Perancis sejak umur 5 tahun.

Jung Woo menduga kalau Hyung Joon mengambil identitas Moon Hae Joon dan berpura-pura menjadi Harry Borrison. Saat atasannya bertanya siapakah Kang Hyung Joon, Jung Woo menjelaskan kalau Kang Hyung Joon adalah Harry Borrison yang sekarang mereka kenal. Ia yang membawa Soo Yeon 14 tahun yang lalu dan pergi bersama Michelle Kim.

“Apakah ada hubungannya dengan penculikanmu 14 tahun yang lalu?” duga atasannya. Jung Woo pun juga berpikir seperti itu, walau mungkin juga sebuah kebetulan juga mungkin terjadi.

Detektif Joo juga memberitahukan tentang identitas Sekretaris Yoon yang misterius, karena identitasnya semua palsu. Dan jika ada orang yang melakukan itu, berarti ada dua kemungkinan : orang itu penjahat, atau orang itu sedang dikejar-kejar oleh penjahat.

Jung Woo meminta agar Sekretaris Yoon tak segera ditangkap karena jika ia ditangkap secara terang-terangan, maka ia langsung melarikan diri.

Ketiga polisi itu tak menyangka kalau ada seseorang yang mengintip mereka. Soo Yeon mengambil foto Jung Woo dan tersenyum memandangnya, “Han Jung Woo yang 29 tahun, ia sangatlah keren.”

Dan seperti kata-katanya pada ibu tadi malam, ia juga berkata hal yang sama, “Jung Woo ya.. aku juga akan kembali dengan cepat. Bahkan aku sekarang sudah merindukanmu.”

Jung Woo yang tak sadar telah diambil fotonya oleh Soo Yeon, tetap berdiskusi. Ia merasa hubungan Kang Hyung Joon dan ayahnya adalah kunci dari semuanya.

Atasan Jung Woo mengungkit masalah gambar safety box yang dikirimkan oleh Jung Woo dan berkata kalau pengamanannya sangatlah canggih. Dan Jung Woo meminta agar atasannya mendatangkan ahlinya dan membuka kotak itu saat rumah sedang kosong.

Jung Woo mendapat telepon dari Detektif Ahn yang menguntit ayahnya pergi. Detektif Ahn memberitahukan kalau ayahnya dan Sekretaris Yoon sudah mulai bergerak.

Ternyata kepergian Tae Joon dimanfaatkan oleh Mi Ran untuk membawa lari Hyun Joo. Ia tak mempedulikan suaminya lagi dan ingin pergi dari rumah. Sepertinya ia memiliki rencana sendiri. Dan Ah Reumlah yang disuruh membawa Hyun Joo untuk bersembunyi di butik Bellez untuk sementara waktu.

Untuk menenangkan Hyun Joo yang merasa tak nyaman dengan lingkungan baru, Ah Reum memberikan bunga plastik yang sering ia buat. Namun Hyun Joo tak melihat bunga itu karena ada yang lebih menarik perhatiannya. Kalung kunci yang tergantung di leher Ah Reum.

Ia langsung menarik kalung Ah Reum hingga Ah Reum menjerit kesakitan. Tapi ia tak peduli. Ia teringat pada Joon-nya. Saat Ah Reum ingin mengambil kembali kalung itu, Hyun Joo tak mau karenaia ingin memberikannya pada Joon-nya, “Aku akan memberikannya pada Hyung Joonku.”

Soo Yeon kembali ke rumah Hyung Joon dan mencarinya. Tapi tak ada siapapun di situ, kecuali botol minum yang tergeletak di meja dan jas Hyung Joon yang tersampir di sofa. Namun saat ia masuk ke kamar Hyung Joon, ia terkejut karena melihat semuanya berantakan. Foto mereka berdua terjatuh dan rusak.

Hampir saja ia keluar kamar, jika ia tak melihat ada tombol pintu di dinding tempat fotonya dulu terpasang. Ia memencet tombol itu dan terkejut saat dinding itu terbuka. Ia kaget melihat ada ruang rahasia di dalam kamar Hyung Joon.

Kamar itu sekarang sudah berantakan. Foto ibu Hyung Joon pun juga terjatuh di lantai. Namun yang membuatnya lebih terkejut lagi adalah sebuah papan dengan berbagai berita koran yang melaporkan tentang pembunuhan dan perkosaan atas Lee Soo Yeon dengan pelakunya adalah Kang Sang Deuk.

Yang berarti walau ia tak pernah menceritakan kisahnya, Harry sudah mengetahui apa yang telah terjadi padanya selama 14 tahun ini.

Dan juga foto Jung Woo sedang bersama Ah Reum, dan foto keluarga Jung Woo.
Yang berarti yang Hyung Joon katakan selama ini memang bohong. Ia sudah tahu siapa orang yang membuat kakinya seperti itu.

Soo Yeon sangat shock. Ia melihat foto ibu Hyung Joon dan kalung yang pecah dan ia meraba kalung yang sedang ia kenakan.

Terdengar langkah Hyung Joon mendekati ruangan itu. Soo Yeon panik. Dan ia lebih panik lagi saat melihat pintu rahasia itu tertutup. Ia memanggil-manggil Harry untuk membukakan pintu itu kembali, tapi sia-sia. Pintu tak terbuka.

Kemudian terdengar suara Mi Ran, membuat Soo Yeon kembali terkejut. Ternyata suara itu berasal dari CCTV yang difokuskan dari satu kamera yang ada di ruang tengah. Soo Yeon melihat layar CCTV itu penuh kebingungan.

Harry meminta maaf karena rumahnya sedikit berantakan karena ia sendirian di rumah ini. Mi Ran pun bertanya, “Memang Soo Yeon ada dimana? Apakah sedang bersama dengan Jung Woo?”

Wajah Hyung Joon mengeras, menyadari kalau Mi Ran sudah tahu samarannya. Dan seakan Mi Ran berada di atas angin, ia kembali berkata apakah Hyung Joon kesal karena Soo Yeon sekarang bertemu dengan Jung Woo?

“Kang Hyung Joon,” kata Mi Ran dan tersenyum, “Aku ingat pernah melihatmu beberapa kali saat kau kecil dulu.”

Soo Yeon mengawasi kamera CCTV yang memperlihatkan Mi Ran yang berkata manis pada Hyung Joon. Ia tahu suaminya memang kejam, tapi ia tak menyangka kalau Tae Joon bisa sekejam itu pada seorang anak kecil.

Hyung Joon yang tak ingin diingatkan dengan masa lalunya bertanya apa maksud Mi Ran datang kemari.

Ternyata kedatangan Mi Ran adalah untuk mengembalikan Hyun Joo padanya, karena Tae Joon berencana untuk mengungsikan Hyun Joo ke Jepang, “Sudah cukup buruk membuatmu terpisah dengannya selama 14 tahun, dan aku tak tega untuk membuat kalian terpisah semakin lama lagi.”

Hyung Joon mengingatkan Mi Ran kalau Tae Joon adalah suaminya, tapi Mi Ran berkata kalau hubungannya dengan Tae Joon sudah selesai, “Ia menjadi tak normal setelah Sekdir Nam tewas. Jung Woo pun sudah kembali ke rumah. Jadi tak ada lagi yang tersisa untukku. Aku memang berencana meninggalkannya setelah bisnisku berhasil.”

Hyung Joon hanya bisa tertawa mendengar rencana Mi Ran. Mi Ran bertanya apakah Hyung Joon memang membunuh seseorang?

Soo Yeon yang masih melihat monitor CCTV juga menunggu jawaban Hyung Joon. Hyung Joon menjawab dengan bertanya balik, “Dengan kakiku yang seperti ini, aku tak dapat berjalan dengan benar, jadi mana mungkin aku dapat membunuh seseorang?”

Jawaban itu melegakan Mi Ran, begitu pula dengan Soo Yeon. Mi Ran lega karena itu berarti Tae Joon hanya menakut-nakuti dirinya agar tetap tinggal di samping Tae Joon.

Hyung Joon pun menawarkan uang pada Mi Ran sebagai rasa terima kasih karena akan membawa ibunya padanya. Mi Ran langsung menerima rasa terima kasih itu, “Aku tak akan serakah. Berikanlah aku secukupnya dan sisakan untukmu untuk hidup.”

Hyung Joon pun menyetujuinya dan memuji Mi Ran pintar, karena jika Tae Joon mengetahui kalau tiba-tiba Mi Ran memiliki banyak uang, tentunya akan membuat Tae Joon curiga.

Mi Ran tersenyum senang dan tiba-tiba bertanya, “Lee Soo Yeon tak tahu, kan, kalau ibumu adalah orang yang bertanggung jawab pada apa yang terjadi padanya? Itu juga rahasia, kan?”

Soo Yeon sangat terkejut mendengarnya.

Begitu pula Hyung Joon yang dari sudut matanya melihat kamera CCTV dan mengatakan kalau Mi Ran tak seharusnya mengatakan hal itu. Tapi ia kembali berwajah manis lagi dan mengajak Mi Ran untuk minum anggur untuk merayakan berpindahnya Mi Ran dari kubu Tae Joon ke kubunya, “Tanteku sangat menyukainya.”

Mi Ran menebak kalau tante Hyung Joon ini adalah perawat Hye Mi. Tapi Hyung Joon tak menjawabnya, hanya mengatakan kalau tantenya itu senang berenang setelah meminum anggur itu. Mi Ran bertanya dimanakah Perawat Hye Mi sekarang.

Hyung Joon tak menjawab, hanya memberikan gelas anggur padanya. Ia juga menuang anggur untuk dirinya sendiri. Mereka bersulang dan Mi Ran pun meminumnya hingga habis. Sedangkan Hyung Joon hanya mendekatkan bibirnya ke bibir gelas anggur yang ia pegang.

Soo Yeon hanya bisa berteriak mencegah Mi Ran meminum anggur itu. Tapi sia-sia karena tak ada yang mendengarnya.

Hyung Joon kembali melirik pada kamera CCTV, seakan menantang Soo Yeon. Mi Ran yang tak menyadari apa yang akan terjadi padanya, memuji anggur itu enak. Ketika Hyung Joon menuangkan anggur itu lagi, ia kembali meminumnya.

Mi Ran mengulang pertanyaannya tentang keberadaan perawat Hye Mi. Dan Hyung Joon pun menjawab kalau ia mengirim tantenya itu untuk pergi liburan karena tantenya itu terus menerus ingin memberitahukan tentang ibunya pada Soo Yeon, “Kau akan segera menemuinya.”

Tanpa pretensi apapun, Mi Ran malah tersenyum mendengar kata-kata Hyung Joon dan meminum anggurnya kembali. Hyung Joon tersenyum melihat gelas anggur Mi Ran tandas dan berkata, “Ia akan senang bertemu denganmu.”

Soo Yeon terduduk, shock karena menyadari siapa saja orang yang dibunuh oleh Hyung Joon.

Detektif Ahn menguntit mobil yang dikendarai Sekretaris Yoon. Tapi Sekretaris Yoon menyadari kalau ia dikuntit. Saat di persimpangan, saat ada truk besar di hadapannya, ia mengambil kesempatan membelok tajam melewati truk besar itu.

Detektif Ahn yang tak siap, tak sempat membelok, sehingga ia melewatkan kesempatan itu dan tak bisa mengikuti mobil Sekretaris Yoon karena terhalang truk besar itu.

Ternyata Jung Woo juga menguntit di belakang, dan untungnya masih bisa mengikuti mobil ayahnya.

Tae Joon kesal karena belum melihat Harry di tempat yang dijanjikan. Sekretaris Yoon berkata walaupun begitu, Tae Joon harus menunggu Harry untuk meminta tandatangannya agar Harry bersedia memundurkan jangka waktu pinjamannya. Ia pun menelepon Harry dan menyapanya, “Ya, kami sudah sampai.”

Kecurigaan Tae Joon muncul saat ia melihat sepeda Harry yang disandarkan di dinding. Dan di dinding itu ada gambar ibu anak. Sama seperti gambar di kamar 302. Sama seperti gambar yang pernah dilihat Tae Joon di salah satu tempat persembunyian Hyung Joon.

Ia langsung menoleh pada Sekretaris Yoon, namun Sekretaris Yoon mengulurkan handphonenya, “Ini Harry Borrison.”

Tae Joon menatap Sekretaris Yoon dan kemudian menatap gambar di tembok itu. Tapi ia belum mencurigai sekretarisnya karena ia langsung mengambil handphone itu, namun langsung menyapa Harry dengan panggilan, “Kang Hyung Joon.”

Di suatu tempat, Hyung Joon mengatakan kalau Tae Joon akan menerima balasan atas dosa yang telah ia lakukan dengan perlahan-lahan, “Aku sedikit terlambat, kan, Han Tae Joon?”

Sekretaris Yoon bersiap-siap dan memakai sarung tangan. Begitu pula Jung Woo yang mengintai dari luar, juga bersiap-siap dengan memakai sarung tangan juga.

Tae Joon yang tak menyadari kalau di belakang Sekretaris Yoon mulai mengangkat sebuah tongkat kayu. Jung Woo yang melihatnya langsung membuka pintu.

Dan Tae Joon tak sempat menoleh setelah Hyung Joon berkata, “Jangan menoleh ke belakang. Kau sudah terlambat,” Sekretaris Yoon memukulkan tongkat kayu itu pada Tae Joon hingga Tae Joon pingsang.

Jung Woo yang tak sempat mencegahnya langsung memukuli Sekretaris Yoon. Tapi kali ini Sekretaris Yoon hanya diam dipukuli. Tak hanya pasrah, ia bahkan tersenyum saat dipukuli Jung Woo, membuat Jung Woo menyadari kalau mungkin ada yang lain yang berada dalam bahaya.

Detektif Joo terkejut melihat kedatangan Kakek Choi yang ternyata datang atas permintaan Jung Woo. Detektif Joo mengatakan kalau pembunuh berantainya telah tertangkap, tapi menurut Jung Woo mereka belum menangkap pembunuh berantai yang sebenarnya.

Mereka menemui Jung Woo yang memperhatikan dari ruang samping, memperhatikan atasannya menginterogasi Sekretaris Yoon. Detektif Joo memberitahu Jung Woo kalau ayahnya sudah sadar dari pingsan.

Saat diinterogasi, Sekretaris Yoon tak mau mengatakan apapun, malah mengatakan kalau Jung Woo adalah target selanjutnya. Atasannya menyuruh Sekretaris Yoon untuk berhenti berpura-pura gila, “Kau yang membunuh Kang Sang Chul, Kang Sang Deuk dan Nam Yi Jung juga, kan?”

Sebelum menjawab Sekretaris Yoon melihat jam, dan kemudian mengiyakan. Saat ditanya alasannya, Sekretaris Yoon menatap ke kaca tempat Jung Woo berdiri dan berkata, “Lee Soo Yeon, menyuruhku untuk melakukannya.”

Kakek Choi yang menyadari ada yang tak beres yang terjadi bertanya apda Jung Woo di manakah Soo Yeon sekarang. Jung Woo langsung menelepon Soo Yeon. Tapi handphone Soo Yeon tak aktif.

Sekretaris Yoon menjawab kalau ia menerima uang imbalan untuk pembunuhan itu. Ia merekam pembicaraannya dengan Soo Yeon saat Soo Yeon meminta bantuannya, dan rekaman itu ada di laci mobilnya.

Jung Woo meminta seniornya untuk menelepon Eun Joo, untuk bertanya apakah Soo Yeon ada di rumah, dan juga meminta seniornya untuk melacak handphone Soo Yeon.

Sekretaris Yoon menjelaskan alasan Soo Yeon melakukan hal itu karena ia ingin membunuh semua orang yang telah membuatnya seperti itu, “Kang Sang Deuk, Kang Sang Chul, Nam Yi Jung, Han Tae Joon dan juga Han Jung Woo.”

Mendengar itu, Jung Woo ingin mencari Soo Yeon. Tapi ternyata handphonenya berbunyi. Soo Yeon sudah menghubunginya.

Kakek Choi memintanya untuk merekam pembicaraan mereka, karena rekaman itu dapat digunakan sebagai bukti, “Rekamlah.”

Jung Woo menatap kedua temannya dan menjadikan pembicaraan itu terdengar oleh semuanya dan merekamnya kemudian dengan nada biasa ia bertanya pada Soo Yeon, “Soo Yeon ah.. dimana kau sekarang?”

“Han Jung Woo, saat aku berpura-pura tak mengenalmu, kau seharusnya membiarkannya. Aku telah menghapus Lee Soo Yeon dengan susah payah.”

Jung Woo terkejut dengan kata-kata Soo Yeon yang aneh. Ia bertanya kembali dimanakah Soo Yeon sekarang. Tapi Soo Yeon tak menjawab, malah berkata lagi dengan anehnya, “Aku hanya ingin mengatakan padamu kalau semuanya sudah terlambat. Semua orang yang mengingat kejadian masa lalu itu, kuharap semuanya mati. Aku bahkan dapat berbuat yang lebih buruk lagi.”

Jung Woo berteriak memanggil Soo Yeon, tapi pembicaraan itu telah terputus. Kakek Choi bertanya pada Jung Woo apakah itu benar-benar suara Soo Yeon.

Dan Jung Woo seperti bisa menduga apa yang telah dilakukan Hyung Joon.

Hyung Joon telah merekam suara Soo Yeon saat Soo Yeon datang ke kamar Hyung Joon pada hari itu. Dan Hyung Joon merekayasa kata-kata Soo Yeon, memotong kata-katanya, dan membolak-balik kata-katanya sehingga menjadi apa yang tadi didengar Jung Woo di telepon.

Jung Woo segera pergi dari ruang pemeriksaan, ingin mencari Soo Yeon yang sekarang ada dalam bahaya. Seniornya mencoba untuk mencegahnya karena sekarang Jung Woo lah dalam bahaya karena Sekretaris Yoon mengatakan kalau Jung Woo adalah target Soo Yeon selanjutnya.

Jung Woo mengatakan kalau bukan Soo Yeon pelakunya. Tapi Detektif Joo yang berpegang pada kenyataan yang ada, mengatakan kalau Lee Soo Yeon adalah pelakunya. Jung Woo mengatakan kalau Detektif Joon sudah gila karena tak dapat melihat apa yang sebenarnya terjadi, “Ia telah menjebak Soo Yeon!”

“Kalau dia bukan pelakunya, maka kau harus membuktikannya!” bentak Detektif Joo dan menyuruh Jung Woo untuk kembali.

Tapi Jung Woo tahu, sia-sia saja meyakinkan seniornya yang tak akan percaya, apalagi dia menduga Soo Yeon sekarang dalam bahaya. Maka dia mengambil pistol dari dalam jaket Detektif Joo dan berkata, “Sudah kubilang kalau semua itu tak benar. Jangan pernah menyentuhnya! Tak ada seorang pun yang boleh mengganggunya!”

Dan Jung Woo pun meninggalkan detektif Joo, teman-temannya. Semuanya.

Di kamar rahasia, Soo Yeon duduk meringkuk, mematung. Pikirannya kembali di malam itu, saat ia menulis perasaan hatinya di buku harian yang katanya akan mereka gunakan bersama-sama,

“Jung Woo-ya, aku menerima banyak hal pada Harry, sementara aku tak pernah memberikan apapun padanya. Aku mendapat makanan, baju. Aku juga dapat bersekolah dan tinggal di tempat yang nyaman. Aku tak dapat membayar semua kebaikannya, tapi aku ingin membayar hutang cinta(?). Aku berjanji kalau tak akan lama.

Han Jung Woo, kau yang mengajak Lee Soo Yeon –anak seorang pembunuh- untuk berteman. Aku juga, tak akan mempedulkani kau anak siapa. Han Jung Woo, Dan jika kita bertemu lagi, janganlah kita pernah terpisahkan dan kita akan saling mencintai.”

Tiba-tiba pintu rahasia terbuka. Pelan-pelan, Soo Yeon keluar. Walau sudah melihat dari CCTV, tapi ia merasa terkejut saat melihat dengan mata kepala sendiri, Mi Ran tergetak di lantai. Takut-takut Soo Yeon mendekati tubuh Mi Ran, mencoba membangunkannya.

Dan ia berteriak panik saat melihat ada darah di tangannya. Rupanya ia menyentuh bagian tubuh Mi Ran yang mengeluarkan darah. Ia panik dan menyingkir, mengambil tasnya dan mencoba menelepon Jung Woo.

Terdengar lagu Magic Castle, membuat Soo Yeon terlompat kaget. Handphone-nya terjatuh. Lagu itu bukan dari handphonenya. Ia mencari-cari asal suara itu. Ternyata suara itu berasal dari laptop Hyung Joon di atas meja.

Ia membuka laptop itu, dan terlihat Hyung Joon memainkan lagu Magic Castle (sama seperti yang terlihat di malam sebelumnya). Dan sepertinya memang direncanakan, karena Hyung Joon menatap ke kamera, pada Soo Yeon yang melihatnya sekarang, dan ia berkata, “

“Lee Soo Yeon, mulai sekarang kau bukanlah anak seorang pembunuh. Tapi kau adalah pembunuh. Tak ada jalan untuk keluar dari masalah ini. Kang Sang Chul, Kang Sang Deuk, Nam Yi Jung .. dan wanita yang ada di hadapanmu. Polisi percaya kalau kau telah membunuh mereka semua. Jadi, bertahanlah walau kau merasa hal itu tak adil.

Soo Yeon gemetar, panik melihat tangannya yang berlumuran darah. Ia mencoba menghilangkan darah itu dengan cara mengelap tangan ke bajunya, tapi percuma. Noda itu tak bisa hilang. Seakan tahu kalau Soo Yeon akan panik, ia Hyung Joon meneruskan, “Ini adalah hukumannya karena tak pernah mencintaiku sekalipun.”

Seakan diprogram dari awal, laptop itu langsung mati. Soo Yeon menjerit bingung.
Di lift ia mencoba menelepon Jung Woo. Tapi ia terlalu gemetar, hingga handphonenya terjatuh. Putus asa, ia tak mencoba lagi. Ia hanya terpekur di dalam lift.

Tapi ternyata beberapa saat kemudian Jung Woo meneleponnya. Soo Yeon langsung mengangkat handphonenya, dan terdengar suara Jung Woo yang khawatir dan menanyakan dimana dirinya sekarang.

Soo Yeon langsung mengatakan kalau bukan ia pelakunya. Dan Jung Woo menenangkannya kalau ia tahu bukan Soo Yeon yang melakukannya. Jung Woo bertanya lagi dimana Soo Yeon berada dan Soo Yeon menjawab kalau ia ada di rumah Harry, “Jung Woo.. apa yang harus kulakukan? Ada orang yang mati.”

Jung Woo terkejut, “Kau sekarang sedang bersama siapa?”

“Sendiri, aku sekarang sendirian.”

“Bagaimana dengan Harry? Dimana orang itu?”

“Aku tak tahu. Ia menghilang,” Soo Yeon terus menerus menangis, berkata kalau Harry benar-benar telah membunuh orang, “Semuanya tak masuk akal. Kupikir yang ia katakan dulu adalah bohong. Apa yang harus kulakukan?”

Jung Woo menyuruh Soo Yeon untuk meninggalkan rumah itu segera. Dan saat Jung Woo tiba di gerbang, Soo Yeon juga sudah keluar dari rumah. Jung Woo memeluk Soo Yeon yang histeris, mencoba menenangkannya.

Di belakang ternyata seniornya dan timnya membuntutinya, membuat Soo Yeon bertambah panik. Ia gemetar memeluk lengan Jung Woo. Jung Woo yang menyadari kalau mereka berdua tak bisa lepas, menodongkan pistol ke arah seniornya, “Maafkan aku.”

Semua polisi juga menodongkan pistol ke arah mereka berdua. Walau Jung Woo memohon untuk membiarkan mereka pergi, seniornya meminta Jung Woo untuk menjatuhkan pistolnya, “Ia adalah tersangka pelakunya. Kau bisa berada dalam bahaya.”

“Apakah kau tak tahu alasanku melakukan ini?!” bentak Jung Woo frustasi. “Jika kau ingin menangkap Soo Yeon, berikan padaku bukti yang jelas kalau ia memang dia pelakunya.” Jung Woo mengambil handphonenya dari saku dan melemparkannya pada detektif Joo, “Suara Soo Yeon telah direkayasa.”

Detektif Joo mengerti dan meminta mereka mengikutinya ke kantor polisi untuk membuktikan semuanya. Tapi Jung Woo tak mau karena itulah yang diinginkan oleh Kang Hyung Joon. Masih menodongkan pistol ke arah teman-temannya, Jung Woo menggenggam tangan Soo Yeon dan berkata padanya, “Lee Soo Yeon, kali ini jangan pernah lepaskan tanganku.“

Meninggalkan para polisi yang tak tega memaksa Jung Woo, Jung Woo pun membawa pergi Soo Yeon.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar