Jumat, 26 April 2013

Sinopsis I Miss You Episode 9



Jung Woo terbelalak, tak dapat mempercayai penglihatannya, saat melihat Soo Yeon nampak di CCTV black box itu. Buru-buru ia menutup laptop dan menggenggamnya erat, seolah takut ada yang melihatnya.

Tanpa sadar ia menangis, menyadari apa yang mungkin telah dilakukan Soo Yeon untuk mengatasi penderitaannya selama 14 tahun ini.

Walau memiliki bukti yang memberatkan Zoe, Jung Woo hanya tetap diam di dalam mobil, memejamkan mata. Tapi ia tak tidur.

Ia teringat saat 14 tahun yang lalu, di hari pertamanya sekolah, teman-temannya menghina Soo Yeon sebagai si nomor 27 yang menjadi anak pembunuh. Tapi si nomor 27 itu mengaku kalau ia tak akan membunuh siapapun.

Dan kalimat itulah yang membuat Jung Woo bergerak. Ia segera menjalankan mobilnya, tapi ia menghentikan mobilnya saat melihat rekannya, Detektif Park, masuk ke dalam gedung apartemen. Ia tahu tujuan Detektif Park pasti untuk menemui pramugari untuk meminta black box (yang telah ada ditangannya). Dan itu berarti ia harus bertindak cepat.

Di sebuah jalan sepi, ia mencari sidik jari Zoe yang pernah duduk di mobilnya. Walau diulang berkali-kali, tapi hasilnya nihil. Hingga ia teringat kalau Zoe pernah memegang ujung pintu mobil saat akan menutup pintu. Ia akhirnya mencari sidik jari itu dan ketemu.

Tim Jung Woo sedang meluncur untuk menangkap Zoe. Tapi Jung Woo menelepon atasannya, meyakinkan kalau Zoe bukanlah pelakunya.

Ia minta agar polisi tak membesar-besarkan masalah ini. Ia yang akan membawa Zoe ke kantor polisi. Dan sebelum terlambat, ia langsung pergi menuju ke tempat pesta Harry, mendahului tim-nya.

Sebelum meninggalkan mobil, ia meninggalkan borgol dan pistolnya di laci meja, berniat untuk membawa Zoe tidak dengan cara kekerasan.

O iya.. dan berganti pakaian, sehingga ia bisa tampak keren. :p

Saat berjalan untuk memasuki ruang pesta, kata-kata Soo Yeon ‘Aku tak akan membunuh siapapun’ dan ia menjawa dalam hati kalau ia tahu. Jung Woo benar-benar tahu itu.

Jung Woo melihat Soo Yeon dan Hyung Joon, tapi ia juga melihat ayahnya hadir di pesta itu. Kebetulan teman Seo Yeon memanggil ‘Zoe’, sehingga Soo Yeon menoleh, melihat kehadirannya. Maka ia pun mendekati mereka berdua.

Soo Yeon menatap Jung Woo, bersiap menghadapi kelakuan Jung Woo, tapi Jung Woo hanya memandangnya dan terkejut melihat Jung Woo malah menghampiri tamu Hyung Joon.

Jung Woo menyapa ayahnya, bertanya keadaan ayahnya. Tapi Tae Joon yang kesal karena dicuekkan, mengatakan kalau ia datang ke pesta yang sangat kacau. Ia semakin kesal melihat Harry malah menyapa Jung Woo yang ingin berbicara padanya,

“Apa aku harus menunggu lagi? Mungkin karena aku tak terbiasa di posisi ini, sangat tak nyaman rasanya.”

Harry meminta Jung Woo untuk menunggunya sebentar, ia akan berbicara pada Tae Joon. Jung Woo meminta agar Harry tak lama.

Jung Woo melihat ayahnya dan Harry masuk ke ruangan tertutup, dan ia berbalik melihat Zoe yang sedari tadi tak melepaskan pandangan darinya. Buru-buru Soo Yeon mengalihkan pandangannya, melihat ke arah lain. Tapi Jung Woo sempat melihatnya.

Jung Woo hanya bisa menghela nafas memandangi gadis itu.

Di dalam ruangan, Hyung Joon tak dapat konsentrasi pada kata-kata Tae Joon yang ingin berinvestasi pada proyek Kamboja yang sedang ditangani oleh Hyung Joon. Tapi ia tahu maksud Tae Joon.

Dan Hyung Joon mengatakan kalau salah satu rekanannya, Shiosa, akan menanamkan 5 milyar Won pada proyek ini (yang berarti Tae Joon tak memiliki kesempatan untuk menanamkan modalnya di proyek Hyung Joon). Namun ternyata Shiosa berniat menunda investasi itu.

Sesama pebisnis, ia akan menunggu kepastian dari Shiosa dulu sebelum menjawab tawaran Tae Joon. Dan Hyung Joon pun meminta diri untuk pergi.

Soo Yeon menyibukkan diri menemui para tamu, namun pandangannya bertemu dengan Jung Woo yang terus memandanginya. Ia pun mencoba tak mempedulikan Jung Woo walau ia menyadari kalau pandangan Jung Woo tak pernah lepas darinya.

Setelah beberapa saat, ia menyadari kalau Jung Woo menghilang, maka ia melihat ke segala arah, mencari Jung Woo. Dan betapa kagetnya ia, ternyata Jung Woo malah muncul di hadapannya, dengan tangan terbentang, menghalanginya sama seperti 15 tahun yang lalu.

Sambil tersenyum, Jung Woo bertanya, “Bagaimana tampangku?”

Soo Yeon mengingatkan Jung Woo dengan memanggilya Detektif Han. Tapi Jung Woo malah mengoreksinya, “Han Jung Woo, 29 tahun,” dan ia menambahkan “Apa aku tak tampak keren?”

Berada di situasi yang sama, ingatannya tak ayal kembali lagi ke masa 14 tahun yang lalu, saat Jung Woo menghalangi agar angin tak mengenainya, sehingga ia tak dapat menangis, “Pasti karena angin, kan, yang membuat matamu berair?”

Soo Yeon hanya bisa memandangi Jung Woo. Handphone Jung Woo berbunyi dan Jung Woo melihat SMS dari atasannya yang akan datang untuk menjemput Zoe sekarang juga.

Jung Woo menatap Soo Yeon, tahu kalau waktunya sudah habis. Soo Yeon yang tak tahan dipandangi oleh Jung Woo segera memisahkan diri dan menelepon Harry. Namun Jung Woo ternyata mengejarnya dan mengambil handphone Soo Yeon.

Soo Yeon mencoba mengambil handphone itu kembali, tapi Jung Woo malah mengenggam tangannya dan berkata pada Harry, “Tak ada waktu lagi, aku akan membawa Zoe sekarang juga. Aku akan menghubungimu saat di jalan.” Dan ia mematikan handphone itu.

Soo Yeon ingin marah pada Jung Woo, tapi Jung Woo malah meraih bahunya dan berkata kalau polisi akan datang untuk menangkapnya, “Kau adalah tersangka pembunuhan. Wajahmu tertangkap kamera CCTV saat kau ada di tempat parkir apartemen Kang Sang Deuk.”

Kaki Soo Yeon serasa lunglai, dan Jung Woo segera memegang bahu Soo Yeon lebih erat. Refleks, Soo Yeon menggenggam tangan Jung Woo erat, seolah mencari perlindungan dan berkata, “Itu bukan aku.”

Jung Woo mengangguk dan berkata kalau ia juga tahu kalau bukan Soo Yeon pelakunya. Tapi Soo Yeon yang panik, mencoba memanggil Harry. Tapi Jung Woo memintanya untuk tegar, karena mereka tak ada waktu lagi menemui Harry. Polisi sebentar lagi datang dan akan langsung menangkapnya,

“Aku tak ingin tanganmu diborgol, jadi ikutlah denganku dan katakan padaku yang sebenarnya. Hanya itu satu-satunya cara aku bisa menolongmu. Aku tak ingin melihatmu terluka lagi.”

Soo Yeon menggeleng-geleng tak percaya, dan Jung Woo berteriak memohon Soo Yeon untuk mempercayainya. Tapi Soo Yeon melepaskan tangan Jung Woo dan berteriak-teriak memanggil Harry.

Harry muncul dan segera memeluk Soo Yeon yang menangis dan berkata, “Bukan aku.” Harry menenangkan Soo Yeon dan bertanya apa yang sedang Jung Woo lakukan? Bersamaan itu muncul para polisi yang akan menangkap Zoe.

Jung Woo tahu tak ada waktu lagi, maka ia mengambil satu tangan Zoe, dan di depan para rekannya, ia berkata, “Zoe Lou, kau ditahan atas pembunuhan Kang Sang Deuk.”

Tanpa melepas pandangan dari Jung Woo, Harry berkata kalau ia akan menjemput Zoe, “Kau percaya padaku, kan?”

Dan betapa terlukanya Jung Woo melihat Soo Yeon mengangguk-angguk yakin.
Atasan Jung Woo sudah mendekati mereka, namun Jung Woo menghentikannya, “Aku yang akan membawanya pergi.”

Tetap memandang Soo Yeon, ia berkata, “Kali ini aku tak akan melepaskanmu,” dan ia pun membawa Soo Yeon pergi, tanpa borgol di tangan.

Tae Joon menyuruh Sekdir Nam untuk menyelidiki wanita yang tinggal bersama Harry Borrison, karena wanita itu ditangkap atas tuduhan pembunuhan Kang Sang Deuk di pesta tadi. Ia merasa janggal, dan Sekdir Nam berkata kalau ia akan menyelidikinya. Tae Joon mengingatkan kalau ia tak ingin kejadian seperti lepasnya Kang Hyung Joon dulu terulang lagi.

Di luar Mi Ran menanyakan tentang pertemuan yang ingin ia lakukan dengan Harry. Sekdir Nam berkata kalau ia sedang mengusahakannya dan pamit.

Ah Reum ternyata mendengar pembicaraan mereka. Ia menyarankan ibunya agar tak percaya dengan Sekdir Nam dan mengingatkan ibunya kalau Sekdir Nam itu akan menusuk ibunya dari belakang.

Tapi ibunya malah memarahi Ah Reum dan menyuruhnya membuang boneka besar pemberian Jung Woo. Tentu saja Ah Reum tak mau.

Ibu Soo Yeon merasa hatinya tak tenang. Ia berteriak memanggil Eun Joo dan menyuruhnya untuk menelepon Jung Woo.

Eun Joo menelepon dan muncul nada sibuk. Dengan acuh ia mengatakan kalau sepertinya Jung Woo sedang menelepon gadis yang mirip dengan cinta pertamanya. Dan ia langsung meninggalkan ibu yang bertanya-tanya siapa gadis yang sedang dibicarakan Eun Joo.

Ibu pun menelepon detektif Joon, namun Detektif Joon mengatakan kalau ia tak dapat menelepon lama-lama karena ia sedang dalam sibuk. Ibu malah semakn khawatir.

Jung Woo dan Soo Yeon sudah ada di depan kantor polisi. Soo Yeon ingin menelepon Harry, tapi Jung Woo berkata kalau hal itu tak memungkinkan karena Soo Yeon sudah masuk dalam penahanan.

Ia mengambil jaket dari belakang, dan menaruhnya ke pangkuan Soo Yeon sambil berkata kalau tak biasanya ia meminjamkan jaket itu pada orang lain,

“Aku telah menaruh mantra jubah menghilang di jaket itu, jadi janganlah ragu untuk memakainya. Akan ada banyak reporter di luar sana.”

Soo Yeon melihat Jung Woo keluar dari mobil, dan melihat jaket menghilang itu ia teringat pada apa yang pernah ia tulis di dalam buku hariannya,

“Jung Woo-ya, apa impianmu? Apa yang ingin kau lakukan setelah kau dewasa? Aku tak berani memimpikan apapun. Tapi ada satu hal yang aku ingin lakukan. Yaitu orang yang tak kelihatan.

Aku ingin menjadi orang yang tak kelihatan oleh orang lain, jadi orang tak akan membenciku. Tapi aku hanya akan menunjukkan diriku padamu saja. Walau semua orang tak dapat melihatku, aku akan selalu nampak olehmu.

Karena aku telah merubah mantra dalam jubah menghilangku. Han Jung Woo, kau tak termasuk dalam orang-orang yang tak melihatku.”

Tanpa sadar Soo Yeon menangis sambil menggenggam jaket itu, mengingat hal itu.

Melihat Soo Yeon hanya termangu memegangi jaketnya, Jung Woo membuka pintu mobilnya. Sepertinya ia pura-pura tak melihat kalau Soo Yeon menangis.

Soo Yeon buru-buru menghapus air matanya karena Jung Woo menunduk, mendekatinya, “Kau sangat keras kepala. Bukankah tadi kubilang kalau kita tak punya banyak waktu lagi?”

Jung Woo meraih tangan Soo Yeon, tapi Soo Yeon menepisnya. Ia memilih keluar sendiri dan meninggalkan jaket itu di dalam.

Akhirnya Jung Woo mengambil jaket itu lagi, dan menyampirkan ke badan Soo Yeon, tapi Soo Yeon kembali menepisnya. Kali ini Jung Woo memaksanya untuk memakai jaket itu, “Sudah kukatakan akan banyak wartawan di sana. Dengarkanlah aku kecuali kau ingin terlihat oleh mereka.”

Dayang Choi tiba-tiba muncul dan menyapa Jung Woo. Ia memberitahukan kalau lalat-lalat itu (para wartawan) sudah ada di kantor polisi dan mengeluh karena mereka, ia tak dapat bersih-bersih. Jung Woo mengajak Dayang Choi untuk makan setelah semua ini selesai. Dayang Choi tertawa mendengar Jung Woo yang selalu mengajaknya makan.

Dayang Choi menatap Soo Yeon dan bertanya apakah ini gadis itu? Jung Woo mengangguk mengiyakan. Dayang Choi hanya bisa mendesah, “Bukankah sudah kukatakan untuk tak mempertaruhkan nyawamu untuk orang lain? Jika ia melarikan diri, aku tak bisa apa-apa. Aku bahkan tak dapat mengejarnya karena keseleoku ini.”

Jung Woo hanya tersenyum dan meminta mereka untuk segera masuk, karena cuaca semakin dingin. Ragu-ragu, Soo Yeon meninggalkan Jung Woo dan mengikuti Dayang Choi. Jung Woo hanya bisa memandangi punggung Soo Yeon.

Saat itu terdengar lanjutan buku harian Soo Yeon :

“Jika angin menggelitiki telingamu, itu berarti aku yang memanggil namamu. Cobalah bentangkanlah tanganmu saat angin bertiup. Whoossh.. angin melewatimu, bukan? Itulah aku yang memegang erat tanganmu.

Janganlah menangis walau itu menyiksa matamu. Aku akan selalu berada di sisimu.Lee Soo Yeon, si tak nampak akan selalu nampak di hadapan Jung Woo.”

Dayang Choi membawa Soo Yeon masuk ke dalam kantor polisi yang penuh oleh wartawan. Entah mantra di jaket itu sangat manjur, atau para wartawan memang tak memperhatikan seorang cleaning service, tapi Soo Yeon bisa melewati lobi dengan selamat.

Dayang Choi mengamati Soo Yeon dan menebak kalau Soo Yeon bukan pembunuhnya, kan? “Tentu saja jika Detektif Han kami berkata kau tak melakukannya, berarti kau tak melakukannya,” kata Dayang Choi sambil tersenyum. Mereka berjalan lagi, dan Dayang Choi mengatakan kalau ia telah memilih Jung Woo sebagai menantunya, “Jadi jangan pernah meliriknya.”

Melihat Soo Yeon gemetar, Dayang Choi meminta Soo Yeon untuk tidak gugup, “Jika kau bersikap seperti itu, kau akan dituduh melakukan perbuatan yang kau bahkan tak pernah melakukannya. Dan untuk kita berdua saja yang tahu, jujur saja, membunuh bedebah itu bukanlah sebuah dosa. Jika aku adalah ibu si korban, aku akan menemukan pembunuh itu dan akan memasakkan sebuah masakan rumah.”

Soo Yeon malah terisak mendengarnya, membuat Dayang Choi menatapnya, bersimpati padanya. Ia memuji Soo Yeon sangatlah cantik, “Ini pertama kalinya, aku melihat seseorang yang lebih cantik dari anakku sendiri. Jadi janganlah menangis.”

Soo Yeon memandang Dayang Choi yang tersenyum padanya dan mengangguk. Ia mengikuti dayang Choi pergi.

Di ruang pemeriksaan, atasan Jung Woo menanyai Soo Yeon dengan didampingi Detektif Joon. Tapi di dalam ruangan, Soo Yeon tak bisa tenang. Ia terus menerus gemetar, tak bisa menjawab pertanyaan atasan Jung Woo tentang hubungannya dengan Sang Deuk, dan apa yang sedang ia lakukan di parkiran apartemen Sang Deuk.

Detektif Joon mengingatkan atasannya untuk santai. Dengan ramah, ia menyodorkan gelas minum pada Soo Yeon dan memintanya untuk meminumnya terlebih dahulu agar tidak gugup.

Hmm.. pandangan mereka saat Zoe akan meraih gelas itu, terlalu berharap. Apakah mereka ingin mendapatkan sidik jari Zoe?

Sementara itu Jung Woo berlari bergegas menuju ruang pemeriksaan.

Tapi Soo Yeon terlalu gemetar untuk mengambil gelas itu, membuat kedua penonton itu kecewa. Akhirnya atasan Jung Woo bertanya, “Saat tabrakan terjadi, dari kamera CCTV terlihat kalau kau nampak sangat terkejut saat melihat Kang Sang Deuk. Kecelakaan mobil itu bukanlah pertama kalinya kau melihat Kang Sang Deuk, bukan?”

Mendengar pertanyaan itu, Soo Yeon segera meraih gelas itu, mencari pegangan, membuat Detektif Joon gembira dan tersenyum melihat keahlian atasannya.

Jung Woo terus berlari, namun di tengah jalan, ada Harry yang memanggilnya, menghentikannya. Harry sangat cemas akan keadaan Zoe dan bertanya apa yang sebenarnya terjadi.

Jung Woo pun menjelaskan kalau ini berkaitan dengan pertanyaannya sebelumnya tentang pria yang ditabrak Harry. Korban itu ternyata mencuri handphone Zoe dan Zoe terlihat muncul di tempat parkir apartemen korban itu, “Handphone Zoe ada di TKP.”

Harry terkejut mendengarnya. Jung Woo bertanya, kapan pengacara Zoe akan datang? Harry menjawab kalau pengacaranya sedang menuju kemari dari Hongkong. Jung Woo meminta Harry segera mendatangkan pengacaranya secepat mungkin, karena sangat sulit baginya untuk menahan semua masalah ini.

Harry merasa bersalah, karena ialah yang menabrak orang itu, “Zoe tak mengenal orang itu. Aku tak tahu apa yang terjadi, tapi tak ada alasan bagi Zoe untuk berhubungan dengan orang itu.”

Oh my.. melihat muka Harry yang sangat stress dan menganggap semua ini adalah kesalahannya, sepertinya Harry tak mengetahui apa yang terjadi pada Soo Yeon 14 tahun yang lalu.

Jung Woo menatap lama pada Harry, menimbang-nimbang apakah Harry tahu cerita tentang Soo Yeon yang sebenarnya (tentang pemerkosaan itu). Sepertinya Harry tak tahu, maka Jung Woo pun tersenyum menenangkan, “Benar. Karena itu lakukan apa yang bisa kau lakukan untuk membawa Zoe pulang ke rumah. Aku akan menangkap pelaku sebenarnya dan semuanya akan segera selesai.”

Jung Woo memegang bahu Harry, “Segeralah lakukan semuanya dengan cepat.”
Jung Woo meninggalkan Harry yang hanya bisa menghentakkan tongkatnya dengan marah tak berdaya.

Atasan Jung Woo mencecar Zoe dengan pertanyaan tentang Sang Deuk yang memakai handphonenya sebelum ia tewas.

Tapi Soo Yeon tak dapat menjawab karena terlalu gemetar. Ingatannya kembali pada malam itu, saat Sang Deuk meneleponnya dan memintanya datang ke rumahnya.

Jung Woo masuk dan marah karena atasannya sudah memeriksa Zoe terlebih dulu. Ia meminta atasannya agar ia yang melakukan pemeriksaan, “Aku tak akan menganggap enteng masalah ini. Aku akan menangkap pembunuh Sang Deuk yang sebenarnya.”

Mereka tak menyadari kalau Soo Yeon semakin gemetar karena ingatannya kembali pada 14 tahun yang lalu. Saat ia mengancam Sang Deuk untuk tak mendekatinya dan memberitahukannya kalau ia adalah anak pembunuh, “Aku dapat membunuhmu! Aku akan membunuhmu!” jeritnya putus asa.

Dan ingatan akan kejadian itu mengalir kembali padanya. Soo Yeon sekarang sudah tenang namun dengan menutup mata ia berkata, “Apa masalahnya? Lebih baik kalau ia dibunuh. Kenapa kau sangat ingin menangkap pembunuhnya? Apa kau tak ingin orang itu dibunuh?”

Jung Woo menatap Soo Yeon tak percaya. Begitu pula atasan Jung Woo. Jung Woo duduk dan mengingatkan Zoe kalau semuanya yang ada di sini akan terekam, “Pikirkan dulu apa yang harus kau katakan.”

Soo Yeon mengatakan kalau ia melihat semuanya di surat kabar tentang seorang siswa,”Kubaca kalau ia ditinggalkan karena pemerkosaan. Bukankah pria seperti itu harusnya dibunuh saja? Apakah hanya aku yang berpikiran begitu?”

Jung Woo menatap Soo Yeon, pilu. Ia tahu yang dibicarakan Soo Yeon sekarang bukanlah Sang Deuk, tapi dirinya.

Atasan Jung Woo keluar karena mendapat telepon dari Detektif Joon. Detektif Joon memastikan kalau berdasarkan pemeriksaan, sidik jari Zoe yang tak sama dengan sidik jari Soo Yeon yang mereka dapatkan di mobil van 14 tahun yang lalu.

Petugas forensik itu bertanya pada Detektif Joon, mengapa mereka harus memeriksa dengan sidik jari Soo Yeon? Bukankah Lee Soo Yeon sudah mati? Detektif Joon menjawab kalau menurut Jung Woo, Lee Soo Yeon bangkit kembali dari kematian.

Hyung Joon hanya dapat menunggu. Ia berpegang pada tongkatnya yang tertulis Saouves Nous, Selgneur Dieu yang artinya Selamatkanlah Kami, Tuhan.

Soo Yeon masih gemetar bahkan untuk menulis surat pernyataan. Jung Woo menunggui Soo Yeon dengn sabar, sambil membaca-baca dokumen yang ada di depannya, “Kau harus menulis semuanya agar kau bisa pergi. Atau sekarang kau sudah bisa menjawab pertanyaanku dengan benar?”

Soo Yeon tak menulis, malah teringat kalau dulu hanya Jung Woolah satu-satunya orang yang mau berteman dengannya walau ia anak pembunuh.

Jung Woo melihat jam di tangannya, dan melihat kalau Soo Yeon nampak sangat tersiksa dan terluka. Dengan perlahan ia bertanya apakah Soo Yeon baik-baik saja?

Soo Yeon malah meletakkan bolpennya dan berkata kalau lebih baik mereka berbicara saja, karena ia melihat kalau Jung Woo sudah bosan karena selalu melihat jam.

Jung Woo kembali mengingatkan kalau pembicaraan mereka di sini semuanya terekam dan segala pernyataan pribadi, sebaiknya tidak dikatakan.

“Kau berharap kalau aku adalah Lee Soo Yeon, kan?” sela Zoe tak menggubris perkataan Jung Woo. “Sehingga kau tak perlu melakukan semua proses yang rumit ini, dan aku akan ditahan sebagai pelaku pembunuhan itu.”

Soo Yeon menebak kalau Jung Woo memang sengaja menunggunya di hari pembunuhan itu, “Kau datang untuk menemuiku, kan? Bertanya apakah aku Lee Soo Yeon dan memintaku untuk memanggil namamu. Apakah kau sedang mengujiku? Karena kau ingin menahanku kalau aku benar adalah Lee Soo Yeon?” tuduh Soo Yeon pada Jung Woo.

Jung Woo menatap Soo Yeon heran tak percaya pada anggapannya. Apalagi saat Soo Yeon menebak karena itulah Jung Woo selalau ada didekatnya, “Anak seorang pembunuh. Gadis yang diperkosa. Jika aku adalah Lee Soo Yeon, kau tak perlu mencari bukti lainnya. Ya, kan Detektif Han?”

“Mengapa kau membengkokkan semuanya? Mengapa kau membuatnya bersalah?” tanya Jung Woo, membicarakan Soo Yeon-nya. “Hanya karena mereka adalah anak seorang pembunuh, apakah berarti mereka membunuh orang? Karena mereka diperkosa, tak berarti mereka membunuh orang lain. Soo Yeon.. Soo Yeon tak akan membunuh siapapun.”

Soo Yeon tercekat, teringat kata-kata itu pernah ia ucapkan 14 tahun yang lalu. Tapi ia tetap berkata dengan dingin, “Jika aku adalah Lee Soo Yeon, kau adalah orang yang pertama yang akan aku bunuh.”

“Bahkan jika kau kau membunuhku,” Jung Woo menatap mata Soo Yeon, “Aku tetap berharap kalau kau adalah Lee Soo Yeon.”

Keduanya sama-sama terdiam, saling memandang. Merasa air matanya tak dapat ditahan, Jung Woo menunduk, mengalihkan pandangan mata agar tak menatap Soo Yeon, memintanya untuk segera menyelesaikan apa yang tadi ia tulis.

Atasan Jung Woo masuk dan mengatakan kalau Zoe tak perlu menulis pernyataan itu. Harry dan Kedubes Perancis telah memberi jaminan agar Zoe bebas.

Di dinginnya malam, Ibu Soo Yeon datang membawa makanan untuk Jung Woo.

Soo Yeon keluar dari ruang pemeriksaan, melihat Harry tertunduk. Soo Yeon menyapa Harry yang tersenyum lega melihatnya. Soo Yeon pun tersenyum lega. Ia mengangguk saat Harry mengajaknya pulang ke rumah, “Ya, mari kita pulang ke rumah.”

Dan Jung Woo menyaksikannya. Hatinya sangat tersiksa melihat Soo Yeon tersenyum pada Harry, mengajaknya untuk pulang ke rumah. Kata-kata itulah yang menguatkan mereka saat disekap di gudang 14 tahun yang lalu. Namun saat itu ia tak berhasil membawa pulang Soo Yeon.

Harry melihat kehadirannya, maka Jung Woo pun memalingkan badannya, menyembunyikan keresahan hatinya. Harry membimbing Zoe keluar.

Namun mereka berpapasan dengan ibu Soo Yeon yang masuk ke kantor polisi. Soo Yeon pun melihatnya. Refleks, ia menunduk, menyembunyikan wajahnya dan berjalan mengikuti Hyung Joon.

Ibu sebenarnya sedang melihat Jung Woo yang membalikkan badannya, nampak sangat terluka. Ibu nampak khawatir melihatnya.

Tapi melihat seorang gadis yang lewat, membuat ibu mengalihkan perhatiannya dari Jung Woo. Karena ibu melihatnya.

Ibu melihat gadis itu tertunduk saat berjalan mengikuti pria di sebelahnya pergi. Seperti déjà vu, ibu seakan melihat Soo Yeon-nya yang tertunduk saat kecil dulu.

Ibu juga melihat Jung Woo yang seakan tak melihatnya, mengejar gadis itu.
Ibu terduduk, mencoba mencerna siapa yang sebenarnya ia lihat tadi.

Soo Yeon masuk ke dalam mobil, namun pandangannya kembali terarah pada kantor polisi, seakan ada yang tertinggal di sana.

Jung Woo bersembunyi di balik pilar, menunggu Soo Yeon benar-benar masuk ke dalam mobil dan seperti 14 tahun yang lalu, dan dalam hati ia berkata, “Soo Yeon, seperti luka di atas kakimu, kau pasti sangat terluka saat melihatku, kan? Maafkan aku. Aku akan menunggumu,”

Dan ia melambaikan tangannya seperti menyihir gadis itu, “Sssahhh.. Semua kenangan burukmu, sudah terhapus sekarang.”

Mereka pulang dan melihat rumah dalam keadaan berantakan. Harry berkata kalau polisi telah memberitahukannya kalau mereka akan menggeledah rumah untuk mencari handphone Zoe.

Soo Yeon meminta maaf karena ialah semua ini terjadi. Tapi Harry berkata kalau semua ini adalah salahnya. Seharusnya ia mencegah Zoe untuk datang ke Seoul dan membiarkannya untuk pulang ke Perancis lebih cepat lagi.

Seakan tak mendengar, Soo Yeon berkata kalau besok saja mereka akan membereskan barang-barang yang berserakan ini.

“Soo Yeon..” panggil Harry membuat Soo Yeon menghentikan langkahnya. “Selamat malam, Zoe.”

Sambil tersenyum samar, Soo Yeon mengucapkan selamat malam pada Harry.

Soo Yeon masuk ke kamar, dan teringat kata-katanya pada Jung Woo yang akan membunuh Jung Woo pertama kali, jika ia adalah Soo Yeon. Dan betapa Jung Woo akan membiarkannya untuk membunuhnya, jika itu membuat dirinya kembali menjadi Soo Yeon.

Ia menangis tersedu-sedu, dan menutupkan selimut di kepalanya, seperti ingin menutup diri dari dunia luar. Dunia luar yang selama ini ia tamengi agar tak masuk ke dalam dirinya lagi. Tapi dunia luar itu sudah terlanjur masuk ke dalam dirinya.

Hyung Joon mendengar tangisan Soo Yeon dan nampak tersiksa pula.

Jung Woo mencocokkan sidik jari yang ia dapatkan dari pintu mobil pada sidik jari yang ada di buku harian Soo Yeon. Dan ternyata cocok.

Hah? Bukannya kata Detektif Joon, sidik jarinya tak cocok dengan Soo Yeon?

Ibu datang menemui Jung Woo, mengagetkannya. Tapi Jung Woo senang melihat ibu.

Ia memeluk ibu dan mengatakan kalau ia kangen sekali pada ibu.

Saat makan, Jung Woo mengambil buku harian Soo Yeon. Sambil main-main ia mengatakan kalau ini adalah bukti yang akan ia tunjukkan pada Soo Yeon nanti jika ia menemukan Soo Yeon yang mungkin berpura-pura tak mengenalinya.

Ia mengacungkan buku itu, pura-pura marah, “’Heh.. apakah kau masih pura-pura tak mengenalku setelah melihat ini?’ Aku akan katakan seperti itu padanya.”

Ibu memaksakan senyum melihat Jung Woo dan menyuruhnya makan lagi. Tapi sepertinya hanya pada ibu, Jung Woo bisa membicarakan Soo Yeon. Maka ia berkata kalau Soo Yeon tak mungkin tak mau mengenalinya.

“Kau tak tahu, kan? Soo Yeon.. selalu berjalan mundur, sehingga ia dapat melihat wajah tampanku. Kau juga melihatnya kan saat aku datang ke rumah untuk pertama kalinya, Soo Yeon selalu memandangiku. Jadi jangan khwatir. Soo Yeon akan pulang ke rumah walaupun ia hanya ingin melihatku,”

Mulut Jung Woo mengatakan kata-kata yang sangat percaya diri, tapi wajah Jung Woo mengatakan hal yang sebaliknya. Ia menunduk mencoba menyembunyikan tangisnya, “Karena ia merindukanku. Jadi.. aku akan menunggunya.”

Ibu hanya bisa menatap Jung Woo, kasihan melihat Jung Woo memasukkan semua makanan ke mulutnya, mencoba menahan isak tangis yang akan memperlihatkan perasaannya, namun gagal. Ia malah semakin tersedu-sedu.

Dengan sayang, ibu menghapus air mata di pipi Jung Woo, tapi itu malah ia semakin menangis.

Hyung Joon chatting dengan seorang teman yang menanyakan kondisi Zoe. Hyung Joon menjawab kalau Zoe lebih kuat dari penampilannya. Setelah sedikit menangis, Zoe akan baik-baik saja.

Teman itu memuji Hyung Joon yang sejak awal telah merubah rekam sidik jari Soo Yeon hingga berbeda dengan Zoe, sehingga Jung Woo pasti sekarang sudah menyerah. Hyung Joon membenarkan dan mengakui kalau hal itu membuatnya semakin marah. Teman itu menenangkan Hyung Joon dan mengatakan kalau Hyung Joon marah akan sangat menakutkan.

Hyung Joon tersenyum membacanya. Berkaitan dengan Tae Joon, mulanya ia berpikir akan membuat Tae Joon kelaparan hingga ia mati, tapi sekarang ia berubah pikiran. Ia akan memperlakukan Tae Joon seperti babi yang akan ia suapi makanan hingga ia mati kekenyangan. Temannya bertanya apakah Hyung Joon ingin melemparkan uang pada Tae Joon?

Menurut Hyung Joon, Tae Joon bukanlah orang yang tak akan melakukan apapun setelah ia melihat Zoe di pesta. Maka mereka membujuknya dengan uang, dan menyelesaikan masalah ini dengan cepat. Temannya itu mengerti, dan chatting itu pun terputus. Sebelum keluar chatting, Hyung Joon menghapus rekaman chatting itu.

Setelah itu ia melihat rekaman CCTV saat polisi menggeledah rumahnya. Ia melihat kalau polisi itu berkata kalau mereka ingin mencari tahu rahasia apa yang disembunyikan olehnya.

Detektif Joon datang ke rumah ibu untuk mengambil kimchi yang disiapkan oleh ibu Soo Yeon. Secara sepintas, ibu Soo Yeon bertanya tentang gadis yang dituduh membunuh Sang Deuk.

Dan sepertinya ibu cocok menjadi detektif, karena Detektif Joon tak merasa ia diinterogasi. Tanpa sadar ia menceritakan kalau gadis itu sangat kaya. Rumahnya memiliki lift dan dan kolam renag. Bahkan ia tak menyadari kalau ibu sedang mengorek dimana alamat rumahnya. Dengan suka rela, ia memberitahukan kalau rumah gadis itu adalah rumah paling besar di daerah Gangnam.

Mendapat segala informasi yang ia butuhkan, ibu menyuruh Detektif Joon untuk kembali ke kantor dengan membawa kimchi yang tadi ia bagi. Detektif Joon bengong melihat ibu pergi, “Buu… tempat kimchi ini tak ada tutupnya, ya? Minta tutup, dong.”

LOL, yang pinter itu ibu atau yang polos itu Detektif Joon, ya..

Para detektif itu berkumpul untuk membicarakan temuan baru mereka, yaitu transfer ATM untuk pembelian dry ice. Atasan Jung Woo meminta anak buahnya untuk mencari rekaman CCTV transfer uang tersebut.

Ternyata Jung Woo telah melakukannya. Ia telah mendapatkan foto rekaman itu, namun pelakunya memakai baju yang menutupi semua anggota badannya, ia tak dapat melihat pelaku itu dengan jelas. Dan ia membagi-bagi bukti foto yang ia dapat.

Atasan Jung Woo bertanya tentang Jung Woo yang tak tidur tadi malam karena menyelidiki hal ini? Jung Woo berkelit kalau ia sekarang akan tidur.

Pada anak buahnya yang lain, atasannya menyuruh mencari lokasi IP tempat pemesanan dry ice itu. Namun Jung Woo berkata kalau ia sedang mengurus surat pencarian resmi. Setelah surat itu keluar, mereka dapat meminta lokasi IP pada pihak yang terkait.

Atasannya kesal melihat kegigihan Jung Woo saat bekerja, “Apa kau mau mati kelelahan karena bekerja? Kau pergilah tidur,” dan ia melihat ke salah satu anak buahnya, “Kau, urus masalah ini. Jangan berhenti sampai kasus ini terungkap. Dan kau, awasi Zoe Lou karena ia masih tetap tersangka dalam kasus ini.”

Jung Woo menyela, “Apa sebaiknya saya juga ikut?”

“Kau, jangan dekat-dekat dengan kasus ini!” perintah atasan Jung Woo.

Jung Woo malah merengut mendengarnya, “Copot seragammu. Jangan dekat-dekat dengan kasus ini. Keluar dari sini. Aku bosan mendengarnya.”

“Aku juga bosan mengatakannya!” bentak atasan Jung Woo semakin kesal. LOL. “Sudah terbukti kalau gadis itu bukanlah Soo Yeon. Menyerahlah!”

Jung Woo malah semakin ingin mengganggu atasannya, “Haduh.. bagaimana ini? Sepertinya aku malah naksir dengannya,” kata-kata Jung Woo membuat atasannya mendelik, dan Jung Woo tersenyum, “Dia cantik, sih..”

Untung (atau tak untung, ya?) Harry datang untuk menemuinya.

Mereka pun duduk di ruang pemeriksaan, dan Harry bertanya apakah ini adalah tempat Zoe kemarin diperiksa. Jung Woo membenarkan dan bertanya bagaimana keadaan Zoe sekarang? Harry menjawab kalau mungkin Zoe terkejut, sehingga ia terus menerus menangis, walaupun biasanya ia tak mudah menangis.

Jung Woo merasa tak enak karenanya. Dan Harry tersenyum mengatakan kalau ia memang sengaja mengatakan hal itu.

Harry mengatakan kalau ia tak pernah tak menyukai Jung Woo. Maka ia menemukan jalan keluarnya. Ia mengajak Jung Woo untuk bertemu bertiga, “Marilah kita semua berteman. Kita bertiga.”

Jung Woo merasa sulit melakukan pertemanan itu, “Karena aku menyukai Zoe.”

Harry mengatakan hal itu tak boleh terjadi. Tapi Jung Woo mengatakan kalau Hyung Joon tak usah khawatir, karena Zoe tak menyukainya, “Cinta bertepuk sebelah tangan, boleh kan?”

Harry mendesah dan bertanya apakah Jung Woo ingin menyatakan perang? Kata orang, ia sedikit menakutkan kalau ia marah. Masih dengan tersenyum, Harry bertanya apakah Jung Woo masih berpikir kalau Zoe itu adalah Soo Yeon?

“Kecuali wajah yang tak mirip,” sela Jung Woo langsung, “Dapatkan kau memberikan satu alasan mengapa dia bukan Soo Yeon? Katakan padaku kapan saja kalau kau mendapatkan alasan itu. Saat itu mari kita bicara lagi.

Harry tersenyum namun, terlihat kalau ia marah mendengar kata-kata Jung Woo.

Ibu Soo Yeon mendapatkan alamat rumah Zoe, dan mengintip dari gerbang luar.

Sementara Zoe menelepon Harry kalau ia ingin berjalan-jalan ke luar dan makan makanan yang enak.

Ibu menunggu di depan gerbang, dan melihat kalau ada mobil yang keluar dari gerbang itu. Melihat sosok wanita yang ada dibelakang kemudi, ibu memicingkan mata, ingin melihat dengan lebih jelas wanita itu.

Zoe terkejut dan buru-buru menyembunyikan wajahnya. Tapi ia tak kuasa untuk tak melihat ibunya. Semakin ibu mendekat, semakin Zoe menjadi Soo Yeon.

Ibu terkejut melihat gadis itu. Tak butuh waktu lama baginya untuk dapat melihat siapa sebenarnya gadis itu.

Dan ketika ibu menyentuh kaca mobilnya, Soo Yeon tak tahan lagi untuk tak melihat ibu yang tak pernah ia lihat selama 14 tahun ini. Soo Yeon memalingkan mukanya lagi, kali ini menatap ibunya, sambil menangis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar