Jumat, 26 April 2013
Sinopsis I Miss You Episode 15 Part 1
Handphone Jung Woo terjatuh, dan lampu layarnya seketika itu pula redup, sehingga Harry tak dapat melihat foto itu. Ia tak mempedulikan tatapan marah Jung Woo ataupun Zoe yang terjatuh. Matanya tertuju pada handphone itu.
Jung Woo ingin marah pada pada Harry yang tiba-tiba bersikap kasar padanya. Tapi ia mendengar erangan Soo Yeon, dan Jung Woo pun membantunya berdiri.
Soo Yeo kaget melihat tangan Jung Woo yang berdarah. Tanpa berani menatap Harry, Soo Yeon meminta Jung Woo tetap diam, dan ia pergi untuk mengambil kotak P3K.
Setelah Soo Yeon pergi, kedua pria itu saling menatap tajam. Harry berdiri terlebih dahulu dan dengan keras ia berkata, “Kenapa tak kau hentikan saja pertunjukkan cinta pertamamu dan cepat keluar dari sini!” ia membungkuk, pura-pura mengambilkan handphone Jung Woo untuk melihat foto yang dikirim Ah Reum.
Tapi Jung Woo lebih cepat. Ia menyambar handphonenya dan segera bangkit. Mereka saling berhadapan, dan Jung Woo juga tak bersikap ramah lagi saat berbicara dengan Harry, “Kalau kau ingin menyalahkan kelakuanmu ini karena kau mabuk, maka hentikan saja sekarang. Atau jika kau ingin melanjutkan pertengkaran ini, suruh Soo Yeon untuk pergi terlebih dahulu.”
Harry tersenyum sinis, “Soo Yeon?”
“Benar, So Yeon,” jawab Jung Woo. “Cinta pertama? Ini bukan cinta pertama. Karena dulu aku melarikan diri seperti pengecut, cinta itu .. aku belum memulainya. Karena itulah aku mencarinya. Untuk mencintainya dengan benar.”
“Kau sudah terlambat,” jawab Harry tajam, “Jangan membuatku marah dan hentikanlah sekarang juga. Menyingkirlah kau dari Zoe”
Jung Woo menyambar sweater Harry, mencengkeramnya, “Aku dapat lebih dekat padanya,” jawabnya, yang malah membuat Harry tertawa. “Berhentilah membuat gara-gara!”
Harry mendengar suara pintu kamar terbuka, yang berarti sebentar lagi Soo Yeon akan datang. Maka ia tersenyum sinis dan melepaskan tongkatnya.
Sedetik kemudian, Soo Yeon muncul dan terbelalak melihat posisi Harry yang terancam oleh Jung Woo. Ia buru-buru memegang lengan Jung Woo, mencoba melepaskan cengkeramannya pada sweater Harry, “Jung Woo-ya.. kenapa kau seperti ini?” tanya Soo Yeon panik.
“Lee Soo Yeon!” sela Jung Woo marah.
“Zoe,” panggil Harry tenang, “Tolong katakan pada orang ini untuk meninggalkan rumah kita.”
Tapi Zoe tak bergeming, membuat Harry memanggil namanya sekali lagi. Tapi Soo Yeon tetap diam. Harry menoleh pada Soo Yeon yang pucat dan menatapnya tajam, “Zoe!”
“Tidak,” air mata kembali menggenang di mata Soo Yeon, “Sekarang, aku benci dengan Lee Soo Yeon ataupun Zoe!” dan ia pun meninggalkan kedua pria itu menuju lift.
Harry panik dan langsung melepas cengkeraman Jung Woo di sweaternya, memanggil-manggil Zoe. Tapi Zoe tak menghiraukannya, malah masuk ke dalam lift. Tanpa tongkat, tertatih-tatih Harry mengejar Zoe, “Jangan pergi! Kau tahu aku tak dapat mengejarmu! Zoe!’ namun pintu lift sudah tertutup.
Jung Woo pun mengambil mantelnya dan sebelum pergi, ia berkata pelan, “Tak peduli alasan apapun yang kau berikan padaku, aku akan mengambil Soo Yeon dari sisimu. Jadi, aku merasa menyesal, tapi hanya sampai saat ini saja. Jangan menungguinya. Aku tak akan membiarkannya kembali kemari.”
Dan Jung Woo pun masuk lift, meninggalkan Harry yang kali ini tampak terpukul akan kepergian Zoe.
Jung Woo mencari Soo Yeon ke tempat-tempat yang mungkin didatangi Soo Yeon. Tapi ia tak menemukannya. Bahkan di kedai minum tempat biasanya Soo Yeon minum.
Tak sengaja, ia melihat Soo Yeon berjalan di trotoar seberang jalan tempatnya berdiri, termenung dan melamun. Jung Woo menarik nafas lega dan segera menyeberang jalan, mengejarnya.
Ia segera melepaskan mantelnya dan memakaikannya pada Soo Yeon yang tak memakai mantel sama sekali, “Akhirnya aku menemukanmu,” kata Jung Woo lega. “Ayo kita pulang, Soo Yeon.”
“Sudah kukatakan kalau aku tak menyukai Lee Soo Yeon maupun Zoe,” Soo Yeon melepas mantel Jung Woo marah dan melemparkan pada Jung Woo, “Jadi hentikanlah sekarang juga!”
Jung Woo mengejar Soo Yeon dan menghentikannya lagi, “Hentikan apa? Apa yang telah aku lakukan untuk menghentikannya? Bukankah aku pernah berkata kalau aku akan membawamu pulang saat kau menangis sekali lagi, kan?” Jung Woo memakaikan mantel itu lagi pada Soo Yeon, “Ayo kita pulang!”
“Bukankah sudah kukatakan sebelumnya? Haruskah aku mengatakannya lagi?” sergah Soo Yeon marah.
“Lee Soo Yeon, jujurlah padaku,” pinta Jung Woo. Tapi nadanya semakin keras karena baginya keengganan Soo Yeon seperti tak masuk akal. Apakah alasan sebenarnya Soo Yeon tak bisa kembali menjadi Soo Yeon lagi?
“Apakah kau belum bisa memaafkanku? Kau menangis seperti ini karena kau ingin membuatku khawatir? “Han Jung Woo, berandalan itu! Matilah karena khawatir!” Apakah kau sengaja melakukannya? Dan saat aku sudah tak tahan dan hanya memperlihatkan punggungku seperti saat aku berumur 15 tahun, kau akan berkata “Aku tahu kau akan seperti ini”. Apakah kau ingin menertawaiku? Jangan diam saja. Katakan padaku.”
Jung Woo semakin kalap dan mengatakan dugaannya yang lainnya, “Ataukah alasan sebenarnya karena kau mencintai Harry? Itu tak benar. Tanggung jawab? Kalau begitu jangan pernah goyah. Kau juga menyukaiku!”
“HAN JUNG WOO!!” jerit Soo Yeon sehingga membuat Jung Woo diam. Ia yang sedari tadi sibuk dengan perasaannya dan tak melihat perasaan Soo Yeon, tertegun karena akhirnya melihat wajah Soo Yeon yang pucat dan menyedihkan dengan nafas yang pendek-pendek karena menahan isak tangisnya.
Soo Yeon terisak dan memukuli dada Jung Woo berkali-kali, “Jahat. Kau tahu apa? Kau tahu apa?! Saat kau tak ada di sana, rasanya aku ingin mati saja. Karena kau tak ada di sana, saat itu aku benar-benar ingin mati.”
Baru sekarang Soo Yeon mengatakan perasaannya. Dan baru sekarang Jung Woo memahami perasaan Soo Yeon. Melihat wajah yang sebelumnya tersenyum dan tersipu malu, sekarang histeris dan menangis, Jung Woo hanya bisa memeluk gadis itu.
“Apa yang harus aku lakukan?” jerit Soo Yeon bertanya, “Kau menyuruhku untuk melakukan apa?!”
“Aku yang salah.. Semuanya aku yang salah,” kata Jung Woo menyesal.
Tapi tangisan Soo Yeon tak mereda, malah semakin menjadi dan berkali-kali terucap kata ‘jahat’ dari mulut Soo Yeon.
Jung Woo tak ingin membantahnya, “Kau benar. Aku benar-benar jahat. Karena itu janganlah menangis. Jangan menangis, ya?” bujuknya, “Kumohon janganlah menangis..”
Sementara itu Harry duduk di rumah sendirian, menunggu kedatangan Zoe. Tapi lift di depannya tak kunjung terbuka.
Dengan taksi, Soo Yeon pergi ke butik Bellez, dan Jung Woo mengikuti di belakangnya. Tapi Jung Woo menyuruh taksi untuk menunggu sebentar. Jelas ia tak menginginkan Soo Yeon untuk tidur di dalam butik dan menginginkannya pulang ke rumah ibunya.
Soo Yeon menyuruh Jung Woo untuk pergi karena ia tak bisa pulang ke rumah ibunya, “Aku bahkan tak dapat mengatakan maaf dan menyesal pada Eun Joo. Aku akan menjaga diriku sendiri. Jadi pergilah sekarang.”
Jung Woo memegang tangan Soo Yeon, menahannya untuk tak masuk, “Kau tak boleh masuk ke sana padahal kau punya rumah. Berbeda denganku, aku tak punya rumah sama sekali. Aku telah diusir dari semua tempat,” dan ia pun memiliki ide bagus, “Kalau begitu, ke hotel saja.”
Soo Yeon terbelalak mendengar ide Jung Woo, dan ia buru-buru masuk ke dalam butik. Jung Woo pun tersadar akan arti tersirat dari kata-katanya. Padahal ia tak berniat seperti itu.
Ia langsung berteriak, “Bukan aku! Hanya kau saja! Aku akan tidur di kantor poli..”
Tapi Soo Yeon sudah masuk ke dalam butik, meninggalkan Jung Woo. LOL.
Soo Yeon sudah masuk ke ruang kerjanya. Tapi Jung Woo sepertinya tebal muka, dan ikut masuk ke dalam ruangan, mengeluhkan dinginnya suhu luar ruangan. Mencoba bersikap dingin, Soo Yeon berkata kalau ia sudah lelah dan ingin tidur. Ia menyuruh Jung Woo untuk segera pergi.
Tapi Jung Woo keras kepala, malah mendahului Soo Yeon masuk ke dalam ruangan, dan membaringkan tubuhnya di kursi panjang, “Aku akan tidur. Jangan bangunkan aku,” katanya dan langsung memejamkan mata.
Soo Yeon hanya menatap Jung Woo, diam.
Jung Woo melirik ke arah Soo Yeon yang tak bergeming dari tempatnya, dan ia memejamkan mata kembali.
Soo Yeon tetap menatap Jung Woo, diam.
Jung Woo kembali melirik Soo Yeon, dan ia pun mendesah keras dan memiringkan tubuhnya untuk tidur, “Aduh.. dinginnya,” ucapnya seakan meminta belas kasihan.
Soo Yeon masih tetap menatap Jung Woo, diam.
Akhirnya Jung Woo tak tahan lagi. Ia bangkit dan duduk dengan kesal, “Aishh.. Kau benar-benar pelit. Lee Soo Yeon, semakin aku melihatmu, kau itu semakin negatif. Kenapa kau berpikiran negatif terus?”
Dan dengan itu Jung Woo keluar dari kamar, walaupun sempat terlintas senyum kecil dan ia pun meninggalkan Soo Yeon sendiri.
Ha. Ternyata diam itu adalah emas. Si tebal muka saja kalah dengan emas itu.
Setelah sendiri, Soo Yeon tak segera tidur, malah duduk di tempat Jung Woo tadi berbaring. Terdengar bunyi SMS masuk, tapi Soo Yeon tak segera membukanya. Ia menenangkan diri dulu, baru membuka SMS itu.
Dari Harry : Jika kau meninggalkanku, kau akan dalam bahaya. Kembalilah, Zoe.”
Harry masih duduk di tempat yang sama, menunggu kedatangan Zoe.
Sedangkan Jung Woo ternyata tiduran di sofa di lantai satu, memandangi foto ‘tantenya’, dan bergumam, “Apakah kita memang mirip?”
Iapun menelepon Ibu Soo Yeon. Ibu yang sedang ada di kamar bersama Eun Joo, mendengar suara handphonenya berbunyi. Ia buru-buru men-silent dan pura-pura sakit perut, menggunakan alasan itu untuk pergi ke luar kamar. Eun Joo hanya terdiam mendengar akting Ibu.
Di dalam kamar lainnya, ibu bertanya apakah ada sesuatu yang terjadi dengan Jung Woo? Dimana Jung Woo sekarang? Tapi Jung Woo memang sengaja tak mau memberitahukan pada ibu. Ia senang mendengarkan suara ibu yang khawatir, melarangnya untuk tidur di kantor polisi dan menyuruhnya untuk segera pulang ke rumah, “Dulu, kau tak pernah melawan perintahku. Tapi kenapa kau sekarang seperti ini?”
Mendengar ibu khawatir, Jung Woo malah semakin menggoda ibu dengan mengatakan kalau ia sekarang kedinginan. Ibu yang semakin khawatir, berniat untuk membawakan selimut tambahan untuk Jung Woo. Jung Woo malah pura-pura batuk, sehingga Ibu memutuskan untuk pergi ke kantor polisi sekarang.
Akhirnya Jung Woo mengatakan kalau ia sedang tak berada di kantor polisi, karena ia sedang mengawasi seseorang. Ibu malah cemas karena ia tahu kalau Jung Woo terkena flu, pasti sembuhnya akan lama, “Kemarilah!”
Jung Woo terkejut mendengar kata-kata ibu karena berarti ibu sudah memperbolehkan ia pulang. Tapi ia tak mau pulang sekarang, “Aku akan membawa Soo Yeon bersamaku. Setidaknya ia harus menepati janjinya untuk pulang ke rumah.”
Ibu menyuruh Jung Wo untuk menutup telepon saja karena Jung Woo tak pernah mau mendengarkan kata-katanya. Ia juga sedih jika memikirkan mereka berdua. Bagaimana bisa Jung Woo dan Soo Yeon mengembalikan 14 tahun yang hilang itu?
Ternyata Eun Joo mencuri dengar apa yang ibu katakan pada Jung Woo di telepon.
Perlahan-lahan Jung Woo pergi ke ruang kerja Soo Yeon dan mengendap-endap masuk ke dalam. Ia membuka tirai ruang tidur, dan melihat Soo Yeon sudah tertidur pulas. Setelah menyelimuti Soo Yeon, ia tertarik pada penjepit yang digunakan Soo Yeon untuk menjepit kertas-kertas desainnya.
Jepit itu mirip dengan jepit jemuran yang dulu pernah ia selipkan di rambut Soo Yeon 14 tahun yang lalu. Dan sekarang pun ia juga ingin menyelipkan jepit itu ke rambut Soo Yeon lagi.
Ia melepaskan jepit itu dan perlahan-lahan ia selipkan jepit itu ke rambut Soo Yeon. Tersenyum melihat jepit itu bertengger di rambut Soo Yeon, ia merapikan rambut Soo Yeon, membelainya, “Maafkan aku.”
Ia menatap Soo Yeon lembut dan menggenggam tangan Soo Yeon yang lebam. “Soo Yeon ah.. tak akan pernah lagi, walaupun aku harus mati, aku tak akan melarikan diri sendiri.”
Seakan masih ingin menenangkan Soo Yeon, Jung Woo menepuk-nepuk bahu Soo Yeon perlahan dan berkata, “Soo Yeon yang berusia 29 tahun, tetaplah menjadi style-ku.”
Dan iapun ikut tertidur.
Namun Soo Yeon rupanya bangun dan menyelimuti Jung Woo tanpa membangunkannya. Ia juga menempelkan band aid ke tangannya yang terluka. Tersenyum melihat Jung Woo yang tertidur pulas, ia meraba jepit yang tadi belum ada di rambutnya, tahu siapa pelaku yang menyelipkan jepit itu.
Dengan Jung Woo yang tertidur di ruangan yang sama, Soo Yeon mulai bekerja, mendesain, memindahkan ide yang ada di benaknya dalam sebuah kertas.
Harry masih menunggu di tempat yang sama, menunggu kepulangan Zoe.
Keesokan paginya, Ah Reum datang ke ruang kerja Soo Yeon yang sudah kosong. Ia menemukan kertas-kertas desain Soo Yeon dan langsung menyukai salah satu desain itu. Ia pun mencari Soo Yeon ke ruang tidur.
Betapa kagetnya Ah Reum, bukanya menemukan Soo Yeon, ia malah melihat oppa-nya tertidur di samping tempat tidur.
Tapi karena Jung Woo masih tidur, ia yang dari dulu ingin bersama kakaknya, langsung menyandarkan kepalanya ke punggung Jung Woo.
Jung Woo pun tersenyum merasakan ada kepala yang menyandar ke bahunya. Dan Oh My God! So pervert. Apakah Jung Woo berpikir yang ada di belakangnya adalah Soo Yeon? LOL. Dan ternyata memang benar karena Jung Woo bergumam gembira, “Soo Yeon-ah..”
Ah Reum mengerutkan kening mendengar oppa-nya menyebut nama yang bukan namanya. Ia semakin bingung mendengar Jung Woo berkata, “Aku hanya akan menghitung sampai tiga..”
Jung Woo pun meraih tubuh gadis di belakangnya dan berkata, “.. tiga!” dan ia membalikkan tubuh gadis itu.
.. dan matanya terbelalak, tak percaya. Adiknya sendiri. LOL.
Apalagi Ah Reum melotot padanya, “Apa yang sedang kau lakukan?”
Bwahahaha… Jung Woo speechless, tak tahu jawaban apa yang harus ia berikan pada adiknya.
Belum sempat ia menjawab, ia melihat sepasang kaki di hadapannya, dan ia tersentak kaget. Soo Yeon ada di hadapannya dengan dua mug di tangan.
LOL.. LOL.. LOL..
Sontak Jung Woo langsung mendorong Ah Reum ke samping, membuat Ah Reum terjatuh. Jung Woo pun langsung melakukan pembelaan, “Dia adikku. Han Ah Reum.. Han Jung Woo..” kata Jung Woo gugup. Namun ia tersenyum sedikit lega, karena ia berhasil menjelaskan kesalahpahaman pada Soo Yeon.
Tapi Jung Woo tak bisa secepat itu merasa lega karena Ah Reum masih memborbardirnya dengan pertanyaan, “Oppa! Berikan alasan padaku. Kenapa kau tidur di sini?”
“Ohh?” Jung Woo segera memutar otak untuk memperpanjang waktu agar ia bisa berpikir, “Kau juga kenapa ada di sini?”
Ah Reum berkata kalau ia disuruh ibu untuk mengambil desain Zoe. Soo Yeon berkata kalau ia akan segera mengirimkannya lewat e-mail. Soo Yeon pun langsung mengambil kameranya dan memotret semua desain yang ia buat.
Jung Woo mengambil kesempatan ini untuk keluar dari kamar tidur dan mengambil sebuah desain yang ada meja, memuji hasil kerja Soo Yeon.
Tapi Ah Reum tak semudah itu menyerah. Ia terus bertanya, mengapa Jung Woo tidur di kamar ini? Jung Woo melirik Soo Yeon yang pura-pura sibuk memotret dan menjawab kalau ia sedang menyelidiki sebuah kasus, “Itu kan sudah jelas. Kenapa kau menanyakan hal yang sudah jelas sekali?”
Pada Soo Yeon ia berkata dengan sopan, “Semuanya sudah terpecahkan, kan?” Haha.. #kode nya terlihat jelas sekali nih. Jung Woo melirik Ah Reum dan melanjutkan #kode-nya, “Jika sesuatu terjadi lagi, teleponlah aku pada saat itu juga. Jika kau mengulur-ulur kasusnya, pasti kasus itu akan semakin parah.”
Dan ia pun bersiap kabur.
Tapi adiknya jauh lebih cepat, karena Ah Reum langsung menahan bahu Jung Woo, “Lalu kenapa memanggil Soo Yeon? Siapa itu Soo Yeon?”
Jung Woo bengong, tak tahu akan menjawab apa. Soo Yeon langsung menundukkan kepala, tak mau ikut campur. Maka Jung Woo pun tertawa kaku dan menjawab kalau ia hanya bermimpi, “Kenapa kau kemari? Ceritakan padaku tentang Tante.”
Dan Jung Woo pun menyeret adiknya untuk keluar dari ruangan. Namun sebelumnya ia sempat mengedipkan mata pada Soo Yeon.
Aww.. dan Soo Yeon pun tersenyum kecil.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar