Jumat, 26 April 2013

Sinopsis I Miss You Episode 8



Zoe menepis tangan Jung Woo dari bahunya. Ia merasa kalau guyonan Jung Woo sudah keterlaluan. Tapi Jung Woo tidak sedang bercanda. Ia merangkul bahu Zoe lagi dan membawanya pergi, “Jangan tersenyum. Dan sudah kubilang kan kalau suaramu mirip dengannya? Aku bisa jadi gila sekarang.”

Soo Yeon tak berani mengatakan apapun dan mengikuti langkah Jung Woo. Jung Woo tersenyum sambil melirik Zoe . Taktiknya untuk membungkam Zoe berhasil.

Hyung Joon yang dari tadi terpaku melihat kejadian tadi, akhirnya sadar dan buru-buru keluar. Namun tak terduga kakinya yang pincang kumat lagi dan iapun terjatuh. Ia bangkit kembali, tapi mobil Jung Woo keburu pergi.

Di dalam mobil, Zoe bertanya dia mau dibawa kemana. Jung Woo tak tahu karena ini kencan pertamanya. Jika mereka pergi ke Restoran di tepi sungai Han, maka mereka harus menunggu karena restoran itu baru buka pada malam hari. Jung Woo bertanya apakah ada hal lain yang ingin dilakukan Zoe?

Zoe menjawab tak ada dan meminta Jung Woo untuk menghentikan mobilnya, tapi Jung Woo mengingatkan Zoe kalau Zoe-lah yang memintanya untuk menjadi temannya di Seoul. Dan Jung Woo memuji Zoe karena ia memilih teman yang baik. Selama menunggu kemunculan Soo Yeon, ia sering bertanya-tanya, apa yang akan ia lakukan bersama Soo Yeon jika ia menemukannya?

Soo Yeon tak mau melihat Jung Woo, tapi ia mendengar apa yang ingin dilakukan Jung Woo bila bertemu dengannya. Nonton film, wisata kuliner, dan pergi ke dunia fantasi walau mungkin terlihat cukup aneh .

Jung Woo melirik Zoe yang memalingkan wajahnya dengan tatapan menerawang dan ia bertanya, “Apakah kau memalingkan wajahmu adalah segalanya? Apakah kau marah adalah segalanya?”

Soo Yeon terpana dan mendengar kata-kata Jung Woo sekarang mirip dengan kata-kata Jung Woo 14 tahun yang lalu saat ia bersembunyi di taman bermain. “Hey, gaun berenda” Hey, gaun berbunga.. Hey gadis populer.. Lee Soo Yeon “Zoe.. Zoe..”

Soo Yeon terkejut mendengar Jung Woo memanggil nama barunya dan ia menoleh pada Jung Woo yang nampaknya juga teringat dengan kenangan yang sama.

Mereka sudah sampai di depan restoran ibu Soo Yeon dan Soo Yeon bertanya mengapa Jung Woo membawanya ke tempat ini? Jung Woo menjawab kalau ini adalah tempat pertama yang ingin ia kunjungi jika ia berkencan. “Hari ini adalah hari ulang tahunku, maukah kau makan bersamaku?”

Soo Yeon menatap Jung Woo yang berkata kalau ia sekarang sedang merasa senang dan ia selalu senang di hari ulang tahunnya. Jung Woo meminta Zoe untuk turun, tapi Zoe tak mau, “Kau meremehkanku. Apa kau pikir aku mau makan di tempat seperti itu? Aku ingin makan di tempat yang aku inginkan.”

Hyung Joon menatap handphonenya, seakan menunggu handphone itu berbunyi, tapi tak ada bunyi apapun. Dan ia melihat mobil Sekretaris Nam datang ke butik Mi Ran dan ia pun tersenyum.

Mi Ran ternyata meminta Sekretaris Nam untuk mempertemukannya dengan Harry Borison karena ia adalah sponsor Zoe, desainer yang ia ingin gaet. Dan Sekretaris Nam langsung menghubung-hubungkan dan ia tersenyum, menyadari kalau Zoe adalah Soo Yeon.

Ternyata Zoe membawa Jung Woo ke restoran mahal dan memesan sebotol anggur. Ia tersenyum melihat Jung Woo terbelalak membaca harganya yang 70 ribu won dan mengatakan kalau ia memesan anggur Folle a Tete yang artinya kepala gila, “Kurasa itu cocok sekali denganmu.”

Jung Woo tak terpengaruh dengan sindiran Soo Yeon dan malah memujinya sebagai pasangannya yang serasi karena memilih anggur yang sesuai dengannya. Soo Yeon kesal karena sindirannya tak mempan dan seakan menantangnya untuk hidup dengan caranya (yang mewah), ia mengajak Jung Woo untuk pergi ke Hong Kong untuk belanja.

Tapi Jung Woo juga akan meladeninya, “Inilah mengapa aku terus membandingkanmu dengan Soo Yeon. Seperti.. gayaku.”

Dan ia meraih tangan Soo Yeon dan menggenggamnya erat, tak melepaskannya walau Soo Yeon mencoba untuk menarik tangannya kembali.

“Tak masalah kalau kau ingin pergi ke Hongkong, tapi pastikan agar kau tetap menggenggam tanganku agar kau tak terlepas lagi. Besok kita ke Hongkon, tapi hari ini aku ingin kita pergi ke taman bermain. Aku selalu bermain ayunan selama 14 tahun, dan aku ingin bermain jungkat-jungkit, tapi aku tak bisa melakukannya sendiri.”

Sekuat tenaga Soo Yeon melepaskan genggaman mereka dan mengatai Jung Woo gila. Jung Woo menatap tangannya yang sekarang kosong, teringat saat pegangannya pada Soo Yeon terlepas di malam 14 tahun yang lalu di gudang.

Jung Woo berdiri dan berkata, “Sebelum aku mulai gila..” Tapi Soo Yeon sudah menamparnya dan berkata, “Seharusnya aku tak pernah berhubungan denganmu sejak awal.”

Tamparan itu membuat Jung Woo sesaat terdiam. Namun kemdian ia berkata kalau sekarang perasaannya sedikit membaik setelah ditampar dan ini sudah cukup untuk hari ini. Jung Woo meninggalkan meja lebih dahulu, meninggalkan Soo Yeon yang tangannya yang tadi menampar Jung Woo menjadi gemetar.

Jung Woo mengantarkan Soo Yeon ke depan butik Mi Ran, dan Soo Yeon langsung keluar mobil tanpa mengucapkan sepatah katapun. Ia langsung masuk mobilnya sendiri dan bergegas pergi. Jung Woo keluar dan menatap kepergian Soo Yeon.

Bersamaan dengan itu, Mi Ran yang baru saja bertemu dengan Sekretaris Nam keluar toko dan Mi Ran, yang tak suka melihat Jung Woo kembali, mengingatkan Jung Woo agar tak mendekati tokonya lagi. Tapi Jung Woo mengeluarkan email Zoe dan berkata, “Jangan pernah ganggu wanita ini.”

Mi Ran terkejut mendengar nada suara Jung Woo saat berkata wanita ini, dan mulai menduga-duga.

Tapi entah apa yang diduga oleh Mi Ran, karena sepertinya Mi Ran selalu berpikir nyeleneh, out of the box, tapi out nya di sisi yang selalu salah.

Soo Yeon ternyata terpengaruh atas tindakan Jung Woo tadi. Di tengah jalan ia berhenti, karena ingatan saat-saat ia pertama kali bertemu dengan Jung Woo lagi terputar di benaknya.

Saat Jung Woo mengejarnya di tengah hujan, saat ia tanpa sadar mengucap nama Jung Woo tanpa mengetahui kalau Jung Woo ada di belakangnya, saat ia melihat bahu Jung Woo yang naik turun karena terisak saat ia memanggilnya. Dan ia teringat 14 tahun yang lalu Jung Woo memanggil namanya dan mengajaknya untuk berteman.

Maka ia pun menelepon satu-satunya orang yang menemaninya selama 14 tahun terakhir ini. Namun betapa kagetnya saat ia mendengar kalau Hyung Joon sekarang sedang berada di rumah sakit.

Jung Woo menelepon, tapi tak tersambung. Ternyata Jung Woo menelepon Harry, karena Harry menelepon kembali dan mengatakan kalau ia baru saja menerima telepon Zoe, sehingga tak bisa menerima teleponnya. Ia bertanya apakah hasil otopsi bibinya sudah keluar?

Hasil otopsi belum keluar, tapi Jung Woo ingin bertemu dengan Harry untuk membicarakan hal lainnya. Harry mengatakan kalau hal itu sedikit sulit karena ia sekarang sedang dirawat.

Jung Woo kaget mendengarnya tapi Hyung Joon menenangkan kalau sakitnya bukan hal yang serius. Jung Woo berkata kalau bisa ia ingin berbicara dengan Hyung Joon, “Jika tidak, kupikir aku akan merasa lebih bersalah padamu.”

Hyung Joon berjanji akan menghubunginya, dan setelah menutup pembicaraan, mukanya terlihat serius.

Ah Reum mengunjungi rumah Jung Woo dan membawa banyak barang untuk kakaknya itu. Jung Woo pulang dan kaget melihat Ah Reum datang ke rumahnya. Ah Reum beralasan untuk melihat apakah Ibu Kim (Ibu Soo Yeon) dan Eun Joo memperlakukannya dengan baik.

Seperti kakak yang tak ingin melihat adik yang terus mengikutinya, Jung Woo menyuruh Ah Reum untuk pulang saja. Tapi sepertinya Ah Reum sudah biasa dengan kelakuan Jung Woo, ia tak segera pergi.

Ibu datang dan bertanya mengapa Jung Woo memintanya untuk membuatkan sup ayam ginseng? Ibu khawatir kalau Jung Woo sakit, tapi Jung Woo berkata kalau ia merasa kalau di dalam dirinya sepertinya ada yang kosong.

Dan itu berarti, lapar? Ha.

Ibu bergegas ke dapur dan membawa daging yang dibeli Jung Woo. Eun Joo bertanya pada Jung Woo kenapa Jung Woo tak ke restoran saja dan bertanya pada ibu apakah ibu tak bekerja? Ibu berkata kalau hari ini ia adalah hari giliran liburnya, dan ia pergi ke restoran karena iseng, bukan untuk bekerja.

Jung Woo bertanya mengapa ibu tak mengambil kursus dansa saja? Ibu menjawab kalau ia kan sudah mahir menari.

Dan ia keluar dapur mulai mempertunjukkan bagaimana mahirnya ia menari, membuat Eun Joo malu melihat goyangan ibu.

Ia menarik kerudung jaketnya, menyuruh ibu untuk berhenti. Tapi Ah Reum malah tertawa dan memuji ibu dan kakaknya pun menemani si penari berdansa.

Hhh.. entah kenapa melihat ketiga penghuni rumah dan seseorang yang bahkan bukan orang rumah ini bisa tertawa lepas, membuat saya jadi teringat pada Soo Yeon lagi.

Soo Yeon, yang khawatir, buru-buru pulang dan mencari Hyung Joon. Ia bertemu dengan dokter yang berpesan agar Soo Yeon melarang Hyung Joon untuk bersepeda lagi atau melakukan olahraga berat karena urat kakinya sudah sangat lemah.

Hyung Joon bertanya bagaimana hasil pertemuannya dengan pemilik Bellez (Mi Ran). Soo Yeon duduk di tepi tempat tidur Hyung Joo dan mengaku kalau ia belum bertemu pemilik butik itu. Ia malah bertemu dengan Jung Woo.

Soo Yeon pikir ia telah membuat kesalahan, “Lebih dari apa yang kuingat, ternyata Jung Woo mengingat jauh lebih banyak tentang Soo Yeon. Walau aku yakin kalau hal itu karena perasaan bersalahnya, tapi ternyata perasaan bersalah itu hilang lebih lama dari yang seharusnya.”

“Jadi?”

“Sejujurnya?” tanya Soo Yeon, dan Hyung Joon mengangguk. “Aku ingin menyiksa Han Jung Woo. Tapi itu lebih menyiksaku. Aku tak suka mengingat Lee Soo Yeon.. anak seorang pembunuh. Aku telah melalui neraka dan kembali untuk menghapus Lee Soo Yeon. Kalau bukan karenamu 14 tahun yang lalu, aku pasti telah mati sendirian dan ditinggalkan tanpa ada seorang pun yang mencariku.

Dan sekarang aku ingin berkata pada mereka kalau sekarang sudah terlambat. Tapi kupikir tak ada perlunya lagi melakukan hal itu sekarang. Tidak untukku, juga tidak untuk yang lainnya juga. Kuharap Lee Soo Yeon bisa tetap mati saja selamanya.

Aku telah memastikan hal ini dengan datang ke Seoul. Katakan padaku kalau semuanya ini memang untuk yang lebih baik.”

Hyung Joon menatap Soo Yeon, nampak menyesal mendengarnya dan ia mengulurkan tangan yang langsung diraih Soo Yeon. Soo Yeon bertanya apakah Hyung Joon memang harus mengadakan pesta itu? Hyung Joon menjawab kalau ia sudah berjanji pada para kliennya. Soo Yeon berkata kalau ia akan langsung pergi begitu pesta usai dan menunggunya.

Hyung Joon tersenyum dan mengiyakan.

Jung Woo mengangkat jemuran dan membawanya ke kamar. Dari balik selimut, Ah Reum mengagetkannya dan berkata kalau ia akan menginap, walau Jung Woo menyuruhnya pergi.

Melihat Jung Woo melipat baju jemuran Ah Reum merasa betapa menyedihkannya melihat Jung Woo hidup seperti ini. Ia juga berkata kalau telah muncul anak rahasia yang selama ini disembunyikan ayah dan sekarang ibunya meminta cerai.

Jung Woo tahu kalau Ah Reum hanya bercanda dan menyuruhnya untuk berhenti beromong kosong. Sebaliknya, ada yang ingin ia tanyakan pada Ah Reum yang sebagai wanita, “Soo Yeon, mungkin membenciku, kan? Kaupikir, seberapa banyak Soo Yeon membenciku?”

Ah Reum ingin tahu mengapa Jung Woo berpikiran seperti itu? Tanpa menjelaskan lebih rinci, Jung Woo berkata kalau mungkin Soo Yeon ingin mengutunya dan memukulnya. Ah Reum tak bisa menjawab atas nama Soo Yeon, tapi jika dia berada di posisi Soo Yeon, ia pasti akan membalas dendam, “Sakit hati yang kurasakan selama ini? Aku akan membalasnya ratusan kali lipat!”

Jung Woo tersenyum dan berkata kalau ia pun berpikiran seperti itu. Tapi menurut Ah Reum, Jung Woo sangatlah bodoh, “Jika ia tahu bagaimana kau menjalani hidupmu selama ini, ia pasti tak akan merasa seperti itu.”

Tapi Jung Woo berkata kalau semua yang dikatakan Ah Reum sebelumnya adalah benar. Ia yakin kalau Soo Yeon pantas melakukan hal itu. Soo Yeon pasti ingin mukul dan menamparnya. Ia menirukan apa yang dilakukan Zoe tadi siang, “Dan matanya seperti ini menatapku ‘Aku tak seharusnya berhubungan dengamu dari awal. Minggir!’ Aku yakin dia pasti akan berkata seperti itu.”

Ah Reum bengong melihat tingkah kakaknya dan berkata kalau Jung Woo pasti benar-benar sudah gila. Dari luar Eun Joo membuka pintu dan menyuruh Ah Reum untuk pulang ke rumah karena ia sangat berisik. Ah Reum pun meninggalkan mereka.

Jung Woo mengajak Eun Joo untuk mengunjungi Detektif Kim di kuburannya. Tapi Eun Joo berkata daripada Jung Woo pergi ke kuburan ayahnya, lebih baik Jung Woo menyadarkan diri saja dulu. Wanita yang ia lihat tadi siang itu bukanlah Soo Yeon dan sekarang adalah saatnya Jung Woo untuk mulai berkencan dengan wanita lain, “Siapapun wanita itu, jangan menganggapnya sebagai Soo Yeon. Tak baik bagimu atau bagi wanita itu.”

Di toilet, Jung Woo mencari informasi dari rekan kerjanya. Ia pernah ditelepon oleh Sang Deuk setelah keluar dari penjara, dan dia ingin tahu, dari nomor mana Sang Deuk meneleponnya. Mulanya rekan kerjanya tak mau mengatakan walau Jung Woo sudah membujuknya dengan 10 kali traktiran makan siang (sebelas, malah!), tapi rekannya itu keceplosan mengatakan kalau nomor itu dari luar negeri.

Mendadak mereka dikagetkan oleh bantingan pintu, dan ternyata Detektif Joon sedang buang air besar di dalam dan memarahi rekannya itu. Tapi rekan mereka membela diri kalau ia tak memberitahu Jung Woo kalau nomor itu adalah nomor Perancis.

Ups..! LOL.

Buru-buru rekan itu pergi setelah menagih traktiran 11 kali dari Jung Woo . Tapi Jung Woo kalem melihat kemarahan Detektif Joon. Ia malah bersikap mesra dan memanggil Detektif Joon sebagai istri dan bertanya bagaimana mungkin Sang Deuk memiliki nomor perancis. Apa mungkin telepon itu hasil jarahan?

Detektif Joon masih pura-pura kesal dan menyuruh Jung Woo untuk menanyai Zoe saja, karena Zoe juga berasal dari Perancis. Jung Woo tak suka mendengarnya, apa urusannya Zoe dengan ini.

Tiba-tiba ia teringat malam itu Zoe memintanya untuk menuliskan nomor handphone di tangan karena handphone yang Zoe miliki hilang. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya, mencoba mengenyahkan pikiran yang pasti kebetulan saja.

Dayang Choi muncul, meminta waktu Jung Woo sebentar. Detektif Joon memilih menyingkir. Dayang Choi memberitahukan kalau ia sempat mendengar apa yang menyebabkan kematian Sang Deuk.

Ia mencoba memberitahukan, tapi yang disebut adalah nama kimia, jadi ia susah mengingatnya,

“Trot.. trott.. “ dan Jung Woo menebaknya, “Tetrodotoksin?” Dan dayang Choi membenarkan.

Sang Chul muncul untuk diperiksa sebagai saksi dan melihat Jung Woo ada di kantor, dan menuduhnya sebagai pembunuh. Detektif Joon buru-buru menahan Jung Woo.

Tuduhan Sang Chul terus diucapkan saat Sang Chul menemui atasan Jung Woo. Detektif Joon meminta Jung Woo untuk menahan diri. Begitu pula Dayang Choi. Detektif Joon memberi Jung Woo alibi kalau Jung Woo sedang ada bersamanya saat kematian itu terjadi. Ia akhirnya menyuruh rekannya untuk membawa Sang Chul ke ruang pemeriksaan.

Tapi Sang Chul masih belum puas dan menebak kalau bukan Jung Woo, berarti yang membunuh adalah Lee Soo Yeon, “Jadi apa gadis itu bangkit dari kubur dan membunuhnya?”

Ucapan Sang Chul membuat Jung Woo marah dan menyuruh agar jangan pernah berani menyebut nama Soo Yeon lagi, “Tanpa kau memintaku pun, aku akan mengejar pembunuhnya. Dan akan kupastikan kalau kau dan dia akan mendapat balasan yang ribuan kali lebih banyak.”

Tae Joon mendapat informasi dari Sekretaris Yoon kalau Pengembang Shin Do adalah Boutique H yang sudah berpengalaman di Eropa. Namun Boutique H itu ternyata dimiliki oleh Harry Borrison.

Mi Ran yang menguping pembicaraan mereka, terkesiap kaget. Begitu pula Tae Joon. Ia meminta Sekretaris Yoon untuk menghubungi Sekretaris Nam.


Note : karena ada dua subtitle Inggris yang beredar –Viki dan Dramafever- ada dua jabatan yang dipakai si Nam ini. Satu subtitle memakai Direktur, satu subtitle lagi memakai kata Sekretaris. Karena mungkin dia mungkin sudah naik level (masa sudah 14 tahun jadi sekretaris terus), maka saya menyebutnya SekDir Nam, sampai ada yang bisa memberitahukan sebenarnya apa arti jabatan si Nam ini dari bahasa Korea. Ok?

Ternyata SekDir Nam menemui Hyung Joon untuk memeras lagi. Kali ini tentang keberadaan Soo Yeon aka Zoe. Sambil tersenyum licik, SekDir Nam berkata kalau ia butuh lebih dari 5 miliyar.

Hyung Joon hanya bisa berdecak melihat keserakahan yang tak ada akhir itu. Tapi ia tak mau memberikannya begitu saja dan mengibaratkan, “Kalau kau memberi makan pada anjing lucu, maka anjing itu akan menjadi gendut. Oleh karena itu, kau harus menyuruhnya berolah raga.”

LOL, disamakan kok ya sama anjing. Anjing lucu, sih.. tapi tetap aja anjing.

Hyung Joon menyuruh SekDir Nam untuk mengambilkan informasi tentang uang gelap yang dimiliki oleh Tae Joon. Sekdir Nam mengatakan kalau hal itu sangatlah sulit dilakukan. Hyung Joon tersenyum dan berkata, “Kalau gampang ya pasti akan aku lakukan sendiri.”

LOL.

Lebih LOL lagi karena Sekdir Nam mendapat telepon dari Tae Joon yang menyuruhnya untuk mengatur pertemuan dengan Harry Borrison. Hyung Joon tersenyum mendengarnya dan mengatakan kalau ia bisa bertemu pada jam tujuh.

Sekdir Nam lalu bertanya mengenai Mi Ran. Apa yang akan Hyung Joon lakukan mengenai permintaan itu? Hyung Joon terlihat berpikir, “Aku tak memasukkannya pada rencanaku…,” namun ia kemudian tersenyum dan berkata, “Tapi sekarang jadi lebih menyenangkan.”

Hmm.. jadi memang Hyung Joon memiliki rencana.

Soo Yeon sedang mencari baju pesta untuk Hyung Joon di sebuah toko. Tiba-tiba Jung Woo muncul dan menawarkan diri untuk menjadi modelnya. Tanpa menunggu persetujuan Soo Yeon, ia langsung memakai jas yang tadi ditunjukkan oleh SPG. Tapi Soo Yeon tak menggubris Jung Woo dan menelepon Hyung Joon.

Jung Woo teringat pada kata-kata Zoe yang mengaku telah kehilangan handphone. Sebenarnya itu adalah tujuannya menemui Zoe.

Di telepon, Soo Yeon berkata kalau ia telah menemukan jas dan segera akan mengirimkan foto ke handphonenya. Jung Woo mendekat dan berkata kalau ia ingin menanyakan sesuatu. Tapi Soo Yeon tetap tak mempedulikannya dan mengambil jas lain dari gantungan. Ia kemudian memotret jas itu, menambahkan scarf dan mengirimkannya pada Hyung Joon. Melihat hal itu, Jung Woo hanya menghela nafas.

Dengan manis, Soo Yeon berkata pada Hyung Joon kalau sudah lama ia ingin mendandani Hyung Joon seperti itu. Ia akan memilih scarfnya juga khawatir kalau Hyung Joon kena flu atau kakinya terluka lagi.

Setelah menutup telepon, Soo Yeon baru sadar kalau Jung Woo tak ada. Ia mencari-cari ke segala penjuru, tapi sosok Jung Woo menghilang. Hanya ada jas yang tadi dicoba Jung Woo, tergantung di salah satu rak.

Tapi ternyata Jung Woo masih menunggu di depan toko. Begitu melihatnya, Soo Yeon langsung mengabaikan Jung Woo lagi dan masuk mobil, tak mempedulikan permintaan Jung Woo yang ingin bertanya padanya satu menit saja.

Di perjalanan, Soo Yeon mendapat SMS dari Jung Woo yang meminta waktu 5 menit saja. Soo Yeon mencari-cari keberadaan Jung Woo yang ternyata mengikutinya dari belakang. Tapi ia tak mau, dan malah mempercepat laju mobilya.

Jung Woo kesal, tapi menebak kalau sebentar lagi Soo Yeon pasti berhenti karena ditilang polisi.

Dan benar saja. Di suatu tempat, Soo Yeon berhenti setelah ditilang karena melebihi kecepatan yang ditentukan. Jung Woo mengetuk jendela mobil Soo Yeon. Soo Yeon membuka jendela tanpa menoleh padanya dan Jung Woo pun menyadari itu dan ia berkata, “Setelah kau kita berkencan rahasia, meninggalkanku seperti ini rasanya seperti kau berselingkuh dariku.”

Soo Yeon menoleh marah pada Jung Woo, dan Jung Woo pun berkata, “Akhirnya kau melihat padaku,” tanpa menunggu lama Jung Woo bertanya, “Saat di kedai minum, kau bilang kalau kau kehilangan handphone, bukan? Kapan kau kehilangan handphone itu?”

Soo Yeon berkata ia tak tahu dan bertanya apa urusan Jung Woo menanyakan hal itu. Jung Woo menjawab kalau ia sedang menyelidiki sesuatu yang berhubungan dengan nomor telepon Perancis. Mendadak ada SMS masuk, sehingga perhatian Jung Woo beralih sesaat. Dan itu digunakan oleh Soo Yeon untuk melarikan mobilnya.

Namun betapa kagetnya Soo Yeon ketika melihat Jung Woo bisa masuk ke dalam lift rumahnya. Apa Jung Woo sudah gila?

Tanpa banyak bicara, Jung Woo menunjukkan SMS dari Hyung Joon yang ingin bertemu dengannya. Tanpa melihat Soo Yeon, ia berkata, “Aku tidak gila. Aku bahkan akan meluruskan otakku. Kupikir aku membutuhkannya sekarang.”

Mereka keluar bersamaan, dan mencari-cari Hyung Joon yang ternyata melihat mereka dari atas. Ia meminta Soo Yeon untuk meninggalkan mereka karena ada yang ingin dibicarakan dengan Jung Woo, hanya berdua saja.

Jung Woo mengatakan tujuannya ke sini ada dua. Satu masalah publik dan satu masalah pribadi. Hyung Joon ingin membicarakan yang paling singkat. Maka Jung Woo bertanya tentang kecelakaan yang dialami Harry di Anyangpang beberapa hari yang lalu, apa tujuan Harry ke sana? Harry menjawab kalau ia habis mengunjungi kuburan almarhum tantenya.

Jung Woo memberitahukan kalau pria yang ditabrak Harry, malam itu tewas, membuat Harry terkejut. Ia melihat kejadian itu saat menyelidiki CCTV yang merekamnya. Ia bertanya apakah Harry mengalami kejadian yang luar biasa?

Harry tersenyum dan menyadari kalau semua ini pasti tentang Zoe lagi, “Zoe pasti terlihat shock, kan? Aku sudah terbiasa melihatnya seperti itu sejak ia kecil. Karena ada kejadian yang terjadi pada Zoe dulu.”.

Jung Woo ingin tahu kejadian apa itu, dan Harry menjawabnya kalau kejadian itu adalah kecelakaan mobil. Kecelakaan mobil itulah yang membuat kakinya pincang seperti ini dan membuat Zoe sangat trauma.

Saat ditanya pada umur berapa kecelakaan itu terjadi, Harry berkata kalau ia tak ingat karena mereka berdua diadopsi. Ia dan Zoe sepakat kalau pada hari mereka diadopsi itu adalah hari kelahiran mereka. Karena saat itu ia masih bayi, ia tak ingat kapan. Ketika ia 3 atau 4 tahun .. atau sekitar 5 tahun, jadi ia tak tahu berapa umurnya sekarang.

Jung Woo teringat kalau kata-kata itu persis sama, kata per kata, dengan apa yang diucapkan Zoe. Dan Harry pun menebak kalau Jung Woo pernah mendengar kata-kata yang sama dari Zoe, “Selain daripada itu, kami memiliki banyak kesamaan lain.”

Jung Woo pun mengalihkan pada masalah yang kedua. Jung Woo pun mengatakan kalau Soo Yeon dan Zoe pun memiliki banyak kesamaan dan walaupun Harry berpura-pura, tapi ia tahu yang sebenarnya.

Harry tak bisa menjawab dan Jung Woo pun tahu, seperti Harry yang dapat berkata-kata, iapun juga tak dapat berkata-kata, “Jika kau menyangkalnya, maka alasan kau menyangkalnya, pasti masuk akal. Jika ia adalah Soo Yeon, ia pasti sangat marah padaku. Aku yakin ia pasti membenciku. Dan karena itu, ia menjadi lebih mirip Soo Yeon lagi.”

Menurut Jung Woo, apapun yang dilakukan Zoe, -tersenyum, berbicara, tidak berbicara, menunduk, mendongak- semuanya mirip dengan Soo Yeon.

Tapi Harry pun menawarkan solusi dengan tes DNA. Ia tahu kalau ini cukup aneh. Tapi entah kenapa sejak dari awal ia tak bisa untuk tak menyukai Jung Woo, “Seharusnya aku marah padamu untuk kasus ini, tapi aku tak bisa marah padamu. Aku akan memberitahukan hal ini pada Zoe.”

Tapi Zoe muncul dan mengatakan walau ia tak tahu kenapa ia harus melakukannya, tapi demi Harry ia mau melakukannya. Ia memandang Jung Woo dan berkata,

“Harry, jika bukan karenamu, aku pasti sudah mati. Kau menyelamatkan hidupku, jadi sudah seharusnya aku melakukan hal itu untukmu. Aku mengalami kecelakaan mobil saat aku kecil dan Harry menolongku. Saat itu aku merasa gila dan bahkan tak dapat merasakan kepedihan lagi, tapi Harry memegang erat tanganku dan berteriak padaku untuk bangkit. Jika kau tak pergi, aku juga tak akan pergi.

Suara Lee Soo Yeon, kau tadi bilang kalau kau terus mengingatnya, kan? Aku percaya itu. Karena sama denganmu, suara Harry pada saat itu, tak pernah kulupakan seumur hidupku. Kau sedang menunggu Lee Soo Yeon? Jika ia tak datang walau kau menunggunya, itu berarti ia sudah meninggalkanmu.”

Tak sadar air mata Soo Yeon telah mengalir, namun Soo Yeon tetap menerima ajakan untuk tes DNA, “Kemana aku harus pergi? Apa aku harus pergi sekarang?”

Jung Woo berdiri dan mengatakan tak perlu, walau ia bersikap seperti ini, ia tetap adalah seorang detektif. Jika ia mau, ia bisa melakukannya sendiri. Sehelai rambutnya sudah cukup untuk tes DNA. Ia telah menunggu selama 14 tahun, dan ia bisa menunggu lebih lama lagi, “Ada lampu jalan di dekat rumah Soo Yeon, dan butuh 280 langkah. Walau kami terpisah selama 14 tahun, aku bertanya-tanya, butuh berapa langkah untuk membuatnya kembali ke rumah?”

“Kau salah. Ia tak meninggalkanku. Jika ia belum datang, walau aku menunggunya, ini berarti ia sedang dalam perjalanan mengarah pulang.”

Jung Woo pun meninggalkan Soo Yeon yang terpaku dan air matanya terus mengalir. Sedangkan Hyung Joon hanya bisa terdiam.

Di tempat parkir kantor polisi, Jung Woo mendengar pembicaraan teman-temannya tentang penyelidikan kasus Sang Deuk. Detektif Joon berkata kalau semuanya ini membuatnya takut, “Wanita, dendam, dan menurut Jung Woo di hari pembebasan Sang Deuk, Sang Deuk berkata kalau Soo Yeon masih hidup. Jadi pelakunya adalah..” kata Detektif Joon dramatis sambil menutup mata.

Hanya Detektif Joon yang tak menyadari kehadiran Jung Woo, sementara yang lain sudah kabur tak mau cari gara-gara. Dengan gaya lebay, ia menirukan kata-kata Jung Woo, “Pasti Soo Yeon.. Bukan Soo Yeon.. Soo Yeon.. Bukan Soo Yeon..”

“Apa kau menemukan sesuatu yang baru?” tanya Jung Woo tenang, namun mengagetkan Detektif Joon yang menjerit kaget dan langsung bersembunyi di balik tiang.

LOL. Tapi lebay-nya Detektif Joon tetap muncul. Menirukan Soo Yeon, Detektif Joon berkata, “Jung Woo-yaa… Maafkan aku… Apakah mungkin aku bersungguh-sungguh? Kalau aku seperti itu.. aku pasti bukanlah manusiaa… Aku hanyalah detektif yang tanpa harapaann..”

Haha.. jangan-jangan sebenarnya Soo Yeon operasi plastik dan berubah bukan menjadi Zoe, tapi sebenarnya menjadi Detektif Joon.

Jung Woo mengabaikan kelebayan (is it a word?) Detektif Joon dan bertanya apakah seniornya itu sudah memeriksa mobil yang parkir? Menurut satpam, wanita pemilik mobil itu datang ke Korea sekitar jam 10 malam di hari kematian Sang Deuk. Wanita itu adalah pramugari dan Jung Woo memberi dugaan-dugaan yang terjadi.

Tapi yang didengar detektif Joon adalah kata pramugari itu dan matanya langsung berbinar-binar (dasar cowok) dan meminta Jung Woo untuk menyerahkan penyelidikan itu padanya dan meminta Jung Woo menyerahkan penyelidikan pramugari itu padanya.

Tapi sekarang saatnya Jung Woo mengembalikan apa yang dilebaykan seniornya tadi, “Tadi kau bilang pelakunya.. siapa?”

Detektif Joon mengaku dan menyuruh Jung Woo untuk merobek mulutnya saja. LOL. Tapi Jung Woo menepuk pundaknya dan meminta agar ia bisa bergabung dalam kasus ini.

Yang berikutnya terjadi adalah seniornya itu memberitahukan kalau Jung Woo selama ini melakukan penyelidikan sendiri dan meminta atasannya agar membiarkan Jung Woo untuk bergabung di timnya dan menggabung semua informasi yang mereka punyai.

“Tidak”

“Dia juga sudah menahan diri saat menghadapi Sang Chul.”

“Tetap tidak.”

“Ayolah, Pak. Bapak juga merasa tidak enak padanya, kan?” tanya Detektif Joon.

Dan bersamaan dengan itu, Jung Woo masuk dengan muka tertunduk lesu, dan menyapa mereka tanpa semangat. Ia kemudian berjalan dengan gontai meninggalkan mereka.

“Jung Woo.. kau mau kemana?” tanya Detektif Joon perlahan.

Jung Woo menoleh dan berkata muram, “Tidak kemana-mana.” Iapun mendesah panjang dan berjalan lagi.

“Kau pikir tempat ini tidak kemana-mana yang kau bisa datangi kapan saja?” teriak atasan Jung Woo sehingga Jung Woo menghentikan langkahnya. “Ikuti aku.”

Jung Woo dan detektif Joon menunggu sampai atasan mereka pergi dan toss dengan gembira. LOL, kasihan banget nih atasannya. Gampang ditipu.

Jung Woo pun masuk tim. Atasan mereka memberitahu kalau CCTV tak berfungsi malam itu, sehingga ia menduga kalau pelakunya juga sudah mengetahuinya. Detektif Joon menduga kalau pelakunya adalah wanita, karena dia memakai peredam kejut dan racun pelemas. Metode yang digunakan terlalu dramatis.

Jung Woo melihat ada tanda-tanda diseret dan bertanya apakah pembunuh itu memakai sepatu yang kebesaran? Atasan Jung Woo memberikan hasil dari forensik yang menunjukkan kalau jejak sepatu yang ada adalah dari sepatu Sang Deuk yang rupanya dipakai oleh pembunuh itu masuk ke dalam rumah.

Detektif Joon sangat kagum pada wanita pembunuh itu. Rekan mereka, Detektif Ahn sedang mencari asal dry ice itu dibeli sementara Detektif Park sedang melacak nomor telepon yang dipakai Sang Deuk. Detektif Joon heran, mengapa nomor handphone itu bisa dari Perancis.

Jung Woo hanya terdiam mendengarnya, tapi tak memberitahu apa yang ia ketahui berkenaan dengan handphone Soo Yeon yang hilang.

Tae Joon menunggu kedatangan Harry yang tak kunjung datang. Harry akhirnya menelpon dan membatalkan pertemuan mereka karena kakinya terluka.

Hyung Joon sepertinya berniat mempermainkan Tae Joon karena ia menelepon sambil bermain billiar. Tanpa mempedulikan kekesalan Tae Joon, Harry mengundang Tae Joon untuk datang di pesta yang ia adakan

Soo Yeon datang dan berkata kalau ia membawakan jus jeruk untuk Harry, dan Hyung Joon mengisyaratkan agar Soo Yeon untuk tak berbicara dulu. Tapi Tae Joon sudah sempat mendengarnya walau sepertinya Harry pun juga tak peduli apakah Tae Joon dengar atau tidak. Tae Joon kesal tapi ia menahan diri karena Harry adalah klien yang sangat berharga.

Bos besar marah melihat Jung Woo duduk di tim kasus Sang Deuk. Ia mengancam atasan Jung Woo kalau ada masalah, maka foto yang muncul di surat kabar adalah foto atasan Jung Woo, bukan dirinya.

Note : Ingat kotak yang diterima yang ditutup oleh koran 14 tahun yang lalu? Sepertinya itu berisi dry ice yang digunakan oleh pembunuh untuk membunuh Sang Deuk.

Detektif Ahn muncul dan memberitahukan asal pembelian dry ice. Ternyata dry ice itu dibeli dari internet yang dikirim ke rumah Kang Sang Chul sebagai penerima. Dan pembelinya memasukkan nama dan nomor KTP, yaitu Kim Myung Hee.

Jung Woo kaget mendengar nama itu, karena Kim Myung Hee adalah ibu Soo Yeon dan sangat marah. Ia tahu kalau ini pasti disengaja, dan bersumpah akan menangkap pembunuh itu.

Whoaa…

Atasan Jung Woo menaruh polisi untuk menjaga rumah Jung Woo. Sementara ibu Jung Woo hanya terdiam mendengar penjelasan Detektif Joon yang menjelaskan alasan mereka menaruh polisi di rumahnya.

Ibu Jung Woo berkata kalau ia membunuh Sang Deuk, tapi Detektif Joon tahu kalau itu adalah ungkapan frustasi ibu Tapi ibu menyuruh Detektif Joon untuk menangkapnya, “Aku juga sudah bosan menjaga Jung Woo dan Eun Joo. Setiap kali aku memikirkan bajingan itu, aku sangat marah. Karena itu aku membunuhnya!”

Detektif Joon hanya bisa menunduk mendengarkan ibu yang mengatakan kalau ia membunuh Sang Deuk dengan mata tertutup, ia juga membunuhnya dengan mata terbuka. “Aku bahkan membunuhnya saat aku tidur. Aku membunuhnya ribuan kali. Jika itu adalah sebuah dosa, maka tangkap saja aku!”

Detektif Joon mencoba menenangkan ibu kalau mereka khawatir akan terjadi sesuatu di sini, maka akan ada polisi yang menjaga rumah. Tapi itu malah ibu semakin khawatir dan bertanya tentang keberadaan Jung Woo dan mengajak Detektif Joon untuk pergi mencarinya. Tapi Detektif Joon menahannya, karena ibu tak bisa melakukan itu.

“Kenapa tidak? Kau juga tahu kalau ia tak akan bisa berpikir waras setelah ia mengetahui hal ini. Ia pasti takut kalau aku akan berakhir seperti Soo Yeon. Jadi ayo pergi menemuinya!”

“Bu..” pinta Detektif Joon.

“Jung Woo adalah anakku!! Sekarang ia.. ia adalah anakku. Jika sesuatu terjadi padanya, maka aku tak mau hidup lagi!”

Jung Woo menemui seorang wanita. Sepertinya wanita itu adalah pramugari yang kemarin dicurigai Jung Woo. Jung Woo ingin meminjam black box mobil pramugari itu.

Note : Black box yang dimaksud ini adalah kamera CCTV yang terpasang di bawah mobil, untuk merekam kejadian saat mobil dinyalakan, sehingga jika ada kecelakaan atau sesuatu yang terjadi, maka rekaman itu dapat digunakan untuk penyelidikan.
Menurut satpam, pramugari itu datang ke tempat parkir pada jam 10 malam yang hampir bersamaan dengan kejadian pembunuhan itu, maka Jung Woo ingin meminjam black box mobil pramugari itu, just in case ada yang terekam di black box itu.

Black box didapat dan Jung Woo melihat rekaman black box itu. Ada mobil putih yang terparkir di depan mobil pramugari itu.

Ia memperbesar gambar rekaman itu dan terlihat ada seorang wanita di dalamnya.

Jung Woo terkesiap kaget dan tak percaya. Ada Zoe di dalam mobil itu. Ia buru-buru menutup laptopnya, dan menangis, menyadari apa yang mungkin terjadi.

Dalam kamarnya, Hyung Joon memasukkan kunci yang sejak kecil ia miliki dan memasukkan ke liontin yang pernah diberikan oleh ibunya. Terdengar suara Soo Yeon yang memanggilnya.

Ia segera keluar, dari sebuah ruangan dibelakang foto mereka berdua, dan masuk ke ruang tidurnya. Whoaa.. ternyata ada kamar rahasia di dalam kamar Hyung Joon.

Soo Yeon muncul dan bertanya menggoda Hyung Joon, mengapa Hyung Joon mengunci pintu. Apakah ada yang Hyung Joon sembunyikan darinya? Ia bertanya tentang sepatu yang pantas ia pakai.

Tapi Hyung Joon tak menjawab, dan berkata kalau hari ini adalah hari terakhir Soo Yeon di Seoul. Ia kemudian melepaskan kalung yang ia pakai. Kalung yang berbandul kunci dan memasangkannya untuk Soo Yeon.

Hyung Joon kemudian mendekati Soo Yeon untuk menciumnya. Soo Yeon terdiam, tapi saat bibir Hyung Joon akan menyentuhnya, ia pun berpaling.

Hyung Joon tersenyum dan berkata, “Tak apa-apa. Tak peduli berapa lama, aku dapat menunggu.”

Soo Yeon merasa tak enak hati, tapi Hyung Joon tetap tersenyum dan berkata kalau kalung itu cocok untuknya.

Tae Joon dan Sekretaris Yoon datang ke pesta, dan mengenali Harry dari belakang karena melihat kaki Harry yang sedang terluka. Begitu Harry berbalik, ia kaget melihatnya, karena Harry Borrison ternyata adalah pemuda yang hampir menabraknya dengan sepeda. Mereka pun berjabat tangan.

Soo Yeon merawat kaki Hyung Joon yang menatapnya terus menerus. Sambil menatap kalung kunci yang terpasang di leher Soo Yeon, ia meminta Soo Yeon untuk menengok ke kiri. Soo Yeon melihat Tae Joon sedang mengawasi mereka dan ia merasa tak nyaman.

Akhirnya nama pemilik handphone itu sudah diketahui. Dan Detektif Joon kaget melihat namanya yang ia sangka sebagai Jo Il Woo. Ternyata Zoe Lou. Zoe? Dan Detektif Joon semakin kaget melihat nomor terakhir yang ditelepon nomor handphone itu adalah rumah Harry Borrison. Apalagi Detektif Park memberitahu kalau black box telah diambil oleh Jung Woo.

Detektif Joon segera memerintahkan mereka mencari Jung Woo.

Tae Joon melihat kalung yang dipakai Soo Yeon, namun pandangannya terhalangi oleh Hyung Joon yang berdiri di depan Soo Yeon.

Hyung Joon dan Soo Yeon berjalan bersama, namun ada teman Soo Yeon yang memanggilnya, “Zoe!” Ia menoleh melihat temannya. Tapi pandangannya terantuk pada sosok Jung Woo yang baru saja datang.

Jung Woo menatap Soo Yeon, dan ingatannya kembali pada 14 tahun yang lalu saat Soo Yeon berkata kalau ia tak akan pernah membunuh seseorang.

Dan pikirannya menjawab bukti yang sekarang ia miliki, “Aku tahu.. aku benar-benar tahu itu.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar