Jumat, 26 April 2013

Sinopsis I Miss You Episode 16



Jung Woo menunggu pintu lift terbuka. Saat lift terbuka ia segera keluar dan berteriak, “Soo Yeon ah!” Namun betapa terkejutnya ia. Di depan matanya ia melihat Harry memeluk Soo Yeon dengan erat.

Mendengar suara Jung Woo, Soo Yeon refleks menoleh dan melepaskan diri dari Harry. Tapi Harry malah memeluknya semakin erat, tak mau melepaskan Soo Yeon dan berkata, “Zoe, aku sudah tahu kau pasti kembali padaku.”

Jung Woo terkesiap kaget. Begitu pula Soo Yeon. Ia mencoba melepaskan diri lagi, tapi Harry tetap tak melepaskannya.

Dengan Zoe berada dalam pelukannya, Hyung Joon menatap Jung Woo. Wajahnya masih menyisakan air mata, tapi tanpa Zoe bisa melihatnya, ia tersenyum pada Jung Woo yang terpaku.

Kali ini Jung Woo memanggil Soo Yeon dengan lebih tenang, dan Soo Yeon kali ini juga berhasil melepaskan diri dari Harry. Tapi Harry mencoba menahannya dengan mengeluh, “Rasanya sakit. Bawa aku ke kamar.”

Tapi Jung Woo menyuruh Harry untuk menghentikan rengekannya. Dengan sinis ia berkata, “Nampaknya kau tak akan mati karena kau masih bisa berbicara. Dan karena aku serasa ingin mati saat aku menuju kemari, jadi diamlah untuk sebentar saja.”

Harry menegakkan badan dan terdiam. Pada Soo Yeon, Jung Woo kemudian mengatakan dugaannya kalau pasti sudah terjadi sesuatu pada. Harry melirik Soo Yeon, tahu apa yang dimaksud oleh Jung Woo dan menanti reaksi Soo Yeon. Tapi walau teringat pada rekaman suara Sang Chul, Soo Yeon hanya terdiam tak berkata apapun tentang rekaman itu.

Jung Woo bersyukur melihat Soo Yeon baik-baik saja dan mengajaknya pulang. Tapi Harry mencegahnya, “Bukankah ada sesuatu yang ingin kau katakan padaku, kan?”

Soo Yeon sejenak ragu, tapi ia akhirnya mencoba berdiri dan berkata pada Harry, “Tunggulah sebentar.” Ia melihat ada bunga plastik di atas meja, tapi Harry langsung mengambilnya sehingga Soo Yeon tak dapat melihatnya dengan jelas. Dengan masing-masing tangannya memegang bunga dan lengan Soo Yeon, Harry kembali mengeluh, “Aku merasa pusing.”

Akhirnya Jung Woo mendekat dan menawarkan diri untuk membawa Harry ke dalam kamar. Tapi Soo Yeon menolak dan berkata kalau ia yang akan membawa Harry karena ada yang ingin ia bicarakan pada Harry. Jung Woo pun tak mempermasalahkan hal itu, tapi ia tak akan pulang karena ia akan menginap di sini.

LOL banget lihat ekspresi Hyung Joon mendengar Jung Woo yang tiba-tiba memutuskan untuk menginap.

Jung Woo menjelaskan kalau ia mendapat telepon aneh dan ia melihat kalau Harry tampak kurang sehat, jadi ia memutuskan untuk bermalam untuk kali ini saja.

Ha! Pasti Harry sekarang menyesal kalau ia menampakan kalau ia sedang tak sehat.
Harry mencoba mendebat kalau ia akan memanggil polisi saja, tapi Jung Woo berkata, “Aku (polisi) kan sudah di sini.”

Tapi Jung Woo bergumam sendiri, “Tapi aku kan sudah dipecat,” membuat Soo Yeon kaget.

Tapi Jung Woo tetap berjongkok dan meminjamkan punggungnya untuk membawa Harry, “Naiklah. Dan sebagai gantinya, biarkan aku meminjam sofamu untuk hari ini saja.”

Setelah di kamar, Soo Yeon tak dapat menyembunyikan rasa ingin tahunya akan benda yang dipegang Harry. Harry berbohong kalau benda itu adalah benda milik Craig yang tertinggal. Harry mengalihkan perhatian dengan bertanya mengapa Soo Yeon bertanya tentang kakinya dan telepon aneh apa yang diterima oleh Jung Woo?

Soo Yeon menatap mata Harry dan mengulangi pertanyaannya, “Yang melukai kakimu itu. Apakah kau berpura-pura tak tahu siapa yang melukainya padahal kau sudah tahu siapa orang itu?”

Harry tetap pada jawabannya yang tak tahu, “Kalau saja aku tahu, apakah kau pikir aku akan diam saja? Ia telah membunuh ibuku dan membuatku seperti ini.”

Harry meraih tangan Soo Yeon dan berkata kalau hidupnya menjadi suram setelah Soo Yeon meninggalkannya, apalagi di depan matanya, Jung Woo langsung lari mengikuti Soo Yeon pergi,

“Pada saat itu aku berpikir untuk membunuh orang yang telah membuat kakiku seperti ini. Jika aku menemukannya, aku akan membuatnya seperti ibuku. Jika ia mempunyai anak, aku akan membuat anaknya jadi seperti aku.”

Soo Yeon terkejut mendengar kata-kata yang tak terdua keluar dari mulut Harry yang bertanya padanya, “Apakah kau pikir aku tak mampu melakukannya?”

Jung Woo mengingat kembali percakapan telepon yang ia dengar. Dan ia teringat pada ruang 302 yang disebut di telepon dengan ruang yang pernah ia datangi dengan tingkah aneh dokternya. Kebetulan pula nama pasien itu adalah Kang Hyun Joo, sesuai dengan nama yang disebut di telepon.

Ia menulis semua itu dalam buku catatannya : Kamar 302, Kang Hyun Jo, suara anak-anak, RSJ Jaekyung, Dokter, Ayah.

Soo Yeon meminta Harry melepaskan tangannya karena ia takut melihat Harry yang sekarang. Tapi Harry malah bertanya, apakah Soo Yeon mengira kalau ia telah berubah?

“Kau juga ingin membunuh orang-orang yang telah melukaimu. Kau dulu mengatakan kalau kau tak menginginkan mereka ada di sekitarmu!” kata Harry lebih keras. “Ini bukan untukku. Kau yang telah berubah. Hingga aku menemukan bajingan itu, tetaplah tinggal di sisiku. Aku akan melepaskanmu, kemanapun engkau ingin pergi setelah itu.”

Soo Yeon keluar dari kamar dan melihat Jung Woo sedang memeriksa keamanan rumah. Belum siap menghadapi Jung Woo karena teringat rekaman dari USB itu, ia bersembunyi di balik dinding.

Tak disangka, Jung Woo juga memeriksa sudut tempat ia bersembunyi membuat ia kaget. Jung Woo malah lebih kaget melihat Soo Yeon yang berdiri di sana, “Aku hanya ingin memeriksa jendela kamarmu,” dan dengan nada konspiratif ia berbisik, “Kau juga tak membiarkanku untuk tidur di kamarmu, kan?”

Dan Jung Woo terus berbisik pura-pura merajuk, berkata kalau ia sebenarnya tahu kalau Hyung Joon hanya berpura-pura sakit agar bisa bersandar dan memeluk Soo Yeon. Masih tetap berbisik, Jung Woo mengancam kalau ia dapat membunuh Harry dalam sekali pukul saja.

Melihat adegan ini, rasanya melihat sepasang kekasih yang sedang bete-bete-an, yang satunya marah dan satunya hanya membiarkan saja si pacar marah-marah tak tentu arah. Been there, done that.

Dan Soo Yeon pun hanya membiarkan Jung Woo terus berbisik, kali ini memarahinya karena meninggalkan handphone di butik, “Kalau ada sesuatu yang terjadi seharusnya kau memberitahuku. Karena tak terjadi apapun, aku akan membiarkannya,” katanya masih berbisik.

Soo Yeon mengikat rambutnya, cuek dengan omelan Jung Woo karena ia masih sibuk mun ia teringat kata-kata Jung Woo tadi yang katanya ia telah dipecat, dan bertanya tentang hal itu. Jung Woo ganti yang salah tingkah dan beralasan kalau atasannya mulai ngaco. Tapi tatapan Soo Yeon nampak tak percaya akan bualan Jung Woo, membuat Jung Woo semakin salah tingkah.

Jung Woo pun mengalihkan perhatian dengan mengatakan kalau ia akan pulang ke rumah. Kata rumah membuat Soo Yeon tertarik, “Rumah? Rumah yang mana?” Jung Woo menjawab kalau ia akan pulang ke rumah ayahnya. Ia ingin menjelaskan alasan kepulangannya, tapi Jung Woo memilih untuk menjelaskan alasannya nanti setelah mereka hanya berdua saja.

Mendengar kata ayah, Soo Yeon jadi teringat akan rekaman dari USB dan bertanya pada Jung Woo, seperti apakah ayah Jung Woo yang sebenarnya.

Jung Woo menceritakan ayahnya juga seperti ibu Soo Yeon, menyukai uang, walau kadarnya jauh berbeda, “Karena melindungi uang itu, ia tak pernah melakukan apapun. Aku tak pernah melihatnya berlibur atau membeli mobil baru. Bahkan saat anaknya pergi dari rumah, ia tak punya waktu untuk mencarinya karena ia sibuk melindungi uangnya,” kata Jung Woo dengan pandangan menerawang. “Itulah ayahku. Aku merasa kasihan padanya.”

Soo Yeon menatap iba pada Jung Woo, “Han Jung Woo, jangan pernah lagi menghiburku dikemudian hari,” kata Soo Yeon mengagetkan Jung Woo, “Katamu rumahmu besar, kan? Pasti sangat berangin di sana.”

Jung Woo menyadari apa maksud kata-kata Soo Yeon. 14 tahun yang lalu ia pernah mengatakan hal itu. Karena rumahnya besar sehingga berangin, sehingga membuat matanya berair. Walau Jung Woo mengatakan seperti itu, tapi Soo Yeon tahu kalau sebenarnya Jung Woo kesepian dan sedih saat tinggal di rumahnya sendiri.

Dengan lembut Soo Yeon berkata, “Jika matamu berair lagi, datanglah padaku kapan saja. Aku akan menghiburmu.”

Soo Yeon pun menyentuh tangan Jung Woo dan menggenggamnya.

Keesokan paginya saat Soo Yeon ke butik, ia kaget melihat rekan Jung Woo di ruangannya sedang memeriksa semua barang di ruang kerjanya. Untungnya Jung Woo menelepon, dan rekan Jung Woo meminta Soo Yeon memberitahukan Jung Woo kalau ia sudah kemari.

Dan ia tak dapat menutupi rasa penasarannya saat mendengar Soo Yeon berkata kalau Jung Woo sudah pergi saat ia bangun tidur. Ia pun bertanya-tanya, “Mereka tidur bersama?”

Jung Woo memberitahu kalau ia sekarang sudah ada di depan rumahnya. Ia harus mengirimkan polisi untuk melindungi Soo Yeon karena ia mendapat telepon aneh dari handphonenya dan ia menduga kalau penelepon itu adalah penjahat yang tak bisa ia tangkap kemarin membuat Soo Yeon terkejut, “Maaf ya. Sepertinya penjahat itu tahu kalau aku menyukaimu,” katanya sambil bercanda.

Soo Yeon menduga kalau ada orang yang menyelinap dan menggunakan handphonenya saat ia turun karena mendengar suara manekin jatuh. Kata-kata Soo Yeon malah membuat Jung Woo semakin khawatir. Namun kekhawatiran Jung Woo ini malah membuat Soo Yeon tersenyum senang.

Jung Woo melihat mobil atasannya sudah datang dan ia menenangkan Soo Yeon kalau ia telah mengetatkan pengamanan di butik dan meminta Soo Yeon untuk tak cemas.

Di dalam mobil Detektif Joo dan atasannya telah menunggu dengan segala alat penyadap. Dari kantor polisi? Tidak, karena Jung Woo bukan polisi lagi, maka Detektif Joo membelinya dari luar. Illegal, saya rasa. Selain alat penyadap, kamera mini dan pistol gas.

Ha, pistol gas. Jung Woo merasa malu, sebagai polisi ia tak memakai pistol gas. Ia berkata kalau penjahat yang mereka kejar ini kurang kasih sayang, makanya yang dibutuhkan adalah sentuhan fisik, “Aku akan memberinya bogem mentah.” LOL.

Sebelum pergi, Jung Woo meminta Detektif Joo untuk memeriksa pasien kamar 302, Kang Hyun Joo. Jung Woo memeriksa kotak barang-barangnya. Barang kenangan Soo Yeon seperti payung dan name tag ada di sana. Setelah semuanya siap, ia pun beranjak pergi.

Tapi Detektif Joo menghentikan Jung Woo, “Bagaimana kau akan menangkap penjahat itu? Dengan payung dan name tag?” Detektif Joo pun memberikan pistolnya.

Namun atasannya segera mencegahnya, karena memberikan pistol milik polisi pada Jung Woo yang sudah bukan polisi lagi. Maka ia memberikan borgol miliknya pada Jung Woo dan meminta Jung Woo untuk segera menangkap penjahat itu agar statusnya dapat segera dipulihkan.

Melihat borgol itu, Jung Woo bertanya pada atasannya apakah yang ia lakukan sekarang adalah hal yang benar? Dengan menangkap penjahat itu, berarti ia akan menangkap ayahnya.

Atasannya hanya bisa meminta maaf telah memberikan beban ke pundak Jung Woo. Tapi Jung Woo menyadari, hanya dengan mendekati ayahnya yang mungkin menjadi targetlah, yang membuat mereka bisa menangkap penjahatnya.

Saat Jung Woo keluar, Detektif Joo mengikutinya dan memberitahukan tentang tante Jung Woo. Detektif Joo mengatakan kalau ibu Jung Woo hanya memiliki satu saudara, dengan saudara satunya adalah seorang profesor wanita yang sekarang tinggal di Florida.

Kenyataan itu membuat mereka berdua bertanya-tanya, siapa sebenarnya wanita yang tinggal di rumah Han Tae Joon sekarang. Detektif Joo merasa misteri ini sulit untuk dipecahkan. Tapi Jung Woo menenangkan kalau mereka dapat memecahkan satu petunjuk, maka petunjuk lain akan muncul sendiri.

Namun pembicaraan mereka harus terhenti karena sudah muncul satpam yang berjaga di depan gerbang. Buru-buru Detektif Joo menghilang agar samaran mereka tak ketahuan.

Seperti biasa para satpam itu mencegah Jung Woo untuk masuk dan menanyakan siapakah Jung Woo yang berani masuk ke rumah ini. Tapi mereka akhirnya membiarkan Jung Woo masuk setelah Jung Woo menjawab kalau ia adalah orang yang menyelamatkan mereka berdua. Mungkin maksudnya bukan menyelamatkan nyawa tapi menyelamatkan pekerjaan mereka hingga mereka tak dipecat.

Dan tentu saja, keluarga Jung Woo kaget melihat kedatangan Jung Woo. Apalagi Tae Joon. Ia langsung melempar sendok ke meja, membuat Ah Reum dan ibunya kaget dan takut melihatnya marah.

Tapi Jung Woo dengan santai berkata kalau berkat ayah, ia telah dipecat oleh Kepala Polisi. Dengan ketus Tae Joon berkata kalau ia tak pernah mengijinkan Jung Woo tinggal di rumah.

Apalagi Mi Ran yang benar-benar tak mau Jung Woo pulang ke rumah. Bukankah dulu Jung Woo pernah mengatakan kalau ia sudah tak mempercayai ayahnya.

Lagi-lagi Jung Woo menjawab kalem kalau bagi dia sekarang kepercayaan itu bukanlah segalanya. Yang penting bagi dia sekarang adalah makan 3 kali sehari dengan layak. Dan dengan mengatakan itu, ia duduk di meja dan mengambil mangkuk nasi yang disodorkan oleh Ah Reum

Sambil makan, Jung Woo berkata percuma jika ayahnya ingin mengusirnya pergi, karena ia sekarang pengangguran dan tak punya rumah, “Dan karena aku juga tak melihat hebatnya menjadi polisi, maka aku akan mencoba menjadi anak Han Tae Joon yang baik.”

“Kau pikir kau sedang mencoba menjadi anakku?”

“Aku kan memang anak Ayah, bukan berpura-pura sebagai anak Ayah,” jawab Jung Woo sambil mengunyah makanan.

“Kau dulu pergi karena tak mau menjadi anak di rumah ini,” Mi Ran mencoba mencecarnya.

“Ibu sendiri yang mengatakan kalau aku adalah satu-satunya putra di rumah ini saat di Belluz,” kata Jung Woo membalikkan kata-kata Mi Ran dulu, membuat Mi Ran diam seribu bahasa dengan Ah Reum senyum-senyum kegirangan melihat kakaknya berani pulang.

Di ruang kerja, Mi Ran mengancam suaminya kalau ia akan pergi dari rumah kalau Jung Woo tetap tinggal di rumah ini. Tapi ancaman itu sia-sia karena Tae Joon menyuruh Mi Ran pergi jika Mi Ran tak mau, karena ia membawa Mi Ran ke rumah ini sebenarnya untuk membesarkan Jung Woo, tapi tak ada yang pernah dilakukan oleh Mi Ran.

Mi Ran mulai mengomel lagi, tapi Tae Joon menyuruh Mi Ran diam. Ia memberitahukan kalau sudah banyak orang yang dibunuh oleh Kang Hyung Joon, termasuk Sekdir Nam. Tentu saja Mi Ran kaget mendengarnya. Ia keceplosan bicara, “Apa jadinya aku jika ia meninggal?”

Tentu saja Tae Joon curiga dengan kata-kata Mi Ran. Tapi Mi Ran segera tersadar dan mengatakan kalau ia hanya takut kalau Hyung Joon akan membunuhnya.

Tae Joon berkata kalau Kang Hyun Joo tak sadar kesalahan ibunya dan malah datang untuk membunuhnya, “Bagus juga kalau Jung Woo datang karena keinginannya sendiri. Jika kau tak ingin mendapat masalah dengan Kang Hyung Joon, maka biarkanlah semua ini terjadi. Mengerti?!”

Di ruang rahasia, Hyung Joon menyuruh Harry si sekretaris Yoon untuk kembali ke Perancis, ke perkebunan tempat ia dulu tinggal, karena di perkebunan itu orang-orang yang sering mengganggunya telah menghilang.

Tapi Sekretaris Yoon bertanya tentang ibu Hyung Joon yang masih hidup, “Jadi bagaimana kita dapat menyalahkan kematian Ibu pada Han Tae Joon?”

“Harry, aku akan menyelesaikannya sendiri. Aku akan membuat Han Tae Joon seperti ibuku,” kata Hyung Joon bersikeras. Sekretaris Yoon pun berkata kalau ia akan membuat Tae Joon untuk pergi dari rumah sehingga Hyung Joon dapat masuk untuk menemui ibunya. Mereka hanya perlu untuk mencocokkan jadwal.

Namun Hyung Joon tak mau menjawab saat ditanya tentang hubungannya dengan Zoe. Hyung Joon malah berkata, “Aku akan sangat merindukanmu, Harry. Terima kasih untuk segalanya.” Sekretaris Yoon pun mengerti dan tak mengejar jawaban dari Hyung Joon.

Jung Woo dan Detektif Joo melakukan tugasnya masing-masing walau tetap berkomunikasi via handphone. Sementara Jung Woo masih subuk berpikir dimana letak yang paling baik meletakkan kamera mini, Detektif Joon berhasil menemukan penyadap yang ditemukan di telepon Dokter sekutu Tae Joon.

Saat dokter itu memergoki Detektif Joo di ruangannya, Detektif Joo hanya perlu memberikan surat penggeledahan sehingga Dokter itu tak bisa berkata apa-apa.

Jung Woo meminta Detektif Joo untuk mencari karyawan rumah sakit yang bekerja selama 14 tahun, atau kepala perawat untuk mencari petunjuk. Dan ia juga meminta Detektif Joo untuk mengeluarkan kemampuan merayunya agar mereka mengatakan yang sebenarnya.

Jung Woo menyelidiki semua barang yang ada di rumah ayahnya hingga ke kamar ibunya. Hampir saja ia terpergok oleh ibu tirinya.

Ia beralasan kalau ia sedang mencari baju ganti dan mengira kalau lemari Mi Ran adalah lemari ayahnya juga dan seperti pengangguran yang tak punya apa-apa, ia meminta pada ibu tirinya, “Tolong belikan aku beberapa baju, ya.”

Detektif Joo mulai mengeluarkan rayuan mautnya pada suster jaga. Dan ia berhasil mendapatkan informasi kalau sebelum mereka, sudah ada orang yang mencari tahu nama-nama pasien dari 14 tahun yang lalu. Dan orang itu meninggalkan nomor handphone, sehingga bisa dilacak dan mereka bisa tahu.

Kali ini Jung Woo menyelidiki kamar kerja ayahnya. Tak ada yang mencurigakan di ruangan itu, kecuali sebuah lemari kayu. Hampir saja ia mendekati lemari itu, tapi ayahnya keburu datang. Ia langsung melepas earpiece di telinga dan memberi hormat pada ayahnya.

Lagi-lagi ia bisa memberi alasan kalau ia telah menaruh CV-nya yang didalamnya tertulis keahliannya, yaitu Tae Kwon Do, bahasa Inggris, bahasa Perancis, menyadap, membuntuti orang, menyelidiki. Ia pun buru-buru pergi, setelah memberi hormat lagi pada ayahnya. Tae Joon sedikit curiga tapi melihat lembar CV di meja, ia pun membacanya.

Jung Woo memasuki ruangan Hyun Joo dan melihat kalau wanita yang ia sangka tantenya itu sedang tidur pulas. Melihat bunga plastik di tangan Hyun Joo, ia teringat pada pria berbaju hitam yang merampas bunga itu dari tangan wanita ini. Ia pun penasaran dan mencoba mengambil bunga itu.

Tapi tiba-tiba Hyun Joo terbangun berkata, “Kau tak boleh!” membuat Jung Woo kaget. Jung Woo buru-buru minta maaf karena ia tak bermaksud untuk mencurinya. Ia hanya ingin melihatnya sebentar.

Tapi Hyung Joo malah meneriakkan nama Han Tae Joon berulang-ulang sambil menyelimuti seluruh badannya. Jung Woo mencoba menenangkan Hyun Joo dengan menawarkan apa perlu ia memanggil Han Tae Joon.

Tawaran itu membuat Hyun Joo tenang dan membuka selimutnya. Ia memandangi bunga itu dan kemudian meletakkan bunga itu ke tangan Jung Woo dan mengulang kata ‘bayi’ berkali-kali, membuat Jung Woo bertanya, “Apakah anda ingin menemui bayi anda?”

Namun Hyun Joo langsung bersembunyi saat melihat Tae Joon datang. Jung Woo langsung berdiri, dan seolah tak ingin Hyun Joo dimarahi ia memuji tantenya yang cantik, “Ah Reum mengatakan kalau ia mirip denganku. Ia tanteku bukan?”

Tae Joon hanya menjawab kalau wanita itu adalah noda dalam keluarga mereka dan menyuruh Jung Woo untuk tak mengatakan pada pihak luar.

Jung Woo mengerti. Ia mencoba membujuk ayahnya untuk pergi ke sauna bersama. Tapi ayahnya malah marah dan menyuruh Jung Woo untuk menjaga rumah dengan benar kalau ingin terus mendapat makan.

LOL, serasa ngeliat Donal Bebek dan Paman Gober, deh..

Jung Woo bergumam kalau ia diperlakukan seperti anjing dan ia pun mengiyakan perintah ayahnya, “Aku akan bermain-main seperti anjing di siang hari dan berjaga di malam hari.” Ia pun keluar meninggalkan ayahnya.

Tapi ayahnya memintanya untuk tak berbuat bodoh lagi. Karena setinggi apapun ia melompat selama 14 tahun ini, Jung Woo akan kembali di bawah bayangan ayahnya.

Mendengar perintah ayahnya itu, Jung Woo meminta ayahnya untuk tak terus mengingatkannya akan hal itu, “Karena aku hampir tak kuat menanggung malu.”

Mendapat panggilan dari ibu Soo Yeon, Detektif Joo mendatangi rumahnya. Ternyata ibu memintanya untuk memberikan selimut listrikia tahu kalau Jung Woo sakit.

Tapi Detektif Joo mengatakan kalau ibu terlambat, karena Jung Woo sudah kembali ke rumahnya. Tentu saja hal ini membuat ibu heran dan khawatir.

Eun Joo tiba-tiba muncul dan ingin bicara dengan Detektif Joo. Di kamarnya, ia bertanya pada detektif Joo, sejak kapan Detektif Joo tahu kalau Zoe adalah Soo Yeon. Tentu saja detektif Joo kaget mendengar informasi itu, karena setahu dia Zoe bukanlah Soo Yeon karena sidik jarinya berbeda.

Tapi menurut Eun Joo, Zoe itu pastilah Soo Yeon, karena Jung Woo langsung pergi meninggalkan rumah setelah menemukan Soo Yeon. Detektif Joon berjanji untuk menyelidiki hal ini.

Ia juga meminta Eun Joo untuk tak menjelek-jelekkan Jung Woo, karena demi menangkap pembunuh ayah Eun Joo dan memecahkan misteri 14 tahun yang lalu, ia kembali ke rumah ayahnya mempertaruhkan nyawanya untuk menemukan pembunuh berantai itu, “Ia mungkin akan menahan ayahnya sendiri.”

Eun Joo terkejut mendengar kata-kata Detektif Joo. Begitu pula ibu yang mencuri dengar pembicaraan mereka di balik pintu.

Jung Woo menata kamarnya (di loteng! Aww.. Rooftop Detective?) dan mendapat telepon dari Detektif Joo yang kali ini menyuruh Jung Woo untuk menyobek-nyobek mulutnya sendiri karena telah berbohong. Ia memberitahukan apa yang dikatakan Eun Joo tadi kalau Zoe adalah Soo Yeon.

Jung Woo tak mengelak namun ia juga bertanya mengenai orang yang mencari tahu informasi yang sama dengan mereka. Detektif Joo sudah menemukannya. Orang itu adalah kakek yang gila seperti Jung Woo yang ia dengar dulu juga seorang Detektif. Dan ia memberitahukan namanya. Detektif Choi.

Jung Woo kaget saat mendengar nama itu, “Kakek?”

Jung Woo pun keluar rumah dan melihat Sekretaris Yoon yang sudah siap mendampingi ayahnya untuk pergi.

Ia menyapa Sekretaris Yoon dan menepuk pundak kanannya. Sekretaris Yoon mengernyit kesakitan, membuat Jung Woo mengerutkan kening, “Apakah kau sakit?”

Sekretaris Yoon menjawab kalau ia terjatuh saat berolah raga. Namun Jung Woo yang sudah curiga bertanya kembali, “Pada hari itu, kau menghilang kemana?” Sekretaris Yoon pura-pura tak tahu apa yang sedang dibicarakan oleh Jung Woo.

Jung Woo tersenyum dan berkomentar kalau Sekretaris Yoon lebih tinggi darinya, dan sekitar 180 cm lebih, membuat Sekretaris Yoon tak nyaman. Jung Woo mencoba bergurau kalau ia tak suka melihat Sekretaris Yoon yang lebih tampan darinya.

Ia tersenyum dan menepuk pundak kanan Sekretaris Yoon sekali lagi, membuat Sekretaris Yoon mengernyit lagi. Untungnya saat itu Tae Joon datang dan Sekretaris Yoon pun segera masuk ke kursi pengemudi meninggalkan Jung Woo.

Setelah mobil ayahnya pergi, Jung Woo menelepon atasannya untuk mencarikan informasi tentang Sekretaris utama Bank Sangil, “Nama keluarganya adalah Yoon.”

Setelah ayahnya pergi, Jung Woo mulai membongkar ruang kerja ayahnya. Ia membuka-buka semua dokumen yang ada di lemari ayahnya dan menemukan dokumen Zoe dan Harry Borrison yang pernah diberikan Sekretaris Yoon pada ayahnya.

Ia juga melihat ada sebuah lemari yang terkunci. Sepertinya sebuah safety box. Ia memotret lemari itu dan mengirimkan gambar itu pada Detektif Joo dan bertanya bagaimana cara membuka kotak itu.

Di tempat kerjanya, Soo Yeon menyimpan USB itu ke dalam sepatu yang terpajang di rak dekat tempat tidurnya.

Mendadak tasnya yang berisi benang wol terjatuh. Ia segera mengejar gulungan benang itu, namun gulungan itu berhenti saat mengenai sepasang kaki.

Jung Woo.

Soo Yeon terkejut melihat kedatangan Jung Woo. Apalagi Jung Woo langsung memegang pipinya, dan bertanya darimana Soo Yeon pergi karena wajah Soo Yeon amat sangat dingin.

“Tanganmu bahkan lebih dingin lagi,” jawab Soo Yeon, “Aku pergi untuk membeli beberapa benang. Aku ingin merajut untuk menghilangkan pikiran-pikiran yang lain.”

Ahh.. jadi Jung Woo menempelkan tangan ke pipi untuk menghangatkan tangan, ya. Mata Jung Woo melebar mendengar kalimat Soo Yeon yang terakhir.

“Pikiran yang lain?” tanya Jung Woo tiba-tiba dan langsung mengecup bibir Soo Yeon, sehingga Soo Yeon terkejut. Jung Woo menebak pikiran Soo Yeon yang lain itu, “Ddukbokki?” ia pun mengecup Soo Yeon lagi, “Sundae?” dan mengecup bibir Soo Yeon lagi, “Soda?” kali ini ia mencium Soo Yeon dan tersenyum menatapnya, “Aku membawa semuanya untukmu.”

Aww.. Soo Yeon terpana menerima ciuman itu, tak menyadari kalau Jung Woo telah mengacungkan buku hariannya dan berkata, “Kita akan menggunakan ini bersama-sama mulai sekarang, jadi aku akan memintamu untuk menyimpannya.”

Soo Yeon kembali terpana dan tersenyum melihat kembali buku hariannya, “Kau benar-benar menyimpannya?”

Tapi senyumnya hilang saat mendengar Jung Woo mengutip tulisan di buku hariannya, “Tik! Hanya satu lingkaran yang muncul, ‘Aku menyukainya. Tetes hujan yang memberitahukanku. Tetes hujan yang memberitahukanku kalau aku menyukaimu.”

“Berikan padaku,” pinta Soo Yeon sambil merebut buku harian itu dari tangan Jung Woo. Tapi tak mudah, karena Jung Woo langsung lari kabur dari jangkauan Soo Yeon, sehingga Soo Yeon harus mengejarnya untuk mengambil buku harian yang jauh di atasnya.

“Han Jung Woo! Berikan padaku!” Soo Yeon semakin panik karena Jung Woo terus menghindar dan menggodanya dengan menyebutkan semua kata-kata yang ia tulis di buku itu. Jika kau berharap tanpa putus asa, harapanmu akan menjadi kenyataan. Mengharaplah dengan melempar kerikil di genangan air.

“Kupikir aku akan gila. Walau kau ada di sampingku, aku selalu memikirkanmu,” ujar Jung Woo kembali menirukan kata-kata di buku hariannya. Soo Yeon terus mengejar Jung Woo.

Tapi kali ini ia tak menghindar lagi, malah menangkap Soo Yeon dan berkata lembut saat memeluknya, “Soo Yeon, berkat buku harian itu, aku mampu bertahan selama ini. Tetaplah mencintaiku seperti itu.”

Dan Soo Yeon menjawab permintaan Jung Woo dengan menyentuh pundak Jung Woo lembut dan membalas pelukannya. Merasakan pelukan itu, Jung Woo semakin mempererat pelukannya.

Ternyata kepergian Tae Joon dari rumah adalah ide dari Harry. Atas perintah Harry, Sekretaris Yoon mengatur pertemuan antara investor Jepang yang hendak menemui Tae Joon untuk urusan investasi di Kamboja. Harry menyuruh Sekretaris Yoon untuk menahan Tae Joon di sana.

Kepergian Tae Joon berarti rumah menjadi kosong dan Harry dapat leluasa mastanuk ke rumah itu. Di halaman rumah, Harry menatap rumah Tae Joon dengan berbinar-binar dan berkata

“Zoe, aku datang untuk menemui ibuku.”

Menemani Soo Yeon makan ddukbogi, Jung Woo menggulung benang wol dan menceritakan kekesalannya karena gagal menangkap penjahat, bahkan sampai dua kali.

Ia juga kesal karena penjahat itu bahkan sempat menyandera Ah Reum agar bisa lolos, “Kalau ia tertangkap, ia akan aku pukuli sampai mati. Lima pukulan godzilla!”

Soo Yeon heran mendengar penjahat itu sampai mendatangi rumah Jung Woo. Dan Jung Woo pun menceritakan kalau ada beberapa kasus pembunuhan yang semuanya berkaitan dengan kejadian yang mereka alami 14 tahun yang lalu, “Aku tak begitu yakin akan alasan pembunuhan itu. Aku juga ingin membunuh Kang Sang Deuk dan Kang Sang Chul. Tapi, Soo Yeon, kau pun juga tahu kan kalau seseorang tak boleh membunuh orang lain?”

Soo Yeon terdiam, mendengarkan kelanjutan cerita Jung Woo. Jung Woo menduga kalau penjahat itu menyimpan dendam pada keluarganya, “Karena itu ia datang ke rumah. Ia seakan bergerak di sekitarku.”

“Kau mungkin juga dalam bahaya,” ujar Soo Yeon khawatir. Tapi Jung Woo menenangkan kalau ia adalah si kelinci gila dari bagian reserse kriminal, jadi Soo Yeon tak perlu khawatir.

Namun kekhawatiran Soo Yeon menjadi berlipat-lipat saat Jung Woo menunjukkan foto di handphnenya dan mengatakan kalau ternyata tante yang pernah ia ceritakan bukanlah tantenya.

Wanita yang menurut Jung Woo lebih cantik, tapi bukan kecantikan wajah wanita itu yang dilihat Soo Yeon, melainkan kemiripan foto wanita itu dengan foto wanita yang disebutkan Harry sebagai ibunya yang sudah meninggal.

Soo Yeon langsung mengerti mengapa Harry tiba-tiba memukul tangan Jung Woo saat Jung Woo akan menunjukkan foto tantenya. Ia juga menyadari apa maksud Harry yang ingin menjadikan anak penjahat yang membuat kakinya pincang sama seperti dirinya. Ia tahu siapa penjahat itu, dan ia tahu siapa putra penjahat itu.

Handphone yang ia pegang terjatuh, membuat Jung Woo cemas dan segera menghampiri Soo Yeon. Tapi Soo Yeon tak dapat menceritakan semua ini, karena jika ia menceritakan tentang Harry, maka mungkin akan membahayakan Harry. Ia hanya bisa meminta, “Kuharap kau tak melakukan apa yang sedang kau lakukan sekarang.”

Jung Woo tersenyum mendengar Soo Yeon yang mengkhawatirkannya. Maka untuk menenangkannya, Jung Woo mengajak Soo Yeon untuk menemui Detektif Choi, yang sudah dianggap ayah oleh almarhum Detektif Kim, “Aku tak ingin pergi sendiri. Karena malu, aku bahkan tak berani menemuinya hingga sekarang.”

Tapi Soo Yeon berkata kalau ia merasa lebih malu lagi. Karena dialah, Detektif Kim tewas, “Katamu ia mendapat kecelakaan saat mengikutiku.”

Jung Woo menatap wajah Soo Yeon yang tertunduk. Ia dapat merasakan kalau Soo Yeon menyembunyikan sesuatu darinya. Tapi Soo Yeon membantahnya. Dan untung bagi Soo Yeon karena Mi Ran meneleponnya.

Ia buru-buru pergi ke kamar tidurnya untuk menerima telepon itu di bawah tatapan curiga Jung Woo.

Ternyata Mi Ran berterima kasih karena berkat Soo Yeon, Harry mau membantunya. Soo Yeon terkejut mendengar Harry sekarang berada di rumah Mi Ran (yang berarti ada di rumah tempat ibu Harry tinggal).

Ia meminta Mi Ran untuk memberikan handphonenya pada Harry, tapi Harry tak mau. Dan Mi Ran pun yang menduga kalau Soo Yeon sedang bertengkar dengan Harry, menutup teleponnya.

Soo Yeon semakin cemas dan mencoba menghubungi handphone Harry. Tapi Harry tak mau mengangkatnya. Soo Yeon kembali menelepon Mi Ran, tapi Mi Ran menuruti perintah Harry untuk tak mengangkatnya dan memeriksa dokumen kredit yang ia bawakan untuk Mi Ran.

Harry mengalihkan perhatian Mi Ran pada maksud tujuannya ia datang kemari. Apakah Mi Ran yakin kalau uang yang ia pinjamkan untuk pembukaan butik nanti? Mi Ran mengatakan cukup.

Tapi yang membuatnya tak enak adalah karena ia kembali meminjam uang, padahal uang yang dipinjam Sekdir Nam belum kembali. Ia lebih suka jika Hyung Joon berinvestasi di butiknya daripada meminjamkan uang (mungkin tanpa bunga) seperti ini.

Harry mengatakan kalau yang ia lakukan ini hanyalah formalitas, jadi ia meminta Mi Ran untuk tak merasa terbebani. Ia juga menyadari kalau Tae Joon belum mengembalikan uang yang dipinjam darinya.

Mi Ran mengakui kalau kondisi keluarganya sedang dalam kondisi sulit, bahkan Jung Woo pun juga keluar dari keolisian, “Kau adalah benar-benar teman Jung Woo, kan?”

Harry membenarkan walau mengatakan kalau Jung Woo membuatnya gugup setiap waktu karena ia tak tahu kemana Jung Woo akan pergi. Walau begitu, Harry mengatakan kalau Jung Woo adalah teman yang mengasyikkan.

Jung Woo semakin tak dapat menutupi kecurigaannya saat selesai berbicara di telepon, Soo Yeon langsung membereskan makanan yang belum habis ia makan. Ia juga menyuruh Jung Woo untuk segera pergi menemui Detektif Choi.

Jung Woo langsung berjalan menghampiri Soo Yeon. Bukannya mengatakan kecurigaan, Jung Woo malah meletakkan handphone ke tangan Soo Yeon, “Segeralah angkat. Kalau kau tak mengangkat dalam 3 deringan, aku akan membawa surat penahanan untukmu.”

Soo Yeon tersenyum mendengar gurauan Jung Woo dan meminta agar Jung Woo berhenti mencemaskannya. Ia berharap agar Jung Woo pulang dari tempat detektif Choi dengan membawa kabar baik. Jung Woo tersenyum dan berkata kalau ia tak mendapat kabar baik, maka ia akan membuatnya.

Jung Woo merangkul bahu Soo Yeon dan mengerti perasaan Soo Yeon yang sedang mencemaskan Harry. Soo Yeon tak perlu membohonginya dan memendamnya sendirian. Soo Yeon dapat menceritakannya padanya. Walau ia merasa ingin menghajar Harry karena mengganggu pikirannya, ia dapat pergi minum dan tahan dipukul (seperti yang Harry lakukan padanya)

Soo Yeon merasa bersalah jika Jung Woo merasa seperti itu. Tapi Jung Woo meminta agar Soo Yeon tak merasa bersalah, karena rasa cintanya jauh melebihi perasaan bersalah Soo Yeon, “Aku akan segera kembali. Tunggulah aku,” bisiknya lembut.

Mendengar hal itu, Soo Yeon langsung memeluk Jung Woo, mengagetkannya. Dalam hati Soo Yeon meminta,

“Jung Woo ya, tak peduli apapun yang aku lakukan, tak peduli kemanapun aku pergi, pastikan kalau kau selalu mencariku, ya?”

Jung Woo mendatangi tempat bilyar yang dulu pernah ia datangi 14 tahun yang lalu dan kaget melihat tempat itu sepi dan banyak dokumen yang berserakan.

Kakek Choi juga kaget melihat Jung Woo, dan tak mengenalinya. Apalagi Kakek Choi pun memukul kepalanya karena berbicara dengan non formal padanya. Jung Woo meminta maaf dan dengan bahasa jeonmal, ia menceritakan dirinya dan detektif Kim untuk menyegarkan ingatan Kakek Choi. Tapi kakek Choi malah mengusirnya, “Keluar kau. Dasar si kelinci gila!”

Jung Woo terbelalak mendengar panggilan itu, yang berarti kakek Choi sudah tahu siapa dirinya. Ia juga terbelalak melihat tumpukan koran yang ada di sana. Semuanya adalah informasi tentang kejadian 14 tahun yang lalu.

Kakek Choi berkata kalau ia melakukan penyelidikan ini karena iseng. Tapi Jung Woo bertanya apakah Kakek Choi juga pergi ke RSJ Jaekyung karena iseng? Bagaimana Kakek Choi tahu kalau kejadian 14 tahun yang lalu ada hubungannya dengan RSJ Jaekyung?

Jung Woo seakan mendapatkan mata kuliah Pengantar Menjadi Detektif, karena Kakek Choi menjelaskan kalau gudang tempat Jung Woo dan Soo Yeon diculik dan tebing tempat Detektif Kim jatuh, berada di wilayah yang sama dengan RSJ Jaekyung. Wilayah Suseong,

“Dengan mengejar bukti yang hanya di depanmu, kau tahu sudah berapa bukti yang kau lewatkan? Pertama-tama, kau harus memahami jalur yang ditempuh si pelaku.”
Kakek Choi memberitahu kalau pelaku juga bersembunyi di tempat yang sama dengan tempat tinggal Soo Yeon yang terakhir dan cukup terkejut karena Jung Woo tahu kalau tempat tinggal Soo Yeon terakhir adalah di dekat pabrik batu bara.

Jung Woo menjelaskan kalau ia tahu karena kata-kata Detektif Kim saat meneleponnya (‘Serbuk batu bara membuat tenggorokanku gatal’). Ia telah memeriksa tempat di sekitar situ namun pabrik itu sudah tak ada. Sementara Kakek Choi tahu tentang pabrik batubara karena ditemukan serbuk itu di mobil Detektif Kim.

Kakek Choi berkata kalau semuanya sudah terbakar, bahkan gudang tempat Jung Woo disekap pun juga terbakar. Jung Woo berkata kalau semua itu adalah tindakan ayahnya, “Tentunya kakek juga mengetahui hal ini, kan? Karena itu Kakek tak mencariku, kan?”

Kakek Choi terkejut mendengar kata-kata Jung Woo. Tapi Jung Woo berkata kalau ia sudah tahu kalau ayahnya terlibat dalam kejadian ini, dan ia sudah siap dan meminta Kakek Choi untuk menceritakan semuanya.

Harry ditinggal sendiri, karena Mi Ran mengurusi Hyun Joo yang sepertinya keluar kamar. Ia sangat geram mendengar percakapan Mi Ran yang memarahi ibunya. Ah Reum yang disalahkan karena tak mengawasi Hyun Joo juga ikut kesal dan bertanya pada ibunya, mengapa wanita itu tak dibawa ke rumah sakit jiwa saja jika ibunya tak sanggup menanganinya?

Harry hanya bisa mencengkeram tongkatnya dan menatap marah pada orang-orang yang ribut di balik pintu.

Tapi begitu pintu terbuka, ia menampakkan muka manisnya dan berkata pada Mi Ran kalau ia telah meminta pengacaranya untuk mengirim dokumen via fax. Mi Ran diminta untuk merubah tenggat waktu untuk hutang yang ditinggalkan Sekdir Nam dengan tulisan tangannya sebelum ditandangani.

Mi Ran yang tak paham akan masalah hukum meminta agar mereka lakukan seadanya saja. Tapi Harry berkata kalau mereka harus melakukan dengan benar dan mengulang prosedur yang harus Mi Ran lakukan. Mi Ran membuka draft dokumen dan Harry menggunakan kesempatan itu untuk keluar kamar.

Saat diluar, ia melihat kamar di sebelah, dan setelah sesaat ragu, ia membuka kamar itu.

Soo Yeon ternyata pergi ke rumah Jung Woo. Sepanjang perjalanan ia terus menelepon Harry tapi tak berhasil. Sesampainya di depan gerbang, ia ditahan oleh para satpam yang mendapat perintah untuk tak membiarkan orang lain masuk. Tapi Soo Yeon tetap memaksa masuk.

Dan Harry pun melihat ibunya. Ibunya yang duduk di tempat tidur sambil membuat kerajinan dari plastik. Ia terpaku melihat ibunya, tongkat yang ia pegang terjatuh, membuat ibunya kaget.

Saat menoleh, Hyun Joo kaget melihat seorang pria muda berjalan tertatih-tatih menghampirinya, dan berkata sambil menangis, “Ibu, apakah ini ibu?”

Hyun Joo mulai memanggil nama Han Tae Joon dengan lirih, tapi ia diam saat Harry berkata sambil menangis seakan memohon, “Ibu.. ini aku, Joon. Hyung Joon. Satu-satunya yang paling ibu cintai di dunia ini.”

“Bayi..” gumam Hyun Joo. Dan ia teringat saat ia memanggil Bayi.. Bayi.. Joon.. Bayi..dan melihat saat Hyung Joon diseret oleh Perawat Hye Mi masuk ke dalam mobil.

Hyung Joon mencoba memeluk ibunya, tapi ibunya menjauh dan malah menyuruhnya memanggil Han Tae Joon. Dari luar terdengar suara Soo Yeon yang mencari Harry. Dan terdengar pintu terbuka.

Soo Yeon masuk, dan saat itu juga ibunya berteriak-teriak, “Panggilkan Han Tae Joon.. Panggil Han Tae Joon!! Kenapa kau tak panggil Han Tae Joon!! Han Tae Joon!!”

Hyung Joon terkejut melihat ibunya tak mengenalinya malah mencari Han Tae Joon. Soo Yeon yang melihat wanita yang hanya pernah ia lihat di foto, dan melihat Harry yang shock, segera memeluk Hyung Joon dan menutup telinganya.

Mi Ran masuk dan segera menenangkan Hyun Joo. Tapi Hyun Joo sudah histeris dan berteriak memanggil Han Tae Joon.

Walau dipeluk Soo Yeon, Hyung Joon tetap ingin menatap ibunya, berharap ibunya mengenalinya. Tapi ibunya tetap berteriak dan tak mengenalinya, membuat tangis Hyung Joon semakin keras. Soo Yeon mencoba menenangkannya, tapi Hyung Joon tak dapat menahan diri. Ia terus menangis.

(Seakan malu) Mi Ran menutupi Hyun Joo dengan selimut dan meminta Soo Yeon untuk membawa Harry pergi.

Walau begitu ia sempat melihat Harry yang menangis tersedu-sedu yang ditenangkan oleh Soo Yeon yang berkata, “Jangan dengarkan.. jangan dengarkan.. semuanya baik-baik saja..”

Harry pergi dari rumah dan langsung memasuki mobil. Soo Yeon mengejarnya dan masuk ke dalam mobil. Ia meminta Harry untuk tenang dan berbicara sebentar dengannya. Tapi Harry yang sudah kalap, tak mau. Ia melarikan mobilnya dengan kencang. Soo Yeon hanya bisa mengawasi Harry dengan khawatir.

Jung Woo mengambil kotak dari rak paling atas dan membongkar isinya. Salah satu isinya adalah plastik berisi kaleng soda yang tergencet separuh. Namun yang menarik perhatiannya adalah sebuah foto.

Foto seorang wanita yang dulu pernah ia lihat. Wanita yang saat ia lihat sudah menjadi mayat.

Michelle Kim.

Ia teringat reaksi Sekdir Nam saat ia menunjukkan foto Michelle Kim. Dan ia juga menyadari sesuatu kalau foto itu terlalu tebal untuk sehelai foto.

Ia mengambil foto itu dari plastik pembungkus, dan melihat foto itu ada dua. Ia melepas foto Michelle Kim dari kertas di bawahnya.

Dan ada foto anak laki-laki di sana. Foto anak laki-laki yang pernah ia selamatkan saat terjadi kebakaran di dekat rumah Soo Yeon. Foto anak laki-laki yang kakinya terluka parah. Dan ia juga teringat saat ia melihat Harry Borison pertama kali dengan kakinya yang ditopang tongkat.

Dan ia menyadari semuanya.

Di tempat yang sepi, Harry menghentikan mobilnya tiba-tiba dan berteriak meluapkan kemarahannya. Soo Yeon bertanya tentang perasaan Harry. Tapi Harry menjerit, “Aku ini Joon! Aku ini Joon. Kang Hyung Joon!!”

Soo Yeon kaget mendengar Hyung Joon yang histeris pada masa lalunya. Perlahan ia mengajak Hyung Joon pulang.

Tapi Hyung Joon malah bertanya, “Kau melihat ibuku, kan? Ia tak mengenaliku,” kata Hyung Joon geram, “Semuanya ini karena Han Tae Joon. Menurutmu apa yang harus aku lakukan?”

Seakan tak kaget, Soo Yeon menjawab kalau lebih baik mereka membicarakan hal ini dirumah. Hyung Joon bertanya apakah Soo Yeon sudah tahu tentang hal ini?

Soo Yeon menjawab kalau ia sudah tahu kalau orang yang melukai kaki Hyung joon, orang yang membuat ibu Hyung Joon disangka sudah mati dan sekarang seperti ini adalah Han Tae Joon, “Dan kau juga sudah mengetahuinya. Kang Hyung Joon, apa karena itu kau datang ke sana untuk menemui ibumu, kan?”

Hyung Joon membantahnya, “Aku tak tahu.” Tapi Soo Yeon tak percaya, “Kau tahu.”

“Lee Soo Yeon!” bentak Hyung Joon. “Kenapa kau melakukan hal ini padaku?”

“Apa yang sebenarnya kau inginkan?” tanya Soo Yeon.

“Kenapa? Apa kau takut kalau aku akan membunuh Han Jung Woo?” bentak Hyung Joon.

Dan tak disangka, mobil Jung Woo datang dan ia keluar dengan menghampiri sisi pintu mobil Hyung Joon. Tanpa ba bi bu, ia langsung membuka pintu mobil Hyung Joon.

Hyung Joon membentak, menyuruh Jung Woo untuk menutup pintu mobilnya.

Tapi Jung Woo dengan tenang berkata, “Temperamennya masih juga belum berubah. Persis seperti 14 tahun yang lalu.”

Soo Yeon terkejut mendengarnya. Begitu pula Hyung Joon. Mereka menoleh pada Jung Woo, yang menyapa seakan bertemu dengan teman lama,

“Lama tak bertemu.. bocah.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar