Kang Chi kecil sangat marah.
Walau wajahnya babak belur, tapi kemarahannya sangat nyata di matanya.
Menatap mata kecil yang penuh
amarah itu, bukannya marah, Tuan Park malah tersenyum sayang. Di hadapannya tak
hanya Kang Chi yang berlutut padanya. Tapi juga lima anak laki-laki yang
semuanya juga babak belur. Dengan sabar, Tuan Park bertanya alasan Kang Chi
memukuli teman-temannya.
“Karena mereka mengatakan kalau
aku adalah anak yang dibuang di sungai!” teriak Kang Chi.
“Apakah kau merasa malu karena
kau dibuang di sungai?”
Mata Kang Chi meredup, dan sambil
menunduk ia menjawab, “Ya.”
Tuan Park tersenyum dan memahami
duduk persoalannya. Dengan berjongkok di depan Kang Chi, ia berkata pelan, “Tapi Kang
Chi.. Kurasa itu adalah kejadian yang sangatl baik.” Kang Chi mendongak heran
dan Tuan Park pun meneruskan, “Jika saat itu kau tak dilarung di sungai .. Aku
tak akan pernah bertemu denganmu.”
Mata Kang Chi berkaca-kaca
menahan haru mendengar kata-kata itu, “Tuanku..”
“Walau tak berhubungan darah, kita dapat menjadi keluarga karena cinta. Di dalam hatiku, kau sudah kuanggap sebagai anakku. Apakah kau mengerti?” |
Kang Chi mengangguk-angguk, tapi
air matanya malah mengalir. Tuan Park menepuk bahu Kang Chi, bangkit dan
berkata pada teman-teman Kang Chi, “Jadi, kalian jangan pernah lagi mengejek
Kang Chi kalau ia adalah anak buangan. Mengejeknya sama dengan mengejekku.”
Anak-anak itu mengkerut segan
pada Tuan Park, sedangkan Kang Chi menatap Tuan Park sambil tersedu-sedu. Tuan
Park kembali menoleh pada Kang Chi dan berkata, “Apakah kau sudah tak apa-apa?”
Kang Chi tertawa sambil terisak
dan mengangguk-angguk bahagia.
Suara tawa Kang Chi kecil itu
terngiang saat Tuan Park menghambur ke depan, menghalangi pedang yang akan
menusuk Kang Chi.
Dan suara tusukan pedang itu mengagetkan semuanya.
“Tuanku…!”
|
Sinopsis Gu Family Book Episode 6 – 1
Semua diam terpaku, kaget melihat
Tuan Park tertusuk pedang. Kang Chi yang lebih dulu pulih dari rasa kagetnya,
mengaum dan memukul ninja itu hingga terjatuh. Ia berbalik langsung menangkap
tubuh Tuan Park dan memanggil, “Tuanku.. Tuanku..!”
Dengan nafas tersengal-sengal,
Tuan Park malah bertanya pada Kang Chi, “Apakah kau baik-baik saja?” Tuan Park
membelai pipi Kang Chi yang basah oleh air mata. Terpatah-patah, ia berkata, “Jangan
pernah lupa, .. kau sudah kuanggap anakku… Kumohon.., lindungilah .. Tae Soo ..
dan .. Chung Jo..”
Nafas Tuan Park tiba-tiba
tersentak dan tangan yang tadi membelai pipi Kang Chi sekarang terkulai lemah.
Kang Chi shock melihat Tuan Park tak bergerak lagi di pelukannya. Ia
menggoncangkan tubuh Tuan Park perlahan dan memanggil Tuan Park, tapi tubuh itu
tetap tak bergerak
“Ayaahh..!” teriak Tae Soo
memanggil ayahnya, menyadarkan semua kalau Tuan Park sudah tiada.
Chung Jo dan Han No terpaku tak
percaya. Nyonya Yoon jatuh ke tanah, tak kuat menerima kenyataan ini. Bahkan
Kepala Polisi pun tak percaya melihat Tuan Park terbunuh.
“Tidak, Tuanku. Bangunlah,” pinta
Kang Chi, menolak untuk percaya kalau Tuannya sudah meninggal. “Kumohon
kembalilah..” Tapi Tuan Park tetak tak bergerak. Menyadari hal ini, Kang Chi
hanya dapat berteriak sekeras-kerasnya meluapkan emosinya.
Dan teriakan Kang Chi itu seakan
memanggil angin untuk bertiup kencang dan menyuruh awan untuk menutup bulan.
Kelopak bunga sakura berterbangan dan api obor pun hampir padam.
Di luar, Biksu So Jung memandangi
penginapan Seratus Tahun dengan khawatir. Di dalam Yeo Wool dan Gon heran
merasakan perubahan cuaca itu.
Mereka mencoba mengintip dari
atap penginapan, dan merasakan angin yang sangat kencang. Gon menutupi Yeo Wool
agar tidak tertiup angin secara langsung.
Semua merasakan terpaan angin
itu, hanya Kang Chi yang tak
mempedulikannya. Matanya menatap Jo Gwan Woong dengan penuh kebencian dan
berteriak, “Aku akan membunuhmu!”
Jo Gwan Woon kaget melihat mata Kang
Chi yang sekarang berubah menjadi kehijauan. Ia tak sempat menghindar saat Kang
Chi melompat menyerangnya sambil berteriak, “AKU AKAN MEMBUNUHMU!!”
Tapi niat Kang Chi terhenti
karena tiba-tiba Biksu So Jung muncul di hadapannya dan langsung menohoknya di
perut. Tak disangka, tongkat Biksu So Jung itu menahannya sehingga ia tak mampu
menggerakkan badannya. Ia mencoba mengerahkan tenanganya tapi sia-sia.
Gelang Kang Chi berpendar lagi,
Kepala pengawal dan Jo Gwan Woong melihatnya, membuat mereka penasaran. Namun
mereka tak dapat memandangi lama karena angin bertiup semakin kencang. Mereka
pun melindungi diri dari terpaan angin yang semakin ribut.
Mendadak angin menghilang dan
bulan pun muncul kembali. Suasana hening, dan mereka semua menyadari kalau Kang
Chi dan Biksu itu telah menghilang! Para tentara itu ribut mempertanyakan
hilangnya Kang Chi.
Tapi tatapan Tae Soo dan Chung Jo
hanya terpaku pada jasad ayahnya yang terbaring di tanah. Perlahan, Tae Soo
mendekat dan memanggil ayahnya. Tapi mata Tuan Park sudah kosong. Tae Soo menangis tersedu-sedu saat menutup mata ayahnya.
Dam Pyung Joon terkejut saat
mendapat kabar kalau sahabatnya, Tuan Park, telah tewas. Begitu pula Lee Soon
Shin, dan ia semakin terkejut saat mendengar kalau Tuan Park dituduh telah
melakukan pengkhianatan.
Kediaman Tuan Park telah
berantakan. Tapi dinding rahasia itu masih tertutup. Begitu pula ruang
penyimpanan harta masih tak terjamah oleh para tentara.
Bong Chul kaget mendengar Tuan
Park dituduh melakukan pengkhianatan. Ia terkejut dan membanting sendoknya saat
diberitahu kalau tuduhan itu didasarkan dugaan kalau Tuan Park membiayai para
pemberontak. Bong Chul pun bertanya-tanya dimana Kang Chi saat itu?
Para penduduk berkerumun di depan
penginapan, dan mereka terkesiap kaget melihat sebuah mayat terbungkus dan
digotong untuk dibawa oleh lembu. Mereka semakin kaget saat keluarga dan para
pelayan Tuan Park didorong-dorong dengan kasar. Chung Jo yang sudah lemah,
terjatuh.
Tapi kepala pasukan malah
menyambar kerah baju agar Chung Jo berdiri dan membentaknya, “Jalanlah yang
benar!”
Chung Jo bangkit dan menepis
tangan tentara itu, “Beraninya kau! Singkirkan tanganmu!” Tapi tentara itu
langsung menamparnya hingga Chung Jo terjatuh, “Wanita jalang! Kau ini hanyalah
putri seorang penjahat tapi kau malah bertingkah seperti bangsawan?”
Chung Jo bangkit lagi dan menatap
penuh rasa marah pada kepala pasukan itu.
Salah satu dari orang yang
berkerumun langsung berteriak membela, “Tak mungkin! Bagaiamana mungkin Tuan
Park adalah seorang penjahat?”
Pembelaan itu seolah menular, dan
teriakan-teriakan protes mulai mengalir dan semakin lama semakin tak
terkendali. Kepala pasukan itu langsung menghunus pedangnya, “Siapa yang berani
memihak pada pemberontak? Yang akan mengeluarkan sepatah kata, akan langsung
dibunuh!”
Dan semua tentara itu berdiri
dengan posisi menyerang pada rakyat yang berkerumun. Orang-orang pun terkesiap
ketakutan dan langsung mundur. Kepala pasukan itu memerintahkan anak buahnya
untuk segera mengangkut jasad Tuan Park.
Tapi gerobak itu tak mau
bergerak. Lembu yang menarikpun juga tak mau maju. Bahkan ketika empat orang
tentara mendorong gerobak itu dari belakang, roda kereta itu tak maju bahkan
sesenti pun.
Orang-orang mulai ramai bergunjing
melihat hal itu. Semakin keras para tentara
itu mendorong, gerobak itu tetap kembali ke tempatnya. Nyonya Yoon menatap
mayat suaminya iba, dan menyuruh para tentara itu untuk minggir.
Nyonya Yoon dengan lembut
mengusap tikar jerami yang menutupi
tubuh almarhum suaminya dan berkata, “Kurasa kau juga tak ingin pergi.. Apakah
kau masih ingin di sini? Semuanya sudah berakhir sekarang.. Jadi..” Nyonya Yoon
tercekat dan berkata pelan, “Lepaskanlah semuanya ini, suamiku…”
Tae Soo terisak, menangis
tersedu-sedu mendengar kata-kata ibunya, “Lepaskanlah semua kebencian yang kau
rasakan. Pergilah..”
Chung Jo menirukan apa yang dilakukan
ibunya, meletakkan tangan di badan ayahnya. Begitu pula Tae Soo.
Pelayan Choi dan Han No juga
mengikuti langkah Tae Soo. Bersama-sama mereka memegang gerobak itu dan mulai
mendorongnya.
Dan keajaiban terjadi. Gerobak
itu bergerak perlahan saat didorong oleh keluarga Tuan Park. Kepala pasukan itu
terkejut melihat kejadian itu.
Begitu juga orang-orang yang
menyaksikannya. Semua terisak, tak peduli pria maupun wanita, rakyat biasa
maupun para bangsawan, menangisi kepergian Tuan Park. Suasana haru, tangis pilu
dan doa menyertai perjalanan almarhum Tuan Park dan seluruh keluarga yang
sekarang menjadi tawanan.
Bong Chul heran karena tak
melihat Kang Chi, bahkan ujung rambutnya. Salah satu kroninya menduga kalau
Kang Chi melarikan diri. Tapi Bong Chul tak percaya hal itu.
Suara seorang tentara membenarkan
dugaan itu. Sambil menempelkan kertas pengumuman, tentara itu mengatakan kalau
Kang Chi melarikan diri setelah membunuh Tuan Park. Bong Chul kaget mendengar
pernyataan yang tak masuk akal itu. Walaupun imbalan jika bisa menyerahkan Kang
Chi sangatlah menggiurkan. 200 nyang.
Yeo Wool marah, tak percaya kalau
Kang Chi dituduh sebagai pembunuh Tuan Park. Malam itu, semua orang menyaksikan
bagaimana Tuang Park ditusuk oleh pengawal Jo Gwan Woong.
Gon menduga kalau kubu Jo Gwan
Woong takut pada kemarahan rakyat Yosu
yang menganggap Tuan Park sebagai dewa. Dan dengan hilangnya Kang Chi, kubu Jo
Gwan Woong langsung menimpakan tuduhan pembunuhan itu pada Kang Chi.
Begitu mudah gossip menyebar.
Orang-orang langsung melihat pengumuman pencarian Kang Chi dan menuduh Kang Chi
sebagai orang yang tak tahu berterima kasih dengan membunuh ayah angkatnya
sendiri. Mereka juga berkomentar kalau itu sebabnya orang sebaiknya tak
memungut anak yang dibuang.
Dari kejauhan, Biksu So Jung
mengatai perkembangan ini dengan sedih dan khawatir.
Gon mencoba mencegah Yeo Wool
yang berniat untuk mencari Kang Chi. Ia menyarankan agar Yeo Wool untuk tidak
membuat kekacauan dan segera kembali ke rumah.
Sambil tetap berjalan, Yeo Wool
menolaknya.
“Bicaralah dulu pada Tuan (Dam),”
saran Gon kembali.
“Tak mau.”
“Yeo Wool-ssi!,” Gon menarik
tubuhnya Yeo Wool. Tapi saat itu Yeo
Wool berteriak mengungkapkan kekhawatirannya, “Saat itu pasti sudah terlambat!”
“Jika kita berpikir dan
berdiskusi terus, mungkin semuanya akan terlambat,” kata Yeo Wool lebih tenang.
“Semalam, kita tak dapat melakukan apapun dan hanya bisa melihat Tuan Park
meninggal. Jika anak itu ditangkap dengan tuduhan pembunuhan, jelas ia pasti
akan mati.”
Gon bertanya apa yang akan Yeo
Wool lakukan jika telah menemukan Kang Chi? Apakah Yeo Wool akan
menyembunyikannya? Dan Gon naik darah mendengar Yeo Wool mengiyakannya, “Dan
bagaimana jika nona dituduh sebagai kroninya? Tuan dan semua orang kita akan
ikut terseret. Apakah nona tak memikirkannya?”
“Saat ini yang akan aku lakukan
adalah menemukannya dulu,” tekad Yeo Wool, “Setelah itu aku akan memikirkan
langkah berikutnya.” Dan Yeo Wool pun berbalik pergi.
“Mengapa?” tanya Gon menghentikan
langkah Yeo Wool. “Mengapa kau sangat peduli padanya?”
Yeo Wol berbalik dan menjawab,
“Ia telah menyelamatkan nyawaku. Dua kali. Tentu saja aku sangat peduli
padanya. Bukankah harusnya begitu?”
Dan Yeo Wool pun berlalu pergi.
Gon hanya bisa mendesah frustasi.
Seluruh anggota keluarga Park
termasuk para pelayan dibawa ke kantor polisi. Semua akan dijebloskan ke dalam
penjara. Kecuali Tae Soo yang akan diinterogasi.
Chung Jo dan Nyonya Yoon
terkejut. Diinterogasi itu sama saja dengan disiksa. Nyonya Yoon berkata kalau
anaknya tak tahu apa-apa. Tapi Nyonya Yoon malah didorong hingga jatuh.
Dibantu Chung Jo berdiri, Nyonya
Yoon bertanya marah, “Kejahatan apa yang kami lakukan? Kau mengambil nyawa
suamiku. Kenapa kau sekarang mengambil anakku? Tak boleh. Bawa saja diriku.
Bunuh saja diriku!”
Tae Soo menenangkan ibunya, “Ibu,
jangan lakukan ini,” tapi Nyonya Yoon masih belum bisa tenang, sehingga Tae Soo
harus menggoncangkan tubuh ibunya dengan lebih keras, “Ibu!”
Menatap wajah ibunya, Tae Seo
mencoba tegar dan memaksakan senyum padanya, “Aku akan baik-baik saja. Tak akan
terjadi apa-apa padaku selama ibu masih ada di sini. Aku tak akan menjadi anak
yang tak berbakti. Jangan khawatir..”
Ibu menangis dan memeluk Tae Soo.
Tapi para tentara itu segera menarik Tae Soo dari pelukan ibunya sehingga ibu
berteriak histeris, tak rela melepaskan anaknya.
Dan Tae Soo dibawa ke lapangan
untuk diinterogasi. Hatinya sedikit ciut melihat alat-alat penyiksaan yang
disediakan untuknya.
Kepala polisi muncul dan memimpin
interogasi. Tapi dari anggukannya pada ruangan yang tertutup kelambu,
menunjukkan kalau pimpinan sebenarnya adalah orang di dalam ruang tertutup itu.
Si Jo Gwan Woong. Ia duduk sambil
menyesap tehnya. Dan interogasi itupun dimulai.
Di penjara, mereka semua
menunggu. Pak Choi, ayah angkat Kang Chi, bertanya-tanya kemana Kang Chi
menghilang? Han No hanya bisa mendengarkan tanpa tahu jawabannya juga.
Tiba-tiba terdengar erangan Tae
Soo. Ibu mendongak ke atas, mendengarkan asal suara itu. Ia pun berdiri dan
meminta penjaga untuk melepaskannya, “Apa yang kalian lakukan pada anakku? Buka
pintu ini!”
Penjaga itu menyuruh ibu untuk
tak membuat keributan. Tapi ibu terus menangis dan memohon penjaga itu untuk
melepaskannya. Penjaga itu tak menggubris kata-kata ibu malah berlalu pergi.
Suara erangan itu terdengar lagi.
Chung Jo buru-buru menutup
telinga ibunya, “Jangan dengarkan itu. Ibu harus bisa bertahan. Ibu harus bisa
menahannya.”
Ibu semakin menangis mendengar
erangan Tae Soo lagi. Terus menangis hingga akhirnya badannya tak kuat menahan
penderitaan itu. Ibu pun pingsan.
Para pelayan langsung mengerubuti
ibu, menangis, tak tahu apa yang akan terjadi pada nyonya mereka. Masih
menangis, mereka mencoba membangunkan ibu.
“Diam! Jangan menangis!” perintah
Chung Jo. Para pelayan baik pria maupun wanita, memandang nona muda mereka yang
bersikap tegar, “Jangan mengeluarkan suara tangisan. Jangan merasa lemah. Kita
harus menahannya. Kita harus bisa bertahan.”
Tapi dalam hati Chung Jo
menangis, bertanya pada Kang Chi, “Kang Chi, dimanakah dirimu? Kang Chi-ah!”
Dan Kang Chi tiba-tiba tersentak bangun.
Dan Ia heran melihat tempat yang belum pernah ia lihat. Masih merasakan efek
pukulan tongkat Biksu So Jung, ia pun keluar dari gua dan terheran-heran
melihat daerah itu. Taman Cahaya Bulan.
Tiba-tiba Biksu So Jung muncul.
Ia membawakan makanan untuk Kang Chi dan bertanya bagaimana sakit di perut
akibat tongkatnya.
Kang Chi merasakan sakit di
perutnya. Tapi rasa itu juga mengingatkannya pada hal lain, “Tuanku.. “ Ia pun
bertanya pada Biksu So Jung, apa yang terjadi pada Tuan Park, Chung Jo dan Tae Soo,
“Apa yang terjadi pada yang lainnya? Mengapa aku hanya sendirian di sini?”
Biksu So Jung tak menjawab malah mengajak
Kang Chi untuk makan karena ia telah membawa beberapa makanan untuknya.
Tahu ia tak akan mendapat
jawaban, Kang Chi berbalik pergi. Tapi Biksu So Jung menghentikannya, “Tak ada
hal lain yang dapat kau lakukan sekarang.” Kang Chi berbalik menghadap Biksu So
Jung yang berkata, “Bahkan jika kau kembali pun kau tak dapat merubahnya lagi.
Jadi lupakan tentang Penginapan Seratus Tahun. Tinggallah di sini dengan tenang
selama 10 hari.”
Kang Chi menganggap ucapan Biksu
itu tak masuk akal dan merasa sangat kesal. Rumah yang harus ia tinggali adalah
Penginapan Seratus Tahun. Keluarganya ya keluarga di sana. “Kau memintaku untuk
melupakannya? Dan apa yang akan aku lakukan di sini?”
“Akulah yang seharusnya marah
padamu!” Biksu So Jung balas berteriak, “Percuma juga membaca tanda-tanda langit
dan meramalkannya untukmu karena kau tak mau mendengarka ramalanku!
Kang Chi mengerutkan kening,
heran. Biksu So Jung mengingatkan Kang Chi kalau sebelumnya ia sudah
mengingatkan Kang Chi untuk tak memasuki penginapan sampai keesokan harinya, “Jika
kau tak di sana, Tuan Park pasti tak akan mati seperti itu.”
Kang Chi terkejut mendengar
kata-kata pahit Biksu So Jung. Tapi Biksu So Jung tetap memintanya untuk mendengarkannya
dan tetap tinggal di tempat ini sebelum sesuatu yang buruk akan terjadi.
“Tak mau!” Kang Chi berbalik
pergi.
“Ini adalah keinginan terakhir
dari ibumu.” Kata-kata Biksu So Jung membuat Kang Chi terpaku.
“Apa yang kau bilang?” Kang Chi
menatap So Jung tak percaya, “Ibuku? Apakah kau mengenal ibuku?”
“Aku adalah sahabat ayahmu dulu,”
kata Biksu So Jung, membuat Kang Chi menatapnya, antara percaya dan tak
percaya.
Tae Soo sudah babak belur dan
berdarah-darah. Jo Gwan Woon menhampiri Tae Soo dan dengan kipasnya, ia
memeriksa wajah Tae Soo yang kemudian hanya bisa mendecakkan lidah, pura-pura
menyesali mengapa Tae Soo ragu untuk melaporkan dirinya ke aparat pemerintah.
Tae Soo teringat pertemuan
terakhir itu. Saat itu ia mengatakan kalau ia sebenarnya ingin menjebloskan Jo
Gwan Woong ke penjara, tapi ayahnya mencoba menghormati Jo Gwan Woong yang
pernah menjabat sebagai Asisten Menteri.
Dan seakan menabur luka di hati
Tae Soo, Jo Gwan Woong berkata, “Ckckck.. Kelakuanmu itu yang telah membunuh
ayahmu.”
Ughh.. si Jo Gwan Woong ini menyalahkan
semua orang atas kematian Tuan Park, kecuali dirinya sendiri.
Tae Soo bersumpah akan membunuh
Jo Gwan Woong bagaimanapun caranya. Sumpah serapah itu hanya ditanggapi enteng
oleh Jo Gwan Woong yang berkata, “Dulu, banyak orang yang mengatakan hal
seperti itu padaku.. dan aku telah membunuh mereka yang pernah mengatakan itu
padaku. Apa kau mengerti sekarang? Apa artinya kalau kau bertentangan denganku?”
Jo Gwan Woong meninggalkan Tae Soo
yang berteriak marah padanya.
Di ruangannya kepala pengawal
memberitahukan kalau mereka tak berhasil menemukan Kang Chi walau sudah
mencarinya kemana-mana. Jo Gwan Woong
merasa terusik dengan Kang Chi karena tatapan Kang Chi yang menggangu. Jo Gwan
Woong bertanya pada Kepala penjaganya, apa yang mungkin terjadi.
Kepala pengawal menduga kalau hal
itu pasti berkaitan dengan gelang yang Kang Chi pakai. Setiap Kang Chi
berkelahi, ia melihat gelang itu bersinar misterius. Ia mendengar kalau ada
yang beberapa orang yang memakai
aksesoris untuk membantu mereka untuk bertempur.
Dan Jo Gwan Woong pun semakin
penasaran atas identitas asli Kang Chi, “Jangan bunuh dia. Bawa dia padaku
hidup-hidup.”
Kepala polisi datang menghadap
untuk memberitahukan hasil interogasinya yang nihil. Tak ada pengakuan yang
dapat diambil dari Tae Soo. Tapi bagi Jo
Gwan Woong, semua itu bukan masalah karena mereka sudah memiliki bukti di
tangan. Dan Kang Chi yang membunuh Park Mu Sol.
Kepala polisi agak ragu. Ia pun
bertanya apa yang akan terjadi pada Penginapan 100 tahun dan keluarga setelah kejadian ini. Jo
Gwan Woong tersenyum dan menyuruh untuk melakukan cara yang biasa, “Bunuh ahli
warisnya dan jual seluruh anggota keluarga yang lainnya sebagai budak. Dan aku
akan membeli penginapan itu dengan harga yang pantas.”
Kepala polisi terbelalak
mendengar Jo Gwan Woong sendiri yang ingin membeli penginapan itu. Tapi matanya
semakin terbelalak, kali ini penuh antusiasme
setelah Jo Gwan Woong berjanji untuk memberikan posisi Kepala polisi di provinsi.
Mata Kepala Polisi semakin
berbinar-binar saat Jo Gwan Woong mengatakan, “Selama kita ada di pihak yang
sama, aku akan dapat membantumu agar dinaikkan di ranking yang lebih tingi.”
Terbata-bata, Kepala Polisi
menyembah Jo Gwan Woong dan berterima kasih padanya . Ia berjanji untuk
menyiapkan segalanya agar Jo Gwan Woong dapat mengambil alih penginapan Seratus
tahun itu sebagai miliknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar