Jumat, 26 April 2013
Sinopsis I Miss You Episode 4 Part 2
Detektif Kim menggali gundukan tanah dengan kedua tangannya dan ia menemukan sweater milik Soo Yeon. Sweater hadiah yang ia berikan pada Soo Yeon. Detektif Kim terdiam melihat benda itu. Detektif yang lain menyuruh petugas untuk menggali lagi.
Jung Woo melempar batu ke sungai dan menghitung gelombang yang diciptakan dari lemparan batunya sambil bergumam, “Di
a datang, dia tak datang, dia datang.” Jung Woo menatap langit sore dan tersenyum.
Detektif Kim merebut sweater itu untuk memastikan apa benda itu benar milik Soo Yeon atau bukan. Setelah memastikan kalau benda itu milik Soo Yeon ia marah, “Siapa yang melakukan ini?” ia membantak marah, “Siapa yang melakukan ini?” Detektif Kim menangis memeluk sweater milik Soo Yeon.
Teman Detektif Kim menerima telepon ia terkejut dan bertanya apa kalian menemukannya. Dengan cepat Detektif Kim merebutnya dan bertanya pada si penelpon, “Siapa?” Detektif Kim meninggikan suaranya, “Katakan padaku!”
Detektif Kim bertanya apa yakin kalau itu orang yang dilihat oleh saksi. Mereka membenarkan bahwa berdasarkan kesaksian Jung Woo orang itu tak memiliki jari manis dan memiliki catatan kriminal narkoba dan juga pelecehan seksual.
Detektif Kim berada disuatu tempat mengintai si pelaku penculikan. Penculik 1 mengendap-endap sambil melihat sekeliling sambil membawa sesuatu yang ia sembunyikan. Detektif Kim mengikutinya.
Direktur Nam melapor pada Han Tae Joon kalau pertemuan dengan Pengacara Choi berjalan lancar. Han Tae Joon menanyakan perkembangan terhadap pencarian perawat Jung Hye Mi.
Direktur Nam berkata kalau ia memeriksa catatan panggilan telepon Perawat Jung, “Panggilan terbanyak ditemukan disekitar rumah sakit jiwa dimana wanita itu berada. Jadi kami sedang menyelidiki tempat-tempat terdekat. Aku berfikir kalau mereka mempunyai tempat persembunyian di daerah itu.”
Han Tae Joon bertanya berapa lama waktu yang Direktur Nam butuhkan untuk mengungkap semuanya. Direktur Nam berkata kalau untuk memeriksa semua tempat ia memerlukan waktu lebih banyak lagi.
Han Tae Joon tak peduli yang penting Direktur Nam harus menemukan perawat Jung Hye Mi. Entah itu di stasiun kereta api, pelabuhan atau bahkan bandara, blokir semua tempat yang memungkinkan mereka bisa melarikan diri.
Direktur Nam mengatakan kalau kepala polisi sudah... Belum sempat Direktur Nam mengatakannya Han Tae Joon memotong ucapannya, apa Direktur Nam percaya pada mereka. “Apa kau tak melihat apa yang mereka lakukan hari ini?” Ia minta Direktur Nam menyiapkan mobil untuknya ia akan mencarinya sendiri.
Ketika Han Tae Joon akan pergi Jung Woo masuk ke ruang kerjanya. Dengan wajah menunduk Jung Woo mengatakan kalau ia sudah pulang. Han Tae Joon mencibir kalau apa yang dilakukan Jung Woo tadi adalah tindakan bodoh (menyerahkan diri pada polisi). Jung Woo menunduk minta maaf.
Jung Woo menatap ayahnya dan berkata kalau ia ingin menanyakan satu hal. Tapi Han Tae Joon sedang tak ingin bicara dengan putranya, ia akan berlalu dari ruang kerjanya tapi pertanyaan Jung Woo menghentikan langkahnya. Jung Woo bertanya dimana penculik yang ayahnya tangkap hari itu.
Han Tae Joon sedikit terkejut dnegan pertanyaan putranya, begitu pula dengan Direktur Nam. Jung Woo mengatakan kalau ia mendengar terjadi kebakaran di gudang tempatnya disekap. Jung Woo berkata kalau polisi tak bisa menemukan apa-apa karena semuanya sudah terbakar dan pelaku yang satunya lagi melarikan diri. Jadi dimanakah orang yang ayahnya tangkap.
“Aku gagal menangkapnya.” sahut Direktur Nam.
“Apa?” Jung Woo kaget.
Direktur Nam sejenak menatap Presdirnya dan berkata pada Jung Woo kalau ketika itu ia pergi untuk mencari teman Jung Woo (Soo Yeon) tapi terjadi kebakaran disana. Han Tae Joon menyela Direktur Nam tak perlu menjawab pertanyaan Jung Woo, kirim saja Jung Woo ke Amerika atau rumah sakit jiwa agar ia tak perlu melihat Jung Woo lagi.
Jung Woo akan mengejar ayahnya tapi Dir Nam menahannya. Ia menyarankan sebaiknya Jung Woo tinggal di Amerika untuk sementara waktu. Tak peduli apa yang dikatakan Presdir ia akan mencari teman Jung Woo. (ya ampun aku bingung deh sama Direktur Nam ini, omongannya serius ga ya)
Jung Woo heran, “Kau bilang terjadi kebakaran saat kau ke gudang itu kan?” Dir Nam membenarkan mungkin pelaku yang satu lagi yang melakukan itu. “Kenapa apa polisi menemukan sesuatu?” wajah Dir Nam tampak tegang. “Tidak....” jawab Jung Woo membuat Dir Nam merasa lega. Dir Nam permisi dan menyuruh Jung Woo istirahat.
Jung Woo melihat sekeliling ruang kerja ayahnya, ia mendekat ke arah meja kerja ayahnya dan memandang foto dirinya terpasang di samping foto ayahnya. Jung Woo mendekatkan fotonya agar lebih dekat lagi dengan foto ayahnya.
Panculik 1 masuk ke sebuah ruangan, ternyata di ruangan itu penculik 2 sudah menunggu. Penculik 2 bertanya apa temannya ini membawa barang titipannya. Penculik 1 menyerahkan bungkusan kepada penculik 2, isinya tentu saja barang haram yang namanya narkoba.”
Penculik 1 kesal apa temannya ini akan menjadi orang gila. Penculik 2 tak menanggapi pertanyaan temannya, ia meminta temannya membawakan bir untuknya dan juga jangan lupa bawakan wanita.
Plok... Kepala penculik 2 digaplok. Penculik 1 makin kesal apa temannya ini tak bisa membedakan antara kotoran dengan pasta kacang kedelai. Penculik 2 bertanya apa temannya ini tahu berapa harga barang ini.
Penculik 1 mencengekeram baju temannya dan memperingatkan jangan pernah membuat kesalahan, “Kalau kita tak mengikuti perintah mereka kita berdua akan mati. Penculik 2 berkata kalau ia akan mengikuti perintah mereka jadi cepat bawakan wanita cantik untuknya sebelum ia membocorkan rahasianya.
Tiba-tiba pintu terbuka, Detektif Kim masuk mengagetkan keduanya dan langsung mengunci pintu. Penculik 1 langsung menyembunyikan narkoba yang dibawanya tapi si penculik 2 merebut barang itu. Dengan wajah yang masih menampakan keterkejutan penculik 1 bertanya siapa Detektif Kim. Dengan tenang Detektif Kim mengatakan kalau ia ayahnya Soo Yeon dan bertanya dimana Soo Yeon.
Karena tak ada jawaban Detektif Kim hilang kesabaran, ia langsung menendang si penculik 1 kuat-kuat. Detektif Kim yang marah langsung membalikkan meja dan membuat semua yang ada di atas meja berhamburan. Penculik 2 ia pun mencari sesuatu yang terjatuh. Detektif Kim mencekik dan menahan tubuh penculik 1 ke tembok. Dengan keras ia kembali menendang kaki dan memborgolnya.
Penculik 2 yang sibuk mencari sesuatu akhirnya menemukan pisau kecil untuk melawan Detektif Kim. Ia mengarahkan pisau itu kearah Detektif Kim. Ia tersenyum seolah akan menang karena ia menggunakan senjata. Penculik 2 menilai kalau Detektif Kim orang gila kareba setahunya ayah anak itu sudah mati. Penculik 1 yang sudah kesakitan karena siksaan dari Han Tae Joon berkata kalau ia akan menyerahkan diri.
“Menyerahkan diri? tentu saja. Memangnya kenapa kalau aku menyentuh anak itu? penculikan dan pelecehan seksual, berapa lama aku akan dipenjara? 7 tahun?” Kata penculik 2 menerka hukumannya sambil mengayunkan pisau. Detektif Kim kembali bertanya dimana Soo Yeon.
Penculik 2 : “Lihat? Aku mengkonsumsi narkoba. Karena aku dalam keadaan tak sadar, hukumanku akan diturunkan menjadi 3 tahun. Atau dua tahun?”
Tiba-tiba dengan cepat Detektf Kim menarik tangan penculik 2 dan menjatuhkan pisaunya. Dengan sekuat tenaga ia membanting penculik 2 itu ke kursi. Ia kembali bertanya, “Dimana Soo Yeon? Dimana Soo Yeon brengsek?”
Detektif Kim menendang perut penculik 2. Tak hanya menendang ia pun memukulinya. Ia menarik tangan si penculik 2 akan memborgol dan melihat kalau pria ini tak memiliki jari manis di tangan kanannya. Ia pun akhirnya tahu kalau pria inilah yang melakukan pelecehan terhadap Soo Yeon.
Detektif Kim sangat marah, ia kalap dan menendang area pribadi milik si penculik 2 berkali-kali. Penculik 2 kesakitan teramat sangat. Detektif Kim yang sangat marah terus menendang. Penculik 1 yang ketakutan memohon Detektif Kim jangan membunuh temannya.
Detektif kim memukuli si penculik 2, “Apa ini sakit? Apa ini sakit?” Bentaknya terus memukul dan menendang. Terbayang dalam ingatan Detektif Kim betapa kehidupan Soo Yeon sangat menderita dengan identitas sebagai putri seorang pembunuh ditambah lagi Soo Yeon mengalami pelecehan seksual. Ia terus meluapkan kemarahannya dengan memukul dan menendang si pelaku.
Detektif Kim menarik penculik 2 itu ke tembok dan kembali bertanya dimana Soo Yeon. Panculik 2 yang sudah babak belur ternyata masih belum sadar juga. Ia malah tersenyum meremehkan, Detektif Kim jelas marah dan kembali akan memukul.
Si penculik 2 tersenyum sinis, “Apa kau ingin aku memberitahumu dimana Soo Yeon? Mati. Aku melemparkannya ke laut. Karena dia berisik seperti kau. Aku sudah membunuhnya.” kata penculik 2 tanpa rasa bersalah dan tertawa.
Detektif Kim kaget dan tak menyangka, “Dasar bajingan...” air mata detektif Kim mengalir mendengar si penculik 2 mengatakan kalau dia sudah membunuh dan membuang mayat Soo Yeon ke laut.
Dibawah guyuran salju Polisi menggelar rekonstruksi di TKP tepatnya di bendungan Soosung dimana menurut penculik 2 mayat Soo Yeon dibuang usai dibunuh. Banyak wartawan dan warga yang melihat. Tersangka utama menutupi wajahnya dengan masker.
Hadir ditengah-tengah warga ibu Soo Yeon yang ingin melihat langsung proses rekonstruksi berlangsung. Ia melihat si pelaku sedang memperagakan dengan manekin bagaimana dia melemparkan tubuh Soo Yeon. (penasaran ibu Soo Yeon tahu dari mana ya?)
Reporter melaporkan bahwa tersangka setelah mengkonsumsi philopon dia melakukan tindak pidana. Dia menyerahkan diri setelah melakukan pelecehan seksual terhadap seorang gadis dan melemparkan mayat gadis itu ke bendungan Soosung. Polisi menemukan pakaian dan sepatu korban dan mempunyai saksi yang melihat tersangka membuang mayat korban. Di berita juga disebutkan bahwa korban adalah putri dari Lee Tae Soo tersangka yang sudah dieksekusi mati belum lama ini.
Jung Woo yang berada di rumah sakit menonton berita ini. Sementara Detektif Kim menyendiri di kantor polisi melamun dengan nasib tragis yang menimpa Soo Yeon. Kedua pria beda usia ini hanya bisa terdiam sedih.
Tersangka memperagakan bagaimana ia melempar mayat Soo Yeon. Warga yang melihat banyak yang menangis tak habis pikir kenapa ada orang setega itu. Ibu yang melihat rekonstruksi langsung lemas setelah melihat putrinya diperlakukan secara tak manusiawi.
Detektif bertanya pada tersangka bagaimana dengan pakaian korban. Dengan santai tersangka mangatakan kalau pakaiannya ada disana, bukankah sudah ditemukan. Dimana tanya detektif mencoba mengorek informasi. Tersangka kembali mengatakan dengan santai disana. Detektif kesal dan menarik topi tersangka. Detektif yang lain juga kesal karena tersangka ini bicara tak formal pada mereka.
Rekonstruksi selesai, tersangka akan dibawa kembali ke kantor polisi. Ibu Soo Yeon bergerak maju ingin menemui tersangka tapi petugas kepolisian mencegahnya. Ibu mengatakan kalau ia hanya ingin bertanya sesuatu pada si pelaku. Tapi petugas melarang membuat ibu terpaksa mengatakan kalau ia ini ibu Soo Yeon, ibu dari korban. Semua kamera langsung mengarah ke ibu Soo Yeon.
Detektif langsung membawa ibu Soo Yeon. Ibu memohon pada detektif itu kalau ada sesuatu yang ingin ia tanyakan pada tersangka. Detektif pun mengijinkan. Detektif memperingatkan wartawan agar jangan mengambil gambar tapi wartawan tetap nekat mengambil gambar ibu dan si pelaku.
Ibu menatap si pelaku yang wajahnya tertutup masker. Dengan suara berat ibu bertanya, “Kenapa kau melakukanya?” Si pelaku diam. Ibu kembali bertanya, “Kenapa kenapa kau melakukannya?” Ibu menangis, “Kenapa kau melakukannya, pada anak semuda itu, pada anak semalang itu, kenapa kau melakukannya?”
Si tersangka akan pergi tapi ibu minta jawab dulu pertanyaannya sebelum pergi, “Kenapa anakku? Kenapa harus anakku? Kenapa harus Soo Yeon anakku? Aku tanya kenapa?” Si tersangka diam saja. Ibu menahan tubuh si tersangka, “Kau tak membunuhnya kan? Soo Yeon-ku masih hidup kan? Aku tak akan mengatakan apa-apa, aku tak akan membencimu, aku tak akan menyalahkanmu, apapun yang kau lakukan tak masalah, itu semua tak masalah aku tak akan mengatakan apa-apa. Jadi, katakan kalau Soo Yeon masih hidup. Soo Yeon masih hidup kan? Soo Yeon-ku belum mati kan? Jawab aku! Soo Yeon-ku masih hidup kan?” Ibu menangis histeris.
Jung Woo yang menonton tayangan ini dari layar televisi rumah sakit ikut sedih melihatnya. Ia memjamkan mata mencoba menahan kesedihannya. Tiba-tiba tangan seseorang menepuknya, Hwang Mi Ran.
Hwang Mi Ran mengajak Jung Woo pulang. Terdengar berita di televisi kalau mayat korban tak ditemukan dan ini membuat media menjadi bingung. Terlepas dari keberadaan mayat, polisi membawa kasus ini ke kejaksaan dan mengatakan kalau tersangka akan dihukum berat.
Hwang Mi Ran mengingatkan Jung Woo kalau menurut pesan dokter Kim, Jung Woo harus berangkat sekarang. Mi Ran mengatakan kalau Jung Woo sudah tak punya waktu. Jung Woo diam tak beranjak dari tempat duduknya. Mi Ran mulai kesal, “Bukankah sudah kubilang kita tak punya waktu.”
Dengan tubuh lemas dan tak bersemangat Jung Woo berjalan mendahului ibu tirinya, nabrak ibu tirinya pula. Mi Ran jelas menahan kesal. Ia mengikuti Jung Woo.
Supir membukakan pintu mobil tapi Jung Woo tak masuk ke dalamnya, ia malah berlari pergi dibawah hujan salju.
Jung Woo sampai di taman bermain ia langsung menuju ke tempat biasanya Soo Yeon bersembunyi. Di balik perosotan. Ia berharap bisa menemukan gadis itu disana. Tapi Jung Woo kecewa ia tak menemukan Soo Yeon. Jung Woo menatap sedih tempat itu dan kembali menitikan air mata.
“Besok apa kau akan datang kesini lagi?” tiba-tiba bayangan Soo Yeon muncul dan bertanya pada Jung Woo. Jung Woo menoleh dan melihat Soo Yeon ada di hadapannya tersenyum.
Sambil menangis Jung Woo menjawab, “Tidak. Besok dan lusa dan juga hari berikutnya aku akan datang setiap hari.” Soo Yeon tersenyum. Dan seketika itu pula bayangan Soo Yeon ini kembali tak ada, hanya Jung Woo sendirian di taman bermain itu.
Tiba-tiba terdengar suara dernyit ayunan. Jung Woo langsung menoleh ke arah ayunan berharap Soo Yeon berada disana, tapi ia harus kembali kecewa karena ayunan itu bergerak tertiup angin. (kalau emang tertiup angin kenapa ayunan di sebelahnya ga ikut bergerak hi... takut...)
Jung Woo kembali bersedih, “Soo Yeon kau dimana? Lee Soo Yeon. Soo Yeon kau dimana?” Jung Woo meninggikan suaranya, “Soo Yeon kenapa kau tak menjawabku? Kenapa? Lee Soo Yeon. Soo Yeon. SOO YEON KAU DIMANA?”
Jung Woo melamun duduk di belakang perosotan. Ia mengingat apa yang disampaikan Detektif Kim bahwa yang tersisa hanya sepatu milik Soo Yeon. Lalu ia mengingat ucapan Direktur Nam yang mengatakan kalau Direktur Nam mencari Soo Yeon tapi terjadi kebakaran. Ia kembali mengingat ucapan Detektif Kim yang menebak kalau Soo Yeon sudah melarikan diri sebelum terjadi kebakaran dan kemungkinan besar orang yang satu lagi yang membakar dan melarikan diri dengan Soo Yeon. Tapi menurut Jung Woo itu tak mungkin karena ayahnya sudah menangkapnya.
Jung Woo terus berfikir apalagi ketika ia menanyakan perihal orang yang ditangkap itu ia malah mendapat jawaban yang mengejutkan dari Direktur Nam yang mengatakan kalau dia gagal menangkap penjahat itu. Jung Woo terus berfikir apalagi alasan Detektif Kim yang memintanya jangan meragukan ayahnya. Ditambah lagi ayahnya pernah mengingatkan kalau Jung Woo jangan pernah melibatkan polisi dalam masalah apapun. Jung Woo langsung bergegas lari menuju rumahnya.
Sampai di rumah ia berpapasan dengan ibu tirinya yang menyuruh untuk mengemasi barang-barangnya, “Ayahmu bilang akan mengirimmu ke rumah sakit jiwa kalau kau melawannya lagi.” Tapi Jung Woo tak peduli ucapan ibu tirinya ia masuk ke ruang kerja ayahnya. Hwang Mi Ran yang mencoba menghalangi tapi tak berhasil Jung Woo memaksa masuk ke ruang kerja dan menutup pintunya.
Jung Woo mengobrak-abrik semuanya, mulai dari koran sampai laci-laci ayahnya ia geledah. Ah Reum ternyata berada di rungan itu bersamanya.
Terdengar suara dari luar Hwang Mi Ran yang cemas dengan tindakan Jung Woo.
Jung Woo akan membuka laci tapi tak bisa karena laci itu terkunci. Ia curiga pasti di dalamnya ada sesuatu. Ia berusaha mencari kunci dan mendapatkannya, kunci itu ada di tempat pensil.
Ah Reum yang cemas berkata kalau ayahnya akan datang dan kakaknya akan berada dalam masalah. Jung Woo membuka laci meja kerja ayahnya dan apa yang ia temukan...
Di dalam laci itu ada beberapa foto Detektif Kim dan berkas-berkas tentang detektif Kim. Jung Woo tak mengerti kenapa ayahnya menyimpan ini semua.
Apalagi yang Jung Woo temukan, ponsel miliknya. Ia tambah tak mengerti bgaimana bisa ponselnya ada di tangan ayahnya bukankah ponsel itu habis terbakar. Kenapa masih utuh.
Jung Woo mencoba mengaktifkan ponselnya dan ternyata masih berfungsi. “Soo Yeon, Soo Yeon..” Jung Woo menggumamkan nama Soo Yeon sambil menangis. Melihat kakaknya menangis Ah Reum ikut sedih.
Tiba-tiba ponsel Jung Woo berdering. Jung Woo kaget dan diam tak segera menjawabnya. Ia tak percaya tiba-tiba ponselnya langsung ada yang memanggil. “Kakak ada panggilan masuk!” sahut Ah Reum.
Tangan Jung Woo gemetaran menjawab panggilan itu, ia mendekatkan ponselnya ke telinga. “Ha.. lo...” suara Jung Woo gemetaran.
“Jung Woo... Han Jung Woo...” Terdengar suara seorang wanita dari seberang sana.
“Soo Yeon...!” Jung Woo langsung mengenali suara Soo Yeon. “Soo Yeon apa ini kau?” Jung Woo menangis tak percaya.
Tiba-tiba ada yang mengambil paksa ponsel Jung Woo dan memutus sambungan teleponnya. Jung Woo menatapnya kaget.
“Apa yang kau lakukan? Apa kau mau membunuh kita semua?” Perawat Jung mendorong seorang anak perempuan hingga terjatuh karena menggunakan teleponnya untuk menghubungi Jung Woo. Soo Yeon ternyata selamat, Perawat Jung tak menabraknya. Tapi wajah Soo Yeon yang penuh luka diperban.
Hyung Joon merangkak mendekat ke arah Soo Yeon. “Apa kau terluka?” Hyung Joon mengkhawatirkan Soo Yeon.
Jung Hye Mi menarik Hyung Joon dan berkata kalau mereka tak bisa tertangkap oleh Han Tae Joon hanya karena Soo Yeon, bukankah ia sudah bilang agar tak membawa Soo Yeon. Ia menarik Hyung Joon untuk bangun tapi Hyung Joon menolak. Ia memeluk melindungi Soo Yeon. Hyung Joon memohon agar Hye Mi menyelamatkan Soo Yeon karena Soo Yeon juga pernah menyelamatkannya. Soo Yeon diam saja.
Jung Woo meminta ponselnya dikembalikan karena yang barusan bicara dengannya itu Soo Yeon. Ternyata yang merebut ponsel Jung Woo adalah ayahnya.
Han Tae Joon mengingatkan putranya kalau Soo Yeon sudah mati. Jung Woo menolak anggapan ayayhnya karena ia meyakini Soo Yeon masih hidup. Ia yakin Soo Yeon akan meneleponnya lagi, jadi berikan ponsel itu padanya.
Jung Woo berusaha mengambil ponselnya tapi Han Tae Joon menepis tangan putranya. “Bagaimana bisa orang yang mati meneleponmu?”
Jung Woo berkata kalau ia harus menjawab telepon dari Soo Yeon. Ia memohon pada ayahnya karena Soo Yeon masih hidup. Karena terlalu banyak bicara Han Tae Joon marah dan memukul wajah putranya. Ah Reum terkejut melihat ayahnya marah dan bergerak mundur sambil memeluk boneka beruangnya.
Han Tae Joon menilai putranya sudah gila. Jung Woo menatap ayahnya, “Ayah apa kau benar-benar berfikir begitu? Apa ayah benar-benar berfikir kalau aku sudah gila? Aku mendengar suara Soo Yeon. Itu benar-benar Soo Yeon. ‘Jung Woo, Han Jung Woo’ berikan padaku, aku harus mengatakan sesuatu pada Soo Yeon. Kumohon berikan padaku.” Air mata Jung Woo mengalir deras di pipinya, “Kalau Soo Yeon mati bukankah ayah bilang itu kesalahanku. Kalau Soo Yeon mati akulah orang yang membunuhnya. Bagaimana bisa kau hidup seperti ini?”
Ah Reum ikut menangis melihat kakaknya menangis, ia berusaha membela kakaknya. “Itu benar ayah kakak menerima telepon.”
Han Tae Joon murka dan membentak menyurh kedua anaknya diam sambil membanting ponsel Jung Woo. Melihat kemurkaan ayahnya tangis Ah Reum semakin keras karena ketakutan. Mi Ran masuk ke ruang kerja suaminya ia langsung memeluk putrinya. Han Tae Joon menyuruh istrinya memanggilkan dokter Kim agar membawa Jung Woo ke rumah sakit. Mi Ran mengerti ia akan melakukanya. Mi Ran keluar dari ruang kerja suaminya sambil memeluk Ah Reum yang terus menangis.
Jung Woo menatap ponsel yang dibanting ayahnya, kemudian ia menoleh menatap ayahnya. “Sejak awal ayah tak mencoba untuk mencari Soo Yeon kan? Sejak awal ayah tak ingin mencarinya kan? Janji kalau ayah akan menemukan Soo Yeon itu semua bohong kan?” Jung Woo meninggikan suaranya, “Meskipun Soo Yeon masih hidup, ayah tak ingin menemukannya kan?”
Han Tae Joon membenarkan ucapan putranya, “Benar. Kenapa aku harus mencarinya? Putri seorang pembunuh, kenapa aku harus terlibat dengan orang-orang sampah itu? Apa kau pikir aku membiarkanmu tinggal disini agar menjadi seperti ini?”
Han Tae Joon memberikan Jung Woo kesempatan terakhir lebih baik Jung Woo segera mengemasi barang-barang dan berangkat ke Amerika.
Jung Woo menatap marah ia memungut ponselnya dan berdiri di depan ayahnya, “Ayah. Kau bilang kau hanya percaya padaku kan?”
Han Tae Joon : “Itu benar, aku tak percaya siapapun. Han Jung Woo, aku hanya percaya padamu.”
Jung Woo : “Jangan percaya padaku. Karena sekarang aku tak percaya pada ayah.”
Jung Woo meninggalkan ruang kerja ayahnya, ia mengabaikan panggilan ayahnya. Jung Woo ke kamarnya mengambil buku harian Soo Yeon dan keluar dari rumah. Han Tae Joon menyuruh putranya berhenti, ia mengancam kalau Jung Woo meninggalkan rumah sekarang Jung Woo tak akan bisa kembali lagi. Tapi Jung Woo tak peduli, ia terus berjalan keluar mengabaikan ancaman ayahnya.
Di depan pagar rumahnya Jung Woo berhenti dan menoleh ke arah rumah yang akan ia tinggalkan. Ia sudah mengambil keputusan dan berlari menuju suatu tempat. (apa Jung Woo meninggalkan rumah untuk mencari keberadaan Soo Yeon?)
Di kantor polisi Detektif Kim ngamuk-ngamuk. Ia mengancurkan beberapa perlengkapan kantor seperti komputer dan yang lainnya.
Atasan Detektif Kim datang dan marah-marah melihat kelakuakn detektif Kim. Ia meninggikan suaranya tak mengerti kenapa Detektif Kim ngamuk seperti ini bukankah hasil penyelidikan sudah keluar, kenapa Detektif Kim bersikap seperti ini karena kasus ini sekarang dibawa ke kejaksaan bukan ditangan kepolisian lagi. Kasus Lee Soo Yeon sudah selesai kata kapten polisi.
Detektif Kim ikut mengeraskan suara mengatakan kalau masalah ini belum dimulai apa maksud atasannya dengan mengatakan kalau ini sudah selesai. Apa atasannya ini menangani kasus ini dengan baik. Apa atasannya ini ingin melihat hasil yang sebenarnya.
Detektif Kim kembali mengamuk menghancurkan komputer dan ini jelas membuat atasannya makin marah, “Hei Kim Sung Ho kau dipecat!” bentak atasan Detektif Kim.
Detektif Kim menendang kursi ia membuang pistol dan tanda pengenalnya, ia juga melempar surat pengunduran dirinya, “Aku berhenti menjadi detektif karena aku merasa malu. Kalau tersangka berkata ‘aku membunuhnya’ apa itu berarti korban benar-benar mati? Bukti, keadaan dan petunjuk kasus, apa itu tak ada gunanya? Kalau dia mengatakan dia membunuh Soo Yeon apa itu berarti Soo Yeon mati? Apa Soo Yeon berarti sudah mati? Yang mengatakan kalau Soo Yeon sudah mati silakan maju.” Bentak detektif Kim. “Maju kalian semua.”
Semuanya diam.
Detektif Kim : “Orang yang tahu kebenaran tapi mengabaikannya itulah orang yang lebih buruk, kalian semua tak berhak meminta maaf pada Soo Yeon. Aku akan menemukan Soo Yeon. Aku akan memastikan menemukannya dan menunjukannya di depan kalian.”
“Paman...?” Jung Woo sampai di kantor polisi dengan nafas terengah-engah karena lari dari rumah.
Di hadapan detektif Kim, Jung Woo menangis mengatakan kalau Soo Yeon masih hidup. Detektif Kim ikut menangis dan berkata kalau ia tahu itu, ia juga meyakini hal yang sama. “Dia benar-benar masih hidup.” ucap Jung Woo sambil menangis. “Aku tahu itu.” ucap Detektif Kim dengan air mata yang tak tertahan lagi.
Jung Woo berlutut sambil menangis ia memohon agar Detektif Kim menemukan Soo Yeon. “Paman, aku percaya padamu. Paman, aku percaya pada kalian semua!” Jung Woo menatap semua detektif yang ada di ruangn itu.
“Kalian bisa menemukannya kan? Kumohon temukan dia. Aku harus mengatakan sesuatu pada Soo Yeon. Tolong temukan dia. Soo Yeon, Soo Yeon, aku merindukannya.” Detektif Kim menepuk pundak Jung Woo yang menangis dan memeluknya.
Keadaan Lee Soo Yeon benar-benar terpuruk, ia hanya bisa duduk diam meratapi nasibnya. Hyung Joon setia berada di samping menguatkannya. Hyung Joon terus mengganggam tangannya.
Jung Hye Mi bertanya pada Hyung Joon mau pergi tidak. Hyung Joon bimbang ia tak bisa eninggalkan Soo Yeon disini dalam keadaan seperti ini.
Hye Mi menarik paksa kalung Hyung Joon hingga lepas dari leher Hyung Joon. “Demi ibumu aku sudah berbuat banyak untukmu. Kau yang menyebabkan semua ini. jangan membenciku.” Hye Mi akan meninggalkan Hyung Joon dan Soo Yeon disana dengan membawa tas besar yang berisi uang.
Hyung Joon berkata kalau kalau kalung itu tak ada gunannya, “Kau hanya bisa mendapatkan uangnya setelah aku berusia 18 tahun. Ibu bilang tanpa aku uang itu tak bisa dicairkan.”
Hyung Joon mengancam kalau Soo Yeon tak ikut pergi dengannya ia juga tak akan pergi. Hye Mi menjatuhkan tasnya tak jadi pergi.
Hyung Joon menatap Soo Yeon yang dari tadi hanya diam saja. Ia mengambil koran dan menunjukan berita yang dimuat disana, “Mereka bilang kau sudah mati. Kalau kau tak percaya bacalah!” Soo Yeon diam saja.
Hyung Joon : “Dasar bodoh. Kau harus bangun supaya kau bisa ikut dengan kami. Foto ini benar kau kan? Lee Soo Yeon, benar kan? Lihat dengan baik. Disini tak ada nama Han Jung Woo. Apa sekarang kau mengerti kenapa Jung Woo menutup teleponnya. Dia tak menunggumu, dia bahkan tak mencarimu.”
Soo Yeon menatap fotonya di koran yang memberitakan kalau ia sudah meninggal.
Soo Yeon menitikan air mata, “Tidak....” Soo Yeon tak setuju anggapan Hyung Joon kalau Jung Woo mengabaikannya.
Hyung Joon : “Lalu kenapa kau disini. Dia mengabaikanmu,”
“Tidak...” jerit Soo Yeon sambil menangis.
Hyung Joon kembali mengatakan kalau Jung Woo sudah menelantarkan Soo Yeon, “Kalau dia tak datang meski kau telah menunggunya itu berarti dia memang telah menelantarkanmu.”
Soo Yeon menjerit sekencang-kencangnya memukuli dirinya sendiri dan teringat kejadian buruk yang ia alami. Bahkan Jung Woo meninggalkannya disaat-saat terburuk dalam hidupnya. Hyung Joon ikut menangis melihatnya.
Dan inilah adegan yang seperti di teaser.
Han Jung Woo (Park Yoochun) berlari kencang. Lee Soo Yeon (Yoon Eun Hye) yang ketakutan langsung memeluknya.
Jung Woo menggenggam tangan Soo Yeon erat dan menariknya lari bersamanya, “Lee Soo Yeon kali ini jangan pernah lepaskan tanganku.”
Hyung Joon (Yoo Seung Ho) menangis pilu...
Terdengar suara tembakan, Han Jung Woo jatuh terkapar dengan linangan air mata.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar